Nama : NURLESTARI
NIM : 07.06.0013
PEMBIMBING :
dr. Gede Made Punarbawa, Sp.OG (K)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Laporan kasus yang berjudul G2P1A0H1 Usia 38-39 Minggu /T/H/IU, Presentasi
Kepala dengan Preeklampsia Berat, Impending Eklampsia ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. Gede Made Punarbawa, Sp.OG (K), selaku pembimbing laporan kasus ini.
2. dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan Kandungan
RSUP NTB.
3. dr. H. Doddy Ario Kumboyo, Sp.OG (K), selaku supervisor.
4. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor
5. dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG, selaku supervisor
6. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku supervisor
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktik sehari-hari.
Terima kasih.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola
penyebab langsung dimana-mana sama yaitu perdarahan (25 %, biasanya perdarahan pasca
persalinan), sepsis (15 %), Hipertensi dalam kehamilan (12
sesuai prosedur tetap di RSUP NTB. Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosis, tindakan,
dan penatalaksanaannya sudah tepat dan sesuai dengan literatur yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 20011,4:
1. Hipertensi Kronik
Adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 2 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan di sertai dengan
proteimuria.
Eklampsi adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang dan atau koma.
3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
Adalah Hipertensi kronik yang disertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
4. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension)
Adalah hipertensi yang timbul pada saat kehamilan tanpa disertai proetinuria dan
hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tandatanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg. Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah
sistolik 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diatolik 15 mmHg sebagai parameter
hipertensi sudah tidak dipakai lagi1.
Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama dengan
1+ dipstick1.
Edema, dahulu edema tungkai, dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang
edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu
dipertimbangkan faktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema
generalisata, atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai
kenaikan berat badan rendah < 0,34 kg/minggu, menurunkan resiko hipertensi, tetapi
meningkatkan resiko berat badan bayi rendah1.
2.2 Klasifikasi
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai
dengan proteinuria.
Preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Preeklampsia ringan
Preeklampsia ringan adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik/diastolik
140/90 sampai < 160/110 mmHg dengan proteinuria +1 dipstik. Preeklampsia ringan
ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah
kehamilan 20 minggu1,5.
2. preeklampsia berat
6
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria5.
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) Preeklampsia berat tanpa impending
eklampsia, dan (b) Preeklampsia berat dengan impending eklampsia. Disebut impending
eklampsia bila preeklampsia berat disertai gejala gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat,
gangguan visus, muntah muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan
darah1,2,3.
2.3 Epidemiologi
Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi di dunia khususnya negara-negara sedang berkembang. Pada negara sedang berkembang
frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % sampai 0,7 %, sedang di negara-negara maju
angka eklampsia lebih kecil, yaitu 0,05 % sampai 0,1 %.
Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian ibu
berkisar1,5 % sampai 25 %, sedangkan kematian bayi antara 45 % sampai 50 %. 2 Eklampsia
menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 % dari total kematian maternal.
2.5 Pencegahan
1. Non-Medikasi
o Tirah baring
Cara paling sederhana ialah dengan tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih
diperlukan meskipun tidak terbukti mencegah preeklampsi dan persalinan preterm.
o Retriksi garam
Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah preeklampsia
o Suplemen
7
Diet yang baik mengandung tambahan: minyak ikan dengan asam lemak tidak
jenuh; antioksidan seperti vitamin C dan E, beta-karoten, N-asetilsistein, CoQ 10,
asam lipoik; zink, magnesium, dan kalsium1,2,4.
2. Medikasi
o
Pencegahan dengan pemberian obat, namun belum ada bukti yang kuat dan sahih.
o
Antihipertensi tidak terbukti mencegah preeklampsia. Diuretik dapat memperberat
o
hipovolemia.
Obat yang diberikan : kalsium 1500 2000 mg/hari, atau zink 200 mg/hari, atau
magnesium 365 mg/hari, atau aspirin dosis rendah <100 mg/hari, atau dipiridamole.
Selain itu dapat pula diberikan obat-obat antioksidan seperti vitamin C. Tetapi
beberapa penelitian RCT menunjukkan pemberian aspirin dosis rendah tidak efektif
mencegah preeklampsia.
Antioksidan terbukti mampu mengurangi kerusakan sel endotel pasien1,2,4
yang memodulasi sistem imun, sehingga tidak bereaksi terhadap hasil konsepsi.
HLA-G ini berfungsi untuk melindungi tropoblas dari lisis oleh Natural Killer (NK)
ibu.
Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya
HLA-G di sel desidua di daerah plasenta, menghambat invasi tropoblas dalam
desidua, yang penting dalam memudahkan vasodilatasi pembuluh darah dan matriks
di sekitarnya.
hanya glukosa.
7. Teori stimulus inflamasi
Teori ini didasarkan pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan merangsang
terjadinya inflamasi.
Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi, namun dalam batas wajar, sehingga
10
bersifat irreversibel.
Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh
darah. Dapat diatasi dengan pemberian dopamin agar terjadi vasodilatasi
pembuluh darah ginjal.
Proteinuria
mg/24 jam.
Asam Urat Serum
Umumnya meningkat 5 mg/cc. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, yang
menimbulkan penurunan aliran darah ginjal dan mengakibatkan menurunnya filtrasi
12
glomerulus, sehingga menurunkan sekresi asam urat. Peningkatan asam urat dapat
terjadi juga akibat iskemia jaringan.
Kreatinin
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma pada
pre-eklampsia juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran
darah ginjal menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga
menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin plasma. Dapat
mencapai kadar kreatinin plasma 1 mg/cc, dan biasanya terjadi pada preeklampsia berat dengan penyulit pada ginjal.
Oliguria dan Anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke
ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan
dapat terjadi anuria. Berat ringannya oliguria menggambarkan berat ringannya
hipovolemia. Hal ini menggambarkan pula berat berat ringannya preeklampsia.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada preeklampsia kadar elektrolit total sama dengan hamil normal, kecuali bila diberi
diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang
bersifat antidiuretik.
Pre-eklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan asam basa. Pada waktu terjadi kejang eklampsia kadar bikarbonat
menurun, disebabkan timbulnya asidosis laktat dan akibat kompensasi hilangnya
karbon dioksida.
Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia sama dengan hamil normal,
yaitu sesuai dengan proporsi jumlah air dalam tubuh, sehingga tidak terjadi retensi
natrium yang berlebihan. Ini berarti pada pre-eklampsia tidak diperlukan restriksi
konsumsi garam.
e. Tekanan osmotic koloid plasma/tekanan onkotik
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan 8
minggu. Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran
protein dan peningkatan permeabilitas vascular.
f. Koagulasi dan fibrinolisis
Gangguan koagulasi pada preeklampsia, misalnya trombositopenia, jarang
yang berat, tetapi sering dijumpai. Pada preeklampsia terjadi peningkatan FDP,
penurunan antitrombin III, dan peningkatan fibronektin
g. Viskositas darah
13
14
l. Neurologic
Perubahan neurologic dapat berupa :
Nyeri kepala yang disebabkan oleh hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan
vasogenik edema.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.
Gangguan visus dapat berupa pandanngan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan, dan ablasio retinae (retinal detachment).
Hiperrefleksi sering dijumpai pada pre-eklampsia berat, tapi bukan faktor
dan eklampsia.
m. Kardiovaskular
Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload
akibat hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia.
n. Paru
Penderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema paru.
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan endotel pada
pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis. Dalam menangani edema
paru, pemasangan Central Venous Pressure (CVP) tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari pulmonary capillary wedge pressure.
o. Janin
Pre-eklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin
yang
disebabkan
oleh
menurunnya
perfusi
utero-plasenta,
hipovolemia,
Tekanan osmotik
Ibu hamil
Normal
Preeklampsia
Hipervolemia
Hipovolemia
Penurunan aliran darah ke ginjal
Kerusakan glomerulus permiabilitas
koloid
kehamilan 8 minggu
plasma/tekanan
permiabilitas vaskuler
onkotik
Hematokrit
Menurun
Trombosit
Hepar
(hipervolemia)
Normal
Normal
Neurologik
Meningkat (hipovolemia)
< 100.000 sel / mm3
- Subkapsular
hematom
epigastrium
- Peningkatan enzim hati
- Vasogenik edema nyeri kepala berat
- Spasme arteri retina gangguan visus,
Normal
Kardiovaskuler
nyeri
Afterload menurun
CO meningkat
(peningkatan kadar
ablasio retina
Kejang edema
serebri, spasme
estrogen dan
rogesteron
Paru
vasodilatasi perifer)
Peningkatan preload
(hipervolemia)
Normal
16
adanya gangguan nyeri kepala, gangguan pengelihatan atau nyeri epigastrium, maka
penyakit ini sudah lanjut1,2.
Batasan :
Timbulnya hipertensi 160 /110 mmHg disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan setelah 20 minggu.
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila didapatkan hipertensi dalam
kehamilan dengan satu atau lebih gejala di bawah ini berikut:3
a. Tekanan darah sistolik 160 dan tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan darah
ini tidak menurun meskipun ibu hamil sedah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring
b. Proteinuria lebih 5 gr/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan
pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula glisson)
g. Edema paru paru dan sianosis
h. Hemolisis mikroangiopatik
i. Trombositopenia berat : < 100.000 sel / mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
j. Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
k. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
l. Sindrom HELLP
2.9 Penatalaksanaan
A. Sikap terhadap penyakitnya: pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada
preeklampsia berat adalah pengelolaan cairan, karena penderita preeklampsia dan
eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab
17
dari kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat memnentukan
terjadinya edema paru dan oliguria adalah hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel
endotel, penurunan gradien tekanan onkotik koloid (pulmonary capillary wedge
pressure)1. Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan
output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan. Bila
terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi cairan, yaitu dapat
diberikan berupa 5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali, dengan jumlah tetesan
125 cc/jam atau infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer
laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
Pasien juga dipasangi kateter foley untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi
bila produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500 cc/24 jam. Diberikan antasida
untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari
aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan ringer/ 6 jam; atau diberikan 4-5 gram i.m.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam.3
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu obat
berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin
Diuretik
tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau
anasarka. Diuretik yang dipakai adalah furosemid.
Pemberian antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut off)
tekanan darah untuk pemberian antihipertensi. Beberapa sumber menggunakan cut off
160/110 mmHg, ada pula yang menentukan cut off >126mmHg1,5.
Jenis antihipertensi yang sering digunakan di Indonesia adalah Nifedipin, dosis
awal :10-20 mg, diulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam.
Nifedipin tidak boleh digunakan sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat,
sehingga hanya boleh diberikan per oral1,5.
pemberian
pengobatan medikamentosa.3
Indikasi:1,2,5
Ibu
- Umur kehamilan 37 minggu
- Adanya tanda-tanda/ gejala impending eclampsia
- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu keadaan klinik dan
-
laboratoriik memburuk
Perawatan konservatif gagal
19
cepat
Pengobatan Medikamentosa :1,5
1.
2.
3.
Terminasi kehamilan5
Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan berdasar keadaan
obstetric pada waktu itu, apakah sudah inpartu atau belum.
20
B.
kurangnya selama 3 hari lagi kemudian penderita boleh pulang. Bila perawatan
konservatif gagal dilakukan terminasi.5
2.10 Komplikasi
a.
Penyulit ibu:1,2
Eklampsia
Sistem saraf pusat
Perdarahan intracranial, thrombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati, edema
b.
serebri, edema retina, macular atau retina detachment dan kebutaan korteks.
Gastrointestinal-hapatika: subskapular hematoma hepar, rupture kapsul hepar
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
Hematologic: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi atau
SISTEM RUJUKAN
Prinsip Rujukan
Pada pasien Preeklamsi Berat dan Eklampsi memiliki indikasi mutlak untuk dilakukan
rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap, agar pasien dapat tertolong dengan segera. Indikasi
tersebut adalah jika:
1. Terdapat Oliguria (<400 ml/24 jam)
2. Terdapat sindrom HELPP
3. Koma berlanjut lebih dari 24 jamsesudah kejang
Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan Pada Berbagai Tingkat Pelayanan
Polindes
Hipertensi
Preeklamsi
Preeklamsi
Hipertensi
Karena
Ringan
Berat/Eklamsi
Kronik
Kehamilan
Rawat jalan
1x seminggu
Pantau TD,
Rawat jalan
Istirahat
baring
Pastikan
gejala dan
tanda
Rawat jalan
Istirahat
cukup
Bila TD >
22
proteinuria,
kesejahteraa
n janin
Tunggu
Diet biasa
Tak perlu
obat-obatan
Bila tidak
preeklamsi
berat.
Nifedipin 10
160 mmHg
beri
mg dan
antihipertensi
Tidak ada
persalinan
ada
MgSO4 40 g
perbaikan
aterm
perbaikan,
IV dalam 10
rujuk
rujuk
menit.
Siapkan
peralatan
Puskesmas
Idem
Jika keadaan
Idem
<36 minggu
untuk kejang
Kateter urine
Rujuk ke RS
Idem
Rujuk RS
memburuk
rawat jalan
>160/110
tangani
1x semingg
Tidak ada
mmHg beri
sebagai
antihipertensi
Pikirkan
perbaikan
preeklamsi
superimposed
rawat atau
Rumah Sakit
Idem
Bila TD
Kendalikan
rujuk ke RS
Evaluasi
seperti diatas
Bila terdapat
hipertensi
seperti pada
preeklamsi
Idem
Penanganan
kejang
preeklamsi
Terminasi
preeklamsi
dengan
berat, atau
MgSO4 dosis
aterm
Jika terdapat
kehamilan
tanda-tanda
awal dan
preeklamsi,
jika terjadi
pertumbuhan
dosis
pertumbuhan
preeklamsi
janin
berat
terhambat
terminasi
pemeliharaan
Antihipertens
janin
i
Persalinan
atau gawat
segera
Perawatan
terminasi
postpartum
terhambat,
janin
kehamilan
23
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Usia
Pekerjaan
Agama
Suku
Alamat
RM
MRS
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. R
35 tahun
Ibu Rumah Tangga
Islam
Sasak
Gangga, KLU
55-14-49
12 Desember 2014
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan PKM Sedau dengan diagnosis G2P1A0H0 UK 37-38 minggu T/H/IU,
letkep, K/U ibu dan janin baik dengan impending eklampsia datang ke RSUP NTB pada
tanggal 12 Desember 2014 pkl.14.00 WITA. Pasien mengeluhkan nyeri kepala yang
dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan nyeri kepala dirasakan hilang
timbul, dan pasien masih dapat beraktivitas. Riwayat keluhan nyeri ulu hati (+) sejak 1
minggu yang lalu, pandangan kabur, keluhan kaki bengkak (+) sejak usia kehamilan 7
bulan, mual (+), dan muntah (+) sebanyak 1 kali warna kekuningan. Pasien sempat
pingsan selama 5 menit, kemudian pasien dapat kembali sadar. Keluhan kejang tidak
didapatkan pada pasien. Pasien tidak mengeluhkan keluar air melalui jalan lahir, keluar
darah bercampur lendir melalui jalan lahir, maupun perut yang terasa kencang.
24
Pemasangan DC
25
: 15-03-2014
: 22-12-2014
: 8 x di puskesmas
: 12 Desember 2014
: TD 200/130 mmHg
: tanggal : 8/11/2014. Hasil : janin T/H/IU, letak
kepala, BPD ; AC; FL 32 minggu, TBJ 1989 gram,
taksiran persalinan : 2/01/2014, air ketuban cukup,
Riwayat KB
Rencana KB
III.
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4V5M6
Tanda Vital
- Tekanan darah
: 180/130 mmHg
- Frekuensi nadi
: 96 x/menit, reguler, kuat
- Frekuensi napas : 24 x/menit, dangkal
- Suhu
: 36,1oC
26
V.
STATUS OBSTETRI
L1 : Bokong
L2 : puka
L3 : kepala
L4 : 4/5
TFU
: 29 cm ; TBJ : 2790 g
DJJ
: (+), 11-12-11 (136) x/menit
HIS
: tidak didapatkan.
VT
: (-) , Teraba portio lunak kesan kepala
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HB
: 13,6 g/dl
RBC
: 4,43 M/dl
HCT
: 40,6 %
WBC
: 13,90 K/dl
PLT
: 355 K/dl
HbsAg
: (-)
Proteinuria
: +3
SGOT
: 21
SGPT
: 14
GDS
: 94 g%
27
VI.
DIAGNOSIS
G2P1A0H1 uk 38-39 minggu T/H/IU, presentasi kepala dengan preeklampsia berat,
impending eklampsia.
VII.
TINDAKAN
Planning Diagnostik
- Cek Darah Lengkap, fungsi hati (SGOT dan SGPT), GDS , Urine lengkap
Planning Terapi
- Primary dan secondary survei
Airway
- tidak didapatkan hambatan jalan nafas, suara nafas
tambahan (-)
Breathing
+/+
Circulation
- pemasangan IV line ( IVFD RL 20 tpm)
Disability
- penilai kesadaran
Kelola preeklampsia berat
Bolus MgSO4 4% 10cc + 10 cc aquades dinjeksi intravena selama 510 menit.
Pasang RL, drip MgSO4 40% (6 gram) : 15 cc MgSO4 40% + RL 500
cc , atur 28tpm
- Pemberian obat antihipertensi - Nifedipin 10 mg/8 jam
- Konsul SPV pro SC, SPV advice observasi.
Planning Monitoring
- Observasi kesejahteraan ibu dan janin
Planning Edukasi
- KIE keluarga pasien mengenai hasil pemeriksaan, penyakit yang dialami
-
28
TIME
12-12-2014
SUBJECTIVE
Keluhan Utama : Nyeri kepala
OBJECTIVE
Status Generalis
11.40
: compos mentis
: E4V5M6
Sedau
dengan -
G2P1A0H0 uk 37 minggu +2 -
Frekuensi
reguler, kuat
impending
dangkal
eklampsia.
Pasien
nadi:
96
x/menit,
ASSESSMENT
PLANNING
G2P1A0H1
38-39 IVFD RL 20 tpm
Nifedipin 10 mg/24 jam
minggu
T/H/IU,
Lanjutkan drip MgSO4 40% 6
presentasi
kepala,
gram
PEB,
impending Co SPV untuk terminasi
Perawatan ruangan
eklampsia.
Observasi kesra ibu dan janin
Anjurkan ibu untuk makan
dan minum, serta berbaring ke
kiri.
Suhu: 36,1oC
Mata:
Jantung:
Paru:
bengkak
wheezing (-)
(+)
sejak
usia
warna
kekuningan.
Pasien -
Ekstremitas:
tungkai
hangat
sadar. Keluhan
kejang
bawah,
akral
teraba
tidak
(10.00)
L1 : Bokong
L2 : puka
L3 : kepala
L4 : 5/5
TFU : 29 cm ; TBJ : 2790 g
DJJ :(+),11-12-11(136) x/menit
HIS
: tidak didapatkan
VT
:
(-) , Teraba
10.00 WITA
HCT: 40,6 %
WITA
HBsAg : (-)
Nifedipin
10
mg/
Proteinuria: +3
sublingual
Darah : +3
Pemasangan DC
SGOT : 21
30
SGPT : 14
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluhan serupa pada kehamilan
pertama (+), riwayat asma (+), riwayat
KB suntik 3 bulan
31
13-12-2014
07.30
10.40
KU : sedang
Kes : E2V3M5
TD : 180/130 mmHg
N : 86 x/menit, reguler, kuat
RR : 23 x/menit, dangkal
T : 37,6 0C
HIS : (-)
DJJ : 13-13-14 (160 x/menit)
KU : sedang
Kes : E4V5M6
TD : 150/110 mmHg
N : 86 x/menit, reguler, kuat
RR : 23 x/menit, dangkal
T : 37,6 0C
HIS : (-)
DJJ : 12-12-13 (148 x/menit)
KU : sedang
Kes : E4V5M6
TD : 150/110 mmHg
N : 84 x/menit, reguler, kuat
RR : 20 x/menit, dangkal
T : 35,8 0C
39 MINGGU /T/H/IU,
dengan Preeklampsia
Berat, Impending
Eklampsia
39 MINGGU /T/H/IU,
Siapkan SC
Injeksi ampicilin 2 gr/IV
dengan Preeklampsia
Berat, Impending
Eklampsia
16/12/2014
08.00
KU : sedang
1 hari post SC + IUD, Injeksi ceftriaxon
Kes : E4V5M6
P2A0H2,
PEB, Kaltropen supositoria
TD : 150/110 mmHg
Tab nifedipin 10 mg
impending eklampsia
N : 84 x/menit, reguler, kuat
RR : 20 x/menit, dangkal
T : 35,8 0C
Urine output : 100cc/2 jam
Lochia rubra : (+)
Kontraksi uterus (+)
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah
pusat.
Perdarahan (-)
Bayi di NICU :
GC : baik
PR : 132
RR : 48
T : 36,3 C
KU : baik
Kes : E4V5M6
TD : 140/90 mmHg
N : 84 x/menit, reguler, kuat
RR : 20 x/menit, dangkal
T : 36,2 0C
BAK (+)
BAB (+)
Post
SC
P2A0H2.
H+2, -
33
17/12/2014
08.00
KU : baik
Kes : E4V5M6
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit, reguler, kuat
RR : 20 x/menit, dangkal
T : 36 0C
BAK (+)
BAB (+)
Post
SC
P2A0H2.
H+3, BPL
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita G2P1A0H1 USIA 38-39
Minggu /T/H/IU, dengan Preeklampsia Berat, Impending Eklampsia
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria
Dari riwayat ANC sebelumnya, tidak pernah didapatkan riwayat tekanan darah tinggi.
Selama kehamilan pasien melakukan 8 kali ANC. Pasien ANC terakhir tanggal 12-12-2014,
didapatkan tekanan darah 200/130 mmHg dan pemeriksaan laboratorium didapatkan
proteinuria +3, sehingga jika dilihat dari tanda tersebut maka sudah tepat bahwa pasien
didiagnosis dengan preeklamsia berat. Pasien juga mengeluhkan adanya keluhan nyeri kepala
dan nyeri ulu hati, sehingga pasien dapat dikatakan mengalami impending eklampsia.
Pada pasien ini belum mengarah ke komplikasi seperti HELLP syndrome. Terbukti
dari hasil pemeriksaan enzym hepar yang kadarnya masih dalam batas normal dan jumlah
platelet masih dalam batas normal.
Penatalaksanaan pada pasien ini telah dilakukan dengan baik sesuai dengan protap.
Penatalaksanaan di RSUP NTB sudah tepat yaitu dengan melakukan perawatan intensif,
pemberian MgSO4, nifedipin, antibiotik, dan sehingga pasien dapat tertangani dengan baik
dan selamat serta ibu dan bayi dalam keadaan yang baik pula.
35
BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang yaitu seorang wanita G2P1A0H1 USIA 38-39 Minggu /T/H/IU, dengan
Preeklampsia Berat, Impending Eklampsia
2. Penatalaksanaan yang dilakukan di PKM Sedau dan di RSUP NTB sudah tepat yaitu
dengan terapi aktif dan terminasi kehamilan secepatnya, pemberian MgSO4, dan
perawatan intensif terhadap komplikasi yang terjadi
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono., 2010. Ilmu Kebidanan chapter 40 : hipertensi dalam kehamilan,
p 530-554. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
2. Cunningham FG, et al, editor. Williams Obstetry. 23rd Edition, section VII : obstetrical
complication, chapter 34 : Hypertensive Disorders in Pregnancy. 2010. Mc-Graw Hill :
USA.
3. Gibbs, Ronald S.et al. Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition chapter : 16 Hypertensive Disorders of Pregnancy. 2008. Lippincott Williams & Wilkins : USA
4. Fortner, Kimberly B., et al. Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics, The,
3rd Edition section II Obstetrics, chapter 14 - Hypertensive Disorders of Pregnancy.
2007. Lippincott Williams & Wilkins : USA
5. Doddy, A. K., et al. 2008. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologi RSU
Mataram. RSU Mataram : Mataram
6. Elosha Eiland, Chike Nzerue, 2012, Review Article Preeclampsia, Hindawi Publishing
Corporation Journal of Pregnancy Volume 2012, Article ID 586578, 7 pages
7.
37