I. Pendahuluan
Latarbelakang
Pergeseran lebijakan tatakelola pertambangan timah telah menjadi potensi
pertumbuhan ekonomi pada daerah bangka. Akan tetapi pada sisi lain pergeseran
tatakelola dan perizinan tambang juga memiliki dampak yang sangat kompleks
bagi sosial ekomoni serta lingkungannya.
UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mendesentralisasikan
urusan Pertambangan, Energi dan Sumber Daya Mineral ke Daerah, namun
semangat desentralisasi sektor pertambangan tersebut tidak sinkron dengan
pengaturan mengenai pertambangan karena UU yang digunakan masih mengacu
pada UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
Sejak reformasi bergulir, sektor pertambangan tidak mendapat panduan regulasi
yang jelas. Baru pada tahun 2009 keluar UU No. 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan, Mineral dan Batubara. Sementara Peraturan Pemerintah (PP) yang
diperintahkan pembentukannya oleh UU No.4/2009 baru keluar pada Tahun 2010
yakni PP No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan, dan PP No. 23
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara. Kekosongan pengaturan terkait pertambangan dari awal reformasi tahun
1998 sampai keluarnya UU tentang pertambangan pada tahun 2009 telah
dimanfaatkan daerah penghasil tambang untuk memberikan izin usaha
pertambangan dengan tanpa panduan dari Pemerintah Pusat. Usaha pertambangan
di daerah yang dilakukan secara leluasa di daerah tanpa ada pengawasan yang
ketat oleh Pemerintah Pusat ini telah mengakibatkan kerusakan lingkungan, dan
memicu konflik antara penduduk lingkar tambang dengan investor tambang.
Sementara itu publik di daerah pertambangan tidak merasakan adanya
perbaikan/peningkatan kesejahteraan. Tidak adanya transparansi terkait anggaran
didaerah menyebabkan publik tidak mendapatkan informasi yang jelas seberapa
besar daerah mendapat keuntungan dari sektor tambang dan ke mana keuntungan
tersebut dibelanjakan.
1
2
Pascasarjana IPB.
Perumusan Masalah
Pergeseran tatakelola pertambangan timah telah memicu kontroversi baik
pada aspek perizinan, output ataupun dampak dari perizinan itu sendiri. Dengan
adanya kebijakan ini mucul pertanyaan siapakah yang diuntungkan dari kebijakan
pemerintah terhadap perizinan penambangan timah ini. Berdasarkan latarbekang
di atas, penulis mencoba merumuskan beberapa perumusan masalah sebagai
berikut;
a. Seperti apa kebijakan pemerintah dalam memberikan perizinan tambang?
b. siapa yang mendapat manfaat dari perizinan tambang timah tersebut?
c. Seperti apa dampak dari pemberian izin tambang tersebut?
II. Tinjauan Teoritik
Etika Lingkungan
Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki
kewajiban untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang
terkandung di dalam lingkungan. Mengapa? Karena manusia itu sendiri adalah
bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Manusia adalah bagian dari
lingkungan. Perilaku positif manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari
sedangkan perilaku negatifnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
Etika manusia terhadap sesuatu adalah kebiasaan hidup yang baik yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang
bagaimana manusia harus hidup yang baik sebagai manusia, perintah dan larangan
tentang baik buruknya perilaku manusia untuk mengungkapkan, menjaga, dan
melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan
demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam
menuntun perilaku.
Etika lingkungan hidup memfokuskan tentang perilaku manusia terhadap
alam serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan
(etika ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang,
sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Prinsip etika
lingkungan adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu
memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup
dan hak untuk berkembang.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk
hidup lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Etika lingkungan
merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan
tetap terjaga.
Etika lingkungan dapat dikategorikan kedalam etika pelestarian dan etika
pemeliharaan. Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada
mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika
pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan
untuk kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi
1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam
merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta
seluruhnya. Setiap anggota komunitas ekologis, termasuk manusia,
berkewajiban menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies
serta menjaga keterkaitan dan kesatuan komunitas ekologis.
2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia
mempunyai tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan,
keberadaan dan kelestariannya).
3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari
kenyataan bahwa manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta
dimana manusia sebagai makhluk hidup memiliki perasaan
sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.
4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For
Nature). Manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan
alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi
yang muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas
ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi,
dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
Konsep dan Teori Environmental Justice
Perkembangan padigama Environmental Justice atau keadilan lingkungan
telah muncul akibat dari berkembangnya wacana tentang lingkungan.
Perkembangan wacana kesadaran akan lingkungan memunculkan suatu gerakan
sosial dari masyarakat sebagai dampak adanya ketidak adilan dalam masyarakat
(Taylor, 2000). Selanjutnya Taylor (2000), membagi garis besar isu keadilan
lingkunan menjadi beberapa prinsip, yaitu
1.
2.
4.
Budaya, yakni menghargai dan merayakan budaya dan bahasa masingmasing, menghormati integritas budaya dari semua komunitas, menghargai
dan merayakan sistem kepercayaan masing-masing tentang dunia alam.
tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.'' Pasal 5 dan 8 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, berbunyi: ''Setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.'' Bukan hanya itu, dalam UU No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia juga menyatakan hal yang sama pada Pasal 3
yang berbunyi, ''Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.''
III.
PEMBAHASAN
secara tegas tidak memuat lagi tataniaga komoditas timah sebagai komoditas
strategis. Dengan demikian timah kemudian menjadi barang bebas yang
perdagangannya tidak lagi diawasi dan diatur. Perkembangan regulasi tersebut
diinterpretasi dan dipahami secara berbeda di Bangka.
Dampak adanya regulasi yang mengatur pengelolaan timah ini
menyebabkan tumbuh suburnya pertambangan timah yang ada, baik yang
memiliki perizinan IUP ataupun tidak, serta penambangan dalam skala besar
maupun pertambangan rakyat skala kecil (pertambangan inkonvensional).
Berdasarkan data yang direlease oleh PT. Timah Tbk. Pertumbuhan dan ekspansi
pertambangan timah mengalami pertumbuhan yang signifikan, akan tetapi jumlah
lahan yang tersedia cenderung menurun. Data izin pertambangan, luas area
pertambangan, dan unit fasilitas produksi digambarkan pada tabel 1.
Tabel 1. Data izin usaha pertambangan, luas area pertambangan, dan jumlah unit
fasilitas produksi tahun 2009 sampai 2012.
2008
2009
Tahun
2010
114
110
115
117
117
522.460
591.325
512.764
513.042
512.655
20
30
25
25
25
14
12
11
11
10
15
17
Jumlah Tanur(unit)
11
11
12
12
12
Uraian
2011
2012
Tabel 2. Jumlah izin usaha pertambangan dan luas area pertambangan, 2007
Penutup
10
11