PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang merupakan kejadian terputusnya kontinuitas
jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh trauma langsung ataupun
tidak langsung. Menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang
umunya disebabkan oleh rudapaksa Meningkatnya kasus fraktur terjadi di
seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun
2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal dikarenakan kecelakaan dan
sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan
tertinggi adalah fraktur ekstremitas bawah yakni sebesar 46,2% dari
keseluruhan insiden yang terjadi. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Indonesia, dari tahun 2010 hingga 2012 terjadi peningkatan jumlah kecelakaan
lalu lintas yang signifikan. Pada tahun 2010 terjadi kecelakaan lalu lintas
sebanyak 66.488 kasus dimana korban meninggal sebanyak 19.873 jiwa,
mengalami luka berat termasuk fraktur sebanyak 26.196 jiwa sedangkan
korban yang mengalami luka ringan sebanyak 63.809 jiwa. Hal ini terus
meningkat hingga tahun 2012 dimana jumlah kecelakaan lalu lintas sebanyak
117.949 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 29.554 jiwa, mengalami
luka berat sebanyak 39.704 jiwa dan mengalami luka ringan sebanyak 128.312
jiwa. Hasil survey Depertemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
2009 menunjukkan bahwa 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45%
penderita fraktur mengalami kecacatan fisik, 15% mengalami gangguan
psikologis terutama depresi dan hanya 10% penderita fraktur yang menlamai
kesembuhan dengan baik. Ini berarti angka kecacatan fisik akan terus
bertambah seiring bertambahnya jumlah penderita fraktur.
Menurut data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dari
tahun ke tahun kasus fraktur terutama pada bagian extremitas bawah
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 pasien yang menjalani
rawat inap sebanyak 920 orang dan pada tahun 2014 pasien yang menjalani
rawat inap sebanyak 1.173 orang. Sedangkan data Rumah Sakit Umum
Daerah Wangaya Denpasar menunjukkan bahwa pada tahun 2013 pasien
fraktur extremitas bawah yang menjalani rawat inap sebanyak 348 orang
dengan rincian pasien dengan patah tulang jari kaki 33 orang, patah tulang
leher femur 45 orang, patah tulang pada ujung bawah tulang femur 6 orang,
patah tulang pada femur yang tidak ditentukan 45 orang, patah tulang patella
18 orang, patah tulang pada poros tibia 18 orang, patah tulang fibula 82
orang, patah tulang metatarsal 18 orang, patah tulang kaki lainnya 34 orang,
patah tulang kaki tidak ditentukan sebanyak 36 orang. Pada tahun 2014 pasien
yang menjalani rawat inap pasien dengan patah tulang jari kaki 44 orang,
patah tulang leher femur 69 orang, patah tulang pada ujung bawa tulang femur
12 orang, patah tulang pada femur yang tidak ditentukan 38 orang, patah
tulang patella 33 orang, patah tulang pada poros tibia 83 orang, patah tulang
fibula 2 orang, patah tulang metatarsal 33 orang, patah tulang kaki lainnya 46
orang, patah tulang kaki tidak ditentukan 53 orang. Jadi jika ditotal jumlah
pasien fraktur ekstremitas bawah yang menjalani rawat inap sebanyak 413
orang. Berdasarkan data yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
atau makhluk hidup. Perilaku manusia adalah segala aktivitas atau kegiatan
manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
dari pihak luar (Notoatmodjo,2007). Perilaku adalah aktivitas yang timbul
karena adanya dorongan dalam rangka memenuhi kebutuhan (Purwanto,
2012).
2. Domain Perilaku
B. Konsep Fraktur