Anda di halaman 1dari 11

Lebih lanjut, Sanjaya memberi gambaran kejadian di medan laga.

Sweta dibantai Bisma,


melalui sebuah pertarungan yang hebat. Sankha putra Virata melihat hal itu sangat marah dan
melihat Salya didekat Kritavarman, Sankha ingin menyerang Salya. Para ksatria Kuru melihat
hal itu lalu ingin menyelamatkan Salya. Demikian pula Bisma turut menyerang Sankha. Tampak
penyerang dari kelompok Pandawa gentar terhadap serangan Bisma Yang Agung itu..
Segera Arjuna bergerak maju untuk melindungi Sankha dari serangan Bisma. Kembali
pertarungan hebat terjadi antara Bisma dengan Arjuna. Salya melihat hal itu, lalu ia turun dari
keretanya membunuh empat ekor kuda penarik kereta Sankha. Sankha jatuh ke tanah dan lari
menuju kereta Arjuna.. Kembali Sankha melakukan serangan balasan. Bisma dapat
melumpuhkan pasukan Pancaka, Matsya, Kekaya dan kelompok Prabhadraka. Bisma lalu
mengalihkan serangannya meninggalkan Arjuna menyerang raja Drupada dan dapat
melumpuhkan Satyaki, seperti halnya Uttara dan Sweta.
Bisma dengan kemarahannya menyala-nyala ia membantai pasukan Pandawa. Duryodana
saat itu tampak sangat gembira melihat kemenangan pasukan Bisma dan apa yang dicapai oleh
Bisma.
Yudistira melihat semua itu, tampak sangat sedih, lalu mendekati Kresna sambil berkata,
Lihatlah kehancuran yang diderita pasukan Pandawa oleh Bisma yang bersenjatakan halilintar.
Bisma dengan energi yang amat hebat anugrah Surgawi serta kekuatan yang diberikan
Parasurama amat sulit ditaklukan. Apa yang harus kita lakukan.
Lebih lanjut Yudistira menyatakan keinginannya untuk pergi ke hutan melihat pembantaian ini.
Disamping melihat kematian teman-temannya habis terbunuh demi kepentingannya. Di samping
itu, terlihat Arjuna hanya sebagai penonton dalam pertempuran ini.
Berbeda dengan Bima yang telah berjuang mati-matian. Namun semua itu ia tak dapat berbuat
apa-apa.
Memperhatikan sikap Arjuna, ia ingin berjuang sendiri dengan menggunakan senjata Surgawi.
Kiranya Arjuna kurang peduli akan kehancuran prajurit akibat panah-panah Bisma dan Drona.
Dengan sedih Yudistira mengharapkan, Tolong berikan aku petunjuk. Siapa diharapkan dapat
memberi kematian pada Bisma.
Mendengar kata-kata Yudistira itu Kresna berkata, Jangan sedih. Semua saudaramu yang
telah tewas itu adalah pahlawan yang hebat, Satyaki, raja Drupada adalah orang yang dihormati

saat ini. Dhrestadyumna dan keluarga Prihata sangat mendukung dirimu. Sebaiknya ia dijadikan
panglima bala tentaramu sekarang dan Srikhandi telah ditakdirkan untuk membunuh Bisma.
Setelah

mendengar

kata

Kresna

demikian

itu, Yudistira

segera

menetapkan

Dhrestadyumna sebagai panglima pasukan Pandawa. Hal itu segera disetujui Kresna sendiri,
untuk membantai Kaurawa. Segera Bima, putra Madri, dan putra Drupadi, bersiap-siap memakai
baju zirah bersama-sama melawan Bisma, Drona, Kripa, dan Salya, juga Jayadratta.
Telah tiba waktunya untuk bertempur, segera Yudistira menetapkan susunan gelar perang
dengan nama formasi perang Kraucharuma. Formasi perang ini belum pernah diterapkan.
Arjuna berada di depan bala tentaranya. Tampak sebuah kereta dengan bendera kereta yang
bergambarkan seekor kera yang dikendalikan oleh Kresna. Drupada berada di samping pasukanpasukan Pancala menjadi kepala dalam gelar pasukan..
Dua raja Kuntibhoja dan Saivya sebagai kedua mata sedangkan Prayoga, Daseraka, Anupaka,
Kirata, berada di leher formasi perang itu..
Sedangkan Patashchara, Huna, Pauravaka, dan Nishada, berada di sayap. Dalam pertempuran itu,
Virata, Kekaya, dan raja Chedi dibantai oleh ribuan kereta perang. Setelah formasi lengkap
tersusun, menunggu pertempuran dimulai saat matahari terbit.
Kembali Sanjaya berkata kepada raja Dhrestarasta, setelah melihat susunan gelar perang
yang disusun Pandawa yang bernama formasi perang Kraucharuma, putra-putra Kaurawa segera
mendekati Kripa, Salya, Semandatta, Vikara, dan Aswattama, dipimpin oleh Dussasana. Saat itu
Duryodana berkata menjelaskan semua apa yang terjadi, Dengan bersenjatakan berbagai jenis
senjata, kalian adalah ksatria kereta. Kalian akan mampu menghancurkan putra-putra Pandawa
dalam pertempuran.
Saat itu pasukan Kaurawa dipimpin oleh Bisma sebagai panglima perang. Bisma
dilindungi oleh Vikarna, Nanda, Upanandaka, Chitrasena bersama Manbhadraka bersama
pasukan besar yang tangguh. Drona mengikuti pasukan bersama kelompok Kuntala, Dasarna,
dan Magadha. Saat itu turut juga Vidarbha, Melaka, dan Karna. Duryodana bersatu bersamasama dengan saudaranya juga turut keluarga pemanah-pemanah lainnya, bergembira menantang
pasukan Pandawa. Kembali mereka semua keluar sambil meniup terompet perangnya. Demikian
juga Bisma bersama-sama meniup terompet kerangnya.
Arjuna berada di atas keretanya yang dikusiri oleh Kresna, mulai meniup terompet
kerangnya yang diikuti oleh ksatria-ksatria lainnya. Mereka masing-masing meniup terompetnya.

Kedua kubu sudah tampak maju, masing-masing ingin menyerang.


Di kubu Kaurawa, Duryodana terus berteriak-teriak member semangat pasukannya. Terjadi
pertempuran amat ramai dan sengit. Bisma menghujani panah putra-putra Subadra, Abhimanyu,
Arjuna, dan keluarga Kekaya, Virata, Dhristadyumna, Prihasta, prajurit Chedi, dan Matsya.
Tampak banyak pasukan Pandawa mati bergelimpangan akibat lempasar panah Bisma. Tampak
pasukan Pandawa berupaya melarikan diri.

Melihat pasukan Pandawa banyak terbantai oleh Bisma, Arjuna segera berseru untuk
dibawa ke depan Bisma.
Tolong maju terus ke depan Bisma. Ia berusaha menghancurkan Pandawa. Demikian juga
Drona, Kripa, Salya, Vikarna bahkan akan membunuh aku sekalian.
Kresna segera mengantar Arjuna ke depan Bisma dengan keretanya ingin menyerang Bisma yang
dilindungi oleh Sauvia dan Kekaya. Di sana tampak pula Drona, Kripa, dan Duryodana. Arjuna
menyerang Kaurawa, Bisma, Kripa, dan Drona juga Vikarna, Duryodana yang kena panah tajam
Arjuna.
Satyaki, Virata, Dhristadyumna, putra Drupadi dan Abhimanyu membantu Arjuna menuju ke
tempat Bisma. Dalam serangan ini, Bisma segera menyerang putra Pandu dengan panahpanahnya.
Terjadi pertempuran yang amat hebat antara Arjuna dengan Bisma. Arjuna selalu
didampingi oleh Kresna. Saat itu Duryodana berkata kepada Bisma, Lihat, Arjuna menyerang
pasukan kita sampai ke akar-akarnya. Lihatlah, Karna tak turut bertarung dengan Arjuna dalam
pertempuran ini. Lakukan dengan keras agar Arjuna dapat terbantai.
Mendengar ucapan Duryodana demikian itu, Bisma terus maju menyerang Arjuna. Sebaliknya
Arjuna terus mendesak menyerang Bisma hingga bagian vital Bism kena panah Arjuna. Kembali
Bisma membalas Arjuna dengan panah-panah saktinya, menyerang kereta Arjuna, juga
menyerang Kresna. Melihat pandangan itu Arjuna sangat marah mengetahui Bisma menyerang
Kresna.
Dalam pertarungan antara Arjuna dengan Bisma inkarnasi Wasu Dyu sangat mengerikan
dan hebat. Kedua petarung ini sama-sama tak mampu menghancurkan kereta mereka masingmasing. Pertarungan terjadi sangat berimbang. Sementara kedua ksatria ini bertempur, terjadi
pula pertarungan yang hebat antara Drona dengan Pangeran Panchala. Di istara raja Dhrestarasta
ingin mengetahui jalan pertempuran antara Drona dengan Dhrestadyumna dan menyakan hal itu
kepada Sanjaya. Sanjaya mengatakan bahwa pertarungan antara Drona dengan Dhristadyumna,
Drona telah melepaskan berbagai macam panah yang berbahaya pada musuhnya dan dapat
membunuh kusir kereta kuda putra Drupada itu. Sebaliknya, Dhristadyumna melepaskan panahpanah kepada Drona dibantu oleh pasukan Pandawa, namun semua itu dapat dipatahkan oleh
Drona. Drona membalas lemparan sebuah gada besar Dhrestadyumna namun dapat digagalkan
oleh Drona.

Pertempuran sengit terus berlangsung dan Dhrestadyumna kembali menyerang Drona


dengan sengit. Semua panah yang ditujukan pada Drona dapar dipatahkannya. Lalu
Dhrestadyumna membabat sais kereta musuhnya. Drona membalas membabat sais kereta
Dhrestadyumna dan dapat membunuhnya. Dhrestadyumna segera turun dari keretanya dengan
bersenjatakan gada.
Melihat keadaan itu, Bima ingin membantu Dhrestadyumna dengan bersama-sama
menyerang Drona.
Duryodana melihat situasi peperangan antara Drona direbut oleh Bima, Duryodana berteriak
pada pasukan Kalingga untuk menyerang Bima. Drona selanjutnya berbelok menyerang Virata
dan Drupada. Dhrestadyumna bergerak membantu Yudistira. Kembali terjadi tempuran sengit
dan sangat mengerikan.

Sanjaya menjelaskan situasi pertempuran antara keluarga Kalingga dengan Bima. Raja
Kalingga didukung oleh bala tentara yang besar maju bergerak menghadapi Bima yang dibantu
oleh keluarga Chedi.
Bersama dengan putra raja Nishada, Ketumat Kalingga mengepung Bima. Melihat serangan itu,
keluarga Chedi, Matsya, Karusha, bersama Bima menyerang Nishada. Pertempuran yang
mengerikan terjadi antara keluarga Chedi di satu pihak dengan keluarga Kalingga dan Nishada di
pihak lain. Selanjutnya Bima sendiri menghadapi keluarga Kalingga bertarung. Saat itu mayat
banyak tergeletak, berserakan dan bertaburan darah.
Bima ngamuk di medan perang. Raja Kalingga beserta pasukannya mengepung Bima dari
semua arah yang tetap berada di atas keretanya. Bima segera melemparkan sebuah gada besi
pada Sakradeva, putra raja Kalingga yang jatuh tersungkur dan mati tak berkutik dari atas
keretanya. Melihat putranya terbantai, raja Kalingga meningkatkan serangannya pada Bimasena.
Bima mengambil sebuah pedang besar. Kembali terjadi pertarungan antara raja Kalingga yang
berada di atas gajak kendaraannya dengan Bima. Raja Kalingga membidikan panahnya pada
Bima namun Bima dapat mematahkan semua senjata raja Kalingga.
Raja Kalingga Bhanumat kembali menyerang Bima dengan panah-panahnya. Bima berteriak lalu
melompat ke atas punggung gajah kendaraan Bhanumat serta memotong leher Bhanumat raja
Kalingga, menyebabkan ia jatuh mati dengan leher terpotong. Selanjutnya Bima menebas
beberapa ekor gajah di semua arah serta menghancurkan pasukan Kalingga. Bima terus berputar
dengan pedang terhunus, menimbulkan ketakutan prajurit-prajurit sekitarnya. Pembunuhan terus
berlanjut dan banyak kematian yang sangat mengerikan.
Bima terus maju. Banyak pasukan Kalingga memilih melarikan diri. Srutayush pimpinan
pasukan Kalingga tetap berdiri di depan pasukannya. Melihat pimpinan pasukannya itu, Bima
langsung menyerang dengan anak panah. Datang Asoka seorang sais kereta membawa keretanya
mendekati Bima.
Bima naik ke atas kereta dan langsung menyerang penguasa Kalingga dan membantainya. Saat
itu, Bima juga membunuh Satyadewa dan Satya yang melindungi raja Kalingga. Bima ngamuk
menyebabkan raturan pasukan yang menentangnya mati. Pasukan Kalingga hancur dan melihat
gerak Bima demikian itu pasukan Kalingga gemetaran ketakutan dan kehilangan kesadarannya.
Pembantaian oleh Bima terus berlanjut menyebabkan pasukan Kalingga makin ketakutan.

Menjelang matahari tenggelam, Dhrestadyumna, panglima perang pasukan Pandawa berteriak


agar menyerang musuh-musuhnya. Srikandi mendekati Bisma bersama Yudistira dengan
pasukannya untuk melindungi Bima.
Dhrestadyumna melihat Bima dikeroyok pasukan Kalingga. Kembali terjadi serangan
sengit, Bima dikeroyok pasukan Kalingga. Banyak pasukan Kalingga mati menyebabkan air
sungai di tempat itu mengalirkan darah segar bercampur potongan daging manusia yang
terbantai.
Bisma putra Santanu melihat kejadian itu, langsung menuju tempat Bima. Kembali
terjadi pertempuran hebat oleh Satyaki, Dhrestadyumna bersama Bima menyerang dan
mengeping Bisma.
Semua pasukan Pandawa yang membantu Bima kompak menyerang Bisma. Bisma menentang
para penyerangnya dengan panah-panah tajam. Kuda kendaraan Bima mati terbantai. Sebaliknya
Bima segera melempar sebuah senjata ke kereta Bisma. Namun senjata itu dapat dipatahkan oleh
Bisma. Bima segera naik pada kereta Dhrestadyumna dan kembali terjadi pertarungan hebat
antara Bima dengan Bisma, dan Bima dapat membunuh sais kereta Bisma. Bisma segera ditarik
dari medan pertempuran oleh para pendukungnya.
Bima merasa sangat gembira melihat Raja Kalingga, Katumat, pangeran Sakradewa terbantai
dalam pertempuran. Mengamuknya Satyaki, Bima, dan Dhrestadyumna menyebabkan pasukan
Kaurawa memilih jalan lari untuk menyelamatkan hidupnya.
Di istana Hastinapura, Sanjaya menceritakan jalan pertarungan di medan laga antara
Pandawa dengan Kaurawa saat malam hari sebelum siang menjelang kepada raja Dhrestarasta.
Tampak pangeran Pancala sedang bertempur dengan Aswatama putra Drona, raja Salya, dan
Kripa.
Saat itu, tampak pertempuran antara Dhristadyumna melawan Aswatama, segera Abhimanyu
membantu Dhristadyumna. Selanjutnya Abhimanyu menyerang Salya, Kripa, dan Aswatama
dengan panah-panahnya. Serangan Abhimanyu dibalas dengan cepat oleh Aswatama, Salya, dan
Kripa. Abhimanyu dibantu oleh pangeran Pancala.
Melihat kejadian itu, Laksmana putra Duryodana menyerang Abhimanyu dengan panahpanahnya. Abhimanyu dapat melukai Laksmana.
Duryodana melihat anaknya terkena panah Abhimanyu, segera pasukan Kaurawa mengepung
Abhimanyu dari segala arah. Hal itu dilihat oleh Arjuna, bahwa anaknya dikurung oleh pasukan

Kaurawa dan dipimpin oleh Bisma dan Drona. Arjuna menerobos ke tempat pertempuran ingin
menyelamatkan putranya.
Namun gerak Arjuna dihalangi oleh pasukan berkuda Kaurawa, hingga langkah Arjuna terhalang
tak dapat bergerak lebih lanjut.

Arjuna ngamuk. Dengan panah di tangannya, Arjuna memotong tangan-tangan


penyerangnya, Kemudian Arjuna bersama Kresna meniup terompetnya masing-masing.
Semua gerak Arjuna dilihat oleh Bisma kemudian Bisma berkata, Putra Pandu, Dhananjaya
yang didampingi Kresna sedang menghadapi usaha kita. Ia tak dapat dikalahkan. Selanjutnya
Bisma menarik semua pasukannya dari medan laga, saat matahari terbenam.
Sanjaya kemudian menceritakan semua keadaan pertempuran antara Kaurawa dengan
Pandawa kepada raja Hastinapura.
Menyongsong matahari terbit, Bisma kemudian memerintahkan balatentaranya untuk bersiapsiap bertempur. Tujuannya untuk mendapat kemenangan dalam pertempuran. Bisma kemudian
menyusun formasi perang dalam bentuk gelar perang Garuda. Di kepala formasi Garuda
ditempati oleh Bisma sendiri. Sebagai mata garuda berada Drona dan Kritavarma yang didukung
oleh Aswatama dan Kripa, keluarga Trijata. Matsya, Kekaya, Vatadhama di bagian kepala.
Sedangkan Salya dan Bhagadata tampak di tempat itu.
Melihat formasi perang Kaurawa demikian itu, Yudistira segera menggelar formasi
Setengah Bulan. Bima, Virata, dan Drupada yang dikelilingi pasukan Chedi, Kasi, Kausha,
mengelilingi Dhrestadyumna bersama Srikandi. Yudistira dikelilingi oleh putra-putra Drupadi
bersama Irawan dan Gatot Kaca. Tampaknya kedua pasukan Kaurawa maupun Pandawa sudah
ingin saling membunuh, diiringi oleh suara gendering dan terompet.
Sanjaya berkata bahwa pasukan Kaurawa sudah bersiap diatur dalam bentuk gelar perang
Garuda, berbeda dengan pasukan Pandawa disusun dengan bentuk gelar perang Setengah Bulan.
Setelah matahari terbit, kedua pasukan dengan gelarnya masing-masing maju bertempur.
Arjuna dari pihak Pandawa melepaskan panah-panahnya, maka terjadi pembantaian di pihak
Kaurawa, namun kubu Kaurawa tetap bertahan. Kemudian tampak posisi berubah dan banyak
pasukan Kaurawa melarikan diri yang dilindungi oleh Drona yang tetap bertahan.
Posisi pasukan Drona sangat sukar ditembus oleh prajurit Pandawa.
Dalam keadaan yang menegangkan pahlawan Kuru, Bisma, Drona, Jayadrata, Sindhu,
Sakuni, tetap berada dalam pertempuran menyebabkan pasukan Pandawa berantakan.
Sesaat kemudian tampak Bima, Gatotkaca, Satyaki, putra Drupadi bergerak menggilas pasukan
Kaurawa. Duryodana yang didukung oleh ribuan pasukan melawan para Pandawa dan
Gatotkaca. Bisma dan Drona berhadapan dengan Arjuna dan Abhimanyu.

Satyaki dan Abhimanyu mengepung prajurit yang dipimpin Drona. Namun Drona dapat
menghancurkan kereta Satyaki. Satyaki segera turun dari keretanya dan naik ke kereta
Abhimanyu, lalu membantai pasukan Drona.
Tampak Bisma dan Gatotkaca anaknya, menyerang Duryodana dan dapat memukul Duryodana
hingga pingsan di atas keretanya. Dengan cepat ia dilarikan keluar arena perang oleh kusir
keretanya. Saat itu Bima menghantam pasukan Kaurawa hingga cerai berai.
Melihat hal itu, Drona dan Bisma membantai pasukan musuhnya yang menyerangnya. Tampak
Arjuna lalu menghujani dengan panah-panah pasukan Kaurawa hingga ksatria Kaurawa banyak
melarikan diri karena ketakutan.
Bisma dan Drona berusaha member perlawanan yang sengit. Saat itu Duryodana telah sadar lalu
member semangat pasukannya agar bersatu

Anda mungkin juga menyukai