Anda di halaman 1dari 18

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082

LAPORANKASUS
PENYAKITKRONIK
PUSKESMASKEC.CURUG

1.IdentitasPasien

Nama
Jeniskelamin
Umur
Status
Alamat
Agama
Pendidikanterakhir
Pekerjaan
No.rekammedis

:Ibu.N
:Wanita
:40tahun
:menikah(anak2orang)
:Jl.Bencongan
:Islam
:SMP
:Iburumahtangga
:4xxx

2.AnamnesisPasien
AnamnesisdilakukansecaraautoanamnesisketikapemeriksaanpadahariKamis,
tanggal29Agustus2013.

KeluhanUtama:
Kontrolrutinpasienasmasejak4tahunlalu.

RiwayatPenyakitSekarang:
Pasiendatangdengantujuanuntukkontrolrutinpenyakitasmayang
sudahdideritaselama4tahunyanglalu.Anamnesadilakukanketikakeadaan
pasiensedangtidakterkenaserangan.Pasieninginmemintaobatasmanya
yangsudahmauhabis.
Pasienmengeluhbahwaseranganasmayangdideritanyabelakangan
inidirasakanlebihseringkambuh,terutamaketikapadamusimhujandan

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


malamhari.Dalamsemingguseranganasmadapatkambuhlebihdari2kali.
Seranganasmapadamalamharidirasakankuranglebih3kalidalamsebulan.
Ketikasesak,terdengarbunyingikngikpadasaatmembuangnafas.
Pasienmengatakanbahwaketikaseranganiatidakdapatmelakukan
aktivitasdanhanyainginduduksertamenghisapinhaler(Salbutamol)untuk
meredakanrasasesakyangada.Menurutpasien,pencetuskambuhnya
seranganadalahasaprokok,kendaraan,tempatberdebu,dancuacadingin.
Pasiensudahpernahmelakukanpemeriksaanspirometridipuskesmasyang
berbedaketikaduluawalterkenaserangansesaknafas.
Pasienjugamerasakannyeripadadadahinggatangansebelahkiri
setelahsesakyangdirasakansejakkuranglebihsebulanlalu.Tekanandarah
pasiendiukurdenganhasil150/90mmHg.Nyeriyangdirasakanseperti
tertindisesuatuyangberat.Skalanyeridadayangdirasakankuranglebih6
dari10.Rasanyeritersebutdirasakankuranglebih5menitdanmenghilang
jikapasienberistirahat.Aktivitasyangberatdanmelelahkanmemicurasa
sesakpadapasiendandiikutidenganrasanyeripunggung.Istirahatserta
pemakaianobathisap(inhaler)meredakansesaknafas.
Pasienmemilikialergiobat,yaituamoxicillin.Pasientidakmemiliki
alergiterhadapmakanan.Tidakadagangguanpencernaandansaluranbuang
airkecil.Pasientidakmerasapusing.

RiwayatPenyakitDahulu:
Pasiendidiagnosaasmasejak4tahunlalusetelahmelahirkananak
keduanya.Pasienmengeluhbahwasebulan2kalipasiendapatmenderita
batukdanpilekyangdapatdiobatidenganobatapotikbiasa.Pasienmemiliki
riwayatsakitmaagkronikhinggasempatdirawatdirumahsakitselama
beberapahari.

RiwayatPenyakitKeluarga:
Ibudanayahpasienmemilikitekanandarahtinggitetapitidakkencing
manis.Ayahpasienmemilikikebiasaanmerokok.Kakakperempuanpasien
jugamemilikitekanandarahtinggi,tidakasmaataupunkencingmanis.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082

RiwayatSosialEkonomidanLingkungan:
Pasienadalahseorangiburumahtanggayangmengurusduaorang
anak.Suamipasienadalahseorangtukangojek.Asupanmakanansertagizi
seharihariterpenuhidenganbaik.Keadaanrumahdijagatetapbersihsebab
debuatauasaprokokmaupunkendaraandapatmemicutimbulnyarasasesak
dariasmapasien.Suamipasientidakmerokok.

RiwayatKebiasaan:
Pasientidakmemilikikebiasaanmerokokmaupunminumminuman
yangberalkohol.Aktivitasyangdilakukanpasienseharihariadalahmengurus
anakanaknyadanmembereskanrumah.

3.PemeriksaanFisik

Keadaanumum

:tampaksehat

Kesadaran

:composmentis(GCS15)

TandaVital:
o Suhutubuh(axilla)
o Tekanandarah
o Denyutnadi
o Lajupernafasan

:37.50C
:150/90mmHg
:tidakdiukur
:34x/menit

PengukuranTubuh:
o Beratbadan
:56kg
o Tinggibadan
:159cm
o TotalBMI
:22.2(normal)
Kepala
o Rambut
: rambut lurus panjang dan tebal, warna hitam.
o Struktur tulang : tidak tampak deformitas.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082

Wajah
o Mata
:
konjungitva tidak anemis
skelera tidak ikterik
reflex cahaya langsung dan tidak langsung normal.
o Hidung
:
tidak tampak defiasi septum.
o Telinga
:
lubang telinga tampak normal
bentuk daun telinga normal.
o Mulut
:
mukosa bibir merah dan basah
faring tidak hiperemis
tonsil normal [T1-T1]
gigi tidak bolong
o Leher
:
tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening.

Thorax
PARU
o Inspeksi
:
pernafasan statis dan dinamis simetris
tidak ada deformitas ataupun bekas luka dan operasi.
o Palpasi
:
traktil fremutis kanan dan kiri simetris,
o Perkusi
:
sonor di kedua lapang paru
batas paru hati pada ICS 5 dextra
o Auskultasi
:
Bunyi pulmo vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

JANTUNG
o Inspeksi
:
tidak tampak deformitas pada dada maupun bekas luka dan operasi
iktus kordis tidak tampak.
o Palpasi
:
Iktus kordis tidak teraba.
o Perkusi
:
batas superior jantung adalah ICS 3 sinistra
batas sinistra atas jantung adalah ICS 2 parasternum sinistra
batas sinistra bawah jantung adalah ICS 4 media clavicular sinistra

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


batas dextra bawah jantung adalah ICS 4 parasternum sinistra
o Auskultasi
:
bunyi jantung S1/S2 normal, gallop -/-, murmur -/-

Abdomen
o Inspeksi
:
bentuk perut simetris
permukaan perut datar
tidak terdapat luka atau bekas operasi
o Auskultasi
:
terdengar bising usus (+) 16x/menit
o Perkusi
:
timpani pada seluruh lapang abdomen
o Palpasi
:
tidak terdapat nyeri tekan
tidak ada pembesaran hati dan limpa.

Ekstrimitas Atas dan Bawah:


Tremor (-), tidak pucat, sianotik (-), petechiae (-), deformitas (-),

dan edema (-).


Capillary Refill Time (< 2 detik)
Sensorik dan motorik normal
Bentuk kuku normal

4. Diagnosis

Diagnosis kerja

: Asma persisten ringan, Hipertensi tingkat I, Suspek


Angina Pectoris

5. Tatalaksana
1)

Farmakologis
:
a. Salbutamol (100mcg) obat pelega hisap yang digunakan hanya
ketika serangan.
b. Aminopillin (200 mg) tablet oral yang diminum 2 kali sehari.
c. Prednisone (5 mg) tablet oral yang diminum 2 kali sehari.
d. Catopril (25mg) tablet oral tekanan darah tinggi diminum

2)

Non-farmakologis
:
a. Menghindari keadaan dimana banyak faktor pemicu serangan
asma, seperti debu, asap rokok dan kendaraan.
b. Hindari aktivitas yang berat yang dapat memicu serangan asma.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


c. Menjaga pola makan sehari-hari, seperti mengurangi atau
menghindari konsumsi makanan yang mengadung terlalu banyak
garam dan banyak lemak.
d. Menjauhi diri dari paparan asap rokok dan minum-minuman
beralkohol.
e. Berolahraga ringan seperti jogging minimal 3x30 menit setiap
minggu.
f. Mengkonsumsi obat hipertensi dan asma secara teratur dan
kontrol rutin paling tidak 1x dalam sebulan.
g. Memberikan surat rujukan kepada pasien agar melakukan tes
profil lemak untuk menemukan jika adanya faktor resiko
artherosclerosis.

6. Prognosis
Ad vitam
Ad sanactionam
Ad functionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

7. Resume
Pasien datang untuk melakukan kontrol rutin asma yang sudah diderita selama
4 tahun. Serangan asma dirasakan lebih sering kambuh, yaitu lebih dari 2 kali
dalam seminggu terutama ketika musim hujan dan malam hari. Serangan pada
malam hari kurang lebih 3 kali dalam satu bulan.
Aktivitas pasien terganggu ketika sedang serangan. Asap rokok dan keadaan
berdebu memicu serangan dan dapat diredakan hanya dengan menggunakan
inhaler yang diresepkan dokter. Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan
spirometri sejak awal didiagnosa terkena asma. Pasien mengeluh dalam satu bulan
pasien dapat terkena pilek dan batuk sebanyak 2 kali.
Pasien juga datang dengan keluhan nyeri pada punggung hingga tangan
sebelah kiri setelah sesak. Nyeri tersebut hilang jika istirahat sejak 1 bulan lalu.
Pasien memiliki tensi darah 150/90 mmHg yang memasukkannya dalam kriteria
hipertesi tingkat I. rasa nyeri yang dirasakan seperti tertindi dan berkisar 6/10
dalam skala.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


8. FIFE
Feeling
Insight

: Pasien merasa cemas dan gelisah akan

keadaannya.
: Pasien mengetahui bahwa penyakit yang dideritanya tidak
dapat sembuh akan tetapi dapat terkontrol dengan pengobatan

Fear

yang tepat.
: Pasien takut jika progres penyakitnya bertambah parah dan
mengganggu kemampuan untuk beraktivitas sehari-hari.
Expectation : Pasien berharap bahwa dengan pengobatan
dan kontrol rutin, kejadian serangan sesak nafas dapat
berkurang.

9. Analisis

Asma Persisten Ringan


Diagnosis asma dapat dikategorikan ke dalam asma persisten ringan
melalui anamnesa yang dilakukan. Serangan dirasakan pasien lebih dari 2 kali
dalam seminggu dan serangan pada saat malam hari kurang 3 kali dalam satu
bulan. Ketika serangan, pasien mengakui bahwa aktivitas yang sedang
dikerjakannya terganggu. Semua gejala yang diderita pasien tergolong dalam
asma persisten ringan menurut buku pedoman PDPI.
Untuk penatalaksanaan secara farmakologis, pasien diberikan tiga jenis
obat asma. Pertama adalah Salbutamol, obat golongan beta agonis 2 kerja
singkat yang digunakan hanya ketika serangan. Salbutamol merupakan inhaler
yang tidak boleh digunakan lebih dari 4 kali dalam satu hari. Kedua, pasien
diberikan Aminopillin yang bertujuan untuk mencegah bronkospasma. Ketiga,
pasien diberikan Prednisone, obat golongan kortikosteroid untuk mengontrol
asma.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082

Hipertensi tingkat I
Ketika diukur, tensi pasien 150/90 mmHg yang dapat digolongkan ke
dalam Hipertensi tingka I. Pasien memiliki faktor resiko dari riwayat keluarga.
Kedua orang tua pasien memiliki tekanan darah tinggi, begitu juga dengan
perempuan pasien. Pasien diberikan Catopril, obat golongan ACE-Inhibitor
yang bertujuan untuk mengontrol tekanan darah pasien.

Suspek Angina Pectoris


Diagnosis suspek Angina Pectoris dapat diperoleh dari hasil anamnesis
pasien. Pasien mengeluh adanya rasa nyeri di dada yang menjalar ke tangan
sebelah kiri setelah serangan asma. Nyeri tersebut dapat diredakan hanya
dengan istirahat dan terjadi kurang lebih 5 menit. Dengan pemberian obat
kontrol hipertensi diharapkan keluhan nyeri tersebut juga dapat teratasi.

10. Tinjauan Pustaka


Definisi Asma
Secara umum pengertian Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat sementara. Asma merupakan
suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang trakhea bronkhial
terhadap berbagai jenis rangsangan.Keadaan ni bermanifestasi sebagai penyempitan
seluruh nafas secara periodik dan reversibel akibat bronkhospasme. (Sylvia
A,Price.1995).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan
nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Asma
dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dan otot halus bronkhial
hiposekresi mukosa dan inflamasi mukosa serta edema. (Doengoes: 2000).
Jadi dapat ditarik kesimpulan, asma adalah suatu penyakit gangguan jalan
nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas

Klasifikasi Asma
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik
dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan diatas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik. Berdasarkan tingkat keparahannya, asma
dibedakan menjadi :
1. Asma Akut
Disebut asma akut apabila terjadinya bronkospasme sedemikian parah
sehingga pasien sulit bernafas pada kondisi istirahat dan tingkat stress
tertentu pada jantung. Asma akut ditandai dengan nafas yang cepat (>30
kali/menit), dan meningkatnya denyut nadi. Pasien dengan severe acute
asthma, denyut nadinya akan meningkat >110 denyut/menit. Pasien dengan

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


PER (peak expiratory flow rate <100L/menit akan kesulitan berbicara.
Prinsip pengobatan asma akut adalah mengurangi inflamasi, meningkatkan
brokodilatasi serta menghindari faktor-faktor pemicu asma. Sedangkan
tujuan pengobatan yaitu mengembalikan fungsi saluran pernafasan
(normal), dan mencegah serangan asma akut yang parah.
2. Asma Kronis
Penanganan asma tergantung pada frekuensi dan keparahan gejala
asma yang muncul. Serangan asma yang jarang terjadi dapat ditangani dengan
mengobati setiap serangan bila serangan asma tersebut muncul (hanya jika
perlu), tetapi untuk serangan asma yang lebih sering maka terapi pencegahan
perlu dilakukan. Rute pemberian obat yang lebih disukai adalah inhalasi, sebab
inhalasi memungkinkan obat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis
yang lebih kecil, sehingga kemungkinan efek sampng lebih sedikit dan
mempunyai mula kerja yang cepat dan lebih efektif mencegah
bronkokonstriksi. Ada dua macam obat yang digunakan sebagai bronkodilator,
penyekat 2 selektif (salbutamol dan terbutaline) dan non selektif (adrenaline,
isoprenaline, orciprenaline). Pemakaian bronkodilator non selektif saat ini
dihindari karena obat-obat tersebut dapat menimbulkan toksisit; kardia,
meskipun pemakaian bronkodilator yang penyekat 2 selektif juga dapat
menyebabkan takikardi dan palpitasi tergantung pada dosis yang digunakan
(fa/ frn).

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082

Patofisiologi
Asma bronchial adalah obstruksi jalan nafas difusi reversible obstruksi
disebabkan oleh hal-hal seperti : kontraksi otot yang mengelilingi bronki yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas, pembengkakan membran yang melapisi
bronki dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental banyak dihasilkan dan
alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara yang terperangkap di dalam jaringan paru.

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui tetapi ada yang
paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronchial diatur oleh influs saraf
vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi, ketika ujung
saraf pada ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor-faktor seperti infeksi,
latihan, daging, merokok, emosi dan polutan, jumlah asetilkolon yang dilepaskan
meningkat menyebabkan berkonstruksi juga merangsang, pembentukan mediator
kimiawi.
Selain itu, reseptor dan adrenerik dari sistem saraf simpatik terletak pada
bronki ketika reseptor adrenerik dirangsang, bronkokontriksi dan bronkodilatasi
terjadi ketika reseptor adrenergik dirangsang. Keseimbangan antara reseptor dan
adrenergic dikendalikan terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP) stikulasi
reseptor mengakibatkan penurunan cAMP yang mengarah pada peningkatan
mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi stimulasi
reseptor mengakibatkan peningkatan cAMP, yang menghambat pelepasan mediator
kimiawi yang menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan adrenergik terjadi pada individu dengan asma akibatnya, asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator otot kolus. (Smeltzer, Suzanne C, 2001,
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, hal 611.)
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan
psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot
polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi
pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai
macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi menekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
Mekanisme Terjadinya Asma
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang
kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta
partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau),
bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus
menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar
hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang
seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut
dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
o Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan
berkontraksi/memendek/mengkerut
o Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
o Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi
reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas
yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang
sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai
berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di
dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri
tanpa diobati.
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada
berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti
orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha
bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal
yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius.
Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada
alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang
sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan
dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran
menurun.
Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam
keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan
dokter yang terdekat.

Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik)


Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronkhial adalah :

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan saluran jalan nafas
sempit.
Dispnea ditandai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi dada.
Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan
nafas (exhalation).
Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah
Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket
Tachypnea, orthopnea.
Gelisah dan cemas.
Diaphorosis.
Nyeri di abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan.
Lelah.
Fatigue.
Tidak toleren terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan berbicara.
Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
pernafasan lambat.
Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi.
Kecemasan labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Sianosis sekunder.
Duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gerak-gerik retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardi dan
pelebaran tekanan nadi.
Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat
hilang secara spontan. (Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, hal 612).
Ada beberapa tingkatan penderita asma, yaitu :
1. Tingkat I
o Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
o Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


o Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
o Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
o Tanpa keluhan
o Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstrusi jalan nafas.
o Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
o Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
o Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
o Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refraktor sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
o Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.

Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : kontraksi otot-otot
pernafasa, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih dan takikardi.
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah :

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.


Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetus serangan asma.
Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy
e. Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
o Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada
juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus )
untuk selanjutnya dihirup.
o Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah.
Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara

Bellyana Octavia Chandra | 07120110082


pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya
kering).
b. Kromolin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaiansatu bulan.
c. Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat
diberikan secara oral

Referensi:
http://luviony-luny.blogspot.com/2011/06/asma.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23277/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai