Rought Draft Kapsel Kelas A (Chris-Ria-Mario)
Rought Draft Kapsel Kelas A (Chris-Ria-Mario)
2012110023
Christiana Dwicaesaria
2011110027
Mario Istar
2010110056
Abstrak
Dalam artikel ini dibahas tentang peran Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat
Indonesia.
Pemerintah
Indonesia
berupaya
1. Pendahuluan
Pemerintah Indonesia telah menyadari bahwa pentingnya investasi kesehatan dalam
pembangunan ekonomi. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki
peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Bentuk investasi di bidang kesehatan ini
dapat berupa pembangunan infrastruktur rumah sakit di daerah daerah yang masih belum
1
mendapat fasilitas kesehatan dengan baik, puskesmas, dan peningkatan instalasi kesehatan.
Pada kali ini pemerintah mengeluarkan investasi kesehatan dalam bentuk program Badan
mutu pelayanan kesehatan di Indonesia, pemerintah mengambil kebijakan yaitu dengan meluncurkan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) per 1 Januari 2014. BPJS diharapkan dapat memberikan
perlindungan kepada masyarakat luas melalui skema asuransi kesehatan dengan harga premi yang
terjangkau oleh publik. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peran
pelayanan kesehatan melalui BPJS terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kontribusinya
terhadap perekonomian Indonesia.
2. Tinjauan Pustaka
Teori yang digunakan untuk mengkaji peran BPJS adalah teori produksi. Salah satu bentuk
investasi sumber daya manusia tidak hanya melalui pendidikan namun juga dapat melalui kesehatan.
Kesehatan adalah salah satu faktor utama agar manusia dapat bekerja dan beraktifitas. Manusia yang
sehat tentunya akan dapat bekerja lebih baik dan lebih produktif. Dalam artikelnya Howitt (2005)
berpendapat bahwa ada korelasi antara kesehatan, sumber daya manusia, dan pertumbuhan ekonomi.
Negara-negara berkembang berjuang keras untuk dapat keluar dari jurang kemiskinan, sedangkan
negara maju menikmati kekayaan dan kesejahteraan ekonomi. Kondisi kesehatan masyarakat di suatu
negara akan mempengaruhi pendapatan per kapita negara tersebut (Barro dan Barro, 1996). Usaha
pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik adalah upaya untuk
meningkatkan produktifitas tenaga kerja. Teori investasi tenaga kerja dapat dilihat dalam fungsi
produksi dibawah ini:
meningkatkan layanan kesehatan di negara berkembang dapat menekan angka kematian di bawah usia
60 tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1, berikut ini:
Tabel 1. Angka Kematian Dibawah Usia 60 Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi,
Tahun 19982020
1998
2010
2020
Tahun
Dasar
Tanpa
Intervensi
Dengan
Intervensi
Tanpa
Intervensi
Dengan
Intervensi
Grup 1
13,956,996
13,255,530
5,155,625
12,671,000
4,593,479
Infeksi dan
kurang gizi
Gangguan
Kesehatan Ibu
Infeksi Saluran
Nafas
Gangguan
9,073,059
8,903,935
2,849,259
8,763,000
2,804,160
491,185
360,720
203,645
252,000
87,400
2,101,802
2,175,873
718,038
2,080,000
686,400
2,101,802
1,815,001
1,384,682
1,576,000
1,015,519
Kesehatan
Perinatal
Sumber: WHO-SEAR, 2002
AKB<
AKB 50-100
AKB 100-150
50
Tahun Dasar Pendapatan, 1965
GDP < US$ 750
3.7
1.0
0.1
3.4
1.1
-0.7
5.9
1.8
1.1
2.5
2.8
1.7
0.3
1.9
-0.5
perusahaan) dilain fihak. Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber
daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.
Diagram 1: Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi
sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di
bidang kesehatan.
Tabel 3. Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat Kemajuan
Pembangunan Negara (1995-2000)
Tingkat
Penduduk
Rata-rata
Angka
Angka
Angka
Pendapatan
Harapan
Kematian
Kematian
Tahunan
Hidup
Bayi
Juta
(US$)
(Tahun)
1000)
(Per-1000)
643
296
51
100
159
1777
538
59
80
120
2094
1200
70
35
39
573
4900
71
26
35
Pendapatan Tinggi
891
25730
78
Sub-Sahara Afrika
642
Pembangunan
Negara
Sangat
(1999)
(Per- Anak
Balita
Terbelakang
Pendapatan
Rendah
Pendapatan
Menengah-Bawah
Pendapatan
Menengah-Atas
500
51
92
Sumber: Human Development Report 2001, WHO
151
Ketika angka kematian anak menurun, disertai dengan turunnya tingkat kesuburan, secara
keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduk juga menurun dan rata-rata umur penduduk akan
meningkat. Ratio ketergantungan penduduk juga akan menurun. Perubahan demografi ini
akan
mendorong keseluruhan peningkatan GNP per kapita dan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya
proporsi penduduk usia kerja secara langsung meningkatkan GNP per kapita.
Asuransi Komersial
wajib 1. Kepesertaan bersifat sukarela
2. Profit
3. Manfaat sesuai dengan premi
yang dibayarkan
Indonesia Case Base Groups.(INA-CBGs). INA-CBGs adalah sebuah sistem pembayaran dengan
sistem paket berdasarkan penyakit yang diderita pasien. Sistem ini menghitung layanan apa saja
yang akan diterima pasien berikut dengan pengobatannya sampai ia dinyatakan sembuh. Paket
layanan kesehatan yang didapat pasien merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan yang di dalamnya
mencakup jenis obat dan kelas perawatan bila harus menjalani rawat inap. Di dalam sistem ini ada
standar mutu pelayanan yang seragam bagi setiap peserta.Sistem ini diterapkan lebih dulu untuk Kartu
Jakarta Sehat (KJS).
Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan
mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS
Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih
berhasil guna. Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan akan membayar kepada
fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara
dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
4.7 Sasaran BPJS
Sesuai dengan visi dari BPJS kesehatan, pada tahun 2019 seluruh masyarakat diharapkan
terdaftar dalam fasilitas jaminan sosial ini. Kementrian kesehatan menargetkan pada tahun 2014 ini
121,6 jiwa terdaftar sebagai peserta BPJS kesehatan. Menurut Sekjen Kementerian Kesehatan
Supriyantoro sampai dengan 7 Februari 2014 realisasi kepesertaan BPJS Kesehatan sudah mencapai
116.497.209 jiwa (Beritasatu, 2012). Selain itu
Kementerian Kesehatan, Murti Utami, rumah sakit yang bekerja sama dalam program jaminan
kesehatan nasional ini sudah mencapai 641 rumah sakit milik pemerintah dan 919 rumah sakit milik
swasta. Jika ditotal dengan jumlah puskesmas, dokter umum, klinik swasta dan lainnya, jumlah
pelayan kesehatan untuk peserta BPJS Kesehatan sudah mencapai 1.750.
4.8 Kendala BPJS dalam asuransi kesehatan negara
Dalam penerapannya, program BPJS mengalami beberapa kendala di lapangan. Kendalakendala tersebut adalah:
(1) masalah pengadaan obat obatan. Sebelum BPJS kesehatan diberlakukan, pasien diberikan obat
untuk jangka waktu 30 hari. Namun setelah BPJS kesehatan diberlakukan, pasien hanya diberikan
obat dalam jangka waktu 7 hari. Bagi pasien yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bandung
maupun Surabaya, masalah pengadaan obat dalam waktu 7 hari, tidak ada masalah karena transportasi
cukup mudah. Ketika obat habis, mereka langsung bisa pergi ke puskemas. Bagi pasien yang tinggal
11
di daerah pelosok, cukup sulit bagi mereka untuk menjangkau puskemas karena jauh.
(2) masih banyak rumah sakit swasta yang belum bergabung pada BPJS kesehatan. Kurangnya
sosialisasi menjadi penyebab utama belum bergabungnya rumah sakit swasta menjadi jejaring BPJS
kesehatan. Sosialisasi ke rumah sakit swasta hendaknya dilakukan oleh daerah bersama dengan
ormas.
(3) banyak pasien yang ditolak rumah sakit. Rumah sakit pemerintah seharusnya bertanggung jawab
atas keselamatan pasien karena untuk saat ini rumah sakit pemerintah menjadi prioritas utama.
5. Analisis Kajian
5.1 Analisis dari Kajian EMK
BPJS kesehatan merupakan fasilitas jaminan sosial yang disediakan oleh pemerintah pusat
untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sumber pendanaan BPJS pun berasal dari pemerintah pusat,
yaitu dari APBN. Kementerian Kesehatan dalam APBN tahun 2014 ditetapkan mendapat alokasi
anggaran sebesar Rp46.459,0 miliar. Jumlah ini lebih tinggi Rp9.866,9 miliar atau 27,0 persen bila
dibandingkan dengan pagu APBNP tahun 2013 sebesar Rp36.592,2 miliar. Alokasi tersebut akan
dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) program pembinaan upaya
kesehatan; (2) program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
(PPSDMK); (3) program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak; (4) program pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan; dan (5) program kefarmasian dan alat kesehatan.
Pemerintah juga mengalokasikan anggaran bidang kesehatan dalam rangka pelaksanaan SJSN
kesehatan sebesar Rp19.932,5 miliar diperuntukkan bagi kelompok penerima bantuan iuran (PBI)
untuk pembayaran premi sebesar Rp19.225 per orang per bulan untuk 86,4 juta jiwa selama 12 bulan.
Alokasi anggaran tersebut merupakan bagian dari anggaran Kementerian Kesehatan dalam APBN
tahun 2014.
Alokasi anggaran pada fungsi kesehatan dalam APBN tahun 2014 sebesar Rp13,1 triliun,
menunjukkan penurunan sebesar 25,2 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBN
tahun 2013 sebesar Rp17,5 triliun. Anggaran fungsi kesehatan tersebut, antara lain terdiri atas alokasi
untuk: (1) subfungsi obat dan perbekalan kesehatan sebesar Rp2,6 triliun (19,7 persen terhadap fungsi
kesehatan); (2) subfungsi pelayanan kesehatan perorangan sebesar Rp5,2 triliun (39,9 persen); (3)
subfungsi pelayanan kesehatan masyarakat sebesar Rp1,7 triliun (12,9 persen); (4) subfungsi
kependudukan dan keluarga berencana sebesar Rp2,9 triliun (23,8 persen); (5) subfungsi Litbang
12
kesehatan sebesar Rp427,1 miliar (3,3 persen); dan (6) subfungsi kesehatan lainnya sebesar Rp282,0
miliar (2,2 persen).
Gambar 2. sumber pendapatan BPJS
Sumber: www.bpjs-kesehatan.go.id
6. Simpulan
Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelayanan perlindungan kesehatan bagi
seluruh warga Indonesia patut diapresiasi dan didukung. BPJS adalah kelanjutan dari Askes dan
Jamsostek dengan program-program yang lebih baik dan terjangkau. Secara teori peningkatan fasilitas
dan pelayanan kesehatan adalah bentuk dari investasi di bidang tenaga kerja. Laporan WHO (2002) di
13
negara berkembang menunjukan bahwa kebijakan intervensi pemerintah pada bidang kesehatan dapat
menurunkan angka kematian di bawah usia 60 tahun. Tingkat harapan hidup meningkat, angka
kematian bayi menurun, dan GDP bertambah. Laporan dari Voice of America pada bulan April 2014
bahwa di Bandung, Jawa Barat, animo penduduk terhadap program asuransi kesehatan yang
ditawarkan BPJS sangat tinggi. Partisipasi serta sambutan masyarakat yang tinggi ini menjadi bukti
bahwa BPJS berpotensi untuk mewujudkan ketahanan kesehatan SDM Indonesia yang berkelanjutan
dalam jangka panjang (long term) Bila semua penduduk sudah memiliki asuransi kesehatan dan
asuransi tenaga kerja BPJS maka mereka diharapkan akan bekerja lebih giat dan produktif karena
tidak perlu khawatir kalu jatuh sakit karena sudah mendapatkan jaminan kesehatan. Tentunya hal ini
akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia dan akan meningkatkan
pendapatan (GDP) yang lebih besar dan akan meningkatkan kesejahteraan sosial (social welfare)
masyarakat Indonesia.
7. Daftar Pustaka
Atmawikarta, A. (2009). Investasi Kesehatan Dalam Pembangunan Ekonomi. BAPPENAS
Barro, Robert J., & Barro. J. R.(1996). Three Models of Health and Economic Growth. Preliminary
Draft.
BPJS Kesehatan. (2013, 17 Desember). Iuran. Diunduh dari http://www.bpjs-kesehatan.go.id/statis14-iuran.html.
BPJS Kesehatan. (2014, 3 April). Sumber dana banyak, BPJS sangat sehat. Diunduh 24 April 2014
dari http://www.bpjs-kesehatan.go.id/berita-131-sumber-dana-banyak-bpjs-sangat-sehat.html.
Howitt, P. (2005). Health, Human Capital and Economic Growth: A Schumpeterian Perspective.
Brown University, Rhode Island
Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi. (2009,12 Oktober). Diunduh pada 24 April 2014
dari
http://
http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/makalah/artikel-majalah-
perencanaan/edisi-30-tahun-2003/investasi-kesehatan-untuk-pembangunan-ekonomi---oleharum-atmawikarta/.html.
Jamkesmas, Awal Program BPJS. Diunduh pada 26 April 2014 dari http://www.kpmakugm.org/news/208-jamkesmas,-awal-program-dari-bpjs.html
Kementerian Kesehatan. (2012). Buku pegangan sosialisasi jaminan kesehatan nasional (JKN) dalam
sistem jaminan sosial nasional.
14
Kuwado, F.J. (2013, 29 Mei). Ramai-ramai KJS, apasih INA-CBGs itu. Diunduh 24 April 2014 dari
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/29/06475541/Ramairamai.KJS..Apa.Sih.INAC
BGs.Itu.
Kemkes optimistis realisasi peserta JKN rampung pada Februari. (2014, 13 Februari). Diunduh pada
24 April 2014 dari http://www.beritasatu.com/kesehatan/165973-kemkes-optimistis-realisasipeserta-jkn-rampung-pada-februari.html.
Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Layanan Kesehatan Yang Lebih Berkualitas. (2004, 12
Desember).
Diunduh
pada
26
April
2014
dari
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8108/1653/.
Wulan Teja, R. (2014). BJPS Kesehatan Diserbu Calon Peserta di Bandung. Voice of America.
Diunduh pada 25 April 2014 dari http://www.voaindonesia.com/content/bpjs-kesehatan-
diserbu-calon-peserta-di-bandung/1825531.html
WHO Regional Office For South-East ASIA( 2002): Regional Conference of Parliamentarians on the
Report of the Commission on Macroeconomics and Health :Health and Development
Regional Initiatives, Bangkok, Thailand 15 17 December 2002.
WHO Regional Office For South-East ASIA( 2002): Regional Conference of Parliamentarians on the
Report of the Commission on Macroeconomics and Health: Selecting Interventions For
Better Health Outcomes, Bangkok, Thailand 15 17 December 2002.
WHO Regional Office For South-East ASIA( 2002): Regional Conference of Parliamentarians on the
Report of the Commission on Macroeconomics and Health: What needs to be done:
Resources to do the needful Bangkok, Thailand 15 17 December 2002.
15