Oleh :
Dio Alip Ananta Putra
08700041
Anatomi Otak
Definisi
Suatu kelainan otak yang ditandai
oleh adanya faktor predisposisi yang
dapat
mencetuskan
bangkitan
epileptik, perubahan neurobiologis,
kognitif,
psikologis
dan
adanya
konsekuensi
sosial
yang
diakibatkannya (International
League Against
Epilepsy dan International Bureau for Epilepsy,2005)
Etiologi
Dibagi atas dua kelompok :
1.Epilepsi Idiopatik
- penyebab tidak diketahui
- >50% dari penderita epilepsi
anak
- usia > 3 tahun
2.Epilepsi simptomatik
- penyebab bervariasi
Faktor Pencetus
Kurang tidur
Stress emosional
Adanya infeksi
Alkohol
Perubahan hormonal
Kelelahan
Fotosensitif
KLASIFIKASI
Kejang Umum
-absences/petit
mal
- tonic
clonic/grand mal
-tonic
-clonic
-myoclonic
-atonic
-spasme infantil
Kejang yang
tidak
tergolongkan
Patofisiologi
Idiopatik
Infeksi
Tumor
Ischaemi
Trauma
Kelainan Genetik
Gangguan metabolisme
potensial membran
Perubahan permeabilitas
membran sel neuron
Kejang
NEUROTRANSMITTER
GABAinhibisi
Kejang disebabkan
karena ada
ketidakseimbangan
antara pengaruh
inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa
terjadi karena :
Kurangnya transmisi
inhibitori
Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau
selama penghentian
pemberian agonis GABA
Gejala Kejang
Sisi Otak yang Terkena
Gejala
Lobus Frontalis
Lobus Oksipitalis
Lobus Parietalis
Lobus Temporalis
Lobus Temporalis
Anterior
Lobus Temporalis
Anterior sebelah dalam
KEJANG PARSIAL
Kejang parsial disebabkan oleh adanya suatu lesi
fokal yang terdapat dalam otak, tetapi pada
sebagian
besar
pasien,
penyebabnya
masih
Sensorik
Bangkitan
somatosensorik
jarang dijumpai, dan berasal
dari gyrus postsentralis.
Bangkitan
somatosensorik
ditandai
dengan
sensasi
abnormal, berupa rasa baal,
rasa semutan, seperti ditusuktusuk di daerah yang terlibat
Bangkitan
somatosensorik
biasanya melibatkan ibu jari,
tangan atau muka Bila daerah
proprioseptif
terlibat
akan
dijumpai perasaan sikap yang
abnormal pada anggota gerak
atas atau bawah, kehilangan
persepsi spatial dari ekstrimitas
bangkitan
somatosensorik
dapat hanya terbatas, menjalar
dan dapat menjadi bangkitan
yang
kompleks(parsial
kompleks) atau menjadi kejang
Psikis
Autonom
Bangkitan ini biasanya disertai oleh
fenomena yang kompleks. Gejala
autonom dapat dijumpai bersama
bentuk kejang yang lain, perubahan
denyut jantung, menjadi pucat,
menjadi merah (flushing), perubahan
ukuran
pupil.
Muntah,
dan
inkontinensia
dapat
sebagai
komponen autonom.
KEJANG UMUM
Absences (petit mal)
Petit mal dikenal juga sebagai absence murni. Bangkitannya
berlangsung singkat, hanya beberapa detik (5-15 detik).
Pada serangan epilepsy jenis ini terlihat hal berikut :
1. Penderita tiba-tiba berhenti melakukan apa saja yang
sedang ia lakukan
( misalnya makan, bermain,
berbicara)
2. Penderita memandang kosong (staring). Pada saat ini ia
tidak bereaksi saat diajak berbicara atau bila dipanggil,
karena ia tidak sadar.
3. Setelah beberapa detik penderita kemudian sadar dan
meneruskan aktifitasnya.
TONIC CLONIC
( GRAND MAL )
Grand mal merupakan jenis epilepsy yang paling sering
dijumpai pada anak.
Grand mal primer
ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonikklonik
penderita tidak mengingat atau tidak tahu adanya
serangan sejak awal
Aura
Grandmal sekunder
Bangkitan fokal atau bangkitan parsial baik yang
sederhana, maupun yang kompleks dapat berkembang
menjadi bangkitan umum
Fase Tonic
60 detik
sikap opistotonus
epileptic cry
sianosis
Fase Klonik
40 detik
penderita mengompol
keluar busa dari mulut
Kejang berhenti
MIOCLONIC
Bangkitan berupa gerakan involunter
misalnya anggukan kepala, fleksi
lengan yang terjadi berulang-ulang.
Bangkitan terjadi demikian cepatnya
sehingga sukar diketahui apakah ada
kehilangan kesadaran atau tidak.
Bangkitan ini sangat peka terhadap
rangsang sensorik
ATONIC
Epilepsi jenis ini biasanya dimulai antara
umur2-5 tahun dan sering disertai retardasi
mental.
Bangkitan berupa kehilangan sikap tubuh
karena menurunnya tonus otot dengan
tiba-tiba dan cepat sehingga penderita
jatuh
atau
mencari
pegangan
dan
kemudian dapat berdiri kembali. Bangkitan
ini sering juga disebut drop attack
Anamnesa
Pola/bentuk bangkitan
Lama bangkitan
Gejala sebelum, selama dan pasca bangkitan
Frekuensi bangkitan
Factor pencetus
Ada/tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
Usia pada saat terjadinya bangkitan pertama
Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan
perkembangan bayi/anak
Riwayat terapi epilepsy sebelumnya
Riwayat penyakit epilepsy dalam keluarga
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EEG, rekaman video EEG
Laboratorium
DL, elektrolit, gula darah
Lumbal pungsi bila curiga infeksi SSP
Radiologis
CT-Scan
MRI bila memerlukan terapi
pembedahan
Komplikasi
Komplikasi kejang Partial
Personal : mudah marah, hiperseksual
Amnesia dan anomia
Kepribadian agresif dan defensive
Komplikasi kejang umum
Aspirasi
Fraktur vertebra atau dislokasi
Luka pada lidah, bibir akibat gigitan
Status epileptikus
PENATALAKSANAAN
Non farmakologi:
Amati faktor pemicu
Menghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR, konsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur,
terlambat makan, dll.
PRINSIP PENATALAKSANAAN
1. Obat anti epilepsi (OAE) apabila diagnosis epilepsi
sudah dipastikan, minimum 2 kali bangkitan dalam
setahun. Berikan penjelasan mengenai tujuan pengobatan
dan efek samping dari pengobatan tersebut.
2. Terapi dimulai dengan monoterapi
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan
secara bertahap samapai dengan dosis efektif tercapai
atau timbul efek samping obat.
4. Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak
dapat mengontrol bangkitan, maka ditambahkan OAE
kedua dimana bila sudah mencapai dosis terapi, maka OAE
pertama dosisnya diturunkan secara perlahan.
5. Adapun penambahan OAE ketiga baru diberikan setelah
terbukti bangkitan tidak terkontorl dengan pemberian OAE
pertama dan kedua.
Drug of
choice
Karbamaze
pin
Fenitoin
Valproat
Abscense
Myoclonic,
atonic
Valproat
Karbamaz
epin
Fenitoin
Etosuksim
id
Valproat
Valproat
ALGORITMA
TATALAKSANA
EPILEPSI
Diagnosa positif
Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping
Ya
Sembuh ?
Tidak
Tidak
Lanjutka
n
terapi
lanjut
Pertimbangkan,
Atasi dg tepat
Tidak
Efek samping dapat ditoleransi
Ya
Tingkatkan
dosis
Hentikan
AED1
Tetap
gunakan
AED2
Tidak
Turunkan dosis
Tambah AED 2
Sembuh?
Ya
Tidak
lanjut
lanjutan
Tidak sembuh
Lanjutka
n
terapi
Tidak kambuh
Selama > 2 th ?
ya
tidak
Hentikan Kembali ke
pengobatanAssesment
awal
Tidak
Ya
Tidak
Rekonfirmasi diagnosis,
Pertimbangkan pembedahan
Atau AED lain
Prognosa
70-80% sembuh dan lepas obat
20-30% menjadi epilepsi kronis
Prognosa buruk bila lebih dari satu
jenis epilepsi, disertai retardasi
mental, dan gangguan neurologis
Absences/petit mal prognosa
terbaik
TERIMA KASIH