Indonesia berperan aktif dalam kerjasama internasional menanggulangi kejahatan lintas negara. Sebagai
implementasi peran aktif tersebut, Indonesia telah menjadi Negara Pihak pada beberapa instrumen internasional
yang terkait dengan penanggulangan kejahatan lintas negara yakni:
a.
b.
c.
d.
e.
Traffic
Transnational
Protokolnya
in
Narcotic
Organized
mengenai
Drugs
Crime
Perdagangan
Sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen sebagai negara pihak pada lima instrumen internasional tersebut,
Pemri telah memiliki sejumlah peraturan perundang-undangan terkait dengan penanggulangan kejahatan lintas
negara yang mengadopsi atau sejalan dengan standar dan norma yang diatur dalam konvensi-konvensi tersebut.
Pemri juga turut berpartisipasi secara aktif dalam berbagai forum internasional terkait dengan penanggulangan
kejahatan lintas negara, antara lain:
a.
b.
c.
d.
Justice
yang
(CCPCJ),
diselenggarakan
UNTOC,
groups
UNCAC,
groups
UNCAC
termasuk
yang
(WG
termasuk
yang
on
Pemri juga ikut aktif dalam forum sektoral seperti Asia Pacific Group on Money Laundering dan Egmont Group.
Kedua forum tersebut membahas isu pencegahan dan pemberantasan isu pencucian uang. Khususnya terkait
penanggulangan korupsi, Pemri telah berperan aktif dalam berbagai pertemuan yang membahas upaya
pemberantasan korupsi diantaranya dengan menjadi tuan rumah Konferensi Negara Pihak UNCAC sesi kedua di Bali
pada tahun 2008. Pada pertemuan keduaImplementation Review Group (IRG) di Wina pada bulan Juni 2011,
Indonesia juga telah terpilih sebagai negara yang akan melakukan review pada sesi kedua putaran pertama
mekanisme review UNCAC.
Sementara dalam kerangka kerjasama kawasan, sejak tahun 2002 Indonesia bersama dengan Australia telah
menginisiasi Bali Process Regional Ministerial Conference (BRMC/Bali Process) yang bertujuan untuk
menanggulangi permasalahan kejahatan penyelundupan manusia, perdagangan orang dan kejahatan transnasional
terkait lainnya. Sejalan dengan semakin meningkatnya arus penyelundupan manusia di kawasan Asia-Pasifik, Bali
Process memiliki peran yang sangat penting sebagai forum untuk menyusun mekanisme kawasan dalam
menanggulangi permasalahan tersebut. BRMC IV telah diselenggarakan pada tanggal 29-30 Maret 2011 dengan
menghasilkan penguatan komitmen terhadap penanggulangan masalah irregular migration di kawasan, baik dalam
bentuk penyelundupan manusia, perdagangan orang maupun kejahatan lintas negara. Selain itu pula negaranegara Bali Process memandang perlu adanya sebuahregional cooperation framework (RCF) yang sifatnya inklusif
namun tidak mengikat yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antar-negara dalam mengurangi irregular
movement di kawasan.
Menanggapi semakin berkembangnya kejahatan lintas negara ini, Pemri akan terus meningkatkan peran dan
partisipasinya dalam berbagai forum internasional terkait dengan penanggulangan kejahatan lintas negara. Pemri
juga berkomitmen untuk selalu mengedepankan kepentingan nasional dalam upaya penanggulangan kejahatan
lintas negara.