Anda di halaman 1dari 11

probabilitas dua kondisi ini, maka probabilitas penerimaan produk pada sampel kedua

dapat dilihat sebagai berikut :


Pa2 = p(x1 = c1 +1) . P(x2 +x1<c2)
+ P(x1=c1+2).P(x2+x1c)
+ P(x1=c1+3).P(x2+x1c)
+ P(x1=c1+4).P(x2+x1c)
++ P(x1=r1-1).P(x2+x1c)
Persamaan (2.9) dapat disederhanakan menjadi :
Pa2 = P(x, = c1 +1) . P(x2 + c1 +1 < c2 )
+ P(x1=c1+2).P(x2+c1+2c2)
+ P(x1=c1+3).P(x2+x1+3c2)
+ P(x1=c1+4).P(x2+x1+4c2)
++ P(x1=r1-1).P(x2+r1-1c2)
Kemudian:
Pa2 = P(x1=cl+1).P[x2c2 -(c1 +1)]
+ P(x1=cl+2).P[x2c2 -(c1 +2)]
+ P(x1=cl+3).P[x2c2 -(c1 +3)]
+ P(x1=cl+4).P[x2c2 -(c1 +4)]
++ P(x1=r1-1).P[x2c2 -(r1 - 1)]

Sehingga:
Pa=Pa1+Pa2=P(x1 c1)+

ATTRIBUTE-PROPORTIONSAMFLINGMETHOD (APS)
APS adalah modifikasi dari Error Margin (EM) method. Menurut teori binomial, distribusi
dari prosentase yang tidak memenuhi dalam sampel (percent ofdefect):
Estimated = (p)

estimated pp =

Gambar 2.5
Error Margin untuk 95 % confident interval
Dari gambar 2.5 dapat dilihat bahwa percentage ofdefect dapat dievaluasi dalam error
margin (h) untuk confideace level (1-a). Karena itulah PD seharusnya berada dalam range
P h dengan probabilitas a
(Meter et al. 1998). Distribusi binomial ditunjukkan dengan:

Dalam Error Margin Method, error margin (h) bisasa digunakan ntuk merencanakan
sampling plans. Jika diambil sejumlah sampel n, hasil percent of defective adalah p, dengan
confident level (1-p). PD akan jatuh dalam margin p h (error margin) seperti :
p Z ( 1 /2)
Dengan menentukan convidence level (1-a), margin toleransi penyimpangan (h), serta
historical data untuk memperkirakan percent of defect (p), banj/aknya sampel yang
dibutuhkan dapat ditentukan dengan rumus:
n = Z2(l-/2)[p(l-p)]/h2
Dengan cara ini, akurasi untuk mengontrol kualitas dikontrol oleh error margin (h).
Semakin kecil error margin (h) ditentukan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.
Walau demikian error margin method mempunyai dua kelemahan, yakni; 1. Asumsi untuk
p pada persamaan (2.17) menyebabkau kesalahan, dan percent ofdefect (p) berdasarkan
populasi yang ada, tidak diketahui sebelum penelitian dilakukan. 2. Tidak adanya kontrol
untuk resiko produsen (oc) dan resiko konsumen (P), sedangkan analisa resiko ini sangat
penting untuk merencanakan Acceplance-Sampling Plans. Karena adanya kelemahankelemahan seperti yang disebutkan diatas, maka EM method mi dimodifikasi, sehingga
didapat atiribuie- Proportion-Sampling (APS) Method, yang dapat mengontrol resiko
produsen, resiko konsumen, serta tidak memerlukan asumsi untuk p. Untuk mendapatkan

Attribute-ProportionSingle Sampling plan, digunakan dua titik kontroL, untuk menentukan


banyaknya sampel (n), dan decision parameler W. Disini, W digunakan untuk memeriksa
estimasi
PD, demi memenuhi kondisi:
a. Produk denganAQL mempunyai kemungkinan(a)untukditolak.
b. Produk dengan RQL mempunyai kemungkinan ( P ) untuk diterima.

Jika banyaknya sampel n diambil dan x adalah jumlah yang tidak


memenuhi syarat, Percenlage of defeci (p) diperkirakan x/n. Distribusi
dari percent ofdejecl pada sampel, sebagai berikut:
estimated (p) =P = x/n (2.19)
estimated
Z(

(2.20)

= Probabilitas untuk menerima RQL qualily

(2.21)

Z(

= Probabilitas untuk menerima AOL qualily.

Z dapat dicari dari tabel distribusi normal. Pemecahan untuk kedua persamaan diatas (2.21)
dan (2.22) adalah sebagai berikut:

(2.23)

W = AQL Z

(2.24)

W= RQL Z(

(2.25)

Gambar 2.7
Proses Attribute-Proportion-Sampling Method
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk menentukan AS!Myang sesuai, antara lain:
a. Karakteristik dari proses produksi.
b. Cara penerimaan mutu dari proses produksi.
c. Biaya untuk pengambilan sampel.
d. Tingkat akurasi dari keputusan.
e. Tersedianya alat untuk pengambilan sampel.
f. Waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel.

5. BEBERAPAASPEKDALAMOCaW
5.1 Ideal OC Curve

Gambar2.8
Ideal OC Curve
OC Curve yang ideal berbentuk seperti gambar 2.8, namun kenyataannya hal ini tidak
pemah didapatkan tanpa dilakukan 100% inspection. 100% inspection biasanya
membutuhkan biaya pengukuran yang tinggi, serta memakan waktu cukup lama,
keuntungamiya bila memungkinkan dilakukan 100% inspeclion, tidak ada produk yang
ditolak jika produk itu memenuhi spesifikasi, dan sebaliknya tidak ada produk yang
diterima, jika produk itu tidak memenuhi spesifikasi. Slope yang tegak lurus menunjukkan
kemampuan untuk membedakan taraf mutu dengan tegas, hal ini juga menunjukkan
semakin curam slope dari OC Curve, maka semakin baik pula OC Curve ini dapat
membedakan taraf mutu (quality level) suatu produk. Namun semakin curam slope OC
Curve mempunyai konsekuensi tersendiri, dimana hal itu berarti bahwa kebutuhan akan
ukuran sampel semakiii besar.

5.2 Beberapa Perbandingan dalam OC Curve

Gambar 2.9
Perbandingan OC Curve dengan ukuran Sampel 10% dari lot Dari gambar 2.9 dapat
dibuktikan bahwa penentuan ukuran sampel tidak tepat bila didasarkan dari prosentase
besamya suatu lot, karena hal ini terayata menghasilkan bentuk OC Curve yang sangat
berbeda.

Gambar2.10

Perbandingan OC Curve untuk ukuran Lot berbeda dengan ukuran Sampel konstan Pada
gambar 2.10 terlihat bahwa dengan pengambilan sampel yang konstan (20 sampel) dari
bermacam-macam ukuran lot menghasilkan OC Curve yang hampir sama. Dari sudut
proteksi mutu, ukuran mutlak dari sebuah sampel random jauh lebih penting daripada
ukuran relatif yang dibandingkan terhadap ukuran lotnya.
6. MUTU BiSCUlT
Mutu biscuit disamping ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan oleh aroma, waraa,
cita rasa, dan kerenyahan. Syarat mutu biskuit sesuai dengan Standar lndustri Indonesia
(SJUL) seperti tertera pada tabel 2.1 Menurut Wallington (I993),sifat maing-masing biscuit
ditentukan oleh jenis tepung yang digunakan, proporsi gula dan lemak, kondisi dari
bahanbahan tersebut pada ditambahkan dalam campuran, misalnya ukuran kristal, metode
pencampuran (balch, kontinu, creaming, pencampuran satu tahap), penanganan adonan dan
metode pemanggangan L Kualitas biscuit selain ditentukan oleh nilai gizinya, juga
ditentukan

oleh warna, aroma cita rasa dan kerenyahannya. Kerenyahan merapakan

karakteristik mutu yang sangat penting untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan itu
sendiri salab. satunya ditentukan oleh kandungan protein dalam bentuk gluten dari tepung
yang digunakan . Dari sekian parameter tersebut yang paling menentukan mutu biscuit
adalah kerenyahan (matz,1968). Pomeranz (1985) mendukung pendapat tersebut dan
mengatakan bahwa kerenyahan merupakan salah satu karakteristik yang penting pada
produk makanan ringan. Konsumen akan menolak produk makanan ringan yang tidak
renyah. Tingkat kerenyahan produk makanan ringan ditentukan oleh kandungan air pada
produk tersebut, dalam hal ini air akan mempengaruhi pembentukan tekstur dari produk
dengan cara melapisi dan melembutkan matrik antara pati dan protein yang terbentuk
sebingga produk tidak keras. Biscuit memiliki kadar air yang rendah dengan tingkat
kekerasaan, kerapuhan dan kerenyahan yang bervariasi. Perbedaan kadar air yang terdapat
pada biscuit akan menunjukkan pengaruh yang nyata pada berbagai aspek dari pengukuran
tekstur biscuit. Tekstur pada biscuit dikatakan rapuh bila dapat dipatahkan dengan mudah
tanpa didahului oleh adanya perubahan bentuk saat diberi tekanan. Sedangkan kerenyahan
biscuit ditentukan oleh adanya bunyi yang dikeluarkan pada biscuit yang diberi tekanan
(faridi,l994). Timbulnya bunyi ini disebabkan adanya rongga antar sel kaku dan rapuh yang
berisi udara. Apabila diberikan gaya dari luar, sel-sel akan patah dan menimbulkan getaran

udara pada rongga-rongga tersebut. Selanjutnya getaran ini akan menghasilkan bunyi
renyah yang kenyaringannya tergantung pada kekuatan sel (Vickers, 1979).

No
1

2
3
4
5

Kriteria Uji
Keadaan:

Satuan

Persyaratan
Normal

- Bau

Normal

Rasa

Normal

Waraa

Normal

- Tekstur
Air (%bb)
Protein(%bb)
Abu(%bk)
Bahan
Makanan

Maks. 5,0
Min. 6.5
Maks. 5.0
Sesuai
Peraturan

Tambahan:

Menkes

- Pewarna

No.

- Pemanis

722/Menkes/lX1998

Cemaran Logam

mg/kg

Tidak boleh ada


Maks 10,0

- Tembaga (Cu)

mg/kg

Maks 1,0

- Timbal (Pb)

mg/kg

Maks40,0

- Seng (Zn)

mg/kg

Maks 0,05

- Raksa (Hg)

mg/kg

Maks0,5

- Arsen (As)
Cemaran Mikroba

Koloni/g

Maks. 1.0 x 10

- Angka Lempeng APM/g

Maks. 20,0<3

Total

APM/g

Maks. 1,0 x 10

- Coliform

Koloni/g

- F.Coli
- Kapang

7. PROSEDURUJIKADARAIR
Pengujian kadar air di P.T. United Waru Biscuit Manufactory menggunakan metode
oven. Prinsipnya adalah hilangnya bobot pada pemanasan 105C dianggap sebagai kadar
air yang terdapat pada sampel.
Peralatan yang digunakan:
Botol timbang tertutup (petri dish)
Oven
Neraca analitik
Cara kerja:
1. Menimbang dengan seksama 1-2 gram sampel dalam petri dish, yang sudah
diketahui bobotnya.
2. Dikeringkan kedalam oven pada suhu 105C selama 2 jam.
3. Setelah 2 jam dikeringkan, dilakukan penimbangan dengan neraca analitik.
4. Dikeringkan lagi pada suhu yang konstan (105C). Langkah ini diulangi hingga
diperoleh bobot yang tetap.
Perhitungan:
Kadarair-W*100%
Wi
W= bobot sampel sebelum dikeringkan dalam oven (gram)
Wt= bobot yang hilang setelah dikeringkan (gram)

Anda mungkin juga menyukai