Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

GAKY
Pertumbuhan dan perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan. Untuk
keperluan tumbuh kembang itu dibutuhkan sejumlah zat gizi, yaitu zat gizi makro seperti zat
hidrat arang, protein, lemak dan sejumlah mineral. Disamping itu tidak kalah pentingnya adalah
zat gizi, seperti mineral yodium, selenium, tembaga, zink, vitamin A, dan sejumlah vitamin
lainnya.
Yodium adalah salah satu mikromineral yang amat penting dan dibutuhkan sejak dalam
kandungan, sehingga kekurangan yodium akan mengakibatkan GAKY, yaitu: gangguan
pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat menyebabkan abortus, prematur, lahir mati,
kretinisme, dan lain-lain.
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) terjadi sebagai akibat dari rendahnya
kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium
dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang sangat mudah larut dalam air,
sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah maka semakin besar risiko untuk
penduduknya menderita GAKY.
Keadaan ini diperburuk oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan dengan :
- Pencemaran tanah sumber-sumber air dengan kotoran manusia dan sampah, seperti yang
dilaporkan oleh Mc Carisson di India (1917),
- Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-sumber makanan dari
laut seperti dilaporkan oleh Kung (1996) berkaitan dengan rendahnya kadar yodium di Laut
China Selatan sebagai akibat pencemaran dari limbah pabrik di sekitarnya.
- Rendahnya kadar Selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahan pembentuk enzim
yang mengatur pembentukan hormon thyroxin di kelenjar Thyroid
- Timbulnya pemukiman-pemukiman baru yang padat dengan tingkat pengelolaan lingkungan
yang kurang baik.
2. Perilaku Manusia
Perilaku manusia terutama yang berhubungan dengan:

- Ketidak pedulian terhadap kebersihan lingkungan


- Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium
- Rendahnya kepedulian industry, distributor dan pedagang garam terhadap resiko dan akibat
garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap kualitas hidup bangsa di masa depan
- Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, kol dan lain-lain
dengan ketersediaan yodium dalam garam dan lain-lain.
3. Pelayanan
Yang diberikan oleh Institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol, pendistribusian kapsul
beryodium, forifikasi garam dan lain-lain.
4. Faktor keturunan
Menurut Prof. Dr. dr. Djokomulyanto, ketua tim penanggulangan GAKY nasional pada
Pertemuan Ilmiah Nasional GAKY 2001, kadar yodium rendah dapat mengurangi IQ hingga 10
poin dan kekurangan yodium berat menghilangkan 50 poin IQ. Padahal intelegensi adalah modal
utama seseorang. Masalah penurunan tingkat kecerdasan intelegensi ini merupakan akibat
GAKY yang tidak anyak disorot. Fenomenanya seperti gunung es. GAKY biasanya hanya
identik dengan penyakit gondok atau kretinisme, padahal banyak masalah lain yang tidak
kelihatan.
Program Penanggulangan GAKY di Indonesia
Untuk menanggulangi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia, sejak tahun
1976 secara nasional telah dilaksanakan berbagai upaya seperti penyuntikan yodium dalam
minyak (suntikan lipiodol), forfikasi garam konsumsi dengan yodium, pendistribusian kapsul
yodium dalam minyak.
Mulai tahun 1990an diperkenalkan pemberian kapsul minyak beryodium sekali setahun untuk
kelompok rawan di daerah endemik berat dan sedang, disamping itu dilakukan pula
penyempurnaan monitoring dan evaluasi yodisasi garam.
Prevalensi GAKY di ukur berdasarkan perhitungan pembesaran kelenjer gondok:
1. Total goiter rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjer gondok (grade
I+II), dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa
2. Visible goiter rate (VGR), adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi semua anak yang
diperiksa.

Klasifikasi Endemisitas GAKY menurut % TGR


TGR
<5%
5-19,9 %
20-30 %
>30 %

Endemicity
Non Endemik
Endemik Ringan
Endemik Sedang
Endemik Berat

1. Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium


TGR menurut kecamatan di kota Padang-Survey Pemetaan GAKY tahun 2009
Kecamatan
Padang Barat
Nanggalo
Bungus Teluk Kabung
Padang Utara
Koto Tangah
Padang Selatan
Kuranji
Padang Timur
Pauh
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
KOTA PADANG

Total Goiter Rate


2006
2009
25.5
17.3
21.4
12.5
44.5
13.6
19.2
30.1
40.0
14.2
27.9
26.4
32.1
37.5
19.6
16.7
20.1
26.9
14.8
29.9
25.2
23.8
26.4
21.4

2. Status Garam Konsumsi Masyarakat


Pemakaian Garam yang Mengandung Yodium dengan Yodina Test Menurut Kecamatan di
Kota Padang
Kecamatan
Padang Barat
Nanggalo
Bungus Teluk Kabung
Padang Utara
Koto Tangah
Padang Selatan
Kuranji

Garam + Mengandung Yodium


(%)
92.2
84.3
90.3
84.0
87.7
91.9
93.8

Padang Timur
Pauh
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung
KOTA PADANG

96.5
94.5
87.1
90.9
81.9

Pemeriksaan Garam Beryodium


Pemeriksaan garam beryodium ini dilaksanakan 2x selama setahun yaitu pda bulan April dan
Oktober. Target penyebaran garam beryodium yaitu 75%. Bila ditemukan 1 kepala keluarga
dengan penggunaan garam yang tidak baik maka disimpulkan garam di kelurahan tersebut
kurang baik.
Pada tahun 2009 telah diilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali di dua kelurahan (Kelurahan
Lubuk Lintah dan Ampang. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 2 dan 8 April 2009 dan 13 dan
14 Oktober 2009. Dan dari pemeriksaan didapatkan hasil 100 % penduduk kelurahan Lubuk
Lintah dan Ampang memakai garam yang mengandung yodium.
Pada tahun 2010 tidak dilakukan pemeriksaan garam beryodium. Pada tahun ini puskesmas
lebih fokus pada pengelolaan BNPB (Bantuan Nasional Penanganan Bencana). Kegiatankegiatan program gizi dalam rangka pengelolaan BNPB ini meliputi kelas ibu hamil, kunjungan
nifas, PMT ibu hamil, distribusi MP-ASI, distribusi susu bumil, konseling peserta ASI, dan
konseling ASI kader.
Pemeriksaan TGR di Sekolah
Pemeriksaan TGR di Sekolah pada 2009 dilakukan pada sekolah-sekolah yang telah ditetapkan
oleh DKK. Pemeriksaan TGR telah dilaksanakan di SD 01 Ampang, SD 06 Pasar Ambacang, SD
03 dan 16 Anduring, SD 19 Pasar Ambacang, SD 25 Lubuk Lintah, SD 26 Simpang Koto Tinggi,
dan SD 39 Durian Tarung. Dari beberapa sekolah tersebut diambil sampel 100 orang anak dan
dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan didapatkan 13 anak dengan status pembesaran
kelenjar gondok grade I, 4 orang anak dengan status pembesaran kelenjar gondok grade II, dan
sisanya dalam kondisi normal. Namun, terhadap hasil ini tidak dilakukan tindak lanjut yang jelas.
Sama seperti pemeriksaan garam beryodium, pada tahun 2010 pemeriksaan TGR di sekolah tidak
dilakukan karena puskesmas focus terhadap pengelolaan BNPB. Dalam pengelolaan BNPB,
program gizi tidak memfokuskan upaya penanggulangan GAKY.

Anda mungkin juga menyukai