PENDAHULUAN
tobacco
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Kecamatan Mampang
Prapatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
2. Mengetahui hubungan antara sikap merokok dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
4. Mengetahui hubungan antara pendapatan dengan perilaku merokok pada laki-laki berusia
di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
1.4 Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara pendapatan terhadap rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
2. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok pada laki-laki
berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang rokok dengan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
4. Terdapat hubungan antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok pada lakilaki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Untuk peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian
serta lebih memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya
terutama yang berkaitan dengan bidang yang diteliti.
b. Untuk institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia. Sekali satu batang rokok dibakar maka
akan mengaluarkan sekitar 4000 bahan kimia seperti nikotin,gas karbon monoksida, nitrogen
oksida, hydrogen cyanide, ammonia, acrolein,acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene,
methanol, coumarin, 4-ethylcatechol,ortocresol, perylene, dll. Secara umum bahan-bahan ini
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau
partikel. (8,9)
2.1.1
Haemoglobin,
sehingga
mengganggu
ikatan
Oksigen
dengan
6
l. Phenol : Merupakan campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari
Destilasi beberapa zat Organic seperti kayu dan arang. Phenol terkait dengan
Protein dan menghalangi aktivitas Enzim.
m. Acetol : Hasil pemanasan Aldehide (sejenis zat berwarna yang tidak bergerak) dan
mudah menguap dengan Alkohol.
n. Hydrogen Sulfide : Sejenis gas beracun yang mudah terbakar dengan bau yang
keras. Zat ini menghalangi Oxidasi Enxym (Zat Bezi yang berisi Pigmen).
o. Pyridine : Cairan tidak berwarna dengan bau yang tajam. Zat ini dapat digunakan
untuk mengubah sifat Alkohol sebagai pelarut dan pembuluh hama.
p. Methyl Chloride : adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dimana Hidrogen
dan Karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah merupakan
Compound Organik yang dapat beracun.
q. Methanol : Sejenis cairan ringan yang gampang menguap dan mudah terbakar.
Meminum atau mengisap Methanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan
kematian.
2.1.2
radang dan Kerusakan Alveoli. Akibat perubahan Anatomi saluran napas, pada
perokok timbul perubahan pada fungsi Paru-Paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru Obstruksi
Menahun (PPOM). Bahkan Kanker Paru merupakan jenis penyakit paling banyak
yang diderita perokok.
b. Penyakit Jantung Koroner.
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam
rorok. Pengaruh utama pada penyakit Jantung terutama disebabkan oleh dua
bahan kimia penting yang ada dalam rokok, yakni Nikotin dan Karbon
Monoksida. Dimana Nikotin dapat mengganggu Irama Jantung dan menyebabkan
sumbatan pada Pembuluh Darah Jantung, sedangkan CO menyebabkan supply
Oksigen untuk Jantung berkurang karena berikatan dengan Hb Darah. Hal inilah
yang menyebabkan gangguan pada Jantung, termasuk timbulnya penyakit Jantung
Koroner.
Penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia, sekitar
180.000
warga
amerika
meninggal
setiap
tahunnya
karena
penyakit
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek
tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .(11)
Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah mengonfirmasikan adanya hubungan
yang erat antara kebiasaan merokok dan latar pendidikan sang perokok.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dalam laporannya yang bertajuk
Morbidity and Mortality Weekly Report yang dipublikasikan tahun 2008 mengatakan
perokok dengan pendidikan diploma merupakan yang tertinggi dengan 44%.
Sementara itu, perokok yang pernah mengenyam pendidikan 9-11 tahun mempunyai
tingkat prevalensi 33,3%, dan perokok yang berlatar pendidikan perguruan tinggi
hanya 11,4%. Prevalensi perokok berpendidikan sarjana jauh lebih rendah lagi, yaitu
hanya 6,2%. (11)
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya latar belakang pendidikan untuk benarbenar memahami bahaya merokok bagi kesehatan. Data itu juga menjelaskan adanya
kecenderungan di antara perokok dengan latar pendidikan yang rendah untuk
mengabaikan kesehatan mereka. (12)
2. Status Ekonomi
11
Status sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pekerjaan, pendidikan dan penghasilan
juga mempunyai hubungan yang cukup signifikan dengan perilaku merokok. Pada
banyak negara berkembang, prevalensi perilaku merokok menjadi lebih besar pada
kelompok sosial ekonomi rendah. (13)
Dalam penelitian lain menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin
pria, tingkat pendidikan orang tua yang semakin rendah, dan ketersediaan uang saku
yang cukup banyak pada masa remaja berhubungan secara signifikan dengan perilaku
merokok saat ini. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa anak-anak dari ayah
yang mengenyam pendidikan lebih tinggi lebih kecil kemungkinannya untuk
merokok dibanding anak-anak dari ayah yang hanya mengenyam pendidikan dasar.
Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ayah, semakin jarang
anak mereka yang menjadi perokok. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa status sosial
ekonomi, khususnya tingkat pendidikan sang ayah lebih berpengaruh terhadap
perilaku remaja dibanding tingkat pendidikan sang ibu. Sementara dari penelitian
yang dilakukan terhadap para remaja di Selandia Baru diketahui bahwa perilaku
merokok berkorelasi positif dengan jumlah uang saku yang diterima, namun
tergantung pada status sosial ekonomi.(14)
3. Orang Tua
DiAmerika Serikat, remaja putri yang orang tuanya perokok lima kali lebih
seringmenjadi perokok bila dibandingkan dengan yang orang tuanya tidak
merokok.Sekitar 75% pengalaman mengisap rokok pertama para remaja biasanya
dilakukanbersama teman-temannya. Kalau seorang remaja tidak ikut-ikutan merokok
maka ia takut ditolak oleh kelompoknya, diisolasi dan dikesampingkan. (11)
Faktor lingkungan keluarga meliputi struktur keluarga, riwayat, pola hubungan
orang tua-anak, pola asuh, dan perilaku merokok orang tua. Struktur keluarga
memainkan peran yang cukup signifikan dalam hal ini, misalnya dalam sebuah
penelitian terungkap bahwa perceraian orang tua meningkatkan resiko perilaku ini. Di
samping struktur keluarga, riwayat keluarga juga memainkan peran yang tidak kalah
pentingnya. Keluarga dengan riwayat perilaku kejam, penyia-nyiaan, dan pengabaian
berkontribusi terhadap pemakaian dan penyalahgunaan zat pada remaja, termasuk
perilaku merokok. Pola interaksi dan hubungan dalam sebuah keluarga merupakan
12
faktor yang juga berkontribusi terhadap perilaku merokok, misalnya dalam keluarga
dengan tingkat peraturan dan pengawasan yang lebih ketat akan menurunkan tingkat
perilaku merokok secara signifikan. Pola asuh adalah faktor lain yang mempengaruhi
perilaku merokok. Secara lebih spesifik dapat dijelaskan bahwa perilaku merokok
berhubungan dengan pola asuh permisif dan rendahnya tingkat kelekatan. Selain itu,
penelitian-penelitian terdahulu menghasilkan temuan bahwa perilaku merokok orang
tua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku merokok remaja. Conrad, Flay,
dan Hill menemukan bahwa 7 dari 13 penelitian yang direview, perilaku merokok
orang tua secara signifikan menjadi prediktor munculnya perilaku merokok pada usia
remaja.(7)
4. Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja
tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman- teman remaja tersebut
dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok.
Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok. (15)
Perilaku merokok juga dapat disebabkan oleh pengaruh kelompok sebaya (peer
group). Kelompok sebaya seringkali menjadi faktor utama dalam masalah
penggunaan zat oleh remaja Selama masa remaja, seorang individu mulai
menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebayanya daripada dengan orang
tua. Hal ini berarti bahwa teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti bagi
remaja, karena masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai
bergabung pada kelompok sebaya. Memiliki teman-teman yang merokok
memprediksi kebiasaan merokok pada seorang individu. Sikap teman sebaya
terhadap penggunaan berbagai zat termasuk nikotin dapat mempengaruhi individu
untuk menggunakan zat tersebut. Dalam sebuah penelitian longitudinal ditemukan
bahwa para pemuda New York yang pernah berhubungan dengan teman sebaya yang
merokok atau memakai mariyuana lebih mungkin untuk memakai mariyuana dalam
rentang kehidupan mereka (8)
13
5. Iklan
Iklan merupakan media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini publik,
dalam hal ini pencitraan terhadap produk rokok. Karena hal itulah parapengusaha
rokok rela menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar Amerika per tahununtuk
keperluan iklan. Mengingat ampuhnya media iklan ini, dan mengingatbesarnya biaya
yang dikeluarkan maka upaya penanggulangan merokok di suatunegara harus
melibatkan penanganan terhadap iklan ini. Iklan yang menyesatkanseperti
menghubungkan rokok dengan kejantanan, dunia glamor, olahraga, dansebagainya
perlu dikendalikan.(4)
Para ahli menyatakan bahwa iklan rokok dapatmerangsang seseorang untuk mulai
merokok, dapat menghambat perokok yang inginberhenti merokok atau mengurangi
rokoknya, dapat merangsang perokok untukmerokok lebih banyak lagi, dan
memotivasi perokok untuk memilih merek-merektertentu. Iklan-iklan rokok juga
berpengaruh pada anak-anak. Karena besarnyapengaruh iklan rokok ini maka
berbagai organisasi kesehatan di dunia telahmengusulkan pembatasan iklan rokok.43
Faktor lainnya yang mempengaruhi seseorang untuk mulai merokok adalah iklan.
Kini di berbagai negara Eropa dan Amerika telah banyak dilakukan usahauntuk
membatasi iklan rokok, termasuk di majalah khusus para gadis dan remaja. Di
Hongkong misalnya, di akhir tahun 1980-an telah diperkenalkan rokok khusus untuk
wanita yang menjanjikan emansipasi, kelangsingan dan kecantikan. Suatu ungkapan
yang menyesatkan.(9)
14
2.3.2
2.3.3
15
dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal
maupun stimulus eksternal.(2)
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk mengurangi
stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman sebaya).
Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok. Perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau
ketagihan,
tetapi
dewasa
ini
merokok
disebut
sebagai tobacco
dependency atau
2.5 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
Perubahan perilaku subjek terhadap rokok dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui
rokok terlebih dahulu (awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok
(interest), setelah itu subjek mulai menimbang-nimbang keuntungan dan kerugian rokok
terhadap dirinya (evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku merokok (trial),
dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa merokok yang telah disesuaikan dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap rokok (adoption).
Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif menurut mempunyai 6 tingkatan,
yaitu :(18)
16
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
g. Pada tingkat pengetahuan , tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling
rendah, di sini subjek mengetahui apa iitu rokok dan rokok telah dikenal dan
dipelajari
sebekumnya.
Subjek
akan
menyebutkan,
menguraikan
atau
17
2.6 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditefsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.(19)
Menurut Allport (1954) menelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok :(19)
a. Kepecayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab
(responsible) (18)
Sikap dimulai dari subjek mau dan memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan,
kemudian subjek akan merespon rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau
berdiskusi akan rokok terhadap orang disekitarnya. Akhirnya subjek akan membuat
pilihannya terhadap rokok dengan segala risiko.(20)
18
Nikotin
Tar
Co
Pb
Amoniak
HCN
Nitrous oxyde
Fenol
Kanker Paru
PPOK
Penyakit jantung
Stroke
Impotensi
Gangguan Janin
Pengetahuan
tentang bahaya
rokok
Karakteristik:
Sikap terhadap rokok
Aspek Pendidikan
Aspek ekonomi
Aspek sosial
Keluarga
Teman
Lingkungan
Iklan
Perilaku merokok
Kebijakan pemerintah
terhadap rokok
BAB III
19
Perilaku merokok
Pendapatan
Sikap
Pendidikan
Pengetahuan
20
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel
Definisi
Kedudukan
atau posisi
seseorang
dalam
Pendapatan
masyarakat
dinilai dari
pendapatan per
bulan
Jenjang
pendidikan
Tingkat
formal
Pendidikan tertinggi yang
telah ditempuh
dan berijazah
Hasil dari tahu,
yang terjadi
Pengetahuan
setelah terjadi
terhadap
penginderaaan
rokok
terhadap suatu
objek
Reaksi atau
respon yang
Sikap
masih tertutup
dari seseorang
terhadap suatu
stimulus
Aktivitas
Perilaku
menghisap
Merokok
atau
menghirup
asap rokok
Alat ukur
Cara ukur
Hasil Ukur
1.
2.
Kuesioner
Wawancara 3.
4.
< 500.000
500.001
1.000.000
1.000.001
2.000.000
>2.000.000
Skala
Ukur
Referensi
?????
Ordinal
?????
Kuesioner
1. Rendah
Wawancara 2. Tinggi
Ordinal
????
Kuesioner
1. Tinggi
2. Rendah
Nominal
Wawancara
????
Kuesioner
1. Positif
Wawancara 2. Negatif
Kuesioner
1. Merokok
Wawancara 2. Tidak
Merokok
Nominal
???
Nominal
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah surveianalitik dengan menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh pada saat melakukan
penelitian. Hal ini bermaksud mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan yang
lain yang terdapat dalam populasi yang sama. Pendekatan tersebut berarti penelitian itu
dilakukan pada suatu saat tertentu dan tidak diikuti lebih lanjut.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Mampang pada tanggal 23 Juli 2012 3
Agustus 2012.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
mulai tanggal 23 Juli 2012 hingga 3 Agustus 2012 di ke Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan
4.3.2
Sampel
Besar sampel minimal dalam penelitian ini sesuai dengan rumus berikut ini untukpopulasi infinit:
n0 = z 2 x p x
q
d2
Keterangan
n0 = 1,962 x x (1)
(0,05)2
n0 =
n = __n0_
1+ (n0/N)
n = _...__
1+ (/.)
n=
Keterangan
n : Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit
n0 : Besar sampel dari populasi infinit
N : Besar populasi finit (jumlah laki-laki yang berusia di atas 15 tahun yang berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yaitu 200 orang)
Berdasarkan data riskesdas 2007 prevalensi merokok usia 15 tahun ke atas adalah sebesar
34,2%.
Rumus populasi infinit:
n0 = z 2 x p x
q
d2
n0 = (1,96)2 x 0,342 x
0,658(0,05)2
n0 = 345,8
23
n = __n0_
1+ (n0/N)
n=
_345,8_1+
(345,8/200)
n 127
Dari populasi terjangkau yang berjumlah 200 pasien, maka besarnya sampel minimal
yang dibutuhkan adalah sebesar 127 orang.
Proposal
Peneliti
disetujui
mendapatkan data yaitu populasi daftarpenderita DBD dari P
Mengumpulkan sampel
Peneliti mengolah data dalam bentuk tabular dengan menggunakan Microsoft Word 2007, SPSS Statistics 17.0
digunakan adalah
25
Data Sekunder
Data yang didapatkan dari Puskesmas, Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Tahun 1995,
2001,2004 dan Riskesdas 2007.
Data Tersier
Data yang diperoleh dari buku teks, atau karya ilmiah berupa data yang berhubungan dengan
perilaku merokok.
4.8 Rencana Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1
Data Entri
Data yang telah berhasil diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses
penyuntingan, pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang terkumpul dari hasil
kuesioner diolah, dianalisis, dengan menggunakan program computer.
4.8.2
Analisis Data
Analisis Univariat
Dilakukan secara deskriptif masing-masing variabel dengan analisis pada distribusi
frekuensi.
Analisis Bivariat
Untuk menganalisa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
digunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan sebesar p <0,05. Semua analisa
dilakukan dengan menggunakan program komputer.
26
4.10
Tahapan Kegiatan
A
Perencanaan
1
Pemilihan Topik
Penelurusan kepustakaan
Pembuatan Proposal
Pembuatan questionnaire
Presentasi Proposal
Pelaksanaan
1
Pengolahan data
Analisis data
Pelaporan Hasil
1
Diskusi
Revisi
27
28
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pendapatan
Tabel 1. Tabel Frekuensi Pendapatan Responden
Pendapatan
Jumlah
Presentase (%)
< 500.000
12
9,4
500.001-1.000.000
27
21.3
1.000.001-2.000.000
49
38.6
>2.000.000
39
30.7
Total
127
100
Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa responden yang memiliki pendapatan kurang
dari Rp 500.000,- sebanyak 12 orang (9,4%), responden yang memiliki pendapatan Rp
500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- sebanyak 27 orang (21,3%), responden yang
memiliki pendapatan Rp 1.000.001 sampai dengan Rp 2.000.000,- sebanyak 49 orang
(38,6%) dan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- sebanyak 39
orang (30,7%)
5.1.2
Pendidikan
Tabel 2. Tabel Frekuensi Pendidikan Responden
Pendidikan
Jumlah
Presentase (%)
Rendah
23
18.1
Tinggi
104
81.9
Total
127
100
29
5.1.3
Pengetahuan
Tabel 3. Tabel Frekuensi Pengetahuan Responden
Pengetahuan
Jumlah
Presentase (%)
Rendah
22
17.3
Tinggi
105
82.7
Total
127
100
Berdasarkan tabel 3. sebagian besar responden yaitu 105 orang (82,7%) memiliki
pengetahuan yang baik mengenai rokok, dimana mereka dapat menjawab lebih dari sam
dengan 60% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 22 orang (17,3%) sisanya
kurang memiliki pengetahuan mengenai rokok, dimana mereka hanya dapat menjawab
kurang dari 60% pertanyaan yang diberikan.
5.1.4
Sikap
Tabel 4. Tabel Frekuensi Sikap Responden
Sikap
Jumlah
Presentase (%)
Positif
111
87.4
Negatif
16
12.6
Total
127
100
30
Berdasarkan tabel 4 sebagian besar responden yaitu 111 orang (87,4%) memilki sikap
positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih dari sama dengan
62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) memilki sikap
positif dimana mereka memiliki respon yang kurang b aik terhadap rokok kurang dari
62,5% pertanyaan yang diberikan.
5.1.5
Perilaku
Tabel 5. Tabel Frekuensi Perilaku Responden
Perilaku
Jumlah
Presentase (%)
Tidak Merokok
65
51.2
Merokok
62
48.8
Total
127
100
31
Perilaku
Tidak
Merokok
0-500.000
500.001-1.000.000
1.000.001-2.000.000
>2.000.000
Total
P
Merokok
Total
12
10.8%
8.1%
9.4%
17
10
27
16.2%
16.1%
21.3%
19
30
49
29.2%
48.4%
38.6%
22
17
39
33.8%
27.4%
30.7%
65
62
127
100%
100%
100.0%
0.158
Berdasarkan tabel 6. responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 500.000
adalah sebesar 12 orang (9,4) % , yang terdiri dari 7 orang (10.8%) berperilaku tidak
merokok dan 5 orang (8,1%) berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan
Rp 500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- adalah sebanyak 27 orang (21,3%) yang
terdiri dari
17 orang (26.2%)
berperilaku
berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001 hingga
Rp. 2.000.000,- adalah sebanyak 49 orang (38,6)%) yang terdiri dari 19 orang (29.2%)
memiliki perilaku
30 orang (48.4%)
berperilaku merokok.
Responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- yaitu sebesar 39 orang
32
(30,7%) yang terdiri dari 22 orang (33,8%) memiliki perilaku tidak merokok dan 17
orang (27,4%) berperilaku merokok .
5.2.2
Perilaku
Tidak
Merokok
Rendah
Tinggi
Total
p
Merokok
Total
10
13
23
43,5%
56,5%
100%
55
49
104
52,9%
47,1%
100%
65
62
127
51.2%
48.8%
100.0%
0.414
memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA/Tamat SMA, Diploma, dan Sarjana yang terdiri
dari 104 orang (81,9 %), dimana responden yang memiliki perilaku tidak merokok
sebanyak 55 orang (52,9 %) dan 49 orang (47,1 %) berperilaku merokok. Sedangkan
responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu tidak bersekolah, SD/Tamat
SD , SMP/Tamat SMP adalah sebanyak 23 orang (18,1 %) dari 127 orang total responden
terdiri dari 10 orang (43,5 %) memiliki perilaku tidak merokok dan 13 orang (56,5 %)
berperilaku merokok.
33
5.2.3
Pengetahuan
Tidak
Merokok
Rendah
Tinggi
Total
Merokok
Total
10
12
22
15,4%
19,4%
17,3%
55
50
105
84,6%
80,6%
82,7%
65
62
127
100%
100%
100.0%
0.555
Berdasarkan tabel 8. responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 105 orang
(82,7%) responden, yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak merokok, dan
50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 22 orang (17,3%) responden, yang terdiri
dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang (19,4%) responden yang
berperilaku merokok.
Berdasarkan tabel diatas, responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 105
orang (82,7%) responden, yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak
merokok, dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok. Sedangkan
34
responden yang memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 22 orang (17,3%)
responden, yang terdiri dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang
(19,4%) responden yang berperilaku merokok.
5.2.4
H
Perilaku
p
Tidak
Merokok
Positif
Negatif
Total
Merokok
Total
b
u
61
50
111
93,8%
80,6%
87,4%
12
16
6,2%
19,4%
12,6%
65
62
127
100%
100%
100.0%
n
g
a
0.025
Berdasarkan tabel 9. sebanyak 111 orang (87,4%) yang terdiri dari 61 orang (93,8%) yang
memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok,
memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih dari sama
dengan 62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) dari jumlah total,
yang terdiri dari 4 orang (6,2%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 12 orang (19,4%)
responden yang berperilaku merokok memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon
yang kurang baik terhadap rokok kurang dari 62,5% pertanyaan yang diberikan.
35
36
BAB VI
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian terhadap 127 orang, Dimana responden yang ikut serta dalam
penelitian merupakan laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung mulai tanggal 23 juli
2012 hingga 10 Agustus 2012 di ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, didapatkan
bahwa jumlah responden yang
memiliki pendapatan lebih dari Rp 2.000.000,- yaitu sebesar 39 orang (30,7%) yang terdiri dari
22 orang (33,8%) memiliki perilaku tidak merokok dan 17 orang (27,4%) berperilaku merokok .
Responden yang memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.001 hingga Rp. 2.000.000,- adalah
sebanyak
tidak
merokok dan 30 orang (48.4%) berperilaku merokok. Responden yang memiliki pendapatan Rp
500.001,- sampai dengan Rp 1.000.000,- adalah sebanyak 27 orang (21,3%) yang terdiri dari 17
orang (26.2%)
berperilaku
Sedangkan hanya sedikit responden yaitu sebanyak 12 orang (9,4) % responden yang memiliki
pendapatan kurang dari Rp 500.000 yang terdiri dari 7 orang (10.8%) berperilaku tidak merokok
dan 5 orang (8,1%) berperilaku merokok . Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas responden
yang terdiri dari laki-laki yang berusia di atas 15 tahun yang
berkunjung ke Puskesmas
berkunjung ke Puskesmas
37
Kecamatan Mampang Prapatan memiliki pendidikan yang tinggi, dimana responden yang
memiliki perilaku tidak merokok sebanyak 55 orang (52,9 %) dan 49 orang (47,1 %) berperilaku
merokok.
Dari penelitian ini ditinjau dari tingkat pengetahuan, sebagian besar responden yaitu 105
orang (82,7%) dari total yang terdiri dari 55 orang (84,6%) berperilaku tidak merokok, dan 50
orang (80,6%) responden yang berperilaku merokok, memiliki pengetahuan yang baik mengenai
rokok. Mereka dapat menjawab lebih dari sama dengan 60% pertanyaan yang diberikan dimana
hal tersebut merupakan dalam kriteria pengetahuan tinggi. sedangkan sisanya 22 orang (17,3%)
sisanya yang terdiri dari 10 orang (15,4%) berperilaku tidak merokok, dan 12 orang (19,4%)
responden yang berperilaku merokok, kurang memiliki pengetahuan mengenai rokok, dimana
mereka hanya dapat menjawab kurang dari 60% pertanyaan yang diberikan dan termasuk dalam
kriterian pengetahuan rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas laki-laki berusia di
atas 15 tahun yang
pengetahuan yang tinggi, dimana antara jumlah pasien berperilaku tidak merokok yaitu 55 orang
dan perilaku merokok yaitu 50 orang memiliki nilai selisih hasil yang tidak terlalu beda jauh.
Dari penelitian ini ditinjau dari sikap yang dibagi menjadi respon positif dan respon
negatif , sebagian besar responden yaitu 111 orang (87,4%) yang terdiri dari 61 orang (93,8%)
yang memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%) responden yang berperilaku
merokok, memilki sikap positif dimana mereka memiliki respon yang baik terhadap rokok lebih
dari sama dengan 62,5% pertanyaan yang diberikan, sedangkan sisanya 16 orang (12,6%) dari
jumlah total, yang terdiri dari 4 orang (6,2%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 12
orang (19,4%) responden yang berperilaku merokok memilki sikap positif dimana mereka
memiliki respon yang kurang baik terhadap rokok kurang dari 62,5% pertanyaan yang diberikan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sebanyak 111 orang (87,4%) responden yang
terdiri dari dari 61 orang (93,8%) yang memiliki perilaku tidak merokok dan 50 orang (80,6%)
responden yang berperilaku merokok,mempunyai sikap positif terhadap perilaku merokok.
Dari hasil penelitian terhadap seluruh
berpartisipasi, didapatkan bahwa mayoritas laki-laki berusia di atas 15 tahun yang berkunjung
ke Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yang ikut berpartisipasi menjadi responden
38
sebanyak 65 orang (51,2%) responden berperilaku tidak merokok, sedangkan 62 orang (48,8%)
sisanya berperilaku merokok.
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara pendapatan dengan perilaku
merokok, pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan, karena
dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0,158) yang menunjukkan hipotesa nol diterima,
maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah pendapatan dengan perilaku
merokok. Ketidaksesuaian ini mungkin bisa disebabkan jumlah tingkat pendapatan atau status
ekonomi responden yang berperilaku tidak merokok maupun merokok tidak beda jauh dan
hampir sama apabila ditinjau dari tingkat pendapatan masing-masing responden yang ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini. Sehingga, tidak ada hubungan yang bermakna dan signifikan
antara status ekonomi atau pendapatan dengan perilaku merokok pada laki-lai berusia di atas 15
tahun yang berkunjung di puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2007) bahwa ada hubungan antara penghasilan
dengan perilaku merokok responden. Menurut Handayani hal ini sangat masuk akal karena
merokok adalah kegiatan yang memerlukan dana dan karena sebagian besar responden
menjadikan dana sebagai alasan untuk merokok atau tidak merokok selain karena alasan
kesehatan dan keluarga/anak.
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara pengetahuan terhadap rokok
dengan perilaku merokok, pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang
Prapatan, karena dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0,555) yang menunjukkan
hipotesa nol diterima, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
den perilaku merokok. Ketidaksesuaian ini bisa disebabkan mungkin karena sebagian responden
yang datang mayoritas berpendidikan tinggi, antara yang berperilaku merokok dan tidak
merokok tidak beda jauh, mengingat bahaya rokok yang akibatnya tidak langsung atau tidak
secara nyata terjadi. Misalnya, melihat orang merokok menjadi kurang/tidak sehat dan orang
yang tidak/berhenti merokok menjadi lebih sehat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2007)
Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan
perilaku merokok pada laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan,
karena dengan uji chi-square didapatkan p > 0,05 (p=0.414) yang menunjukkan hipotesa nol
39
diterima, maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan
perilaku merokok. Ketidaksesuaian ini bias disebabkan mungkin karena pendidikan yang
dihubungkan dengan praktek merupakan pendidikan umum, bukan pendidikan yang spesifik
mengenai kesehatan. Misalnya pendidikan tentang bahaya rokok.Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Handayani (2007)
Dari hasil penelitian ini didapatkan hubungan antara sikap dan perilaku merokok pada
laki-laki berusia di atas 15 tahun di Kecamatan Mampang Prapatan, karena dengan uji chi-square
didapatkan p < 0,05 (p=0,025) yang menunjukkan hipotesa nol ditolak, maka terdapat hubungan
yang bermakna antara sikap dan perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2007).
40
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan bermakna antara sikap terhadap rokok dengan perilaku merokok
2. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan tentang rokok dengan perilaku
merokok
3. Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku merokok
4. Tidak ada hubungan bermakna antara pendapatan dengan perilaku merokok
7.2 Saran
Untuk menurunkan angka kejadian di masyarakat terhadap perilaku merokok dan
meningkatkan kesadaran terhadap bahaya dari rokok, disarankan untuk :
1. Bagi puskesmas, agar lebih meningkatkan dan mendukung pelaksanakan program
pemerintah dalam menurunkan jumlah angka perokok. meningkatnya perilaku
merokok.
2. Mensosialisasikan dan memberikan edukasi mengenai bahaya dan efek samping yang
ditimbulkan dari perilaku merokok kepada masyarakat yang berkunjung ke
puskesmas mampang dan masyakat yang berada dilingkungan setempat.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Smoking
definition.
2010
Available
at
http://www.medicalnewstoday.com?
Available at http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id
2009.
Available
at
and
education
level.
2010.
Available
at
level.
2008.
Available
at
19. Smoking
attitude.
2009.
Available
at
LAMPIRAN 1
ORGANISASI PENELITIAN
Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti
dr. Oktavianus Ch.S, M.Kes
Pembimbing Puskesmas Kecamatan Mampang
dr. Citra Rajmi Cara
43
( 030.04.071 )
Ria Novitasari
( 030.05.189 )
Karlina Isabella
( 030.07.132 )
Septia Hapsari
( 030.07.237 )
44
LAMPIRAN 2
ALUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Proposal
Peneliti
disetujui
mendapatkan data yaitu populasi daftarpenderita DBD dari P
Mengumpulkan sampel
Peneliti mengolah data dalam bentuk tabular dengan menggunakan Microsoft Word 2007, SPSS Statistics 17.0
45
LAMPIRAN 3
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tahapan Kegiatan
A
Perencanaan
1
Pemilihan Topik
Penelurusan kepustakaan
Pembuatan Proposal
Pembuatan questionnaire
Presentasi Proposal
Pelaksanaan
1
Pengolahan data
Analisis data
Pelaporan Hasil
1
Diskusi
Revisi
47
LAMPIRAN 4
PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Bahan-bahan
Kertas A4 1 Rim + Tinta
Rp. 50.000,-
Tinta printer
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
3. Transportasi
Rp. 100.000,-
Rp. 50.000,-
5. CD
Rp. 15.000,-
Jumlah
Rp. 415.000,-
48
LAMPIRAN 5
Kuesioner
INFORM CONSENT
PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb
Saat ini kami sedang melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Usia di atas 15 Tahun di Kecamatan Mampang Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
tersebut . Kuesioner yang sedang Anda pegang ini adalah alat bantu untuk mendapatkan data
tentang perilaku merokok dan faktor-faktor yang berkaitan dengan hal tersebut.
Pada penelitian ini setiap responden akan diberikan beberapa pertanyaan (kuisioner) yang
harus dijawab dengan baik. Semua informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan
perlu dipahami bahwa keikutertaan anda dalam program ini dilakukan secara sukarela. \
Saya mengerti dan memahami penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan secara
sukarela bersedia ikut serta dalam program ini
Tanggal
Umur
Tanda tangan :
Kuesioner
A. Identitas
Nama
Tempat/ tanggal lahir
Alamat Rumah
No. Telp
:
:
:
:
B. Status Ekonomi
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
1. Berapa pendapatan rata-rata Anda per bulan?
a. Kurang dari Rp 500.000
b. Antara Rp 500.001 Rp 1.000.000
c. Antara Rp 1.000.001 Rp 2.000.000
d. Lebih dari Rp 2.000.001
C. Tingkat Pendidikan
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
2. Apa tingkat pendidikan terakhir yang Anda selesaikan?
a. Tidak pernah sekolah
b. SD
c. SLTP atau sederajat
d. SLTA atau sederajat
e. Diploma
f. Sarjana
50
51
E. Sikap
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng () pada pada
salah satu kolom jawaban yang paling sesuai dengan sikap dan pendapat saudara.
Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan
keadaan diri saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama
yang terlintas dalam pikiran saudara
No
Pertanyaan
10
11
Setuju Tidak
Setuju
52
No
Pertanyaan
12
Setuju Tidak
Setuju
14
15
53
F. Perilaku
Lingkari jawaban yang anda anggap benar
16. Apakah kamu pernah merokok?
a. Ya
b. Tidak
54
LAMPIRAN 6
Frequency Table
Pendapatan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0-500.000
12
9.4
9.4
9.4
500.001-1.000.000
27
21.3
21.3
30.7
1.000.001-2.000.000
49
38.6
38.6
69.3
>2.000.000
39
30.7
30.7
100.0
127
100.0
100.0
Total
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Rendah
Percent
Valid Percent
Percent
23
18.1
18.1
18.1
Tinggi
104
81.9
81.9
100.0
Total
127
100.0
100.0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency
Valid
Rendah
Percent
Valid Percent
Percent
22
17.3
17.3
17.3
Tinggi
105
82.7
82.7
100.0
Total
127
100.0
100.0
55
Sikap
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
111
87.4
87.4
87.4
Negatif
16
12.6
12.6
100.0
127
100.0
100.0
Total
Perilaku
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Tidak Merokok
65
51.2
51.2
51.2
Merokok
62
48.8
48.8
100.0
127
100.0
100.0
Total
Pendapatan * Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pendapatan
0-500.000
Count
% within Perilaku
500.001-1.000.000
Count
% within Perilaku
1.000.001-2.000.000
Count
% within Perilaku
>2.000.000
Count
% within Perilaku
Total
Count
% within Perilaku
Merokok
Total
12
10.8%
8.1%
9.4%
17
10
27
26.2%
16.1%
21.3%
19
30
49
29.2%
48.4%
38.6%
22
17
39
33.8%
27.4%
30.7%
65
62
127
100.0%
100.0%
100.0%
56
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
5.191a
.158
5.233
.156
Linear-by-Linear Association
.287
.592
N of Valid Cases
127
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5.86.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for Pendapatan
(0-500.000 / 500.0011.000.000)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
57
Pendidikan * Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pendidikan
Rendah
Count
Tinggi
13
23
11.8
11.2
23.0
43.5%
56.5%
100.0%
55
49
104
53.2
50.8
104.0
52.9%
47.1%
100.0%
65
62
127
65.0
62.0
127.0
51.2%
48.8%
100.0%
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Total
Count
Expected Count
% within Pendidikan
Total
10
Expected Count
% within Pendidikan
Merokok
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.667a
.414
Continuity Correctionb
.344
.558
Likelihood Ratio
.668
.414
.492
Linear-by-Linear Association
.662
N of Valid Cases
127
.279
.416
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.23.
b. Computed only for a 2x2 table
58
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pendidikan
Lower
Upper
.685
.276
1.702
.822
.499
1.356
1.200
.794
1.812
(Rendah / Tinggi)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases
127
Pengetahuan * Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Pengetahuan
Rendah
Count
% within Perilaku
Tinggi
Count
% within Perilaku
Total
Count
% within Perilaku
Merokok
Total
10
12
22
15.4%
19.4%
17.3%
55
50
105
84.6%
80.6%
82.7%
65
62
127
100.0%
100.0%
100.0%
59
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
.349a
.555
Continuity Correctionb
.127
.722
Likelihood Ratio
.349
.554
.642
Linear-by-Linear Association
.346
N of Valid Cases
127
.361
.556
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.74.
b. Computed only for a 2x2 table
60
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pengetahuan
Lower
Upper
.758
.301
1.906
.868
.530
1.420
1.145
.744
1.763
(Rendah / Tinggi)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases
127
Sikap * Perilaku
Crosstab
Perilaku
Tidak Merokok
Sikap
Positif
Count
% within Perilaku
Negatif
Count
% within Perilaku
Total
Count
% within Perilaku
Merokok
Total
61
50
111
93.8%
80.6%
87.4%
12
16
6.2%
19.4%
12.6%
65
62
127
100.0%
100.0%
100.0%
61
Chi-Square Tests
Value
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
5.022a
.025
Continuity Correctionb
3.895
.048
Likelihood Ratio
5.207
.022
.032
Linear-by-Linear Association
4.982
N of Valid Cases
.023
.026
127
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.81.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Sikap (Positif /
Lower
Upper
3.660
1.111
12.052
2.198
.925
5.222
.601
.423
.852
Negatif)
For cohort Perilaku = Tidak
Merokok
For cohort Perilaku =
Merokok
N of Valid Cases
127
62
Pie Chart
63
64
LAMPIRAN 8
Pendapata
n
Pendidika
n
Pengetahua
n
Perilak
u
Nama
Usia
Sikap
R1
28
R2
52
R3
24
R4
30
R5
54
R6
26
R7
31
R8
23
R9
22
R10
32
R11
41
R12
22
R13
21
R14
22
R15
27
R16
39
R17
26
R18
29
R19
43
R20
43
R21
22
R22
40
R23
28
65
R24
27
R25
23
R26
38
R27
29
R28
48
R29
38
R30
20
R31
35
R32
30
R33
36
R34
23
R35
26
R36
29
R37
28
R38
32
R39
27
R40
33
R41
24
R42
50
R43
33
R44
23
R45
23
R46
27
R47
48
R48
36
R49
43
R50
28
1
66
R51
27
R52
53
R53
34
R54
42
R55
23
R56
28
R57
23
R58
23
R59
32
R60
24
R61
28
R62
31
R63
25
R64
20
R65
29
R66
33
R67
25
R68
35
R69
25
R70
28
R71
21
R72
30
R73
21
R74
37
R75
26
R76
58
R77
37
1
67
R78
42
R79
28
R80
32
R81
23
R82
29
R83
28
R84
29
R85
37
R86
31
R87
36
R88
30
R89
25
R90
42
R91
26
R92
36
R93
35
R94
32
R95
72
R96
26
R97
58
R98
32
R99
40
R100
18
R101
17
R102
28
R103
38
R104
42
2
68
R105
26
R106
32
R107
25
R108
25
R109
23
R110
26
R111
30
R112
26
R113
33
R114
28
R115
18
R116
46
R117
56
R118
34
R119
37
R120
26
R121
26
R122
29
R123
32
R124
32
R125
30
R126
52
R127
58
69