Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merokok merupakan salah satu fenomena gaya hidup pada orang masa kini. Jika ditanya
mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki jawaban sendiri. Ada yang merasa
bebas, dapat menghilangkan stress, memperbaiki memori, mengurangi kecemasan,
mengurangi rasa lapar, memperbaiki konsentrasi dan bisa pula orang merokok sebagai
ekspresi perlawanan dan pemberontakan (1)
Para ilmuwan psikologi umumnya sesuai dalam pendapat bahwa pokok persoalan
psikologi adalah perilaku, namun tetap terdapat perbedaan yang besar sekali dalam pendapat
mereka mengenai hal-hal apa saja tepatnya yang harus dimasukkan ke dalam kategori
perilaku tersebut.(2)
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi
stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok. Dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu
kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai

tobacco

dependency atau ketergantungan tembakau. Tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan


sebagai perlaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus
rokok per hari, dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan
tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas
subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas
merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari menyatakan
bahwa perilaku merokok terbentuk melalui empat tahap, yaitu: tahap preparation, initiation,
becoming a smoker, dan maintenance of smoking.(3,4)
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri
sendiri maupun orang di sekelilingnya. Pada beberapa riset yang mendukung pernyataan
tersebut jika dilihat dari sisi individu yang bersangkutan. Pengaruh bahan-bahan kimia yang
1

dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar dapat menimbulkan


berbagai penyakit jika dilihat dari sisi kesehatan. Bahan kimia ini akan memacu kerja
susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah
meningkat dan detak jantung bertambah cepat. (5)
Berdasarkan kelompok umur, hasil temuan 2007 menunjukkan prevalensi perokok
meningkat dengan bertambahnya umur, sampai kelompok umur 55-59 tahun, kemudian
menurun pada kelompok umur berikutnya. Peningkatan pada kelompok umur 15-19 tahun,
dari 7,1% (1995) menjadi 19,9% (2007) atau naik 180% selama tahun 1995 2007.
Prevalensi merokok meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan kelompok umur. Peningkatan
tertinggi terjadi pada kelompok umur yang paling muda yaitu 10-14 tahun dari 0,3% menjadi
2,0% atau meningkat hampir 7 kali lipat selama 12 tahun terakhir.
Pada tahun 2007, prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar 34,2% (lebih
dari 50 juta orang dewasa), meningkat dari 31,5 % tahun 2001 dan tidak menunjukkan
perbedaan dibandingkan tahun 2004.(6,7)
Karena itu, kami ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada laki-laki di atas 15 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di
Kecamatan Mampang Prapatan.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Kecamatan Mampang
Prapatan.

1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
2. Mengetahui hubungan antara sikap merokok dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
4. Mengetahui hubungan antara pendapatan dengan perilaku merokok pada laki-laki berusia
di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
1.4 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
4. Terdapat hubungan antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok pada lakilaki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Untuk peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian
serta lebih memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya
terutama yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.
b. Untuk institusi

Puskesmas Kecamatan Mampang


Memberikan masukan kepada Puskesmas agar Puskesmas semakin mendukung
program pencegahan merokok.

Fakultas Kedokteran Trisakti


-

Menambah informasi dan wawasan kedokteran tentang pengetahuan terhadap


rokok, sikap merokok, tingkat pendidikan, dan pendapatan dengan perilaku
merokok di Kecamatan Mampang.

Sebagai bahan penambahan karya ilmiah pada bagian ilmu kesehatan


masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok dibakar maka
akan mengaluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin,gas karbon monoksida, nitrogen
oksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein,acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene,
methanol, coumarin, 4-ethylcatechol,ortocresol, perylene, dll. Secara umum bahan-bahan ini
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau
partikel. (8,9)
2.1.1

Zat zat Yang Terkandung Dalam Rokok


Nikotin didalam tubuh menyebabkan perangsangan sistem Saraf Simpatis. Perangsangan
Saraf Simpatis (Pelepasan Adrenalin), berdampak pada peningkatan Denyut Jantung,
Tekanan Darah, Kebutuhan Oksigen Jantung, serta menyebabkan Gangguan Irama
Jantung. Selain itu Nikotin mengaktifkan Trombosit yang beresiko pada timbulnya
Adhesi Trombosit (penggumpalan) ke Dinding Pembuluh Darah termasuk Pembuluh
Darah Jantung.(10)
Adapun Tar, disebut sebagai zat Karsinogenik, karena ampas Tar yang tersimpan
terutama dalam saluran nafas akan mengubah struktur dan fungsi saluran nafas dan
Jaringan Paru. Pada saluran napas besar, Sel Mukosa membesar (Hipertrofi) dan Kelenjar
Mucus bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi Radang ringan
hingga penyempitan akibat bertambahnya Sel dan Penumpukan lendir. Sedangkan pada
Jaringan Paru-Paru, terjadi Peningkatan jumlah Sel radang dan Kerusakan Alveoli. Hal
ini yang memungkinkan terjadinya pembentukan Sel Kanker. Selain kedua zat tersebut,
masih terdapat zat-zat lain yang terkandung dalam rokok dan berakibat buruk terhadap
sistem tubuh. zat lain tersebut diantaranya :(10)
a. Karbon Monoksida : Merupakan sejenis gas yang tidak berbau yang dihasilkan
dari pembakaran zat Arang atau Karbon yang tidak sempurna. Gas ini memiliki
sifat racun yang dapat mengurangi kemampuan darah membawa Oksigen. Hal ini
disebabkan karena unsur ini memiliki kemampuan yang cepat untuk bersenyawa
dengan

Haemoglobin,

sehingga

mengganggu

ikatan

Oksigen

dengan
6

Haemoglobin yang pada akhirnya menyebabkan supply Oksigen keseluruh Organ


tubuh berkurang.
b. Arsenic : Sejenis unsur kimia yang digunakan untuk membunuh serangga.
c. Nitrogen Oksida : Unsur kimia ini dapat mengganggu saluran pernafasan bahkan
merangsang kerusakan dan perubahan kulit tubuh.
d. Ammonium Karbonat : Zat ini membentuk plak kuning pada permukaan lidah dan
menggangu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat dipermukaan lidah.
e. Ammonia : Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari Nitrogen dan
Hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini
sangat mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat
dalam zat ini sehingga jika disuntikan sedikit saja kedalam tubuh bisa
menyebabkan seseorang pingsan.
f. Formic Acid : Jenis cairan yang tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat
mengakibatkan lepuh. Cairan ini sangat tajam dan baunya menusuk. Zat ini dapat
menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya zat ini dalam
peredaran darah akan mengakibatkan pernafasan menjadi cepat.
g. Acrolein : Sejenis zat tidak berwarna, seperti Aldehid. Zat ini diperoleh dengan
mengambil cairan dari Gliserol dengan metode pengeringan. Zat ini sedikit
banyak mengandung kadar Alkohol. Cairan ini sangat menganggu bagi kesehatan.
h. Hydrogen Cyanide : Sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan
sangat efisien untuk menghalangi pernapasan.
i. Cyanide : Salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit
saja Cyanide dimasukkan langsung kedalam tubuh dapat mengakibatkan
kematian.
j. Nitrous Oksida : Sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terisap dapat
menyebabkan hilangnya keseimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.
k. Formaldehyde : Zat yang banyak digunakan sebagai pengawet dalam
Laboratorium (Formalin).

l. Phenol : Merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari
Destilasi beberapa zat Organic seperti kayu dan arang. Phenol terkait dengan
Protein dan menghalangi aktivitas Enzim.
m. Acetol : Hasil pemanasan Aldehide (sejenis zat berwarna yang tidak bergerak) dan
mudah menguap dengan Alkohol.
n. Hydrogen Sulfide : Sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan bau yang
keras. Zat ini menghalangi Oxidasi Enxym (Zat Bezi yang berisi Pigmen).
o. Pyridine : Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan
untuk mengubah sifat Alkohol sebagai pelarut dan pembuluh hama.
p. Methyl Chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana Hidrogen
dan Karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan
Compound Organik yang dapat beracun.
q. Methanol : Sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar.
Meminum atau mengisap Methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan
kematian.
2.1.2

Efek Rokok Terhadap Kesehatan


Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat
jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia.
Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil
zat yang terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung 4000 jenis
zat kimia beracun, 43 jenis bersifat Karsinogenik (merangsang tumbuhnya Kanker). Zat
yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin, Karbon Monoksida. Tar mengandung bahan
kimia beracun yang akan merusak Sel Paru-Paru, dan menyebabkan Kanker. Beberapa
penyakit yang ditimbulkan akibat merokok antara lain:(10)
a. Penyakit Paru.
Merokok dapat menyebabkan perubahan Struktur dan Fungsi saluran napas dan
Jaringan Paru-Paru. Pada saluran napas besar, Sel Mukosa membesar (Hipertrofi)
dan Kelenjar Mukus bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya Sel dan
Penumpukan lendir. Pada Jaringan Paru-Paru, terjadi peningkatan jumlah Sel
8

radang dan Kerusakan Alveoli. Akibat perubahan Anatomi saluran napas, pada
perokok timbul perubahan pada fungsi Paru-Paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru Obstruksi
Menahun (PPOM). Bahkan Kanker Paru merupakan jenis penyakit paling banyak
yang diderita perokok.
b. Penyakit Jantung Koroner.
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam
rorok. Pengaruh utama pada penyakit Jantung terutama disebabkan oleh dua
bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni Nikotin dan Karbon
Monoksida. Dimana Nikotin dapat mengganggu Irama Jantung dan menyebabkan
sumbatan pada Pembuluh Darah Jantung, sedangkan CO menyebabkan supply
Oksigen untuk Jantung berkurang karena berikatan dengan Hb Darah. Hal inilah
yang menyebabkan gangguan pada Jantung, termasuk timbulnya penyakit Jantung
Koroner.
Penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia, sekitar
180.000

warga

amerika

meninggal

setiap

tahunnya

karena

penyakit

kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) akibat kebiasaan merokok,


sedangkan hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa jumlah kematian perokok
akibat serangan jantung berkisar 50%-100% lebih besar dari pada non perokok,
tergantung usia dan jumlah rokok yang dikonsumsi.
c. Impotensi.
Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh tubuh termasuk Organ
reproduksi. Zat ini akan menggangu proses Spermatogenesis sehingga kualitas
Sperma menjadi buruk.
Sebuah penelitian perihal pengaruh rokok dan impotensi dilakukan oleh
Australian Study of Health dan dipublikasikan oleh Tobacco Control, dari British
Medical Journal. Hasil penelitian tersebut menyebutkan jika laki-laki yang
merokok lebih dari 20 batang dalam seharinya tampaknya akan mengalami
impotensi 40 % lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

d. Kanker Kulit, Mulut dan Tenggorokan.


Tar yang terkandung dalam rokok dapat Mengikis selaput lendir di mulut, Bibir
dan kerongkongan. Ampas Tar yang tertimbun merubah sifat Sel-Sel normal
menjadi Sel ganas yang menyebakan Kanker. Kanker Mulut dan Bibir ini juga
dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk Kanker Kerongkongan
didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya Kanker
Kerongkongan dan Usus adalah 5-10 kali lebih banyak dari pada bukan perokok.
e. Merusak Otak dan Indera.
Sama halnya dengan Jantung, dampak rokok terhadap Otak juga disebabkan
karena Penyempitan Pembuluh Darah Otak yang diakibatkan karena efek Nikotin
terhadap Pembuluh Darah dan Supply Oksigen yang menurun terhadap Organ
termasuk Otak dan Organ Tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya Nikotin ini dapat
mengganggu seluruh sistem tubuh.
f. Gangguan Kehamilan dan Janin.
Dari berbagai penelitian medis menyatakan jika wanita hamil yang merokok
dipastikan memasukan ribuan gas kimia yang berbahaya ke dalam aliran
darahnya, seperti karbon monoksida dan Nikotin. Kemudian aliran darah tadi
membawa gas-gas tersebut ke dalam plasenta si bayi. Akibatnya bayi kekurangan
jatah aliran oksigen.
Pengaruh nikotin menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran
darah ke janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi
kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh janin. Selain itu akibat
karbondioksida yang terkandung dalam asap rokok akan mengikat hemoglobin
yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan keseluruh tubuh. Sehingga
rokok akan mengganggu distribusi zat makanan serta oksigen ke janin. Ini
meningkatkan risiko kelahiran bayi dengan berat badan kurang, yaitu dibawah
2.500 gram.
Hal ini terutama ditujukan pada Wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang
menggungkapkan bahwa Wanita hamil yang merokok meiliki resiko Melahirkan
Bayi dengan Berat badan yang rendah, Kecacatan, Keguguran bahkan Bayi
meninggal saat dilahirkan.
2.2 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang merokok, diantaranya adalah :
10

1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .(11)
Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan
yang erat antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk
Morbidity and Mortality Weekly Report yang dipublikasikan tahun 2008 mengatakan
perokok dengan pendidikan diploma merupakan yang tertinggi dengan 44%.
Sementara itu, perokok yang pernah mengenyam pendidikan 9-11 tahun mempunyai
tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok yang berlatar pendidikan perguruan tinggi
hanya 11,4%. Prevalensi perokok berpendidikan sarjana jauh lebih rendah lagi, yaitu
hanya 6,2%. (11)
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latar belakang pendidikan untuk benarbenar memahami bahaya merokok bagi kesehatan. Data itu juga menjelaskan adanya
kecenderungan di antara perokok dengan latar pendidikan yang rendah untuk
mengabaikan kesehatan mereka. (12)
2. Status Ekonomi
11

Status sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pekerjaan, pendidikan dan penghasilan
juga mempunyai hubungan yang cukup signifikan dengan perilaku merokok. Pada
banyak negara berkembang, prevalensi perilaku merokok menjadi lebih besar pada
kelompok sosial ekonomi rendah. (13)
Dalam penelitian lain menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin
pria, tingkat pendidikan orang tua yang semakin rendah, dan ketersediaan uang saku
yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara signifikan dengan perilaku
merokok saat ini. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa anak-anak dari ayah
yang mengenyam pendidikan lebih tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk
merokok dibanding anak-anak dari ayah yang hanya mengenyam pendidikan dasar.
Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ayah, semakin jarang
anak mereka yang menjadi perokok. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa status sosial
ekonomi, khususnya tingkat pendidikan sang ayah lebih berpengaruh terhadap
perilaku remaja dibanding tingkat pendidikan sang ibu. Sementara dari penelitian
yang dilakukan terhadap para remaja di Selandia Baru diketahui bahwa perilaku
merokok berkorelasi positif dengan jumlah uang saku yang diterima, namun
tergantung pada status sosial ekonomi.(14)
3. Orang Tua
DiAmerika Serikat, remaja putri yang orang tuanya perokok lima kali lebih
seringmenjadi perokok bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak
merokok.Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja biasanya
dilakukanbersama teman-temannya. Kalau seorang remaja tidak ikut-ikutan merokok
maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan. (11)
Faktor lingkungan keluarga meliputi struktur keluarga, riwayat, pola hubungan
orang tua-anak, pola asuh, dan perilaku merokok orang tua. Struktur keluarga
memainkan peran yang cukup signifikan dalam hal ini, misalnya dalam sebuah
penelitian terungkap bahwa perceraian orang tua meningkatkan resiko perilaku ini. Di
samping struktur keluarga, riwayat keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah
pentingnya. Keluarga dengan riwayat perilaku kejam, penyia-nyiaan, dan pengabaian
berkontribusi terhadap pemakaian dan penyalahgunaan zat pada remaja, termasuk
perilaku merokok. Pola interaksi dan hubungan dalam sebuah keluarga merupakan
12

faktor yang juga berkontribusi terhadap perilaku merokok, misalnya dalam keluarga
dengan tingkat peraturan dan pengawasan yang lebih ketat akan menurunkan tingkat
perilaku merokok secara signifikan. Pola asuh adalah faktor lain yang mempengaruhi
perilaku merokok. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa perilaku merokok
berhubungan dengan pola asuh permisif dan rendahnya tingkat kelekatan. Selain itu,
penelitian-penelitian terdahulu menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok orang
tua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku merokok remaja. Conrad, Flay,
dan Hill menemukan bahwa 7 dari 13 penelitian yang direview, perilaku merokok
orang tua secara signifikan menjadi prediktor munculnya perilaku merokok pada usia
remaja.(7)
4. Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman- teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok. (15)
Perilaku merokok juga dapat disebabkan oleh pengaruh kelompok sebaya (peer
group). Kelompok sebaya seringkali menjadi faktor utama dalam masalah
penggunaan zat oleh remaja Selama masa remaja, seorang individu mulai
menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebayanya daripada dengan orang
tua. Hal ini berarti bahwa teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti bagi
remaja, karena masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai
bergabung pada kelompok sebaya. Memiliki teman-teman yang merokok
memprediksi kebiasaan merokok pada seorang individu. Sikap teman sebaya
terhadap penggunaan berbagai zat termasuk nikotin dapat mempengaruhi individu
untuk menggunakan zat tersebut. Dalam sebuah penelitian longitudinal ditemukan
bahwa para pemuda New York yang pernah berhubungan dengan teman sebaya yang
merokok atau memakai mariyuana lebih mungkin untuk memakai mariyuana dalam
rentang kehidupan mereka (8)
13

5. Iklan
Iklan merupakan media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini publik,
dalam hal ini pencitraan terhadap produk rokok. Karena hal itulah parapengusaha
rokok rela menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar Amerika per tahununtuk
keperluan iklan. Mengingat ampuhnya media iklan ini, dan mengingatbesarnya biaya
yang dikeluarkan maka upaya penanggulangan merokok di suatunegara harus
melibatkan penanganan terhadap iklan ini. Iklan yang menyesatkanseperti
menghubungkan rokok dengan kejantanan, dunia glamor, olahraga, dansebagainya
perlu dikendalikan.(4)
Para ahli menyatakan bahwa iklan rokok dapatmerangsang seseorang untuk mulai
merokok, dapat menghambat perokok yang inginberhenti merokok atau mengurangi
rokoknya, dapat merangsang perokok untukmerokok lebih banyak lagi, dan
memotivasi perokok untuk memilih merek-merektertentu. Iklan-iklan rokok juga
berpengaruh pada anak-anak. Karena besarnyapengaruh iklan rokok ini maka
berbagai organisasi kesehatan di dunia telahmengusulkan pembatasan iklan rokok.43
Faktor lainnya yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok adalah iklan.
Kini di berbagai negara Eropa dan Amerika telah banyak dilakukan usahauntuk
membatasi iklan rokok, termasuk di majalah khusus para gadis dan remaja. Di
Hongkong misalnya, di akhir tahun 1980-an telah diperkenalkan rokok khusus untuk
wanita yang menjanjikan emansipasi, kelangsingan dan kecantikan. Suatu ungkapan
yang menyesatkan.(9)

2.3 Kebijakan Pemerintah Terhadap Rokok


2.3.1

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)


Indonesia merupakan salah satu penggagas dan pembahas draft FCTC yang kini telah
menjadi hukum internasional, akan tetapi hingga saat ini pemerintahIndonesia belum
menandatangani FCTC ini. Padahal sudah ada 192 negara anggota WHO yang
menundukkan diri dalam kerangka Konvensi Pengendalian Dampak Tembakau
(Framework Convention on Tobacco Control/FCTC) ini dan berkomitmen untuk
menjalankan segala cara untuk mengurangi konsumsi rokok di negara mereka. (16)

14

2.3.2

Peraturan Pemerintah (PP) No 81/1999 Tentang Penanggulangan MasalahMerokok


Bagi Kesehatan.
PP ini memerintahkan agar kandungan tar/nikotin pada rokok dibatasi, maksimum 20 mg
untuk tar dan 1,5 mg untuk nikotin. PP ini juga melarang totaliklan rokok (total ban) di
media massa elektronik. Tetapi daya patuk PP ini hanya seumur jagung Presiden Gus Dur
via PP No 32/2000 dan Presiden Megawati via PPNo 19/2003, telah menggergaji taring
PP No 81/1999.37(17)

2.3.3

Peraturan Daerah (Perda) No 2/2005 pasal 13


Dalam peraturan daerah yang telah disahkan tahun 2005 ini terdapat larangan merokok di
tempat umum serta kewajiban pengelola gedung menyediakan ruang khusus merokok
bagi perokok. Undang-Undang tentang rokok yang ada saat ini bukan bermaksud untuk
melarang seseorang merokok, tetapi membatasi agar masyarakat tidak mudah
mengkonsumsi rokok dan merokok di sembarang tempat. Isimateri Undang-Undang
antirokok antara lain pengaturan cukai dan harga rokok yang mahal untuk membatasi
penduduk merokok, pelarangan seluruh iklan rokok, pelarangan merokok di kawasaan
umum serta pencantuman isi kandungan produkrokok dan peringatan bahaya merokok
bagi kesehatan.(17)

2.4 Perilaku Merokok


Para ilmuwan psikologi umumnya sesuai dalam pendapat bahwa pokok persoalan psikologi
adalah perilaku, namun tetap terdapat perbedaan yang besar sekali dalam pendapat mereka
mengenai hal-hal apa saja tepatnya yang harus dimasukkan ke dalam kategori perilaku
tersebut. Dalam pengertian paling luas, perilaku ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan
atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakkan
sesuatu, semuanya itu adalah perilaku. Dengan kata lain, perilaku adalah sebarang respon
(reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Sedangkan
menurut pengertian yang lebih sempit, perilaku hanya mencakup reaksi yang dapat diamati
secara umum atau objektif Hampir sama dengan definisi tersebut, Atkinson menyatakan
bahwa perilaku adalah aktivitas suatu organisme yang dapat dideteksi. Munculnya perilaku

15

dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal
maupun stimulus eksternal.(2)
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi
stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau
ketagihan,

tetapi

dewasa

ini

merokok

disebut

sebagai tobacco

dependency atau

ketergantungan tembakau. Tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perlaku


penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari,
dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara
berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang
berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu
merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari. (2)

2.5 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan

inin terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Perubahan perilaku subjek terhadap rokok dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui
rokok terlebih dahulu (awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok
(interest), setelah itu subjek mulai menimbang-nimbang keuntungan dan kerugian rokok
terhadap dirinya (evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku merokok (trial),
dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa merokok yang telah disesuaikan dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap rokok (adoption).
Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif menurut mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :(18)
16

a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
g. Pada tingkat pengetahuan , tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling
rendah, di sini subjek mengetahui apa iitu rokok dan rokok telah dikenal dan
dipelajari

sebekumnya.

Subjek

akan

menyebutkan,

menguraikan

atau

mendefinisikan secara benar apa yang dimaksud dengan rokok, misalnya :


seseorang mengetahui apa itu rokok, jenis jenis rokok yang ada dijual, ataupun
menjelaskan rokok itu dari sudut pandangnya. Memahami (comprehension)
merupakan tingkat yang lebih tinggi dari tahu, di sini subjek memiliki
kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara benar.
Aplikasi (application), di sini subjek mampu menggunakan pengetahuannya akan
rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya, misalnya : seseorang yang
telah mengeri bahaya asap rokok, dia akan keluar dari ruangan yang penuh
dengan asap rokok tersebut guna menjaga kesehatannya. Pada tingkat analisis
(analysis), subjek memiliki kemampuan untuk menjabarkan rokok lebih spesifik.
Pada tahap ini subjek mulai menganalisis efek-efek dari asap rokok terhadap
kesehatan maupun keuntungan dan kerugian dari asap rokok. Sedangkan pada
tingkat sintesis (synthesis), subjek mulai menghubungkan efek-efek dari asap
rokok, kandungan di dalam rokok dengan timbulnya penyakit, misalnya : kanker,
penyakit jantung maupun PPOK. Akhirnya pada tingkat evaluasi (evaluation),
subjek membuat keputusan berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap rokok, di
mana subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif.

17

2.6 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditefsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.(19)
Menurut Allport (1954) menelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok :(19)
a. Kepecayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab
(responsible) (18)
Sikap dimulai dari subjek mau dan memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan,
kemudian subjek akan merespon rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau
berdiskusi akan rokok terhadap orang disekitarnya. Akhirnya subjek akan membuat
pilihannya terhadap rokok dengan segala risiko.(20)

18

2.7 Kerangka Teori

Zat zat berbahaya


dalam rokok:

Nikotin
Tar
Co
Pb
Amoniak
HCN
Nitrous oxyde
Fenol

Efek terhadap Kesehatan:

Kanker Paru
PPOK
Penyakit jantung
Stroke
Impotensi
Gangguan Janin

Pengetahuan
tentang bahaya
rokok

Karakteristik:
Sikap terhadap rokok

Aspek Pendidikan

Aspek ekonomi

Aspek sosial

Keluarga

Teman

Lingkungan

Iklan

Perilaku merokok

Kebijakan pemerintah
terhadap rokok

BAB III
19

KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Definisi operasional

Perilaku merokok

Pendapatan

Sikap
Pendidikan

Pengetahuan

3.2 Variabel Penelitian


1. Variabel bebas/Independen
Pendapatan, Tingkat Pendidikan, Pengetahuan terhadap rokok, Sikap terhadap rokok
2. Variabel tergantung/Dependen
Perilaku merokok

20

3.3 Definisi operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
N
o

1.

2.

3.

4.

5.

Variabel

Definisi

Kedudukan
atau posisi
seseorang
dalam
Pendapatan
masyarakat
dinilai dari
pendapatan per
bulan
Jenjang
pendidikan
Tingkat
formal
Pendidikan tertinggi yang
telah ditempuh
dan berijazah
Hasil dari tahu,
yang terjadi
Pengetahuan
setelah terjadi
terhadap
penginderaaan
rokok
terhadap suatu
objek
Reaksi atau
respon yang
Sikap
masih tertutup
dari seseorang
terhadap suatu
stimulus
Aktivitas
Perilaku
menghisap
Merokok
atau
menghirup
asap rokok

Alat ukur

Cara ukur

Hasil Ukur
1.
2.

Kuesioner

Wawancara 3.
4.

< 500.000
500.001
1.000.000
1.000.001
2.000.000
>2.000.000

Skala
Ukur

Referensi
?????

Ordinal

?????
Kuesioner

1. Rendah
Wawancara 2. Tinggi

Ordinal

????
Kuesioner

1. Tinggi
2. Rendah

Nominal

Wawancara
????

Kuesioner

1. Positif
Wawancara 2. Negatif

Kuesioner

1. Merokok
Wawancara 2. Tidak
Merokok

Nominal

???
Nominal

21

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah surveianalitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh pada saat melakukan
penelitian. Hal ini bermaksud mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan yang
lain yang terdapat dalam populasi yang sama. Pendekatan tersebut berarti penelitian itu
dilakukan pada suatu saat tertentu dan tidak diikuti lebih lanjut.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Mampang pada tanggal 23 Juli 2012 3
Agustus 2012.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
mulai tanggal 23 Juli 2012 hingga 3 Agustus 2012 di ke Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan
4.3.2

Sampel

Besar sampel minimal dalam penelitian ini sesuai dengan rumus berikut ini untukpopulasi infinit:

n0 = z 2 x p x
q
d2
Keterangan

n0 = 1,962 x x (1)
(0,05)2

n0 =

n0 : Besar sampel optimal yang dibutuhkan


z : Pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96
p : Prevalensi / proporsi kelompok yang mengalami anemia pada kehamilan
22

q : Prevalensi / proporsi yang tidak anemia pada kehamilan (1-p)


d : Akurasi dari ketepatan pengukuran, untuk p = > 10 % adalah 0,05

Rumus populasi finit:

n = __n0_
1+ (n0/N)

n = _...__
1+ (/.)
n=

Keterangan
n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 : Besar sampel dari populasi infinit
N : Besar populasi finit (jumlah laki-laki yang berusia di atas 15 tahun yang berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yaitu 200 orang)
Berdasarkan data riskesdas 2007 prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar
34,2%.
Rumus populasi infinit:

n0 = z 2 x p x
q
d2

n0 = (1,96)2 x 0,342 x
0,658(0,05)2

n0 = 345,8

23

Rumus populasi finit:

n = __n0_
1+ (n0/N)

n=
_345,8_1+
(345,8/200)
n 127

Dari populasi terjangkau yang berjumlah 200 pasien, maka besarnya sampel minimal
yang dibutuhkan adalah sebesar 127 orang.

4.4 Teknik Sampling


Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian laki-laki yang berusia di atas 15 tahun di
Kecamatan Mampang Prapatan yang memenuhi criteria inklusi penelitian. Pengambilan
sampel menggunakan metode consecutive sampling.
4.5 Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
1. Laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan.
2. Bersedia menjadi responden pada saat pengambilan sampel.
3. Mampu berkomunikasi dengan baik (tidak dalam keadaan sakit).
Kriteria Eksklusi :
1. Laki-laki yang sedang mengalami gangguan jiwa dan mental
2. Laki-laki yang tidak kooperatif
4.6 Instrumen Penelitian
Kuesioner yang terdiri dari 5 bagian pertanyaan dengan total 18 pertanyaan. Pertanyaan
meliputi identitas, pendapatan, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang rokok, dan perilaku
merokok.
24

4.7 Alur Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data

Proposal
Peneliti
disetujui
mendapatkan data yaitu populasi daftarpenderita DBD dari P

Peneliti turun ke lapangan

Mengumpulkan sampel

Peneliti melakukan wawancara berdasarkan panduan kuesioner yang ada

Peneliti mengumpulkan data

Peneliti mengolah data dalam bentuk tabular dengan menggunakan Microsoft Word 2007, SPSS Statistics 17.0

Penyajian data dalam bentuk presentasi

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian


Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara langsung yaitu berupa wawancara dengan menggunakan
alat bantu berupa kuesioner yang telah diujicoba kepada laki-laki yang berusia di atas 15
tahun di Kecamatan Mampang Prapatan. Daftar pertanyaan yang

digunakan adalah

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

25

Data Sekunder
Data yang didapatkan dari Puskesmas, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Tahun 1995,
2001,2004 dan Riskesdas 2007.
Data Tersier
Data yang diperoleh dari buku teks, atau karya ilmiah berupa data yang berhubungan dengan
perilaku merokok.
4.8 Rencana Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1

Data Entri
Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses
penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang terkumpul dari hasil
kuesioner diolah, dianalisis, dengan menggunakan program computer.

4.8.2

Analisis Data

Analisis Univariat
Dilakukan secara deskriptif masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi
frekuensi.

Analisis Bivariat
Untuk menganalisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
digunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan sebesar p <0,05. Semua analisa
dilakukan dengan menggunakan program komputer.

4.9 Penyajian Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk :
1. Tekstular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk kalimat.
2. Tabular, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.
3. Grafikal, dimana hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik.

26

4.10

Jadwal Kegiatan Penelitian

Tahapan Kegiatan
A

Waktu Dalam Minggu


1

Perencanaan
1

Orientasi dan Identifikasi Masalah

Pemilihan Topik

Penelurusan kepustakaan

Pembuatan Proposal

Konsultasi dengan pembimbing

Pembuatan questionnaire

Presentasi Proposal

Pelaksanaan
1

Uji coba kuesioner

Pengumpulan data dan Survey

Pengolahan data

Analisis data

Konsultasi dengan Pembimbing

Pelaporan Hasil
1

Penulisan laporan sementara

Diskusi

Presentasi hasil laporan sementara

Revisi

Presentasi Hasil akhir


(puskesmas dan trisakti)

Penulisan laporan akhir

27

28

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Univariat


5.1.1

Pendapatan
Tabel 1. Tabel Frekuensi Pendapatan Responden
Pendapatan

Jumlah

Presentase (%)

< 500.000

12

9,4

500.001-1.000.000

27

21.3

1.000.001-2.000.000

49

38.6

>2.000.000

39

30.7

Total

127

100

Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan kurang
dari Rp 500.000,- sebanyak 12 orang (9,4%), responden yang memiliki pendapatan Rp
500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- sebanyak 27 orang (21,3%), responden yang
memiliki pendapatan Rp 1.000.001 sampai dengan Rp 2.000.000,- sebanyak 49 orang
(38,6%) dan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- sebanyak 39
orang (30,7%)

5.1.2

Pendidikan
Tabel 2. Tabel Frekuensi Pendidikan Responden

Pendidikan

Jumlah

Presentase (%)

Rendah

23

18.1

Tinggi

104

81.9

Total

127

100

29

Berdasarkan tabel 2. responden yang berpendidikan rendah yaitu tidak bersekolah,


SD/Tamat SD dan SMP /Tamat SMP sebanyak 23 orang (18,1 %), responden, dan
responden yang berpendidikan tinggi yaitu SMA/Tamat SMA, Diploma, dan Sarjana
sebanyak 104 orang (81,9 %).

5.1.3

Pengetahuan
Tabel 3. Tabel Frekuensi Pengetahuan Responden
Pengetahuan

Jumlah

Presentase (%)

Rendah

22

17.3

Tinggi

105

82.7

Total

127

100

Berdasarkan tabel 3. sebagian besar responden yaitu 105 orang (82,7%) memiliki
pengetahuan yang baik mengenai rokok, dimana mereka dapat menjawab lebih dari sam
dengan 60% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 22 orang (17,3%) sisanya
kurang memiliki pengetahuan mengenai rokok, dimana mereka hanya dapat menjawab
kurang dari 60% pertanyaan yang diberikan.

5.1.4

Sikap
Tabel 4. Tabel Frekuensi Sikap Responden
Sikap

Jumlah

Presentase (%)

Positif

111

87.4

Negatif

16

12.6

Total

127

100

30

Berdasarkan tabel 4 sebagian besar responden yaitu 111 orang (87,4%) memilki sikap
positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih dari sama dengan
62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) memilki sikap
positif dimana mereka memiliki respon yang kurang b aik terhadap rokok kurang dari
62,5% pertanyaan yang diberikan.

5.1.5

Perilaku
Tabel 5. Tabel Frekuensi Perilaku Responden
Perilaku

Jumlah

Presentase (%)

Tidak Merokok

65

51.2

Merokok

62

48.8

Total

127

100

Berdasarkan tabel 5. didapatkan 65 orang (51,2%) responden yang tidak merokok,


sedangkan 62 orang (48,8%) sisanya yang merokok.

31

5.2 Hasil Bivariat


5.2.1

Hubungan Antara Pendapatan dan Perilaku Merokok


Tabel 6. Tabel Frekuensi Hubungan Antara Pendapatan dan Perilaku Merokok
Pendapatan

Perilaku
Tidak
Merokok

0-500.000

500.001-1.000.000

1.000.001-2.000.000

>2.000.000

Total

P
Merokok

Total

12

10.8%

8.1%

9.4%

17

10

27

16.2%

16.1%

21.3%

19

30

49

29.2%

48.4%

38.6%

22

17

39

33.8%

27.4%

30.7%

65

62

127

100%

100%

100.0%

0.158

Berdasarkan tabel 6. responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 500.000
adalah sebesar 12 orang (9,4) % , yang terdiri dari 7 orang (10.8%) berperilaku tidak
merokok dan 5 orang (8,1%) berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan
Rp 500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- adalah sebanyak 27 orang (21,3%) yang
terdiri dari

17 orang (26.2%)

berperilaku

tidak merokok dan 10 orang (16.1%)

berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001 hingga
Rp. 2.000.000,- adalah sebanyak 49 orang (38,6)%) yang terdiri dari 19 orang (29.2%)
memiliki perilaku

tidak merokok dan

30 orang (48.4%)

berperilaku merokok.

Responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- yaitu sebesar 39 orang
32

(30,7%) yang terdiri dari 22 orang (33,8%) memiliki perilaku tidak merokok dan 17
orang (27,4%) berperilaku merokok .
5.2.2

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Perilaku Merokok


Tabel 7. Tabel Frekuensi Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Perilaku
Merokok
Pendidikan

Perilaku
Tidak
Merokok

Rendah

Tinggi

Total

p
Merokok

Total

10

13

23

43,5%

56,5%

100%

55

49

104

52,9%

47,1%

100%

65

62

127

51.2%

48.8%

100.0%

Berdasarkan tabel 7. terdapat 104 orang (81,9 %)

0.414

dari total 127 orang responden

memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA/Tamat SMA, Diploma, dan Sarjana yang terdiri
dari 104 orang (81,9 %), dimana responden yang memiliki perilaku tidak merokok
sebanyak 55 orang (52,9 %) dan 49 orang (47,1 %) berperilaku merokok. Sedangkan
responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tidak bersekolah, SD/Tamat
SD , SMP/Tamat SMP adalah sebanyak 23 orang (18,1 %) dari 127 orang total responden
terdiri dari 10 orang (43,5 %) memiliki perilaku tidak merokok dan 13 orang (56,5 %)
berperilaku merokok.

33

5.2.3

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Rokok dan Perilaku Merokok


Tabel 8. Tabel Frekuensi Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Rokok
dan Perilaku Merokok
Perilaku

Pengetahuan

Tidak
Merokok

Rendah

Tinggi

Total

Merokok

Total

10

12

22

15,4%

19,4%

17,3%

55

50

105

84,6%

80,6%

82,7%

65

62

127

100%

100%

100.0%

0.555

Berdasarkan tabel 8. responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 105 orang
(82,7%) responden, yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak merokok, dan
50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 22 orang (17,3%) responden, yang terdiri
dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang (19,4%) responden yang
berperilaku merokok.

Berdasarkan tabel diatas, responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 105
orang (82,7%) responden, yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak
merokok, dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok. Sedangkan
34
responden yang memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 22 orang (17,3%)
responden, yang terdiri dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang
(19,4%) responden yang berperilaku merokok.

5.2.4

H
Perilaku
p

Tidak
Merokok
Positif

Negatif

Total

Merokok

Total

b
u

61

50

111

93,8%

80,6%

87,4%

12

16

6,2%

19,4%

12,6%

65

62

127

100%

100%

100.0%

n
g
a
0.025

Antara Sikap Terhadap Rokok dan Perilaku Merokok


Tabel 9. Tabel Frekuensi Hubungan Antara Sikap Terhadap Rokok dan Perilaku
Merokok

Berdasarkan tabel 9. sebanyak 111 orang (87,4%) yang terdiri dari 61 orang (93,8%) yang
memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok,
memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih dari sama
dengan 62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) dari jumlah total,
yang terdiri dari 4 orang (6,2%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 12 orang (19,4%)
responden yang berperilaku merokok memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon
yang kurang baik terhadap rokok kurang dari 62,5% pertanyaan yang diberikan.

35

36

BAB VI
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian terhadap 127 orang, Dimana responden yang ikut serta dalam
penelitian merupakan laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung mulai tanggal 23 juli
2012 hingga 10 Agustus 2012 di ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, didapatkan
bahwa jumlah responden yang

ditinjau dari hasil pendapatan, responden terbanyak yang

memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- yaitu sebesar 39 orang (30,7%) yang terdiri dari
22 orang (33,8%) memiliki perilaku tidak merokok dan 17 orang (27,4%) berperilaku merokok .
Responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001 hingga Rp. 2.000.000,- adalah
sebanyak

49 orang (38,6)%) yang terdiri dari 19 orang (29.2%) memiliki perilaku

tidak

merokok dan 30 orang (48.4%) berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan Rp
500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- adalah sebanyak 27 orang (21,3%) yang terdiri dari 17
orang (26.2%)

berperilaku

tidak merokok dan 10 orang (16.1%) berperilaku merokok.

Sedangkan hanya sedikit responden yaitu sebanyak 12 orang (9,4) % responden yang memiliki
pendapatan kurang dari Rp 500.000 yang terdiri dari 7 orang (10.8%) berperilaku tidak merokok
dan 5 orang (8,1%) berperilaku merokok . Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden
yang terdiri dari laki-laki yang berusia di atas 15 tahun yang

berkunjung ke Puskesmas

Kecamatan Mampang Prapatan memiliki pendapatan Rp 1.000.001 sampai dengan Rp


2.000.000,- yaitu sebanyak 49 orang (38,6%)responden yang terdiri dari 19 orang (29.2%)
memiliki perilaku tidak merokok dan 30 orang (48.4%) berperilaku merokok.
Dari hasi penelitian ini, terdapat 104 orang (81,9 %) dari total 127 orang responden
memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA/Tamat SMA, Diploma, dan Sarjana yang terdiri dari 104
orang (81,9 %), dimana responden yang memiliki perilaku tidak merokok sebanyak 55 orang
(52,9 %) dan 49 orang (47,1 %) berperilaku merokok. Sedangkan responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah yaitu tidak bersekolah, SD/Tamat SD , SMP/Tamat SMP adalah
sebanyak 23 orang (18,1 %) dari 127 orang total responden terdiri dari 10 orang (43,5 %)
memiliki perilaku tidak merokok dan 13 orang (56,5 %) berperilaku merokok. Sehingga dapat
dikatakan mayoritas laki-laki berusia di atas 15 tahun yang

berkunjung ke Puskesmas
37

Kecamatan Mampang Prapatan memiliki pendidikan yang tinggi, dimana responden yang
memiliki perilaku tidak merokok sebanyak 55 orang (52,9 %) dan 49 orang (47,1 %) berperilaku
merokok.
Dari penelitian ini ditinjau dari tingkat pengetahuan, sebagian besar responden yaitu 105
orang (82,7%) dari total yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak merokok, dan 50
orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok, memiliki pengetahuan yang baik mengenai
rokok. Mereka dapat menjawab lebih dari sama dengan 60% pertanyaan yang diberikan dimana
hal tersebut merupakan dalam kriteria pengetahuan tinggi. sedangkan sisanya 22 orang (17,3%)
sisanya yang terdiri dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang (19,4%)
responden yang berperilaku merokok, kurang memiliki pengetahuan mengenai rokok, dimana
mereka hanya dapat menjawab kurang dari 60% pertanyaan yang diberikan dan termasuk dalam
kriterian pengetahuan rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas laki-laki berusia di
atas 15 tahun yang

berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan memiliki

pengetahuan yang tinggi, dimana antara jumlah pasien berperilaku tidak merokok yaitu 55 orang
dan perilaku merokok yaitu 50 orang memiliki nilai selisih hasil yang tidak terlalu beda jauh.
Dari penelitian ini ditinjau dari sikap yang dibagi menjadi respon positif dan respon
negatif , sebagian besar responden yaitu 111 orang (87,4%) yang terdiri dari 61 orang (93,8%)
yang memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku
merokok, memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih
dari sama dengan 62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) dari
jumlah total, yang terdiri dari 4 orang (6,2%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 12
orang (19,4%) responden yang berperilaku merokok memilki sikap positif dimana mereka
memiliki respon yang kurang baik terhadap rokok kurang dari 62,5% pertanyaan yang diberikan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sebanyak 111 orang (87,4%) responden yang
terdiri dari dari 61 orang (93,8%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%)
responden yang berperilaku merokok,mempunyai sikap positif terhadap perilaku merokok.
Dari hasil penelitian terhadap seluruh

127 orang dari jumlah total responden yang

berpartisipasi, didapatkan bahwa mayoritas laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yang ikut berpartisipasi menjadi responden
38

sebanyak 65 orang (51,2%) responden berperilaku tidak merokok, sedangkan 62 orang (48,8%)
sisanya berperilaku merokok.
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara pendapatan dengan perilaku
merokok, pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan, karena
dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0,158) yang menunjukkan hipotesa nol diterima,
maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah pendapatan dengan perilaku
merokok. Ketidaksesuaian ini mungkin bisa disebabkan jumlah tingkat pendapatan atau status
ekonomi responden yang berperilaku tidak merokok maupun merokok tidak beda jauh dan
hampir sama apabila ditinjau dari tingkat pendapatan masing-masing responden yang ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Sehingga, tidak ada hubungan yang bermakna dan signifikan
antara status ekonomi atau pendapatan dengan perilaku merokok pada laki-lai berusia di atas 15
tahun yang berkunjung di puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007) bahwa ada hubungan antara penghasilan
dengan perilaku merokok responden. Menurut Handayani hal ini sangat masuk akal karena
merokok adalah kegiatan yang memerlukan dana dan karena sebagian besar responden
menjadikan dana sebagai alasan untuk merokok atau tidak merokok selain karena alasan
kesehatan dan keluarga/anak.
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara pengetahuan terhadap rokok
dengan perilaku merokok, pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang
Prapatan, karena dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0,555) yang menunjukkan
hipotesa nol diterima, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
den perilaku merokok. Ketidaksesuaian ini bisa disebabkan mungkin karena sebagian responden
yang datang mayoritas berpendidikan tinggi, antara yang berperilaku merokok dan tidak
merokok tidak beda jauh, mengingat bahaya rokok yang akibatnya tidak langsung atau tidak
secara nyata terjadi. Misalnya, melihat orang merokok menjadi kurang/tidak sehat dan orang
yang tidak/berhenti merokok menjadi lebih sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2007)
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku merokok pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan,
karena dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0.414) yang menunjukkan hipotesa nol
39

diterima, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
perilaku merokok. Ketidaksesuaian ini bias disebabkan mungkin karena pendidikan yang
dihubungkan dengan praktek merupakan pendidikan umum, bukan pendidikan yang spesifik
mengenai kesehatan. Misalnya pendidikan tentang bahaya rokok.Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Handayani (2007)
Dari hasil penelitian ini didapatkan hubungan antara sikap dan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan, karena dengan uji chi-square
didapatkan p < 0,05 (p=0,025) yang menunjukkan hipotesa nol ditolak, maka terdapat hubungan
yang bermakna antara sikap dan perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2007).

40

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan bermakna antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok
2. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku
merokok
3. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok
4. Tidak ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan perilaku merokok
7.2 Saran
Untuk menurunkan angka kejadian di masyarakat terhadap perilaku merokok dan
meningkatkan kesadaran terhadap bahaya dari rokok, disarankan untuk :
1. Bagi puskesmas, agar lebih meningkatkan dan mendukung pelaksanakan program
pemerintah dalam menurunkan jumlah angka perokok. meningkatnya perilaku
merokok.
2. Mensosialisasikan dan memberikan edukasi mengenai bahaya dan efek samping yang
ditimbulkan dari perilaku merokok kepada masyarakat yang berkunjung ke
puskesmas mampang dan masyakat yang berada dilingkungan setempat.

41

DAFTAR PUSTAKA
1. Smoking

definition.

2010

Available

at

http://www.medicalnewstoday.com?

articles/105666.php . Accesed on July 15 th 2012


2. Smoking behaviour. 2009. Available at http://www.hru.uts.edu.au/docs/manual/.
Accesed on July 15 th 2012
3. Smoking behaviour. 2008. Available at http://www.oeaw.ac.at/vid/WP201 . Accesed
on July 16 th 2012
4. Smoking behaviour. 2010. Available at http://dh.gov.uk/en/publicationstatistics/DH4085 . Accesed on July 16 th 2012
5. Smoking behaviour. 2011. Available at http://ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ Accesed on
July 16 th 2012
6. Prevalensi perokok. 2009.

Available at http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id

Accesed on July 17 th 2012


7. Smoking behaviour. 2011. Available at http://fampra.oxfordjournals.org/627.fullpdf
Accesed on July 17 th 2012
8. Smoking
behaviour.

2009.

Available

at

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/53002.html . Accesed on July 18 th 2012


9. Cigarette. Available at http://www.medterms.com/script/main/art.132 . Accesed on
July 18 th 2012
10. Agusti AGN, Nouguera A, Sauleda J, Sala E. Systemic Effects of Cigarette. 2009, 21:
347-360
11. Smoking

and

education

level.

2010.

Available

at

http://www.cdc.gov/adultsmoking/index.html Accesed on July 20 th 2012


12. Smoking and education level. 2009. Available at http://www.bmj.com/content/fullpdf.
Accesed on July 20 th 2012
13. Smoking
and
economics

level.

2008.

Available

at

http://www.colorado.edu/ibs/pubs.pdf . Accesed on July 24 th 2012


14. Smoking and economics level. 2007. Available at http://www.idph.state.il.us/pubs .
Accesed on July 24 th 2012
15. Smoking behaviour. 2011. Available at http://www.cancercouncil.au/smoking/tobacco
. Accesed on July 25 th 2012
16. FCTC. 2012. Available at http://www.who.int/fctc . Accesed on July 27 th 2012
17. Peraturan mengenai rokok. 2010. Available at http://www.searo.who.int/linkfiles .
Accesed on July 28th 2012
18. Knowledge. 2007. Available at http://www.cnu.edu/resources.html . Accesed on July
30th 2012
42

19. Smoking

attitude.

2009.

Available

at

http://www.cleoscholars.com/index.cfm.page.view . Accesed on July 30 th 2012


20. Smoking attitude. 2007. Available at http://www.psasir.upm.edu.my/6313 Accesed on
July 30th 2012

LAMPIRAN 1
ORGANISASI PENELITIAN
Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
dr. Oktavianus Ch.S, M.Kes
Pembimbing Puskesmas Kecamatan Mampang
dr. Citra Rajmi Cara
43

Penyusun dan Pelaksana Penelitian


Eugenius

( 030.04.071 )

Ria Novitasari

( 030.05.189 )

Karlina Isabella

( 030.07.132 )

Septia Hapsari

( 030.07.237 )

44

LAMPIRAN 2
ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Proposal
Peneliti
disetujui
mendapatkan data yaitu populasi daftarpenderita DBD dari P

Peneliti turun ke lapangan

Mengumpulkan sampel

Peneliti melakukan wawancara berdasarkan panduan kuesioner yang ada

Peneliti mengumpulkan data

Peneliti mengolah data dalam bentuk tabular dengan menggunakan Microsoft Word 2007, SPSS Statistics 17.0

Penyajian data dalam bentuk presentasi

45

LAMPIRAN 3
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahapan Kegiatan
A

Waktu Dalam Minggu


1

Perencanaan
1

Orientasi dan Identifikasi Masalah

Pemilihan Topik

Penelurusan kepustakaan

Pembuatan Proposal

Konsultasi dengan pembimbing

Pembuatan questionnaire

Presentasi Proposal

Pelaksanaan
1

Uji coba kuesioner

Pengumpulan data dan Survey

Pengolahan data

Analisis data

Konsultasi dengan Pembimbing

Pelaporan Hasil
1

Penulisan laporan sementara

Diskusi

Presentasi hasil laporan sementara

Revisi

Presentasi Hasil akhir


(puskesmas dan trisakti)

Penulisan laporan akhir


46

47

LAMPIRAN 4
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Bahan-bahan
Kertas A4 1 Rim + Tinta

Rp. 50.000,-

Tinta printer

Rp. 100.000,-

2. Fotokopi dan penjilidan

Rp. 100.000,-

3. Transportasi

Rp. 100.000,-

4. Dana tak terduga

Rp. 50.000,-

5. CD

Rp. 15.000,-

Jumlah

Rp. 415.000,-

48

LAMPIRAN 5
Kuesioner

INFORM CONSENT
PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum Wr.Wb
Saat ini kami sedang melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Usia di atas 15 Tahun di Kecamatan Mampang Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
tersebut . Kuesioner yang sedang Anda pegang ini adalah alat bantu untuk mendapatkan data
tentang perilaku merokok dan faktor-faktor yang berkaitan dengan hal tersebut.
Pada penelitian ini setiap responden akan diberikan beberapa pertanyaan (kuisioner) yang
harus dijawab dengan baik. Semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan
perlu dipahami bahwa keikutertaan anda dalam program ini dilakukan secara sukarela. \
Saya mengerti dan memahami penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan secara
sukarela bersedia ikut serta dalam program ini
Tanggal

Umur

Tanda tangan :

Terima kasih atas kesediaan anda mengkuti penelitian ini.


49

Kuesioner
A. Identitas
Nama
Tempat/ tanggal lahir
Alamat Rumah
No. Telp

:
:
:
:

B. Status Ekonomi
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
1. Berapa pendapatan rata-rata Anda per bulan?
a. Kurang dari Rp 500.000
b. Antara Rp 500.001 Rp 1.000.000
c. Antara Rp 1.000.001 Rp 2.000.000
d. Lebih dari Rp 2.000.001

C. Tingkat Pendidikan
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
2. Apa tingkat pendidikan terakhir yang Anda selesaikan?
a. Tidak pernah sekolah
b. SD
c. SLTP atau sederajat
d. SLTA atau sederajat
e. Diploma
f. Sarjana

50

D. Pengetahuan Tentang Rokok


Lingkari jawaban yang anda anggap benar
3. Di bawah ini, yang bukan merupakan kandungan dari rokok?
a. Nikotin
b. Tar
c. Karbon dioksida (CO2)
4. Di bawah ini, yang bukan merupakan jenis rokok jika dibagi berdasarkan
penggunaan filter?
a. Filter
b. Nonfilter
c. Kretek
5. Dibawah ini, yang dimaksud perokok pasif?
a. Orang yang merokok
b. Orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok orang lain
c. Orang yang tidak merokok dan tidak menghisap asap rokok
6. Di bawah ini, bahaya asap rokok terhadap kesehatan pada perokok aktif dan
perokok pasif?
a. Perokok aktif lebih besar perokok pasif
b. Perokok aktif lebih kecil perokok pasif
c. Perokok aktif sama dengan perokok pasif
7. Dibawah ini, organ tubuh yang paling rusak karena rokok?
a. Ginjal
b. Kulit
c. Paru-paru

51

E. Sikap
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng () pada pada
salah satu kolom jawaban yang paling sesuai dengan sikap dan pendapat saudara.
Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan
keadaan diri saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama
yang terlintas dalam pikiran saudara

No

Pertanyaan

Apakah menurut anda asap


rokok dapat mengganggu
orang lain yang berada di
sekitar anda?

Apakah menurut anda


dengan merokok dapat
meningkatkan rasa percaya
diri?

10

Apakah menurut anda


setiap orang dapat bebas
merokok di mana saja ?

11

Apakah menurut anda


pemerintah sebaiknya
menaikkan harga rokok?

Setuju Tidak
Setuju

Berikan Alasan Anda

52

No

Pertanyaan

12

Apakah menurut anda


menghirup udara bebas
asap rokok merupakan hak
setiap orang ?

Setuju Tidak
Setuju

Berikan Alasan Anda

13 Apakah menurut anda


perlu peraturan yang
mewajibkan
pencantuman label
peringatan bahaya
merokok di setiap bungkus
rokok?

14

Apakah menurut anda


larangan merokok wajib di
berlakukan pada setiap
tempat umum , sekolah,
dan tempat ibadah ?

15

Apakah menurut andaa


berhenti merokok adalah
suatu hal yang tidak bisa
dilakukan ?

53

F. Perilaku
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
16. Apakah kamu pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak

17. Apakah sampai sekarang masih merokok?


a. Ya
b. Tidak
18. Berapa batang rokok yang Anda hisap dalam satu hari?
a. Tidak Pernah merokok
b. 1-4 batang per hari
c. 5-14 batang per hari
d. Lebih dari 15 batang per hari

Atas partisipasi Anda, Kami mengucapkan banyak terima kasih.

54

LAMPIRAN 6

Frequency Table
Pendapatan
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

0-500.000

12

9.4

9.4

9.4

500.001-1.000.000

27

21.3

21.3

30.7

1.000.001-2.000.000

49

38.6

38.6

69.3

>2.000.000

39

30.7

30.7

100.0

127

100.0

100.0

Total

Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid

Rendah

Percent

Valid Percent

Percent

23

18.1

18.1

18.1

Tinggi

104

81.9

81.9

100.0

Total

127

100.0

100.0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency
Valid

Rendah

Percent

Valid Percent

Percent

22

17.3

17.3

17.3

Tinggi

105

82.7

82.7

100.0

Total

127

100.0

100.0

55

Sikap
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Positif

111

87.4

87.4

87.4

Negatif

16

12.6

12.6

100.0

127

100.0

100.0

Total

Perilaku
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak Merokok

65

51.2

51.2

51.2

Merokok

62

48.8

48.8

100.0

127

100.0

100.0

Total

Pendapatan * Perilaku

Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pendapatan

0-500.000

Count
% within Perilaku

500.001-1.000.000

Count
% within Perilaku

1.000.001-2.000.000

Count
% within Perilaku

>2.000.000

Count
% within Perilaku

Total

Count
% within Perilaku

Merokok

Total

12

10.8%

8.1%

9.4%

17

10

27

26.2%

16.1%

21.3%

19

30

49

29.2%

48.4%

38.6%

22

17

39

33.8%

27.4%

30.7%

65

62

127

100.0%

100.0%

100.0%

56

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value

df

sided)

5.191a

.158

5.233

.156

Linear-by-Linear Association

.287

.592

N of Valid Cases

127

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.86.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pendapatan

(0-500.000 / 500.0011.000.000)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.

57

Pendidikan * Perilaku

Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pendidikan

Rendah

Count

Tinggi

13

23

11.8

11.2

23.0

43.5%

56.5%

100.0%

55

49

104

53.2

50.8

104.0

52.9%

47.1%

100.0%

65

62

127

65.0

62.0

127.0

51.2%

48.8%

100.0%

Count
Expected Count
% within Pendidikan

Total

Count
Expected Count
% within Pendidikan

Total

10

Expected Count
% within Pendidikan

Merokok

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.667a

.414

Continuity Correctionb

.344

.558

Likelihood Ratio

.668

.414

Fisher's Exact Test

.492

Linear-by-Linear Association

.662

N of Valid Cases

127

.279

.416

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.23.
b. Computed only for a 2x2 table

58

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pendidikan

Lower

Upper

.685

.276

1.702

.822

.499

1.356

1.200

.794

1.812

(Rendah / Tinggi)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases

127

Pengetahuan * Perilaku

Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pengetahuan

Rendah

Count
% within Perilaku

Tinggi

Count
% within Perilaku

Total

Count
% within Perilaku

Merokok

Total

10

12

22

15.4%

19.4%

17.3%

55

50

105

84.6%

80.6%

82.7%

65

62

127

100.0%

100.0%

100.0%

59

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

Pearson Chi-Square

.349a

.555

Continuity Correctionb

.127

.722

Likelihood Ratio

.349

.554

Fisher's Exact Test

.642

Linear-by-Linear Association

.346

N of Valid Cases

127

.361

.556

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.74.
b. Computed only for a 2x2 table

60

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pengetahuan

Lower

Upper

.758

.301

1.906

.868

.530

1.420

1.145

.744

1.763

(Rendah / Tinggi)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases

127

Sikap * Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Sikap

Positif

Count
% within Perilaku

Negatif

Count
% within Perilaku

Total

Count
% within Perilaku

Merokok

Total

61

50

111

93.8%

80.6%

87.4%

12

16

6.2%

19.4%

12.6%

65

62

127

100.0%

100.0%

100.0%

61

Chi-Square Tests

Value

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

Pearson Chi-Square

5.022a

.025

Continuity Correctionb

3.895

.048

Likelihood Ratio

5.207

.022

Fisher's Exact Test

.032

Linear-by-Linear Association

4.982

N of Valid Cases

.023

.026

127

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.81.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Sikap (Positif /

Lower

Upper

3.660

1.111

12.052

2.198

.925

5.222

.601

.423

.852

Negatif)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases

127

62

Pie Chart

63

64

LAMPIRAN 8

Pendapata
n

Pendidika
n

Pengetahua
n

Perilak
u

Nama

Usia

Sikap

R1

28

R2

52

R3

24

R4

30

R5

54

R6

26

R7

31

R8

23

R9

22

R10

32

R11

41

R12

22

R13

21

R14

22

R15

27

R16

39

R17

26

R18

29

R19

43

R20

43

R21

22

R22

40

R23

28

65

R24

27

R25

23

R26

38

R27

29

R28

48

R29

38

R30

20

R31

35

R32

30

R33

36

R34

23

R35

26

R36

29

R37

28

R38

32

R39

27

R40

33

R41

24

R42

50

R43

33

R44

23

R45

23

R46

27

R47

48

R48

36

R49

43

R50

28

1
66

R51

27

R52

53

R53

34

R54

42

R55

23

R56

28

R57

23

R58

23

R59

32

R60

24

R61

28

R62

31

R63

25

R64

20

R65

29

R66

33

R67

25

R68

35

R69

25

R70

28

R71

21

R72

30

R73

21

R74

37

R75

26

R76

58

R77

37

1
67

R78

42

R79

28

R80

32

R81

23

R82

29

R83

28

R84

29

R85

37

R86

31

R87

36

R88

30

R89

25

R90

42

R91

26

R92

36

R93

35

R94

32

R95

72

R96

26

R97

58

R98

32

R99

40

R100

18

R101

17

R102

28

R103

38

R104

42

2
68

R105

26

R106

32

R107

25

R108

25

R109

23

R110

26

R111

30

R112

26

R113

33

R114

28

R115

18

R116

46

R117

56

R118

34

R119

37

R120

26

R121

26

R122

29

R123

32

R124

32

R125

30

R126

52

R127

58

69

Anda mungkin juga menyukai