Anda di halaman 1dari 13

Pondasi Untuk Bangunan Rumah

Sebelum kita memulai membangun sebuah rumah kita perlu mempelajari bagaimana sebenarnya
perencanaan dan pelaksanaan yang benar dalam membangun. Pada artikel ini kita akan
membicarakan bagaimana tentang pondasi bangunan dan pemeliharaannya.
Banyak jenis pondasi yang digunakan untuk rumah , perencanaan type pondasi yang cocok
digunakan untuk bangunan rumah tergantung banyak faktor , perencanaan pondasi selalu
akan diperhitungkan berdasarkan jenis tanah , berat/ beban bangunan, jumlah lantai yang akan
dibangun dan ketinggian bangunan yang akan dibangun .
Jenis pondasi yang ada saat ini adalah pondasi umpak, pondasi menerus , pondasi tapak , dan
tiang pancang. Untuk pemakaian pondasi umpak biasanya digunakan untuk pondasi untuk
rumah type kayu berbentuk panggung dimana tiang kayu didudukkan di atasnya. Untuk pondasi
menerus umumnya digunakan untuk bangunan rumah 1 lantai, sedangkan untuk pondasi tapak
biasanya digunakan untuk rumah bertingkat dan pengggunaan tiang pancang umumnya
dipergunakan untuk gedung gedung besar.

Bahan untuk pondasi menerus bisa menggunakan batu belah, cor beton ataupun bata. Dan untuk
pondasi tapak biasanya menggunakan beton bertulang. Penggunaan pondasi tapak dengan bahan
beton bertulang sebagai dasar bangunan harus betul diperhatikan, dimana jenis dan ukuran harus
benar benar sesuai dengan daya dukung terhadap rumah yang akan dibangun.
Dibawah ini adalah elemen-elemen yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan pondasi :
A. Pemeriksaan Tanah (Soil Test).
Tujuan pemeriksaan tanah adalah
1. Untuk mengetahui stratigigrafi atau sitim pelapisan tanah

2. Untuk mengetahui kekuatan tanah pada setiap kedalaman tanah keras. Untuk
mendapatkannya diperoleh dengan melalui pengujian Cone Penetration Test (sondir Test)
di lapangan.
3. Mengetahui kedalaman muka air tanah (ground water level) yang diperoleh dari hasil
boring
4. Mengambil sampel tanah (undisturbed sample) dari lokasi untuk diuji dilaboratorium,
sample tanah diperoleh dari hasil boring
5. Menentukan sifat fisis dan mekanis lapisan tanah berdasarkan hasil uji laboratorium
terhadap sampel tanah yang terganggu (disturbed soil) dan sample tanah tidak terganggu
(undisturbed soil).
Dari hasil pengujian dengan sondir dapat dilakukan analisis :
1. Menentukan daya dukung pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep
foundation) berdasarkan parameter kuat geser tanah atau in situ test.
2. Mengevaluasi besarnya penurunan tanah akibat beban kerja baik penurunan segera
(immediately settlement), penurunan konsolidasi (consolidation settlement) dan
penurunan setempat (differential settlement) berdasarkan konsolidasi atau in situ test.
Dari hasil pengujian tersebut maka akan didapatkan data-data yang akan diserahkan ke tim
engineering untuk menentukan jenis dan ukuran pondasi yang dipergunakan untuk bangunan
yang direncanakan.
B. Perencanaan Pondasi.
Tim engineering perencana akan membaca hasil dari pengujian tanah dan akan
menspesifikasikan kelas pondasi yang dibutuhkan. Tim engineer akan mengeluarkan suatu
report yang menjadi dasar pelaksanaan yang terdiri atas :
1. Ukuran dan penempatan titik pondasi untuk bangunan.
2. Kekuatan beton diperhitungkan oleh engineer dimana komposisi semen, pasir dan kerikil
akan dihitung berdasarkan mix design, dan juga ukuran dan jumlah besi yang
dipergunakan.
3. Enginer juga harus merencanakan sistim drainase yang berada disekitar pondasi atau
juga bentuk pondasi untuk topografi tanah yang berbentu bertangga.
4. Ukuran dan titik penempatan slope yang diperlukan.
5.

Untuk kondisi tanah tertentu, engineer akan menentukan apakah perlu tidaknya dibuat
tiang pancang/ bor pile dibawah pondasi untuk mendukung bangunan.

6. Memberikan rekomendasi teknis pelaksanaan untuk kondisi kondisi tertentu.

C. Inspeksi
Sebelum pekerjaan pondasi dimulai, pelaksana harus melihat langsung kondisi lapangan dimana
pekerjaan akan dilaksanakan untuk memastikan apa yang tertuang dalam perencaan yang dibuat
oleh engineer, Maksudnya disini bilamana ditemukan kondisi lapangan yang tidak sesuai
dengan perencanaan, misalnya lokasi bangunan tergenang oleh air atau kemungkinan
banyaknya mata air yang ada disekitar lokasi akan menyulitkan pelaksanaan dan juga
mempengaruhi kekuatan beton . Bila hal tersebut dijumpai di lapangan maka pelaksana harus
melaporkan ke tim engineer perencana untuk mengambil keputusan yang paling bagus.
D. Tahap Pengecoran Pondasi
Pihak pemilik rumah bilamana kurang mengerti tentang teknis pekerjaan beton, dianjurkan
menempatkan seorang pengawas untuk mengawasi peleksanaannya. Pengawas harus
memastikan pondasi sudah sesuai dari segi ukuran, posisi dan juga bahan material yang
dipergunakan baik besi, pasir, semen dan kerikil. Pengawas berhak meminta/ atau menolak
pekerjaan dilanjutkan bilamana ada sesuatu yang kurang sesuai dengan perencanaan. Jika
mempergunakan beton jenis ready mix, maka ketika truk pembawa beton sampai di lokasi ,
pelaksana dan pengawas harus mengumpulkan semua dokumen yang dibawa supir truk tersebut
untuk memastikan beton sudah sesuai dengan yang dipesankan. Bila menggunakan beton yang
diolah di lokasi (site mix), maka pengawas harus memperhatikan tahap tahap pengadukan beton
mulai dari kebersihan, komposisi campuran dan juga saat penuangan.
E. Pengawetan (Curing Time)
Setelah pengecoran selesai dilaksanakan, dibutuhkan masa u pengawetan (curing time ) untuk
beton tersebut. Hal ini dilakukan untuk pelambatan hidrasi (pengeringan) terhadap beton .
Tujuannya adalah untuk mengurangi retakan retakan rambut pada permukaan beton dan juga hal
ini untuk menjaga kekuatan beton. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah ketika beton
sudah mulai mengering permukaan beton ditutupi dengan karung yang sudah dibasahi, dan
kemudian dilakukan penyemprotan air secara berkala sampai pondasi layak untuk dibebani. Jika
pondasi tersebut adalah pondasi dalam, dimana sebelumnya ada galian tanah, maka tanah
kembali diurug dengan jenis tanah yang bagus. Saat pengurugan kembali disaranakan
penggunaan stamper untuk proses pemadatan tanahnya.
F. Pemeliharaan

. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, kita tidak bisa langsung melihat kondisi pondasi
seakan akan tidak terjadi apa apa, oleh kondisi yang tertutup atau tertanam didalam tanah
padahal sesuatu kerusakan telah terjadi pada pondasi bangunan kita, misalnya telah terjadi
penurunan pondasi. Untuk itu kita harus memperhatikan kondisi rumah kita bila ada kelihatan
retakan retakan di dinding bangunan rumah kita. Untuk itu penting diperhatikan oleh pemilik
rumah melakukan pemeliharaan pondasi rumah. Hal yang perlu dilakukan adalah :
1. Makukan pengecekan secara berkala , bilaman ditemukan hal hal yang merusak pondasi
segera dilakukan perbaikan.
2. Menjaga ketinggian permukaan tanah di sekitar pondasi , dimana ketinggian permukaan
tanah harus tetap konstan.
3. Hindari penempatan sistim drainage yang berdekatan dengan pondasi, hal ini untuk
menjaga kondisi tanah disekitar pondasi tetap padat.
4. Dianjurkan tidak menanam pohon dengan jenis akar yang besar dekat dengan pondasi
beton, hal ini akan merusak beton bilamana akar semakin membesar
5. Khususnya untuk pondasi yang berada di daerah bentuk lerengan, dianjurkan pembuatan
dinding penahan tanah , bilamana terjadi gerusan air akan menimbulkan tanah disekitar
pondasi akan terbawa, sangat dikhawatirkan bilamana tanah sampai tergerus sampai level
terbawah pondasi. Hal ini akan membahayakan bagi bangunan rumah itu sendiri.

astudioarchitect.com
artikel astudio
desain astudio
Konsultasi astudio
Beli desain rumah astudio
Berbeda dengan
layanan
konsultasi
profesional yang
sangat personal
untuk Anda, bisa
juga Anda
membeli desaindesain yang
sudah jadi. Biaya
lebih murah
namun tidak bisa
dirubah-rubah.
Tidak melalui
proses konsultasi
tapi langsung
membeli gambar
kerjanya.

Kelengkapan
berupa gambar
kerja lengkap
dengan 3D.
Klik Disini
.
about astudio
Panduan: Pra Rancangan
Panduan: Merancang Bangunan
Panduan: Masa Konstruksi

Publikasi dan media


Social network astudio

facebook
Probo
Hindarto

Probo Hindarto is a member of

WorldArchitecture.org
Ikatan Arsitek
indonesia
------------------------------

ada yang menarik?


general article special article x English version general article desain rumah gratis
buku design review lokal x English version special article fresh ideas pustaka buku
rumah astudio pembangunan belajar arsitek tropical house concept pustaka buku
interior green architecture bagian rumah desain interior architecture technology info
produk x books free design furniture design ide interior jual furniture pekerjaan kayu
do it yourself dapur desain rumah dijual furniture house design mudah membangun
pustaka buku arsitektur HPL beli desain rumah jual produk prinsip desain gaya
arsitektur news bedroom konsultasi pekerjaan besi pra-rancangan commercial
design desain rumah murah karya terbangun pekerjaan batu x English version
tropical house concept DIY (Do it Yourself) aluminium window and door flooring
hotel kafemu media rendering 3D rumah prefab teras ME QnA experi[mental] iklan
gratis jual furniture anak jual kursi pekerjaan kaca urban design woodplank KPR
download iklan kamar mandi kusen masjid proyek sosial rumah terbangun wiki x
design

Tweets by @bopswave

Hello !

Minggu, 27 Februari 2011


Pembuatan sloof dan hubungannya dengan pondasi
?
astudioarchitect.com Dalam artikel ini saya ingin melanjutkan berbincang tentang
proses pembangunan proyek dimana terdapat aspek-aspek yang mungkin perlu
Anda ketahui selama sebuah proyek pembangunan rumah berjalan. Bila Anda
berencana membangun atau ingin tahu bagaimana proses membangun rumah,
dalam beberapa waktu kedepan saya ingin berbagi tentang beberapa aspek detail
dalam pembangunan dalam sebuah proyek yang dikerjakan astudio. Kali ini masih
seputar sloof bangunan.

Kondisi rumah ini sebelumnya merupakan rumah lama yang direnovasi total
(dibongkar dan diganti baru). Konsekuensinya adalah terdapat material sisa yang
bisa dimanfaatkan untuk tanah urug. Jadi dari tembok2 dan material lama bisa
dipakai untuk meninggikan bangunan baru. Dalam foto ini terlihat tanah dibawah
atau disekitar pondasi berupa tanah campuran dari bekas tembok yang
dihancurkan. Bila genteng turut dihancurkan untuk tanah urug, maka sebaiknya
dihancurkan dengan baik mengingat genteng pecahan mungkin menyimpan ruang
udara sehingga malah mengurangi kualitas tanah urug. Bila tanah urugan dari
tembok lama masih kurang, maka perlu ditambahkan tanah urug berupa sirtu.
Tanah sirtu adalah tanah khusus untuk urug, dimana menurut pedoman kualitas
biasanya bukan tanah organik yang berwarna hitam atau tanah liat yang susah
dikeringkan.

Kondisi sloof dan pondasi di lapangan. Terlihat dalam foto saluran air bersih, air
kotor dan WC sudah dipasang di lokasi pada saat pembuatan pondasi, jadi nanti
waktu diurug semua saluran sudah fix.
Pondasi untuk dua lantai dibuat dengan pondasi footplat untuk kondisi bangunan
konvensional dua lantai. Metode ini paling banyak digunakan secara konvensional
oleh masyarakat Indonesia, terutama di Jawa. Pondasi ini dibuat dengan menggali
dan mengukur kedalaman tanah keras, dimana permukaan tanah keras dibutuhkan
untuk meletakkan pondasi footplat sehingga bangunan dua lantai bisa berpijak
dengan baik diatas tanah.

Gambar: ilustrasi pondasi rumah.


Sumber: Panduan Lengkap membangun Rumah Bertingkat oleh Gatut Susanta.

Untuk mengikat pondasi footplat dan kolom-kolom, dibutuhkan sloof yaitu balok
dibawah lantai. Bila diatas sloof terdapat dinding, maka dibawahnya diberikan
pondasi batu kali. Jadi pondasi batu kali dibutuhkan bila terdapat dinding bata
diatasnya, bila tidak maka tidak dibutuhkan pondasi batu kali. Bila dibutuhkan
meskipun tidak ada dinding batu bata, sloof kadang masih dibuat untuk mengikat
kolom agar lebih kuat dan tidak bergeser.

Sloof yang diatasnya terdapat dinding, maka dibagian bawahnya ada pondasi batu
kali. Untuk sloof yang berfungsi sebagai pengikat kolom, maka dibagian bawahnya
tidak terdapat pondasi batu kali.
Tentang besi untuk kolom dan pondasi, digunakan berbagai besi dengan spesifikasi
dimensi 16, 12, 10 dan 6. Dimensi 16 dan 12 biasanya dibutuhkan untuk struktur
utama dimana untuk besi asli dengan kode SNI biasanya dicantumkan semacam
'marking' dengan kode 'SO 12 SNI'. Biasanya didapat di toko besi yang memang
mengenal kode ini. Untuk toko besi biasa, kadang pemilik/ penjaga toko masih ribet
dengan beberapa kode ini.

Untuk besi pun memiliki berbagai spesifikasi seperti besi 'marking' sebagaimana
diatas biasanya merupakan besi dengan standar SNI yang dianjurkan pemerintah
baik untuk proyek pemerintah maupun swasta sehingga terdapat
pertanggungjawaban mutu. Untuk besi tanpa 'marking' biasanya merupakan besi
banci dengan ukuran lebih rendah dari spesifikasi asli yang disebutkan, dalam arti
besi tersebut ukurannya kurang dari besi 16, besi 12, dan seterusnya. Untuk besi
ulir selalu memiliki ulir untuk memperkuat strukturnya.

Metode pengecoran besi pun berpengaruh pada kualitas besi dimana terdapat
metode pengecoran bertangkup atau langsung pejal. Metode bertangkup artinya
pengecoran dilakukan separuh dan separuh, kemudian baru ditangkupkan. Metode
langsung pejal berarti besi dicor langsung secara pejal dalam cetakan. Yang
langsung pejal memiliki kualitas lebih baik dari yang setangkup, dimana dalam
kenyataan di lapangan, bisa dicek dengan memeriksa bagian pinggir besi apakah
ada semacam tanda cetakan.

Batu kali yang biasa digunakan untuk pondasi batu kali.

Foto besi dengan marking SNI ukuran 12 untuk kolom. Jarak begel dengan ukuran
besi 8 atau 6 berjarak sekitar 15 cm. Begel adalah besi pengikat yang dibuat
persegi untuk mengikat besi kolom vertikal.
Baca lebih lengkap: astudioarchitect.com: Pembuatan sloof dan hubungannya
dengan pondasi http://www.astudioarchitect.com/2011/02/pembuatan-sloof-danhubungannya-dengan.html#ixzz2J2hcLboD

Mengenal Aneka Jenis Beton Bertulang


Kolom adalah komponen tekan yang fungsinya menahan beban
bangunan. Oleh karena itu bisa dikatakan kolom menjadi bagian yang
paling penting dari struktur bangunan tersebut. Bila kolom mengalami
keruntuhan dan jatuh maka hampir bisa dipastikan seluruh bagian dari
bangunan juga akan mengalami nasib yang sama, roboh dan terhempas
ke tanah.
Pada saat sekarang ini pembuatan kolom selalu memakai bahan dari
tulang besi sehingga sering dinamakan beton bertulang. Menurut
beberapa ahli bangunan kolom ini dibagi menjadi tiga jenis yang
pertama kolom ikat atau tie column, lalu kolom spiral atau spiral
column dan yang terakhir adalah kolom komposit atau composite
column.
Sedang Ismawan Dipohusodo, seorang ahli bangunan dan konstruksi yang berasal dari Indonesia pada
tahun 1994 melalui buku yang ditulisnya dia mengatakan jika ada tiga macam atau jenis beton bertulang .
Yang pertama yaitu kolom yang menggunakan suatu pengikat yang dinamakan sengkang lateral.
Jenis kolom yang satu ini merupakan kolom beton yang diberi tulang pokok yang bentuknya memanjang.
Pada jarak tertentu ada ikatan sengkang yang menuju arah lateral. Fungsi dari tulang ini adalah untuk
mengikat tulang pokok yang memanjang dengan tujuan agar tidak bisa terlepas dari tempatnya dan terus
melekat dengan kokoh.
Yang kedua adalah kolom yang menggunakan ikatan spiral. Bentuk dan wujudnya sebenarnya bisa
dikatakan sama dengan jenis yang pertama. Namun tulang pengikat yang memanjang berupa tulang spiral
yang dililitkan atau ikatannya membentuk heliks secara terus menerus pada seluruh bagian panjang kolom.
Fungsi dari tulang berbentuk spiral ini yaitu agar bisa memberi kekuatan pada kolom sehingga komponen
ini bisa menyerrap derformasi dengan ukuran yang cukup besar. Sehingga ketika ada keruntuhan pada
bangunan, tulang beton spiral masih mempunyai kesempatan untuk melakukan pencegahan proses
robohnya semua bagian struktur bangunan sebelum ada proses tegangan dan redistribusi momen bisa
terwujud.
Kemudian yang terakhir yaitu dinamakan dengan kolom komposit. Kolom bertulang ini adalah wujud dari
struktur yang diberi pipa atau gelegar dari baja profil untuk sehingga tekanannya bisa semakin kuat. Ada
kolom komposit yang diberi kelengkapan batang tulang yang memanjang tapi ada pula yang tidak
menggunakannya.
Menurut hasil penelitian dan percobaan yang telah dilakukan beberapa kali, beton bertulang atau kolom
yang satu ini punya kekuatan yang lebih bagus apabila dibandingkan dengan jenis kolom yang memakai

tulang sengkang.
Sementara itu untuk bangunan yang bentuknya sederhana, bisa memakai bentuk beton bertulang lain yang
terbagi menjadi dua jenis, kolom praktis serta kolom utama. Yang dimaksud dengan kolom praktis punya
fungsi untuk memberi bantuan pada kolom utama sekaligus menjadi media pengikat element dinding
sehingga bisa tetap stabil. Jarak maksimal kolom tersebut adalah tiga setengah meter, atau bisa juga
memakai ukuran sudut atau pasangan bata.
Sedangkan kolom utama adalah kolom yang punya fungsi sebagai alat penyangga pada beban utama yang
ada di atasnya. Bila bangunan tersebut merupakan tempat tinggal atau rumah saja, maka jarak kolom
utamanya adalah tiga setengah meter. Ukuran ini bisa membuat balok yang dipakai untuk media penopang
tidak terlalu besar.
Tapi bila jarak kolom yang satu dengan yang lain punya ukuran lebih panjang dari tiga setengah meter
maka semua struktur yang ada di bangunan tersebut harus dibuatkan perhitungan. Apabila rumah itu
terdiri dari dua lantai, ukuran dimensi untuk kolom utamanya adalah 20/20 dan tulang pokok 8d12mm.
sedangkan begelnya d 8 - 10 cm. Maksudnya besi beton yang dipakai punya ukuran diameter 12 milimeter
dan jumlahnya ada delapan buah. Sedangkan 8 -10 cm punya arti begelnya berdiameter delapan dan
jarakanya sepuluh sentimeter.

Anda mungkin juga menyukai