Karena
beroperasi
pada
tekanan
yang
tinggi
menjadikan
proses
gas hampir bebas dari asam dan partikulat pengotor, IGCC dianggap sebagai
teknologi pemusnah hujan asam. Tetapi yang lebih penting, efisiensi dari IGCC lebih
tinggi dari pada sistem konvensional serta secara signifikan pula CO 2 yang
dihasilkan jauh lebih sedikit. Hal ini membuat IGCC merupakan solusi bagi negaranegara yang harus menurunkan emisi gas rumah kaca tetapi tidak bisa berganti ke
sumber energi lain. Pada awal 1990-an lembaga-lembaga pemerintahan Amerika
dan Eropa menyediakan dana penelitian untuk menguji kelayakan proses IGCC.
Kemudian tahun 2000an IGCC mulai dikomersialkan.
dilakukan untuk menurunkan temperatur reaksi dan hasil gasifikasi yang lebih baik
lagi.
Penelitian terdahulu walaupun bisa mencapai yield yang tinggi tetapi masih
membutuhkan temperatur yang tinggi. Sehingga hal ini merupakan tantangan bagi
penelitian selanjutnya. Untuk lebih jelasnya penelitian yang telah dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel.2.1. Sejarah penelitian proses gasifikasi batubara
N
Peneliti/
Cara
Kondisi
o
1
Pengembang
Lurgi
Kontak
Fixed
Operasi
T= 1000oC
bed
P = 20-30
Winkler
Kopper-Totzek
tinggi
n
Temperatu
r dan
Fluidized
tinggi
Temperatu
bed
900oC
sangat
r masih
rendah
relatif
atmosferik
- Yield
tinggi
tinggi
- Yield
Temperatu
Entrained T = 1500- 95
1800oC
P
Otto-Rummel
- Yield
Kelemaha
tekanan
Phase
(%)
<95
Kelebihan
atm
Yield
Molten
atmosferik
T = 1400- < 95
bath
1700oC
P
atmosferik
tinggi
r masih
- Tekanan
sangat
rendah
- Yield
tinggi
Temperatu
tinggi
r masih
- Tekanan
sangat
rendah
tinggi
a. Reforming
b. Gasifikasi
Gasifikasi digunakan untuk proses konversi solid/heavy liquid feedstock
menjadi syngas. Sedangkan reforming digunakan untuk konversi gas/light liquid
feedstock menjadi syngas. Teknologi lain yang khusus untuk temperature tinggi
oksidasi parsial, digunakan untuk range feed yang luas dan dilanjutkan dengan
gasifikasi melibatkan metana reforming.
1.
REFORMING
Spesifikasi feed gas yang biasa digunakan dapat dilihat pada table 2.2 :
Tabel 2.2. spesifikasi feed gas untuk reforming
Feed gas
N2, % vol
Gas alam
Lean
Heavy
3.97
3.66
Gas associated
Lean
Heavy
0.83
0.79
CO2, % vol
1.61
1.5
CH4, %vol
95.7
87.86
89.64
84.84
C2H6, % vol
0.33
5.26
7.24
6.64
3.22
0.65
6.23
20
20
n.a
n.a
14
14
C3++, % vol
Steam Reforming
Steam reforming hidrokarbon proses yang didominasi pada pabrik hydrogen,
khususnya untuk pengilangan. Range feedstock yang biasa digunakan adalah gas
alam dan LPG menjadi bahan bakar liquid termasuk naphta dan kerosene. Steam
reforming biasanya dikombinasikan dengan oksigen atau air-blown partial oxidation
processes untuk produksi syngas untuk ammonia, methanol dan produk petrokimia.
Steam reforming tidak dianjurkan untuk produksi syngas untuk skala besar.
Selain karena input panas yang besar dan rasio produksi gas H2/CO diatas nilai
yang diharapkan sekitar 2.
2. GASIFIKASI
Gasifikasi melibatkan reaksi sumber karbon, kemungkinan bergabung dengan
hidrogen, dengan sumber hidrogen (biasanya steam) dan/atau oksigen untuk yield
gas yang terdiri dari hidrogen, karbonmonoksida, karbondioksida, dan metana.
Proporsi komponen gas ini bergantung pada rasio reaktan yang digunakan dan
kondisi reaksi.
Feedstock diubah menjadi bentuk gas, substan yang tidak diinginkan seperti
senyawa sulfur dan partikel solid di entrained dapat dipisahkan dari gas dengan
beberapa teknik. Syngas bersih
hidrogen) dapat diubah menjadi bahan bakar gas, bahan bakar likuid, bahan kimia,
electric power (daya listrik) atau kombinasinya.
Teknologi gasifikasi dapat dikelompokkan berdasarkan konfigurasi aliran dari
unit gasifiernya. Konfigurasi yaitu :
1.
Fixed bed
2.
Fluidized bed
3.
Entrained flow
4.
Molten bath
1. Fixe bed
Pada konfigurasi ini, batubara diumpankan dari atas kemudian perlahan-lahan turun
kebawah dan dipanaskan oleh gas panas dari arah bawah. Batubara melewati zona
karbonisasi kemudian zona gasifikasi, akhirnya sampai pada zona pembakaran
pada bagian bawah gasifier tempat reaktan gas diinjeksi. Sistem ini diilustrasikan
pada Gambar 2.2. berikut ini :
Gambar 2.3. Reaksi kimia yang terjadi dalam fixed bed gasifier
Pada proses gasifikasi dengan fixed bed gasifier
Ada 4 zona reaksi yaitu :
1.
Zona devolatilisasi
Pada zona ini terjadi penguapan uap air dan zat-zat volatil yang terkandung dalam
batubara.
2. Zona Gasifikasi
Pada zona ini uap air yang dialirkan dan CO 2 yang terbentuk dari pembakaran
sempurna bereaksi dengan batubara pada suhu tinggi membentuk gas sintesis yang
terdiri dari CO, H2 dan N2.
2.
Zona Pembakaran
Pada zona ini oksigen yang masuk bereaksi dengan sebagian batubara membentuk
CO2 dan H2O yang diperlukan dalam reaksi gasifikasi.
3.
Zona abu
Zona ini adalah tempat penampungan abu yang dihasilkan, baik hasil reaksi
pembakaran maupun reaksi gasifikasi.
2. Fluidized bed
Dalam fluidized bed gasifier, reaktor gas digunakan untuk membuat fluidisasi
material batubara. Untuk menghindari sintering dari abu, fluidized bed gasifier
dibatasi beroperasi pada temperatur non-slagging.
d. Entrained flow
Batubara dialirkan kedalam gasifier secara cocurrent atau bersama-sama
dengan agen gasifikasi atau oksidan berupa uap air dan oksigen, bereaksi pada
tekanan atmosfer. Pada entrained gasifier, batubara dihaluskan sampai ukuran
kurang dari 0,1 mm diumpankan dengan reaktan gas ke dalam chamber dimana
reaksi gasifikasi terjadi seperti halnya sistem pembakaran bahan bakar berbentuk
serbuk.
Residence time partikel padatan yang singkat dalam sistem fase entrained
memerlukan kondisi operasi dibawah slagging untuk mencapai laju reaksi dan
konversi karbon yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa operasi non-slagging pada
entrained gasifier baik sekali hanya untuk proses hidrogasifikasi.
Reaktan gas dapat diinjeksi dari atas seperti jet kemudian berpenetrasi kedalam
permukaan bath, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6, atau dapat diumpankan ke
bottom bath
Sedangkan pada fluidized bed atau molten bath pada umumnya sekitar 1 jam. Pada
fluidized bed, char yang tidak terkonversi dikumpulkan dan diumpankan ke gasifier
lainnya atau ke pembakar. Sedangkan pada entrained kecuali untuk hidrogasifikasi,
umumnya beroperasi pada temperatur slagging untuk mencapai laju reaksi dan
konversi karbon yang tinggi. Residence time yang pendek pada entrained membuat
kontrol pada kondisi operasi gasifikasi lebih sulit dan perlu adanya kekonsistensian
umpan batubara, merupakan hal yang harus diperhatikan.
C. REAKSI GASIFIKASI
Prinsip reaksi kimia pada proses gasifikasi sebagai berikut :
1.
Reaksi pembakaran
C
+ O2
>>CO
H = -111 mJ/kmol
(1)
Reaksi ini eksotermis. Selanjutnya reaksi ini tidak berhenti sampai menjadi
CO, tetapi setiap oksigen bebas bereaksi dengan cepat dengan CO dalam fase gas
untuk menjadi CO2, seperti reaksi di bawah ini :
CO + O2
>>CO2
H = -283 KJ/mol
(2)
H2 +
>>H2O
H = -242 mJ/kmol
(3)
O2
2. Reaksi Boudouard
C
CO2
>>2 CO
H = +159.7 kJ/mol
(4)
H2 O
4. Reaksi Metanasi
(5)
2 H2
>>CH4
H = -75 kJ/mol
plastik, tinta printer dan pelapisan yang berhubungan dengan luas spesifik
permukaan, ukuran partikel, dan struktur, konduktivitas dan warna.
Black karbon dibuat dengan dua cara yaitu furnace black dan thermal black.
Proses furnace black menggunakan minyak aromatik berat sebagai feedstok.
Sedangkan proses termal black menggunakan gas alam yang terdiri dari metana
atau minyak aromatik berat sebagai feedstok.
Sifat fisika dan sifat kimia carbon black
Carbon black secara kimia dan fisika jelas dari soot dan black karbon, yang
terdiri dari 97% keatas kandungan carbonnya yang tersusun seperti aciniform
(seperti cluster anggur) partikulat.
DISAIN GASIFIER
Ada 4 parameter disain yang utama, yaitu :
1.
Temperatur
Gasifier dapat dibagi dalam 3 kategori tergantung pada keadaan fisik abu dalam
reaktor gasifikasi.
Abu kering
Untuk kebanyakan batubara, operasi diatas sekitar 1000 oC menghasilkan abu kering
tanpa sintering atau slagging.
Abu agglomerasi
Operasi juga dimungkinkan terjadi pada temperatur dimana partikel abu
menjadi lengket, membentuk agglomerat. Reaktor harus didisain sedemikian rupa
sehingga abu tadi dikeluarkan dan dikontrol supaya kondisi operasi steady state.
Pada kebanyakan batubara, kondisi abu agglomerasi terjadi pada range temperatur
10001200oC tergantung pada komposisi abu.
Slagging
Operasi diatas 1200oC menyebabkan abu membentuk molten slag. Pada
operasi ini diperlukan pemilihan material non-korosif dan erosif. Temperatur
gasifikasi dipengaruhi oleh komposisi produk gas karena temperatur berpengaruh
pada kesetimbangan dan kinetika reaksi gasifikasi. Bahan baku gas dari gasifier
yang beroperasi dibawah kondisi slagging pada umumnya memiliki konsentrasi CO 2
dan uap air relatif rendah sedangkan konsentrasi CO dan H 2 relatif tinggi. Bila uap
air digunakan sebagai agen gasifikasi dibawah kondisi non-slagging, maka
diperlukan ekses (dalam beberapa kasus sekitar 400%) dibanding dengan jumlah
batubara. Jumlah ini disebabkan oleh kinetika dan kesetimbangan yang tidak
diinginkan untuk dekomposisi uap air pada temperatur rendah. Penggunaan uap air
berlebih ini menyebabkan berkurangnya efisiensi. Pengunaan temperatur tinggi
memerlukan oksigen lebih banyak lagi dan sebagai konsekuensinya bertambah pula
kebutuhan energi untuk pemisahan udara.
Untuk reaksi pada temperatur slagging, kinetika reaksi terjadi dengan cepat
dan perbedaan kereaktifan dari batubara tidak terlalu penting dibanding operasi
pada temperatur non-slagging. Tipe abu dan kandungan dari batubara juga harus
diperhatikan. Abu dengan temperatur fusi tinggi pada umumnya tidak dinginkan pada
operasi slagging. Pada beberapa kasus, biasanya ditambahkan fluxing agent seperti
batu kapur untuk menghindari slag. Dibawah kondisi non-slaging, batubara yang
lebih aktif (seperti lignit) pada umunya lebih mudah untuk digasifikasi. Untuk
gasifikasi dengan memakai uap air biasanya beroperasi pada temperatur setinggi
mungkin untuk meningkatkan kinetika reaksi dan kesetimbangan yield. Walaupun
gasifikasi pada temperatur tinggi memiliki sejumlah kelebihan (sebagai contohnya,
laju reaksi yang tinggi dan kemampuan untuk menggasifikasi batubara yang tidak
bereaksi), teknologi yang digunakan biasanya lebih rumit dari pada temperatur
rendah.
2. Tekanan
Proses gasifikasi dapat dioperasikan baik pada tekanan atmosfer maupun
kenaikan
tekanan.
Kesetimbangan
menunjukkan
bahwa
kenaikan
tekanan
cenderung memperlambat dekomposisi CO2 dan uap air serta pembentukan CO dan
H2. Pada kenyataannya, efek terhadap komposisi produk gas adalah kecil pada
tekanan diatas 30 bar, dibandingkan dengan faktor lain seperti temperatur reaksi.
Pada tekanan yang lebih tinggi akan terjadi pembentukan metana dengan
reaksi hidrogasifikasi dengan tekanan minimal 80 bar. Operasi pada kenaikan
tekanan menaikkan laju reaksi secara keseluruhan tetapi perubahan pada umumnya
sedikit signifikan terhadap tekanan karena tidak semua reaksi kimia bisa dikontrol
(sebagai contohnya, reaksi pembakaran dan dekomposisi termal biasanya dikontrol
oleh laju difusi). Kenaikan per unit volum dari gasifier tidak terlalu signifikan terhadap
tekanan, hukum akar kuadrat hanya ditujukan pada sejumlah gasifier. Pada
kenyataannya, residence time gas-solid pada disain gasifier bertekanan bisa lebih
lama dibanding gasifier tekanan atmosfer supaya menaikkan derajat konversi.
Proses gasifikasi dengan kenaikan tekanan merupakan teknologi lebih rumit
daripada gasifikasi tekanan atmosfer untuk beberapa alasan. Alasan yang paling
banyak yaitu batubara yang diumpankan kedalam gasifier harus melawan gradien
tekanan. Gasifier pada proses kenaikan tekanan menyerupai vesel bertekanan
pada pressurised fluidized bed combustor.
3. Reaktan Gas
Reaktan utama sebagai oksidan pada proses gasifikasi adalah oksigen, uap
air, dan hidrogen. Penggunaan reaktan gas bisa sendiri atau pun kombinasi dari
ketiga reaktan tersebut.
Oksigen/Uap air
Gasifier yang menggunakan oksigen dan uap air, panas diabsorb oleh reaksi
endotermis air-gas. Panas yang terjadi dikarenakan oleh reaksi pembakaran antara
oksigen dan batubara yang merupakan heat balance secara keseluruhan dalam
gasifier.
Udara/Uap air
Bila digunakan udara yang mengandung nitrogen, bukan oksigen murni maka uap
air yang digunakan lebih sedikit karena lebih banyak lagi panas sensibel yang
dibutuhkan untuk membuat udara mencapai temperatur reaksi. Heat balance
menunjukkan bahwa proses yang menggunakan udara dan uap air hanya mungkin
terjadi pada tempearatur non-slagging.
Udara
Pada temperatur slaging proses yang hanya memakai udara sebagai reaktan
oksidan, panas dilepaskan oleh reaksi pembakaran diimbangi dengan panas
sensibel yang dibutukan agar udara mencapai temperatur reaksi. Uap air diperlukan
dalam jumlah yang sedikit untuk mengontrol keseimbangan panas bila udara
dipanaskan terlebih dahulu. Untuk kondisi dibawah non-slagging uadara dapat
digunakan sebagai oksidan tunggal bila panas dipindahkan dari proses dengan kata
lain reaksi endotermis uap air-karbon.
Hidrogen
Bila proses gasifikasi menggunakan hidrogen maka produk gas yang dihasilkan
berupa metana sebagai produk utama. Proses ini dinamakan hidrogasifikasi.
Hidrogen biasanya didapat dari gasifier oksigen/uap air konvensional.
Pemilihan reaktan disesuaikan dengan sifat atau spesifikasi dari produk gas yang
kita inginkan. Bila kita menginginkan gas dengan nilai kalor rendah sebagai produk
akhir maka pada proses gasifikasi kita menggunakan udara dan uap air atau hanya
menggunakan udara. Untuk menghasilkan gas dengan nilai kalor medium maka
penggunaaan nitrogen harus dihindari dan menggunakan oksigen-uap air, atau
hanya menggunakan uap air. Tanpa adanya nitrogen membuat gas bernilai kalor
medium cocok untuk dikonversi lanjut menjadi bahan bakar liquid dan kimia,
hidrogen, atau SNG (Sinthetic Natural Gas). Sebagai alternatif, SNG dapat
dan
penggunaan oksigen (oxygen blown). Air blow gasifier biasanya beroperasi 1/3
sampai1/2 dari sistem oxygen blown. Hidrogasifikasi biasanya beroperasi pada
tekanan tinggi (80 200 bar).
Disain gasifier biasanya mempertimbangkan reaksi-reaksi endotermis-eksotermis
yang terjadi selama proses, sehingga tercipta suatu kesetimbangan panas. Bila
menggunakan sistem uap-air-oksigen dan uap air-udara, panas diserap oleh reaksi
air-gas. Pada gasifikasi yang hanya menggunakan uap air sebagai pengoksidan,
panas diserap oleh reaksi yang disuplai oleh sumber panas lainya. Ada tiga pilihan
yaitu :
1. perpindahan panas tidak langsung
2. paralel reaksi kimia eksotermis yang tidak melibatkan oksigen
3. pembawa panas
Hanya pembawa panas yang layak pada operasi temperatur slagging, dan alira
panas dari luar yang dibutuhkan agar dihasilkan keseimbangan panas dalam gasifier
yang hanya menggunakan udara pada temperatur non-slagging.
4. Metode Kontak
Metode kontak antara umpan (batubara) dan reaktan gas dalam gasifier dapat
dibedakan menjadi empat yaitu fixed bed, fluidized bed, entrained flow, dan molten
bath.
Gasifikasi batubara merupakan proses yang mengkonversi batubara dari bentuk
padatan menjadi bahan bakar gas melalui oksidasi sebagian (partial oxidation). Gas
yang dihasilkan merupakan gas sintesis (syngas) berupa CO dan H2. Karena produk
yang dihasilkan dalam bentuk gas, maka kandungan sulfur dan abu yang
merupakan produk yang tidak diinginkan dihilangkan dari gas sintesis sehingga gas
yang dihasilkan bersih.
Kontras dengan proses pembakaran (combustion) yang memerlukan udara berlebih,
proses gasifikasi terjadi pembakaran sebagian dari batubara dengan suplai oksigen
dikontrol (pada umumnya 20-70% dari jumlah O 2 teoritis yang dibutuhkan untuk
pembakaran
sempurna).
Dalam
bentuk
yang
paling
sederhana,
reaksi
O2 gasifikasi
>>CO
C +
H2O gasifikasi
>>CO +
H2
digunakan untuk