Anda di halaman 1dari 7

Ternak Kuda

Kuda merupakan salah satu ternak yang sudah melekat dalam


kehidupan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Hubungan kuda
dengan manusia dapat dilihat dari pemanfaatan kuda sebagai sumber
pangan pada awal kehidupan manusia. Kuda yang ada sekarang
merupakan

kuda

hasil

domestikasi,

sehingga

peranannya

menjadi

semakin banyak dalam kehidupan manusia. Peran ini dapat terlihat dari
pemanfaatan kuda yang tidak lagi hanya sebagai sumber pangan, tetapi
sudah banyak bergeser menjadi alat transportasi, rekreasi, dan olahraga.
Namun, fungsi kuda sebagai alat transportasi sehari-hari sudah banyak
mengalami penurunan, karena adanya alat-alat transportasi berteknologi
tinggi seperti mobil atau angkutan umum lainnya. Akan tetapi, di
beberapa tempat di Indonesia kuda masih banyak digunakan sebagai alat
transportasi. Delman adalah alat transportasi yang masih bertahan hingga
saat ini, disamping sebagai sarana rekreasi . Delman dikendalikan oleh
seorang kusir dengan menggunakan seekor kuda, dan jarang sekali
menggunakan lebih dari satu ekor kuda.
Perkembangan teknologi saat ini memang terasa sangat berarti
terhadap penurunan jumlah delman yang ada sekarang ini, orang lebih
memilih untuk menggunakan angkutan umum atau mobil sebagai alat
transportasi dan pengangkutan barang. Hal ini karena angkutan umum
atau mobil memiliki daya jelajah yang lebih jauh dan sedangkan delman
memiliki kelemahan yaitu daya jelajah yang masih terbatas oleh
kemampuan kuda yang digunakan. Perkembangan teknologi yang kian
pesat turut merubah fungsi delman, sehingga akan memberikan dampak
yang cukup besar bagi tingkat pendapatan bagi kusir. Perubahan fungsi
delman sebagai alat transportasi atau pengangkutan menjadi alat untuk
sarana rekreasi, adalah sebagai akibat adanya perkembangan teknologi
yang

akan

pemeliharaan

berpengaruh
kuda

terhadap

delman.

kusir,

Perubahan

kuda,

dapat

dan

dilihat

manajemen
dari

tingkat

pendapatan kusir, jam kerja kusir dalam beroperasi menggunakan


delman, serta manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan meliputi

jumlah pakan yang diberikan, luas kandang, cara perawatan, dan


peralatan yang digunakan untuk memelihara kuda.

Manajemen Pemeliharaan Ternak Kuda


Manajemen

pemeliharaan

kuda

di

meliputi

perawatan

kuda,

penanganan kesehatan, perkandangan, dan pemberian pakan. Pola


pemeliharaan dilakukan berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan aktivitas
harian kuda. Jenis pakan yang diberikan pada kuda terdiri dari gabah,
jagung, dedek halus dan kasar, kacang hijau atau kedele, dan lain-lain.
Makanan pokok bagi kuda adalah rumput. Ada bermacam-macam
jenis rumput yang dapat diberikan kepada kuda, diantaranya panicum
muticu, brachiaria mutica dengan ketinggian 1,20 meter dan bermacammacam jenis rumput yang tumbuh dimana-mana dengan ketinggian 40
cm yang biasa diarit untuk makanan kuda. Dengan makanan rumput saja
kuda sudah dapat hidup tetapi untuk mencapai prestasi maka kuda diberi
makanan tambahan berupa konsentrat. Konsentrat terdiri dari jagung,
gabah dan kacang-kacangan (kacang hijau atau kedelai). Selain rumput
dan konsentrat juga diberi multivitamin dan mineral.
Makanan kuda diberikan sesuai usia, keadaan dan kegunaannya. Usia
kuda dapat dibagi dalam beberapa tahap, usia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 1224 bulan, 24 bulan keatas. Untuk kuda berumur 1-6 bulan tidak disediakan
makanan khusus, karena masih ikut dengan induknya yaitu menetek atau
ikut makan makanan induknya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
ialah makanan induknya. Induk kuda yang menyusui makan untuk 2 ekor
(dia sendiri dan anaknya). Jika induk itu sudah bunting lagi maka dia
makan untuk 3 ekor. Dalam hal ini maka pemberian makanan harus tiga
kali lipat,khususnya pemberian multivitamin dan mineral. Kekurangan
multivitamin dan mineral mengakibatkan pertumbuhan anaknya di luar
dan di dalam kandungan kurang sempurna di samping induknya juga akan

menjadi lemah. Pemberian kacang-kacangan dan bungkil membantu


pembentukan air susu dalam jumlah cukup. Pengaturan makanan di
berikan pagi, siang dan sore.
Umur 6 bulan anak kuda sudah dipisahkan dari induknya. Karena dia
sudah terbiasa makan dengan induknya. Maka tidak banyak terjadi
perubahan pada dirinya. Untuk beberapa hari dia akan kehilangan
induknya, kemudian dia akan terbiasa karena akan berkumpul dengan
anak kuda lainnya yang sebaya. Pengaturan makanan diberikan pagi dan
sore, karena dia akan diumbar sepanjang hari dari pagi sampai sore.
Keadan ini berlangsung sampai anak kuda berumur 24 bulan (2 tahun).
Pada umur 24 bulan (2 tahun) ke atas anak kuda sudah di anggap dewasa,
mulai dia dengan kehidupan baru sesuai keturunannya, jika dia kuda pacu
maka dia mulai dilatih secara bertahap dan pemberian makanan pun
disesuaikan. Pemberian pakan kepada kuda pacu lebih banyak dipusatkan
kepada konsentrat, multivitamin dan mineral. Pemberian rumput dibatasi.
Pemberian konsentrat sesuai dengan kebutuhannya akan kalori energi
sebagai kuda pacu.
Kuda untuk olahraga dianggap dewasa pada umur 3 tahun. Pada
umur 3 tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini di
latih karena punggungnya belum kuat dan mudah cedera. Pemberian
pakan disesuaikan dengan latihannya. Jika latihannya meningkat maka
konsentrat di tambah. Lain halnya dengan kuda pacu, maka kuda
olahraga lebih banyak memerlukan konsentrat dan serat kasar. Karena
selain dia memerlukan energi juga daya tahan yang kuat.
Populasi Kuda Di Indonesia
Populasi hewan kuda di Indonesia dalam empat dasawarsa terakhir
mengalami penurunan cukup signifikan. Jika pada tahun 1970 terdapat
650 ribu ekor, dan sekarang hanya sejumlah 390 ribu. Di Jawa Tengah
tahun 2010 ada 14 ribu ekor dan 2012 telah berkurang menjadi 11 ribu
ekor.

Hal itu dikemukakan dosen pasca sarjana Fakultas Kedokteran

Hewan UGM, Dr drh Yuriadi MP, dalam kegiatan program pengabdian


masyarakat mahasiswa S2 dan S3 Sain Veteriner di Pasar Hewan

Ngadirejo, Temanggung, Rabu, (5/12). Turunnya populasi karena pengaruh


kemajuan teknologi mekanik yang sangat tinggi menyebabkan fungsi
kuda berkurang. Oleh karenanya pemerintah hendaknya meningkatkan
populasi kuda lokal Indonesia dengan cara memberi berbagai fasilitas
agar

memotivasi

peternak

kuda.

Apabila

langkah

antisipasi

tidak

dilakukan sejak sekarang bisa jadi kuda lokal Indonesia lambat laun akan
punah. Padahal pengembangbiakan dan pemanfaatan kuda dengan baik
selain menjaga keberlangsunagn populasi juga bisa meningkatkan taraf
hidup peternaknya.

STRATEGI PENGEMBANGAN TERNAK KUDA


Populasi kuda di Indonesia berkisar 400 ribu ekor yang tersebar di
beberapa daerah (BPS, 2010). Bangsa-bangsa kuda yang ada di Indonesia
hingga saat ini umumnya merupakan hasil persilangan kuda-kuda lokal
(Sandelwood pony) dengan bangsa kuda Arab atau kuda Thoroughbred,
kuda asli Sumbawa, dan kuda-kuda asli Eropa (Equestrian Indonesia,
2008).
Populasi Kuda saat ini telah beradaptasi dengan lingkungannya serta
mampu menghasilkan keturunan yang fertil, populasi tersebut telah
terbukti mampu mengatasi cekaman lingkungan sehingga ternak seperti
ini cocok untuk dikembangkan di Indonesia. Adaptasi terhadap perubahan
genetik hanya terjadi apabila hewan baik populasi maupun individu
mampu lolos dari faktor-faktor yang mengganggu seperti terjadinya
mutasi, seleksi, migrasi (percampuran bangsa) dan penghanyutan genetik
secara acak, perubahan genetik dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
proses evolusi suatu populasi bangsa ternak dengan melihat jarak genetik
suatu populasi.

Penelitian mengenai jarak genetik untuk populasi kuda di Indonesia


masih belum banyak dilakukan. Salah satu metode dengan melihat
adanya perbedaan fenotip dan genotip akibat adanya seleksi dan mutasi
dapat juga dimanfaatkan untuk mengetahui jarak genetik adalah analisis
keragaman. Keragaman fenotip dapat diketahui dengan mengukur bagianbagian tubuh atau morfometrik. Pengukuran ukuran tubuh digunakan
untuk membedakan keragaman baik ukuran maupun bentuk tubuh
terhadap populasi ternak berukuran besar seperti kuda . Ukuran-ukuran
tubuh sering dipakai secara rutin sebagai parameter pengganti dalam
menduga bobot hidup ternak, sedangkan analisis keragaman dan korelasi
banyak digunakan dalam mengkarakterisasi hubungan sifat-sifat fenotip
dan genetik (Salako, 2006). Analisis komponen utama adalah bentuk
modifikasi perhitungan yang dipakai saat karakterisasi secara fisik
menunjukkan adanya hubungan yang erat antar parameter dengan berat
hidup hewan (Salako dan Ngere, 2002).
Pendekatan ilmiah lainnya adalah dengan memanfaatkan teknologi
molekuler yang berdasarkan penanda immunogenetik dan biokimia yang
saat ini telah banyak dimanfaatkan dalam upaya pencatatan dan verifikasi
keturunan dari kuda-kuda domestik. Hubungan antar populasi kuda dapat
diungkap dengan memanfaatkan teknologi pengujian sampel sel darah
merah dan polimorfisme protein darah (Bowling and Ruvinsky, 2004).
Analisis polimorfisme protein darah dengan menggunakan metode PAGE
(Polyacrylamide Gel Electrophoresis) merupakan salah satu teknik yang
sudah lama tetapi sering digunakan untuk mengidentifikasi enzim atau
protein, yaitu metode yang sederhana dan relative murah dalam
memisah-kan

molekul

kimia

berdasarkan

perbedaan

ukuran,

berat

molekul, dan muatan listrik yang dikandung oleh makro molekul dengan
menggunakan arus listrik. Protein merupakan salah satu bentuk makro
molekul yang dihasilkan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan informasi genetik.
Teknologi pengembangan ternak kuda di Indonesia dapat dilakukan
dengan cara Penggunaan Teknologi DNA (Penciri DNA/DNA Marker)
Perkembangan ilmu dan teknologi yang berbasiskan DNA sebagai bahan

kajian utamanya terus saja berlangsung dengan kecepatan yang sangat


menakjubkan. Perkembangan tersebut membawa implikasi yang tidak
sedikit, termasuk pada bidang pemuliaan ternak kuda. Salah satu
teknologi

DNA

yang

pengaruhnya

sangat

signifikan

terhadap

perkembangan teknik pemuliaan ternak adalah penemuan berbagai


segmen DNA yang dapat dijadikan sebagai penanda genetik, yang
kemudian disebut sebagai DNA marker. Segmen DNA tersebut bisa
terdapat di dalam gen atau diluar gen yang letaknya terdistribusi
diseluruh genom. Selain dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas
pemuliaan ternak, DNA marker juga dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti studi populasi, pemetaan gen, deteksi penyakit, studi
filogeni, dan banyak lagi aplikasi-aplikasi lainnya. Yang menjadikan DNA
marker dapat digunakan sebagai penanda genetik adalah terdapatnya
variasi antar individu di dalam segmen DNA tersebut. Variasi itu dapat
berupa perbedaan urutan basa, ataupun ukuran sekuens berulang, yang
dapat dideteksi melalui berbagai teknik dasar teknologi DNA, seperti
pemotongan dengan enzym restriksi, polymerase chain reaction (PCR),
atau sekuensing.
Generasi awal dari DNA marker adalah RFLP (Restriction Fragments
Lengths Polymorphisms), dimana variasi panjang pendeknya fragmen
DNA ternak yang telah dipotong dengan enzym restriksi, menjadikannya
sebagai penanda genetik. Beberapa tahun kemudian, mikrosatelit, yaitu
segmen DNA yang mempunyai motif berulang (tandem repeats) antara 2
sampai 5 pasang basa, dikukuhkan sebagai DNA marker. Ini terjadi karena
tiap individu (mungkin) mempunyai jumlah sekuens berulang yang
berbeda, dan perbedaan tersebut dapat dideteksi dengan memanfaatkan
teknologi PCR. Baik RFLP maupun mikrosatelit telah berjasa banyak dalam
pembentukan peta genetik ternak. Hampir semua ternak domestik,
seperti sapi, domba, babi dan ayam, telah mempunyai peta genetik yang
cukup lengkap dan detail, yang sebagian besar berkat jasa RFLP dan
mikrosatelit.
Beberapa tahun belakangan ini, sebuah generasi baru DNA marker
telah ditemukan, yakni Single Nucleotide Polymorphisms (SNP).

Anda mungkin juga menyukai