Pendidikan Dan Lap Kerja
Pendidikan Dan Lap Kerja
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi tentang: (1)
Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa
PELMO; (2) Implementasi kebijakan link and match yang telah dilaksanakan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan
kemampuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada bidang studi
PELMO; (4) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga kerja di industri yang
berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang studi PELMO; serta (5)
Pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK
di Jawa Tengah rata-rata menggunakan sistem blok. Hanya saja sistem yang digunakan
tidak sepenuhnya model blok atau dapat dikatakan sebagai sistem blok modifikasi. (2)
Jumlah lulusan SMK Negeri dan swasta di Jawa Tengah antara 95% sampai dengan
100%, dari rentang kelulusan tersebut yang terserap ke lapangan kerja yang cocok
dengan program keahliannya adalah 30% sampai dengan 50%,; masa tunggu
mendapatkan pekerjaan pertama rata-rata adalah 1-6 bulan; sisanya melanjutkan ke
Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui kegiatannya; (3) Lulusan SMK
PELMO yang dibutuhkan oleh industri adalah operator mesin perkakas manual,
operator mesin CNC, las listrik, las argon, pengecoran logam serta telematika atau ICT,
di samping itu di butuhkan soft skill berupa ketekunan, komitmen, disiplin, serta
kemampuan bekerjasama (team work); (4) Sertifikat keahlian siswa SMK Negeri dan
swasta di Jawa Tengah diperoleh melalui tiga cara, yaitu Prakerin/PSG, Proyek Tugas
Akhir (PTA), serta uji kompetensi yang diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat yang diperoleh dari
pelaksanaan Prakerin/PSG dan sertifikat yang diperoleh dari PTA digunakan sebagai
pelengkap Ujian Nasional. Sementara itu sertifikat yang diperoleh dari LSP merupakan
bekal tambahan siswa dalam rangka melamar pekerjaan.
Rekomendasi yang dapat diberikan : (1) Penyelarasan kurikulum (2) Tugas
Akhir (TA) disusun di tempat prakerin dengan mengamati salah satu permasalahan di
industri dan diuji dengan melibatkan pihak industri (3) Komunikasi antara BKK,
Disnakertrans dan Dinas Pendidikan perlu ditingkatkan kembali. Rekomendasi untuk
sekolah : (1) bahwa penyelenggaraan pembelajaran teori kejuruan dan praktik kejuruan
dilaksnakan secara fleksibel, tidak perlu mengikuti kelaziman, untuk mengoptimalkan
pemanfaatan bengkel (2) Model magang untuk SMK Negeri dapat menggunakan block
release modifikasi (3) Meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama
dengan industri dan asosiasi yang kompeten; (4) Memberdayakan semua komponen
sekolah kearah pencapaian visi dan misi sekolah. Rekomendasi untuk pemerintah (1)
Memberikan fasilitasi aksesibilitas kemitraan antara sekolah dan industri (2)
Memberikan fasilitasi guru untuk melakukan in service training dalam bidang
keterampilan produktif.
Kata kunci : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); PELMO; Penyerapan Tenaga Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan, termasuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) saat ini memasuki fase penting, yaitu fase lulusan pendidikan
kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah
regional Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun
Asean Free Labor Association (AFLA). Untuk ini upaya yang harus dilakukan
adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal mungkin dalam sektor
pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan program
pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,
pengembangan evaluasi serta sertifikasi (Suryadi,1999 )
Isu penting yang harus selalu dikedepankan dalam konteks ini adalah
seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK) sejalan dan relevan
dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha
maupun industri. Dalam bahasa yang populer, seberapa besar dan kuat link and
match antara keduanya. Jika pertanyaan mendasar ini terjawab, maka pada
dasarnya bentuk pendidikan kejuruan apapun akan sangat matching dan
mendukung kebutuhan dunia usaha atau industri, khususnya dalam penyediaan
lulusan yang terampil.
Fakta di lapangan saat ini mengindikasikan bahwa penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya sendiri, di sisi lain
dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa kualitas tenaga
(lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan. Gejala
mismatch antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan dengan dunia
usaha/industri, pada akhirnya melahirkan lulusan underqualified. Keadaan seperti
ini sudah cukup lama terjadi, bahkan sampai saat ini (Samsudi, 2004).
Gejala mismatch antara program keahlian SMK di Jawa Tengah dengan
dunia usaha/industri saat ini masih juga dirasakan, termasuk program keahlian
Perkayuan, Elektronika dan Listrik, Mesin, serta Otomotif (Samsudi, 2004).,
Program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah merupakan unggulan, hal ini
dibuktikan dengan ditetapkannya program keahlian ini sebagai Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional (RSBI) oleh Depdiknas. Gejala di atas memperlihatkan
adanya paradoks antara penetapan program keahlian unggulan dengan fakta adanya
mismatch, sehingga muncul pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya kualitas
penyelenggaraan pendidikan program keahlian PELMO SMK di Jawa Tengah?.
Data program keahlian yang menjadi unggulan SMK di Jawa Tengah seperti
tersaji dalam Tabel I.1 di bawah ini.
Tabel I.1 Data program keahlian unggulan SMK RSBI Tahun 2007
No
1.
Propinsi
Jawa Tengah
Kab. / Kota
Kota Salatiga
SMK
SMKN 2
Salatiga
2.
Jawa Tengah
Kabupaten Tegal
3.
Jawa Tengah
Kota Surakarta
4.
Jawa Tengah
5.
Jawa Tengah
Kabupaten
Kudus
Kabupaten
Sukoharjo
SMKN 1
Adiwerna
Tegal
SMKN 5
Surakarta
SMK Muh.
Kudus
SMK Muh. I
Sukoharjo
Program Unggulan
a. Mekanik Otomotif
b. Elektronika Industri
c. Perkayuan
Mekanik otomotif
Mesin Perkakas
a. Otomotif
b. TKJ
Otomotif
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Tujuan
Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian adalah
menyediakan informasi tentang:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D. Manfaat
Manfaat hasil penelitian adalah sebagai masukan untuk Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Tengah mengenai kondisi (1) penyelenggaraan pendidikan di SMK
Rekayasa pada bidang studi PELMO; (2) implementasi kebijakan link and match
yang telah dilaksanakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rekayasa pada
bidang studi PELMO; (3) Jumlah dan kemampuan lulusan SMK Rekayasa pada
bidang studi PELMO; (4) pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan SMK, industri dan
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); (5) Kondisi kebutuhan dan penyerapan tenaga
kerja di industri yang berhubungan dengan lulusan SMK Rekayasa pada bidang
studi PELMO; dengan demikian dapat segera mengambil kebijakan operasional
dalam rangka mengurangi kelima persoalan tersebut.
E. Hasil yang Diharapkan
Adanya data dan kajian hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai
rekomendasi mengenai upaya menjembatani antara dunia pendidikan (SMK)
dengan lapangan kerja di industri, terutama pada bidang Perkayuan, Elektronika,
Listrik, Mesin dan Otomotif (PELMO) termasuk kesesuaian kompetensi kebutuhan
oleh industri, peluang kerja dan pengajaran di sekolah dan industri.
F. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian meliputi sepuluh wilayah yang memiliki SMK yang telah
mampu menerapkan program Link and Match diantaranya :
1. Kota Magelang
2. Kota Surakarta
3. Kota Salatiga
4. Kabupaten Klaten
5. Kabupaten Kudus
6. Kabupaten Pati
7. Kabupaten Tegal
8. Kabupaten Banyumas
9. Kabupaten Cilacap
10. Kabupaten Kendal
G. Definisi Operasional
Pendidikan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
khususnya untuk kategori atau kelompok teknologi, yang berada di Jawa Tengah.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15
diuraikan bahwa SMK sebagai bentuk satuan pendidikan
menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam
PP 29/1990, pendidikan kejuruan dijelaskan pada tiga tempat. Pasal 1 Ayat 3
menyatakan "pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa
untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu". Sementara itu, pada Pasal 3 Ayat 2
disebutkan bahwa pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa
untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Kemudian, pada Pasal 7 diatur syarat-syarat pendirian sekolah menengah kejuruan.
Di samping itu definisi SMK merujuk kepada Keputusan Mendikbud No.
323/U/1997. Keputusan ini isinya lebih lengkap dibanding PP 29/90 yang meliputi
komponen-komponen dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda, yang
terdiri dari ketentuan umum, tujuan, penyelenggaraan, program, kerjasama, peserta,
instruktur, Majelis Pertimbangan Kejuruan, penilaian dan sertifikasi, pengelolaan,
pengawasan, insentif, serta pengembangan dan peningkatan mutu.
Lapangan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri atau
perusahaan yang berpasangan dengan SMK PELMO di Jawa Tengah maupun di
luar Jawa Tengah sekaligus merekrut lulusannya. Hal ini dikarenakan tidak semua
lulusan SMK PELMO di Jawa Tengah dapat diserap oleh industri di provinsi ini,
sehingga lapangan kerja mencakup industri di tingkat nasional yang berada di
Jakarta, misalnya PT. KOMATSU, PT. Hanken, PT. United Tracktor, serta PT.
Karya Hidup Sentoso yang berada di Yogyakarta.
H. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
Guru dan Tenaga
Kependidikan
Siswa
SMK
Proses
Pembelajaran
Sarana dan
prasarana
Diklat
Industri
Kualitas
Lulusan
Disnaker
- Industri
- Wirausaha
Dinas
Pendidikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dikutip oleh Suryadi (1991) proses menuju masyarakat industri modern bergerak
dalam suatu jalinan beberapa poros transformasi seperti globalisasi, perubahan
struktur ekonomi, pemantapan kehidupan politik dan ideologi bangsa, kebudayaan
nasional, termasuk pendidikan nasional. Pendidikan nasional dalam hal ini berfungsi
untuk mempersiapkan manusia dan masyarakat Indonesia untuk kehidupan masa kini
dan masa mendatang, dimana hal tersebut merupakan suatu proses yang kontinum.
Lebih lanjut, Tilaar yang dikutip oleh Suryadi (1991) menyatakan bahwa pendidikan
nasional kini mengalami beberapa krisis yang bersumber pada (1) kualitas
pendidikan yang masih rendah, (2) pendidikan yang belum relevan dengan
kebutuhan pembangunan akan tenaga terampil, (3) pendidikan yang masih bersifat
elitisme serta (4) manajemen pendidikan yang belum ditata secara efisien.
Berdasar sumber krisis tersebut, ada beberapa indikator yang dapat
dipergunakan sebagai rambu-rambu untuk mengukur kualitas pendidikan dan
pelatihan, misalnya mutu pengajar yang masih rendah serta alat bantu mengajar
(buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja yang belum memadai). Dalam
hal relevansi diklat atau efisiensi eksternal suatu sistem diklat dapat diukur dengan
sampai sejauh mana sistem diklat dapat memasok kebutuhan tenaga-tenaga terampil
dalam jumlah yang memadai yang diperlukan oleh berbagai sektor-sektor
pembangunan? Khusus dalam hal masalah tidak relevansinya diklat kejuruan, bukan
saja disebabkan oleh adanya kesenjangan antara supply dan demand semata,
namun bisa jadi disebabkan oleh isi kurikulum kurang mengacu pada kompetensi
keterampilan serta kurang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, perkembangan Iptek
dan perkembangan ekonomi.
Secara umum keberhasilan dalam melaksanakan program latihan kejuruan tidak
hanya tergantung pada kurikulum, namun faktor lain yang terkait seperti kualitas dan
jumlah tenaga pengajar/instruktur, sarana dan prasarana praktek yang memadai serta
efektivitas penggunaan jam mengajar di kelas/laboratorium/bengkel yang dapat
mempengaruhi.
10
Untuk menghadapi persaingan keahlian tenaga kerja pada era persaingan bebas,
pendidikan kejuruan melalui SMK dituntut meningkatkan kualitas pendidikan serta
mengembangkan konsep pembelajaran yang memberikan hasil signifikan terhadap
11
peningkatan keahlian atau kompetensi. SMK, sebagai salah satu satuan pelaksana
pendidikan, perlu melakukan pembenahan dalam proses pembelajaran atau diklat.
Salah satu aspek pokok yang perlu dilakukan pembenahan secara dinamik adalah
kurikulum dan pembelajaran. Beberapa pembenahan sampai saat ini memang telah
dilakukan, namun baru dapat dijangkau oleh sebagian kecil sekolah. Hal ini akibat
kendala
struktural
dan
kultural,
sebagian
besar
SMK
belum
dapat
12
kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha atau industri, serta kesesuaian mutu
lulusan dengan standar pengguna. Prinsip ini sejalan dengan arah pembaharuan
pendidikan kejuruan yang bersifat demand driven dan market driven. Fleksibilitas
atau kelenturan kurikulum pendidikan kejuruan sangat perlu diwujudkan, terutama
dalam kaitan melayani keragaman kebutuhan pengguna (dunia usaha/industri), serta
kelenturan dalam melayani perbedaan kemampuan dan pengalaman peserta didik.
Prinsip fleksibilitas akan memberikan arahan untuk melahirkan beberapa program
pembelajaran yang sesuai, misalnya pola multyentry-multyexit, program eklektif,
serta pembelajaran bervariasi.
Kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan, kompetensi lebih
spesifik mengarah kepada ukuran-ukuran kinerja dan performansi lulusan dalam
menghadapi tugas profesionalnya. National training board Australia (1995)
mendeskripsikan bahwa Competency based Educational and Training (CBET)
adalah pendidikan dan pelatihan yang menitikberatkan pada penguasaan suatu
pengetahuan dan keterampilan khusus serta penerapannya di lapangan kerja.
Pengetahuan dan keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar
industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang
di dalam suatu kelompok. Pengukuran keberhasilannya menggunakan criterion
referenced bukan norm referenced.
D. Kompetensi Produktif dalam Pengembangan Kurikulum SMK
Penerapan prinsip pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, memiliki
konsekuensi adanya pengembangan kurikulum SMK dengan menggunakan beberapa
pendekatan. Dua diantaranya yang pokok adalah pendekatan kompetensi dan
pendekatan produktif. Dalam pelaksanaannya, kedua pendekatan ini pada dasarnya
terintegerasi menjadi satu dalam bentuk paket keahlian produktif, terutama diberikan
pada kelas 3 SMK. Bentuk pembelajaran dalam pendekatan ini adalah pelatihan
keahlian yang mengarah pada pencapaian kompetensi lulusan, dengan memberikan
pengalaman produksi (pada lini produksi) bagi siswa, baik dalam praktik kerja
industri, maupun pengembangan unit produksi sekolah. Integrasi pendekatan di atas,
memerlukan kemampuan dan sikap proaktif sekolah (SMK) terutama dalam
13
14
15
yang berasal dari disiplin ilmu; (b) humanistic curriculum, yang menekankan
kebutuhan pribadi, serta kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan siswa; (3)
technological/competence based curriculum, menekankan penguasaan kompetensi,
dan dalam proses pembelajaran/diklat dibantu dengan alat-alat teknologi; dan (4)
social reconstruction curriculum, yang berfokus pada masalah sosial dan dalam
pembelajarannya menekankan belajar kelompok.
Mendasarkan penjelasan di atas, maka penyelarasan kurikulum SMK berbasis
kompetensi produktif, dipandang dari sistem pendidikan/pengelolaan kurikulum,
pada dasarnya merupakan Grass-root model, serta dipandang dari sisi fokus
isi/substansi merupakan competence-based curriculum. Ciri grass root model, karena
dalam penyelarasan kurikulum SMK diterapkan semangat kolaborasi dengan
lapangan, komite sekolah dan dunia industri, khususnya dalam menyepakati
rumusan-rumusan kurikulum yang siap dilaksanakan di depan kelas. Demikian juga
ciri competence-based, ditunjukkan oleh kesesuaiannya dengan karakteristik
kurikulum SMK yang berbasis kompetensi.
F. Penyerapan Dunia Industri terhadap Lulusan SMK
Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai
investasi jangka panjang. Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan
ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen
pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknisekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis
merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya
pendidikan
dapat
membantu
siswa
untuk
mendapatkan
pengetahuan
dan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang
kompetitif.
Secara umum terbukti bahwa semakin berpendidikan seseorang maka tingkat
pendapatannya semakin baik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang
berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan.
Produktivitas seseorang tersebut dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang
diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh
pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup. Inilah sebenarnya arah
16
kurikulum berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based education yang
dikembangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Di Amerika Serikat (1992) seseorang
yang berpendidikan doktor penghasilan rata-rata per tahun sebesar 55 juta dollar,
master 40 juta dollar, dan sarjana 33 juta dollar. Sementara itu lulusan pendidikan
lanjutan hanya berpanghasilan rata-rata 19 juta dollar per tahun. Pada tahun yang
sama struktur ini juga terjadi di Indonesia. Misalnya rata-rata, antara pedesaan dan
perkotaan, pendapatan per tahun lulusan universitas 3,5 juta rupiah, akademi 3 juta
rupiah, SLTA 1,9 juta rupiah, dan SD hanya 1,1 juta rupiah.
Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang
lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah
perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan
dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki
dunia kerja. Di negara-negara sedang berkembang umumnya menunjukkan nilai
balik terhadap investasi pendidikan relatif lebih tinggi dari pada investasi modal fisik
yaitu 20 % dibanding 15 %. Sementara itu di negara-negara maju nilai balik investasi
pendidikan lebih rendah dibanding investasi modal fisik yaitu 9 % dibanding 13 %.
Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah tenaga kerja terdidik yang
terampil dan ahli di negara berkembang relatif lebih terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan kebutuhan sehingga tingkat upah lebih tinggi dan akan
menyebabkan nilai balik terhadap pendidikan juga tinggi.
Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain
fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi
budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada
kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada
berbagai tingkat sosial yang berbeda. Misalnya pada tingkat individual pendidikan
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya secara psikologis, sosial, fisik dan
membantu siswa mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Kontribusi pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi terjadi melalui
kemampuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada. Pertumbuhan
ekonomi tidak hanya ditentukan oleh investasi modal, tetapi juga tenaga kerja yang
memiliki fleksibilitas dalam menguasai keterampilan baru untuk melaksanakan
pekerjaan baru, sejalan dengan perubahan struktur ekonomi dan lapangan kerja (The
17
World Bank, 1991). Sementara itu, Hicks (1991), dengan menggunakan data dari
Bank Dunia, menyimpulkan bahwa, negara-negara dengan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, memiliki tingkat income yang lebih tinggi pula.
Hicks (1991) menjelaskan bagaimana memahami kontribusi pendidikan
dalam pertumbuhan ekonomi, dengan cara mengetahui sebab-sebab pertumbuhan
serta proses pertumbuhan itu sendiri. Menurut Hicks, para ahli ekomomi
mengidentifikasikan tiga faktor produksi, yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal.
Dalam proses pertumbuhan ekonomi, lahan diasumsikan tidak mengalami
perubahan. Sehingga, dua faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga
kerja dan modal.
Pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di
sekolah menengah kejuruan (SMK) namun sejauh ini daya serap lapangan kerja
terhadap lulusan SMK masih relatif rendah. Dosen Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang (Unnes) Dr. Samsudi dalam pidato Dies Natalis ke-43 Unnes,
mengatakan, idealnya secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki
dunia kerja sekitar 80-85%, sedangkan selama ini yang terserap baru 61%. Ia
menyebutkan, pada tahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang,
sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun
2007 hanya 385.986 orang atau sekitar 61,43%. "Jumlah ini belum ideal, harus
diupayakan peningkatan daya serap untuk memasuki lapangan kerja maupun
menciptakan peluang kerja," kata Samsudi. Menurutnya, daya serap ideal lulusan
SMK seharusnya mencapai 80-85%, sedangkan sekitar 15-20% lulusan SMK lainnya
dimungkinkan
melanjutkan
studi
ke
perguruan
tinggi.
Ia
menjelaskan,
kecenderungan daya serap lapangan kerja menurut program keahlian sejak tahun
2000 hingga 2007 berubah-ubah, menyesuaikan dengan kondisi lapangan kerja pada
waktu tertentu. Pada tahun 2000, misalnya, lulusan Jurusan Teknik Elektronika daya
serapnya 87% namun melorot menjadi 50,5% pada 2006 sebelum akhirnya sedikit
naik menjadi 62%. Daya serap lulusan Jurusan Teknik Mesin juga mengalami nasib
sama, dari 84,86% pada tahun 2000 melorot daya serapnya pada tahun 2007 tinggal
76,52%. Daya serap tinggi ditunjukkan lulusan Jurusan Teknik Perkapalan, yang
mencapai 94,69%. Ia memperkirakan, daya serap lulusan Jurusan Teknologi
Informasi dan Komunikasi masih cukup tinggi. Kebutuhan SDM di bidang teknologi
18
komunikasi dan informasi (ICT) di berbagai jenjang, mulai dari menengah, ahli,
hingga profesional, menurut dia, terus membengkak di masa mendatang. Mengutip
data Aizirman Djusan, kebutuhan tenaga ICT pada tahun 2008 diperkirakan
mencapai 32,6 juta orang, sedangkan tenaga ICT yang tersedia hanya 19,8 juta atau
baru terisi 61%.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, induktif, lebih menonjolkan proses dan
makna, serta laporan dirancang dalam bentuk narasi, dan mendalam. Namun
demikian penelitian ini juga menggunakan data-data yang sifatnya kuantitatif,
misalnya dalam bentuk nilai-nilai statistik serta tabel-tabel silang. Dengan demikian
penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
B. Sumber dan Informan Penelitian
Sumber data penelitian ini dapat berupa orang, dokumen, atau laboratorium.
Dokumen dapat berupa teks, gambar, film, cetakan, ataupun sketsa. Laboratorium
dapat berupa ruang praktek, praktikum berserta kelengkapan yang ada di dalamnya.
Laboratorium dapat berada di sekolah, industri, atapun bengkel-bengkel yang
digunakan praktik magang oleh siswa dan guru praktik.
Informan adalah sumber data yang berupa orang, yaitu orang yang
diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk melengkapi atau
memperjelas jawaban subyek penelitian. Pada penelitian ini informan kadangkadang juga bertindak sebagai subyek penelitian. Keabsahan informasi tidak cukup
jika hanya berasal dari satu informan saja, oleh karena itu, informasi digali dari
beberapa informan yang memahami secara luas dan dalam subyek penelitian.
Subyek penelitian ini adalah keterkaitan antara pendidikan dengan
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, subyek penelitian ini adalah sekolah dan industri
beserta pengelola yang ada di dalamnya. Jika subyek penelitian ini adalah
kurikulum maka informan yang berkaitan dengan hal ini adalah Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK)
serta guru-guru yang ada di sekolah itu. Jika subyek penelitian adalah laboratorium,
maka informan yang kompeten adalah Kepala Bengkel, guru praktik, foreman, serta
siswa.
20
C. Langkah-langkah Penelitian
Gambar 3. Langkah-langkah penelitian
Pengumpulan
Data
Dinas Pendidikan
Sekolah
- Disnaker
- Industri/Wirausaha
Diklat dan
Produksi
Seminar
Penyusunan Laporan
21
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang mempunyai maksud tertentu, percakapan
ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak
terstruktur atau wawancara bebas terpimpin.
b. Obeservasi
Penelitian ini menerapkan metode observasi langsung, yaitu di sekolah, industri,
Dinas Pendidikan, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pengamatan
dilakukan sendiri menggunakan lembar pengamatan secara langsung ditempat
subyek penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara memperoleh informasi mengenai hal-hal yang
berwujud catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
paper, lagger, serta agenda. Metode ini digunakan karena beberapa alasan (1)
dokumen merupakan sumber yang stabil dan kaya, (2) berguna sebagai bukti
untuk suatu pengujian, (3) sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sebab
mempunyai sifat alamiah, dan (4) hasil pengkajian isi akan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap subyek yang diteliti.
Dalam penelitian ini dokumen yang dibutuhkan adalah semua yang berkaitan
dengan kebijakan Dinas Pendidikan terhadap SMK, proses pembelajaran di
SMK, proses magang di industri, serta kemampuan lulusan SMK dalam bekerja
di industri.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir
penelitian, oleh sebab itu, teknik untuk memeriksa keabsahan data adalah
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan atau perbandingan
atas data yang telah dikoleksi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa
dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber. Trianggulasi ini berarti
membandingkan dan memeriksa balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berlainan. Hal ini dapat dicapai dengan
22
langkah (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pandangan orang sebagai
rakyat biasa, orang-orang yang berpendidikan, orang kaya, pemerintah, serta (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Pada proses pengumpulan data, keikutsertaan peneliti menjadi suatu hal
yang sangat penting dan menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan
peneliti membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tujuan agar data yang digali
menjadi jenuh. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini dilakukan
maka akan membatasi (1) gangguan peneliti terhadap konteks, (2) bias, (3) dari
kejadian-kejadian yang tidak lazim atau sesat.
F. Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu
(1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, dan (4) penarikan
kesimpulan atau verifikasi data. Keempat tahapan itu digambarkan dalam bagan di
bawah ini.
Gambar 4. Alur teknik analisis data
Pengumpulan Data
Reduksi Data
23
Fokus (substansi)
Penelitian ini difokuskan kepada relevansi atau keterkaitan pendidikan dengan
kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja di industri, yang lebih khusus pada
bidang
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di sekolah, industri, serta lembaga pemerintah yang
berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan. Sekolah yang dijadikan populasi
adalah SMK bidang rekayasa, terutama untuk program studi Perkayuan,
Elektronika, Listrik, Mesin dan Otomotif. Penentuan lokasi mendasarkan pada
asumsi bahwa memiliki SMK yang maju serta didukung oleh adanya industriindustri yang selaras dengan program studi PELMO, meliputi 10 lokasi di
Jawa Tengah. Industri yang dijadikan populasi penelitian bisa berada di Jawa
Tengah maupun di luar Jateng. Lembaga pemerintah dalam penelitian ini
adalah
Disnakertrans
dan
Dinas
Pendidikan
baik
propinsi
maupun
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN SMK DI JAWA TENGAH
Program normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk
peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan
sebagai mahkluk individu maupun mahkluk sosial baik sebagai warga negara
Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program ini berisi mata diklat yang lebih
menitikberatkan pada norma sikap dan perilaku yang harus diajarkan, ditanamkan
dan dilatihkan pada peserta didik, di samping kandungan pengetahuan dan
keterampilan di dalamnya. Mata diklat pada kelompok normatif berlaku sama
untuk semua program keahlian.
Pada penelitian ini disajikan contoh untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan untuk mendidik siswa agar dapat
bersikap positif, bertutur bahasa yang halus serta menghargai orang lain. Bersikap
positif adalah bersikap yang mempunyai manfaat untuk kepentingan orang lain
dan terbuka untuk menerima masukan atau kritik yang membangun. Bertutur
bahasa yang halus adalah bertutur kata yang tidak menyinggung perasaan orang
lain yang sedang kita ajak bicara.
Media yang digunakan untuk menunjang kelancaran pembelajaran bahasa
Indonesia adalah buku cetak, CD pembelajaran, papan tulis, kapur dan penghapus.
Buku cetak adalah buku yang yang berisi materi pelajaran Bahasa Indonesia guna
menunjang proses transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. CD pembelajaran
untuk Bahasa Indonesia berisi materi pembelajaran yang ditampilkan dalam
bentuk materi-materi inti, yang penjelasannya akan disampaikan oleh guru.
Contoh materi yang disampaikan adalah cara pembuatan surat permohonan atau
surat ijin melaksanakan Prakerin di industri.
Di samping media pembelajaran di atas, dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia juga disiapkan ruang perpustakaan. Di dalam perpustakaan selain
menyediakan fasilitas peminjaman buku teks dan buku paket juga disediakan satu
25
26
kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep/prinsip dasar ilmu
serta teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan.
Program adaftif diberikan agar siswa tidak hanya memahami dan menguasai
apa dan bagaimana suatu pekerjaan itu dilakukan, tetapi juga memberikan
pemahaman dan penguasaan tentang mengapa. Program adaftif terdiri dari
kelompok mata diklat yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata
diklat yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan
kebutuhan masing-masing program keahlian.
Dalam penelitian ini diberikan contoh mata diklat Keterampilan Komputer
dan Pengolahan Informasi (KKPI). Mata diklat ini mempunyai tujuan untuk
membekali siswa agar dapat menggunakan teknologi komputer dalam kehidupan
sehari-hari dan memiliki kemampuan aplikasi komputer sesuai Standar
Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang permesinan.
Media yang dipakai dalam pembelajaran ini berupa buku cetak, kapur,
papan tulis, modul, serta seperangkat komputer. Modul diberikan oleh guru
sebagai panduan saat pelaksanaan pembelajaran, yang mana berisi cara
pengoperasian komputer. Buku penunjang mata diklat ini tersedia di
perpustakaan, sedangkan komputer tersedia di laboratorium. Pembelajaran
langsung dilakukan di dalam laboratorium yang sudah dilengkapi dengan audio
visual, sehingga pembelajaran dapat dilakukan secara optimal.
Metode pembelajaran yang diterapkan dalam mata diklat KKPI ini adalah
ceramah, diskusi, serta tugas mandiri. Metode ceramah digunakan pada saat guru
menjelaskan langkah-langkah pengoperasian komputer, metode ini dilengkapi
dengan media audio visual yang telah tersedia. Metode diskusi dilakukan
lazimnya pada saat siswa menemukan hambatan dalam mengoperasikan kompuetr
atau perangkat lunak yang diajarkan, di samping itu jika pada saat ceramah oleh
guru ada beberapa materi yang dirasakan belum jelas. Tugas mandiri diterapkan
setelah pokok bahasa tertentu selesai, hal ini mempunyai tujuan agar siswa
memahami materi dan terampil dalam mengoperasikan perangkat lunak yang
diajarkan oleh guru.
Mata diklat ini bersifat keterampilan, sehingga evaluasi yang dilakukan
adalah berupa praktik mengoperasikan piranti lunak yang diajarkan. Evaluasi
27
dilakukan dengan cara melihat tugas yang telah dikerjakan, untuk kemudian
diberikan penilaian. Di samping itu pada akhir semester dilakukan ujian yang
berupa penugasan, yaitu guru memberikan soal yang selanjutnya diselesaikan oleh
siswa. Siswa yang mempunyai nilai minimal 7,00 dianggap telah mencapai tugas
ketuntasan mata diklat KKPI, bagi siswa yang belum mencapai nilai minimal akan
diberikan tugas tambahan oleh guru untuk dikerjakan di rumah.
2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINK AND MATCH SMK DI JAWA
TENGAH
a. Prosedur Penyelarasan Kurikulum SMK Negeri dan Swasta di Jawa
Tengah
Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi
membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar
Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif bersifat melayani
permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia industri
atau asosiasi profesi. Program produktif diajharkan secara spesifik sesuai
dengan kebutuhan tiap program keahlian.
Evaluasi dalam pembelajaran produktif ini dilakukan pada setiap satu
pokok bahasan atau setiap jenis pekerjaan yang diberikan selesai dikerjakan
dengan tujuan untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana siswa telah
menguasai
bidang
keahlian
yang
diajarkan
sesuai
dengan
target
kelulusan.Lazimnya nilai yang menjadi patokan adalah 7,00, jika kurang dari
nilai ini maka siswa yang bersangkutan diwajibkan untuk melakukan remidial.
Waktu remidial lazimnya dilakukan pada saat liburan semester, sehingga
nilainya menjadi 70.
Kurikulum yang digunakan untuk mata diklat produktif ini disusun
bersama antara sekolah dan industri. Kegiatan ini lazimnya diwadahi dalam
bentuk kegiatan berupa In House Training (IHT), yaitu suatu wadah untuk
mensinkronkan antara kurikulum sekolah dengan keterampilan yang sama di
industri, sehingga ditemukan suatu kurikulum terstandar. Kurikulum inilah
yang biasanya digunakan untuk pembelajaran produktif.
28
KTSP MAPEL
ADAFTIF DAN
PRODUKTIF
KONDISI DAN
KEBUTUHAN
INDUSTRI
KEPALA
SEKOLAH
INDUSTRI
PASANGAN
KURIKULUM
ALTERNATIF
WAKA
SEKOLAH
KURIKULUM
TERSTANDAR YANG
DILAKSANAKAN
29
KELOMPOK GURU
PRODUKTIF PROGRAM
KEAHLIAN MESIN PERKAKAS
KTSP MAPEL
ADAFTIF DAN
PRODUKTIF
KUNJUNGAN
KE INDUSTRI
PERMESINAN
ATMI
SURAKARTA
KURIKULUM
ALTERNATIF
INDUSTRI
MILIK
YAYASAN
MIKAIL
KEPALA
SEKOLAH
WAKA
SEKOLAH
KURIKULUM TERSTANDAR
YANG DILAKSANAKAN
30
berkisar pada
31
5 siswa juga selama tiga minggu. Pelaksanaan Prakerin seperti ini disebut
sebagai sistem blok, yaitu 3 minggu di unit produksi dan selanjutnya di
kelas teori.
2) Kasus SMK Cilacap, Pati, Tegal, Magelang dan Kudus
Pelaksanaan Prakerin pada keahlian mesin Perkakas SMKN 2 Cilacap,
SMKN 2 Pati, SMKN 2 Slawi , keahlian otomotif di SMKN 1 Magelang
dan SMKN 2 Kudus di lakukan pada semester pertama di kelas tiga selama
tiga bulan penuh di industri. Pelaksanaan Prakerin dilakukan dalam dua
tahap yaitu tahap pertama pada bulan Juli sampai dengan September; dan
tahap kedua bulan November sampai dengan Januari. Pengaturan hari dan
jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan antara sekolah dengan industri.
Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di
sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa
pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,
keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan
dilaksanakan selama dua hari.
Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke
industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat
prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. PERMIKO Cilacap, PT.
Karya Hidup Sentosa (KHS) Yogyakarta, PT. Saka Nusantara Cilacap, CV.
Sederhana Cilacap, bengkel bubut Prima Teknik Cilacap, PT. Safari Jaya
Cilacap, CV. Bubut Batas Jaya Cilacap, PT. Katshiro Indonesia jakarta, PT.
Sinar Pratama CilacapBengkel bubut Men Jaya Purbalingga, PT. Daihatsu
Motor Pati, PT. NIKOO MAS Cikarang, PT. Komatsu Cikarang, PT.
Polytron Kudus, Pabrik Kacang Garuda Pati, pabrik pengecoran logam di
Adiwerna Kabupaten Tegal, dan Karoseri New Armada Magelang
Di bawah ini disajikan Gambar IV.4 tentang pola pelaksanaan Prakerin yang
diterapkan di SMKN 2 Cilacap, SMKN 2 Pati dan SMKN 2 Slawi, SMKN 1
Magelang dan SMKN 2 Kudus.
32
(1)
(3c)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(1)
(3b)
(3b)
(2)
(3c)
(1)
(2)
(3c)
(2)
(3a)
(1)
(3a)
(3b)
(2)
(3b)
33
dikembalikan ke
sekolah.
Di
bawah
ini
disajikan model
34
II
III
(1)
(1)
(3c)
(2)
(2)
(1)
(3a)
(3a)
(2)
(3b)
(3b)
(3a) dan
(3b)
35
rerata dari kedua nilai itu, yaitu nilai ujian prakerin dan nilai dari
pembimbing lapangan.
4) Kasus di SMK TELKOM Sandhy Putra Purwokerto
Berdasarkan naskah perjanjian kerjasama yang tertuang dalam
perjanjian kerjasama antara PT. TELKOM dengan Yayasan Sandhykara
Putra Telkom (YSPT) No. Tel.518/PD000/SDM-23/1999 dan nomor:
01/PDD/DPP-YSPT, tanggal 2 November 1999, tentang Pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG), yang mana PT. TELKOM sebagai salah
satu institusi pasangan dan telah sepakat mengikat diri untuk membantu
penyelenggaraan/pengelolaan
pendidikan
SMK
TELKOM,
sehingga
36
keahlian
profesional
bagi
peserta
didik
lebih
terjamin
dan
sebagai
bekal
untuk
mengembangkan
dirinya
secara
37
dilaksanakan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh (Juli, Agustus, dan
September). Pengaturan hari dan jam kerja disesuaikan dengan kesepakatan
antara sekolah dengan industri.
Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
pembekalan dari sekolah dan industri (PT. TELKOM). Biasanya kegiatan
ini dilakukan di sekolah. Industri (PT. TELKOM) didatangkan ke sekolah
untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang profil industri mereka,
serta gambaran kegiatan siswa pada saat ada di industri. Di samping itu,
disampaikan juga norma, keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan
Prakerin. Pembekalan dilaksanakan selama tiga hari. Di bawah ini disajikan
Tabel IV. 1. tentang materi pembekalan dalam rangka PSG di PT.
TELKOM
Tabel IV.1 Materi pembekalan dalam rangka PSG di PT. TELKOM
No.
1.
Hari kePertama
2.
Kedua
3.
Ketiga
Materi
1. Teknik pelaksanaan PSG
2. Pengantar umum tentang Teknik
Jaringan dan Akses Pelanggan;
3. Pengantar umum tentang Teknik
Komputer Jaringan.
1. Penyampaian project work untuk
proyek tugas akhir;
2. Etika pergaulan dan penyesuaian
diri di lingkungan kerja;
3. Penyampaian format penilaian PSG
dan pembagian surat pengantar
PSG
1. Pengarahan pelaksanaan PSG;
2. Pengenalan PT. TELKOM;
3. Pembagian dan pengambilan surat
pengantar PSG.
Petugas
Sekolah
PT. TELKOM
PT. TELKOM
Sekolah
Psikolog
Sekolah
Kepala Sekolah
PT. TELKOM
Sekolah
38
pelaksanaan PSG tipe blok yang dimodifikasi, jika sistem blok pelaksanaan
PSG dilakukan pada kelas tiga selama tiga bulan penuh, maka semi blok
merupakan modifikasinya. Dalam hal ini pada tahap pertama yang
dilakukan di kelas dua siswa selama dua bulan berada di PT. TELKOM,
tidak ada kegiatan pembelajaran di kelas, siswa tinggal di sekitar industri,
lazimnya adalah kost. Sistem ini digunakan agar keterampilan yang
diperoleh di industri tidak terganggu oleh mata diklat yang ada di sekolah,
sehingga diharapkan keterampilan yang diperoleh adalah bulat. Setelah
masa dua bulan terpenuhi siswa dikembalikan ke sekolah. Kegiatan ini
diulangi lagi pada saat siswa kelas tiga, bahkan waktunya lebih lama lagi
yaitu selama tiga bulan penuh di PT. TELKOM. Di bawah ini disajikan
model penyelenggaraan prakerin yang dilakukan oleh program keahlian
teknik jaringan di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto.
Gambar 10. Pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMK Telkom
Sandy Putra Purwokerto
Klas I
(1)
(2)
Klas II
(3c)
(3c)
(1)
(2)
(3a)
(3a)
(3b)
(3b)
Klas III
(1)
(2)
(3c)
(3c)
(3c)
(3a) dan (3b)
39
laporan atau penelitiannya kepada pihak lain; (5) siswa di lokasi PSG harus
menandatangani surat pernyataan di atas materai Rp. 6000,-; (6)
menyerahkan dua lembar pas foto hitam putih ukuran 3x4; (7)
melaksanakan dan mengisi daftar hadir setiap hari serta diparaf oleh Kepala
Unit kerja atau pembimbing lapangan; (8) menjaga nama abaik sekolah,
selalu bersikap santun dan ramah terhadap sesama; dan (9) dilarang
menggunakan fasilitas atau sarana PT. TELKOM tanpa ijin, seperti telepon,
foto copy, komputer untuk kepentingan pribadi.
Kegiatan monitoring yang dilakukan sekolah hanya dilakukan sekali
selama tiga bulan, hal ini dilakukan agar sekolah tidak mengganggu proses
pembelajaran di PT. TELKOM. Di samping itu pembimbing dari sekolah
biasanya menanyakan mengenai hambatan yang dialami siswa di industri,
ada permasalahan tidak dalam beradaptasi. Demikian juga sekolah
menanyakan hal itu kepada industri, apakah siswa dari sekolahnya
mengalami permasalahan, etika, moral atau semangat kerja misalnya. Guru
pembimbing
tidak
mempunyai
wewenang
memberikan
penilaian
40
Tabel IV.2. Aspek penilaian PSG siswa SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto
No.
1.
Aspek yang
Dinilai
Disiplin
2.
Kerjasama
3.
Inisiatif
4.
Kerajinan
5.
Tanggungjawab
6.
Sikap
7.
Prestasi
Kriteria Penilaian
a. Ketentuan jam kerja
b. Penggunaan pakaian seragam dan
atribut;
c. Sikap sopan santun
Sub Total
a. Kemampuan bekerjasama;
b. Penyesuaian pendapat;
c. Pertimbangan dan penerimaan usul
orang lain
Sub Total
a. Mencari tata kerja baru;
b. Pemberian saran yang baik;
c. Mampu mengemukakan pendapat
Sub Total
a. Mempelajari setiap hal baru;
b. Membentu
pelaksanaan
tugas
kelompok;
c. Membantu
pelaksanaan
tugas
pembimbing
Sub Total
a. Memelihara barang milik perusahaan;
b. Penyelesaian tugas sampai tuntas;
c. Tidak melempar tanggungjawab
Sub Total
a. Keiklasan dalam melaksanakan tugas;
b. Penghargaan terhadap bidang tugas
orang lain;
c. Jujur dan bertanggungjawab
Sub Total
a. Kesungguhan;
b. Kecakapan;
c. Hasil kerja
Sub Total
Bobot
40
30
30
100
40
30
30
100
25
25
50
100
40
30
30
100
40
30
30
100
30
30
40
100
30
30
40
100
41
42
industri tempat Prakerin merasa hutang budi kepada siswa karena sudah
dibantu, sehingga ketika memberikan nilai dalam sertifikat cenderung tinggi
yaitu antara delapan sampai dengan sembilan.
Siswa yang melaksanakan Prakerin di sekolah juga memperoleh
sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah. Hal ini sangat dimungkinkan,
karena salah satu guru Program Keahlian Mesin Perkakas di SMKN2 Klaten
telah memiliki sertifikat asesor sebagai penguji ujian kompetensi.
Meskipun kualitas sertifikat yang dikeluarkan oleh sekolah masih kurang
dihargai, namun dirasakan sangat berarti bagi siswa.
Sebelum pelaksanaan Prakerin di industri, siswa memperoleh
pembekalan dari sekolah dan industri. Biasanya kegiatan ini dilakukan di
sekolah. Industri didatangkan ke sekolah untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tentang profil industri mereka, serta gambaran kegiatan siswa
pada saat ada di industri. Di samping itu, disampaikan juga norma,
keselamatan kerja dan aturan selama pelaksanaan Prakerin. Pembekalan
dilaksanakan selama dua hari.
Setelah memperoleh pembekalan di sekolah siswa diberangkatkan ke
industri atau perusahaan. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008 ini tempat
prakerin siswa dilkat mesin perkakas adalah PT. Karya Hidup Sentosa
(KHS) Yogyakarta, PT. Katshiro Indonesia jakarta. Pada tahun 2006, 2007
siswa diberangkatkan dalam dua gelombang secara bersama-sama, namun
pada tahun 2008 ini jumlah gelombang lebih banyak lagi, semua itu
tergantung kepada industri pasangan. Di bawah ini disajikan gambar tentang
pola pelaksanaan Prakerin yang diterapkan di SMKN2 Klaten.
Gambar 11. Prakerin Model 1 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin
di PT. KHS Gelombang pertama
I
II
III
IV
(1)
(1)
(1)
(3c)
(2)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(3c)
(3b)
(3b)
(3b)
43
Gambar 12. Prakerin Model 2 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin
di PT. KHS Gelombang kedua
I
II
III
IV
(1)
(1)
(1)
(3c)
(2)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(3b)
(3b)
(3b)
(3c)
Gambar 13. Prakerin Model 3 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah
dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah
I
II
III
IV
(1)
(1)
(1)
(3c)
(2)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(3c)
(3b)
(3b)
(3b)
Gambar 14. Prakerin Model 4 yaitu pada siswa yang mengikuti Prakerin di sekolah
dan mengikuti ujian kompetensi di ATMI Surakarta atau di sekolah
I
II
III
IV
(1)
(1)
(1)
(3c)
(2)
(2)
(2)
(3a)
(3a)
(3b)
(3b)
(3b)
(3c)
Keterangan:
:
Prakerin di industri
Jadi UN tidak dilaksanakan pada klas empat. Pada kelas tiga itulah siswa
memperoleh ijasah atau STTB, namun demikian mereka belum dianggap
tamat, sebab masih ada waktu satu tahun untuk menyelesaikan studi di
Program Keahlian Mesin perkakas. Pada tahun keempat itulah mereka
melaksanakan Prakerin yang kedua, sedapat mungkin sampai memperoleh
44
45
2005/2006
400
396 (99)
67 (16,9)
101 (25,5)
228
3.
2006/2007
397
394
97 (24,6)
2 (0,5)
295
(99,25)
Sumber: Data lulusan SMK Negeri 2 Cilacap Tahun 2007
46
Secara kasus per kasus, di alinea di bawah ini akan disajikan dinamika
perekrutan tenaga kerja yang dilakukan oleh BKK SMK Negeri 2 Cilacap.
Sebanyak 310 siswa kelas III Bidang Keahlian Teknik Mesin dan Listrik dari
SMK negeri dan SMK swasta di Kabupaten Cilacap mengikuti seleksi calon
karyawan yang diselenggarakan perusahaan shock absorber PT Showa
Indonesia MFG Industri.Seleksi yang berlangsung di aula SMK Negeri 2 Jl
Budi Utomo 8, Cilacap itu dilaksanakan secara ketat. Setiap siswa harus
mengikuti ujin tertulis sesuai dengan bidang keahliannya, tes fisik, sikap
mental, dan penampilan. Selain itu, setiap peserta juga harus memenuhi
persyaratan bebas narkoba, tidak bertato, dan tidak ada lubang tindik di
telinganya. Seleksi berlangsung selama dua hari dan baru berakhir Rabu petang
31 Maret 2008. Selain diikuti 310 siswa kelas III, proses seleksi calon
karyawan PT Showa Indonesia MG Industri juga diikuti 28 alumni SMK
Negeri 2 Cilacap. Peserta sebanyak itu yang dinyatakan lolos seleksi 106 anak.
''Mereka sekarang hanya tinggal mengikuti medical test. Dalam usianya yang
masih muda, saya kira mereka akan lolos medical test semua,'' kata
Koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 2 Cilacap, Sudirman
SPd.
Sampai tahun 2008 sudah ada lima perusahaan yang mengadakan seleksi
calon karyawan bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 2. Yaitu, PT Paraso,
PT Astra Motor, PT Berjaya Bintang Samudera, PT Kinoria Gayu Mukti, dan
PT Showa Indonesia MFG Industri. Jumlah siswa yang telah berhasil direkrut
sebagai karyawan di perusahaan tersebut sebanyak 414 anak yang terdiri atas
243 siswa kelas III yang belum lulus dan 171 alumni. ''Lima orang yang lulus
seleksi yang diadakan oleh PT Berjaya Bintang Samudera akan dipekerjakan di
Jepang. Mereka seluruhnya berasa dari Program Keahlian Nautika Perikanan
Laut,'' katanya.
BKK SMK Negeri 2 Cilacap, mulai melakukan kerja sama dengan pihak
ketiga dalam hal penyaluran lulusan SMK sejak 2001. Sampai saat ini jumlah
lulusan SMK, baik negeri maupun swasta, yang telah berhasil ditempatkan di
sejumlah industri di Jakarta 1.913 orang. Dari jumlah itu, 782 di antaranya dari
SMK Negeri 2 Cilacap. Kepala SMK Negeri 2 Drs H Kisyamto MM
47
mengatakan, kerja sama dengan pihak ketiga itu dilakukan sebagai wujud
kontribusi sekolah terhadap Cilacap, khususnya dalam hal menyalurkan tenaga
kerja. Dia juga mengatakan, para pelaku industri sengaja melakukan perekrutan
sejak siswa masih duduk di kelas III. Tujuannya agar setelah lulus mereka
tidak bekerja di tempat lain. Alumni yang sudah bekerja lebih dulu ternyata
mampu menunjukkan etos kerja yang tinggi dan mau bekerja lembur.
Berhubung mereka mau bekerja lembur maka setiap bulan gaji yang diterima
pun dapat mencapai Rp 1,8 juta.
c. Kasus SMKN 2 Salatiga
Gambaran kemampuan lulusan SMK Negeri 2 Salatiga dapat diprediksi
dari data lulusan, serta status kelulusannya. Di bawah ini disajikan Tabel IV.
Tentang data lulusan SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2004/2005;
2005/2006; 2006/2007, dan 2007/2008.
Pada UN tahun 2008 ini SMK Negeri 2 Salatiga berhasil meluluskan
100% siswa tingkat 3-nya dengan nilai yang memuaskan. 200 siswa, pada mata
pelajaran yang di UAN-kan, pelajaran matematika : nilai rata-ratanya 8,87
dengan nilai tertinggi yang berhasil dicapai oleh 11 orang, adalah 10,00.
Pelajaran Bahasa Indonesia, nilai tertinggi yang diraih 9,40, dengan rata-rata
keseluruhan 8,02, sedangkan untuk pelajaran bahasa Inggris, nilai rata-rata
8,08, dan nilai tertinggi adalah 9,40. Kabar ini sungguh membanggakan dan
menggembirakan bagi seluruh civitas akademika SMK Negeri 2 Salatiga.
Dengan demikian pada tahun 2008 ini SMK 2 Salatiga rerata jumlah siswa
yang lulus di atas rerata jumlah siswa SMK yang lulus di Jawa Tengah. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMK 2 Salatiga dalam kategori
baik. Ditunjukkan juga bahwa dalam setiap tahun prosentase jumlah siswa
yang tersalur ke tempat pekerjaan selalu meningkat yaitu mulai dari 47%, 55%
dan data terakhir adalah 66%. Hal ini memperkuat dugaan bahwa pembelajaran
yang berlangsung cenderung mengarah ke kemampuan yang dituntut oleh
kurikulum.
48
Tabel IV.4 Data lulusan SMK Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2004/2005;
2005/2006; 2006/2007 dan 2007/2008
No.
Tahun
Pelajaran
1.
2004/2005
199
95 (47%)
2.
2005/2006
198
110 (55%)
3.
2006/2007
200
132 (66%)
4.
2007/2008
260
Belum diketahui
Ujian kompetensi keahlian tahun 2007 ini akan menjadi bagian dari
Ujian Nasional (UN) bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada tahun sebelumnya UN untuk SMK hanya meliputi tiga mata pelajaran,
yakni matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sedangkan ujian
kompetensi keahlian masuk dalam ujian sekolah. Jadi nilai UN untuk SMK
berasal dari nilai matematika ditambah dengan nilai Bahasa Indonesia, nilai
Bahasa Inggris dan nilai ujian kompetensi keahlian dibagi empat. UN
kompetensi keahlian diselenggarakan paling lambat seminggu sebelum
dilaksanakannya UN teori.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Salatiga Jurusan Teknik
Perkayuan mendapat kepercayaan dari Pusat Pengembangan Penataran Guru
(PPPG) Teknologi Bandung sebagai tempat pelaksanaan Uji Kompetensi Siswa
(UKS). Sebanyak 18 siswa membuktikan kepiawaian membuat mebel
berstandar industri. hasil karya mereka langsung dinilai oleh beberapa staf
manajemen perusahaan mebel. "Kami mampu menghasilkan tenaga perkayuan
yang siap diserap oleh industri. Di Indonesia hanya ada lima SMK yang dipilih
sebagai pelaksanaan uji kompetensi, salah satunya sekolah kami ini," kata
Kepala SMK 2 Salatiga, Drs Reza Pahlevi.
Kemampuan siswa dan lulusan program keahlian teknik perkayuan
ditunjukkan dengan perolehan berbagai kejuaraan tingkat propinsi, nasional
maupun internasional. Di bawah ini disajikan mengenai catatan prestasi
kejuaraan yang telah dicapai sekolah itu.
49
Tabel IV.5 Prestasi yang dicapai siswa pragram teknik perkayuan SMK 2 Salatiga
No.
Tahun
Jenis Lomba
Skala Kejuaraan
Ranking
1.
2002
Teknik Perkayuan
Provinsi
2.
2003
Teknik Perkayuan
Provinsi
3.
2004
Teknik Perkayuan
Provinsi
4.
2004
Teknik Perkayuan
Provinsi
5.
2005
Teknik Perkayuan
Provinsi
6.
2006
Cabinet Making
Asia Tenggara
7.
2007
Cabinet Making
Provinsi
50
Sertifikat
Diuji
Penyusunan Laporan
PSG
Hasil Penilaian di
Tempat Prakerin
PSG di Institusi
Pasangan
Sertifikat
Diuji
Lulus
Siswa SMK
Tidak Lulus
Sertifikat
Uji
Kompetensi
Lulus
Tidak Lulus
LSP (Lembaga
Sertifikasi Profesi)
Gambar 15. Proses dan variasi sertifikasi SMK Negeri dan Swasta di Jawa Tengah
51
Diuji
Hasil Penilaian/uji
kompetensi
Lulus
Penyusunan Laporan
PSG
Diuji
Sertifikat
Sertifikat
PSG; (6) nilai yang diperoleh dari PT. TELKOM dan ujian laporan PSG dirataratakan; (7) siswa memperoleh sertifikat. Surat keterangan ini ditandatangani
atau disyahkan oleh Kepala Kandatel serta Kepala Sekolah.
Proyek Tugas Akhir (PTA) merupakan pendekatan ujian nasional
produktif pada akhir masa pendidikan SMK, yang merupakan integerasi dan
aktualisasi terhadap penguasaan kompetensi atau subkompetensi yang telah
dikuasai. Strategi ini dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan relevansi. Uji
kompetensi jenis ini masuk ke dalam kategori internal. Melalui PTA ini
diharapkan siswa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
untuk menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar, persyaratan standar
mutu, serta standar operasional prosedur (SOP).
Produk PTA disesuaikan dengan karakteristik paket atau program
keahlian, yang dapat berupa: (1) produk barang, misalnya Program Sistem
Informasi Akademik berbasis Web, program PSB on-line, Bidang Pertanian,
Bidang Kesenian, dan lain-lain; (2) produk jasa misalnya pemasangan server,
Mail server, Gateway, pemasangan jaringan lokal untuk warung internet, bidang
teknik survei dan pemetaan, otomotif, serta lain-lain.
Pelaksanaan kegiatan PTA melalui beberapa tahapan masing-masing
adalah (1) penyusunan proposal; (2) proses pelaksanaan; (3) kegiatan kulminasi;
(4) proses verifikasi; dan (5) pemberian sertifikat.
Pada tahap penyusunan proposal, guru pembimbing dan penguji bersamasama menentukan judul proyek tugas akhir, selanjutnya ditindaklanjuti dengan
penyusunan rancangan kerja tugas akhir/proposal. Proses pelaksanaan adalah
proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah
ditetapkan dalam proposal, dengan bimbingan dan pengawasan. Proses ini
menekankan pada pencapaian kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar
(learning evidence) dan diorganisir dalam portofolio sebagai bahan verifikasi.
Kegiatan kulminasi PTA oleh penguji dapat dilakukan dengan cara presentasi,
penyajian, pengujian, serta display. Proses verifikasi internal dan eksternal
terhadap penguasaan kompetensi penguji dilaksanakan pada akhir proses
pelaksanaan proyek tugas akhir dengan cara verifikasi portofolio, presentasi
proposal, wawancara, demonstrasi serta unjuk kerja. Tahapan yang terakhir
yang sangat dibutuhkan dalam pekerjaan adalah kualitas personal, artinya orang
yang memegang teguh komitmen, disiplin, serta mampu bekerjasama.
Berdasarkan hal ini, pengelaman selama ini justru tamatan SMK yang
mempunyai kategori biasa-biasa saja mempunyai kualitas yang lebih baik, hal
ini diduga mereka berusaha lebih keras untuk meningkatkan kualitas hasil
kerjanya.
PT. KHS menerima karyawan lulusan SMK terakhir pada bulan November
tahun 2008, sampai saat ini belum menerima karyawan baru lagi, sebeb masih
dilanda krisis keuangan. Batas waktunya tidak ditentukan. Biasanya PT. KHS
menerima karyawan setiap bulan sampai dengan 30 orang dari berbagai
keterampilan. Kebutuhan yang sangat besar ada di pengecoran logam. Di
samping itu kebutuhan untuk operator mesin atau robot las dan mesin Computer
Numerical Control (CNC) juga sangat besar. Pengecoran logam bahkan tidak
mensyaratkan lulusan dari program keahlian ini, semua program keahlian
diterima, setelah mereka menjadi karyawan barulah dididik dalam keterampilan
ini di perusahaan.
Menurut staff HRD dikatakan juga bahwa yang terutama dari calon
karyawan adalah kualitas atau kualifikasi pribadi. Karakter karyawan yang
mempunyai ketekunan, komitmen, disiplin, serta mampu bekerjasama yang lebih
dibutuhkan. Keterampilan yang masih agak rendah, oleh perusahaan akan
ditingkatkan melalui pelatihan. Dengan demikian sesungguhnya bekal yang
berasal dari sekolah sudah cukup untuk bekal bekerja di PT. KHS.
Menurut direktur Formulatrix Salatiga, krisis keuangan global tidak
memberikan dampak terhadap aktivitas perusahaannya yang bergerak dalam
bidang industri telematika. Menurut Kepala Bidang Perindustrian , Perdagangan,
dan Usaha Kecil Menengah Kota Salatiga bidang telematika masih menjadi
andalan pengembangan industri di Kotanya. Telematika yang dimaksud adalah
integerasi antara sistem telekomunikasi dan informatika yang dikenal dengan
Information and Communications Technology (ICT). Industri ini berhubungan
dengan komputer, telekomunikasi, atau multimedia. Keterampilan yang masih
sangat dibutuhkan itu selaras dengan kurikulum pada program keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan di SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto.
Disnakertrans
SMK
Terlibat
Seleksi
Kontrak perjanjian
Hak-hak pekerja
Asuransi
Monitoring
Persiapan penempatan
Penempatan
Bekerja di Industri
Laporan Perkembangan
Pekerjaan oleh lulusan
SMK
Gambar 18. Proses Penempatan Lulusan SMK Di Industri yang Dilakukan SMK
Industri/perusahaan
Disnakertrans
SMK
Kartu Kuning
Tamu Undangan
Seleksi Karyawan
Kontrak
Persiapan Penempatan
Penempatan
10
11
permasalahan
keikutsertaan
dalam
rekrutmen,
serta
yang
dilakukan
Disnaker
wujudnya
adalah
12
menggunakan tata tertib Disnaker, yang pada kenyataanya berbeda dengan uji
kompetensi yang dilakukan oleh SMK regular. Menurut Pak Kusno (Disnaker
Kabupaten Pati) , kalau kita bisa mengoperasikan komputer kita dapat
menguji siswa SMK untuk memperoleh sertifikat, meskipun kami belum
bersertifikat sebagai penguji.
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Materi pendidikan yang dipelajari di sekolah meliputi (1) komponen
pendidikan umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi warga
negara yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara
bangsa Indonesia; (2) komponen pendidikan dasar (Adaftif), untuk memberi bekal
penunjang bagi penguasaan keahlian dan bekal kemampuan pengembangan diri
untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi; (3) komponen pendidikan dan
pelatihan kejuruan, berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan
keahlian sesuai program keahlian untuk bekal memasuki lapangan kerja, yang
mempunyai subkomponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan. Teori kejuruan
untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang keahlian, sementara itu
praktik dasar kejuruan berupa latihan dasar untuk menguasai dasar-dasar teknik
bekerja secara baik dan benar sesuai dengan persyaratan keahlian.
Mata diklat komponen pendidikan normatif terdiri dari Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan
Kesehatan, serta Seni dan Budaya yang memiliki total jam pelajaran sebesar 896 jam
waktu. Mata diklat komponen adaftif terdiri dari Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu
Pengetahuan Alam, Fisika, Kimia, Ilmu Pengetahuan Sosial, KKPI, dan
Kewirausahaan yang memiliki total jam pelajaran sebesar 2138 jam waktu. Mata
diklat komponen produktif yang terdiri dari Dasar Kompetensi kejuruan sebesar 140
jam waktu serta Kompetensi Kejuruan sebesar 1320 jam waktu. Komponen muatan
local sebanyak 192 jam waktu, serta kompoinen pengembangan diri sebesar 192 jam
waktu. Jumlah jam keseluruhan sebesar 4686 jam waktu.
Komponen pendidikan normatif, adaftif, serta komponen dasar kompetensi
kejuruan tidak dikembangkan sendiri oleh sekolah. Namun, kurikulum yang berisi
komponen-komponen di atas dikembangkan secara bersama dengan industri.
13
Kegiatan ini diwadahi dalam In House Training (IHT). Kegiatan ini dilakukan setiap
lima tahun sekali, yang idealnya dilakukan dalam setiap tahun. Namun, berhubung
ketersediaan waktu serta kepadatan industri serta sekolah, maka tidak dapat
dilakukan per tahun. Ganti dari kegiatan itu adalah guru berkunjung ke industri
dengan membawa instrument atau perangkat lunak silabus, untuk selanjutnya
meminta industri mengkritisinya. Hasil kritikan industri untuk kemudian digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki kurikulum dalam komponen di atas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran mata diklat produktif di sekolah ditemukan
beberapa pendekatan yaitu (1) pembelajaran berbasis kompetensi; (2) pembelajaran
berbasis produksi, serta (3) pembelajaran berbasis di dunia kerja. Ketiga pendekatan
pembelajaran telah dilaksanakan, yang penerapannya dilakukan di sekolah dan
industri. Pembelajaran berbasis produksi dan dunia kerja sebagian besar
dilaksanakan di industri dalam situasi nyata. Pembelajaran berbasis kompetensi
dilakukan di sekolah dalam wujud simulasi dan industri dalam kondisi nyata. Siswa
yang tidak mempunyai kompetensi dalam keterampilan membubut, tidak mungkin
diberikan tanggungjawab mengoperasikan mesin bubut.
Pembelajaran yang menerapkan tiga pendekatan sekaligus tidak dirancang oleh
sekolah tanpa melibatkan industri. Sekolah tidak mungkin mampu merancang
kurikulum sendirian, sebab sekolah tidak berhadapan dengan kebutuhan nyata di
lapangan pekerjaan. Industri memiliki pengalaman, berhadapan dengan kebutuhan
masyarakat dalam produksi barang. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan
penyelarasan kurikulum atau sinkronisasi kurikulum, yang mana kegiatan ini sudah
dilakukan oleh SMK di Jawa Tengah.
Penyelarasan kurikulum pada program produktif pada dasarnya tidak sekedar
permasalahan administratif, melainkan yang lebih esensial adalah permasalahan
komitmen guru, Ka prodi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Kepala
Sekolah. Di samping itu, penyelarasan kurikulum merupakan permasalahan industri
sebagai institusi pasangan sekolah. Dalam kenyataannya, penyelarasan kurikulum ini
dilakukan dalam waktu yang lama, rata-rata dalam waktu lima tahun; padahal
perubahan keterampilan dan kebutuhan masyarakat atas suatu produk berubah dalam
satu tahun. Dengan demikian, kurikulum sekolah selalu saja ketinggalan
dibandingkan dengan industri, yang tentu saja ketinggalan juga dalam sarana
14
praktiknya. Hal ini berkaitan dengan pola lama penyelenggaran pendidikan kejuruan
yang menerapkan prinsip supply driven dan school-based program. Prinsip lama
tersebut beranggapan bahwa menghasilkan lulusan sebanyak-banyaknya adalah suatu
prestasi bagi sekolah, tanpa perlu merujuk kesesuaiannya dengan kebutuhan industri.
Saat ini, sekolah sebagian sudah menerapkan paradigma baru pengembangan
pendidikan kejuruan, terjadi perubahan mendasar terutama dalam orientasi
pendidikan, yaitu yang semula supply driven menjadi demand driven, serta semula
menerapkan kurikulum berbasis sekolah menjadi berbasis kompetensi. Orientasi ini
menyebabkan kegiatan penyelarasan kurikulum menjadi langkah yang penting dan
telah dilakukan oleh sekolah, namun demikian kegiatan ini tidak saja dalam rangka
menuju ke prinsip demand driven tetapi juga menjadi dasar dalam pelaksanaan
pembelajaran yang berbasis kompetensi, produksi, serta dunia kerja.
Langkah-langkah penyelarasan kurikulum sudah dilakukan secara sistematik,
yang telah mempertimbangkan keberadaan guru program produktif, KTSP, Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta kondisi industri dan kebutuhannya. Di samping itu,
telah mempertimbangkan juga asosiasi profesi, Kepala Sekolah, serta Komite
Sekolah. Tahapan itu dimulai dari kelompok guru produktif dan Ketua Program
Diklatnya, yang mana mereka menjadi inisiator penyelarasan kurikulum program
produktif. Hal ini dikarenakan merekalah yang setiap kali bersingungan dengan
kurikulum. Pada kegiatan penyelarasan, guru dan ka prodi, mempertimbangkan
keberadaan KTSP, SKL, serta kondisi kebutuhan institusi pasangan. Peran Kepala
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum yaitu dalam hal
mengkoordinasi dan menjembatani pengembangan kurikulum di tingkat program
keahlian. Peran Kepala Sekolah tidak saja dalam melegalisasi hasil penyelarasan
kurikulum, tetapi fungsi yang sesungguhnya adalah motor dan manajer secara
keseluruhan di sekolah yang mencakup beberapa program diklat.
Tahapan pelaksanaan praktik industri (prakerin) terdiri dari lima kegiatan yaitu
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring, serta penarikan siswa
dan pemberian sertifikat oleh industri. Di bawah ini diuraikan masing-masing
tahapan kegiatan prakerin.
Pada tahapan perencanaan sekolah melaksanakan kegiatan (1) mengumpulkan
data-data industri yang dapat digunakan sebagai tempat prakerin; (2) sekolah
15
16
17
merupakan good practice, sehingga wajar jika termasuk dalam kategori SMK
bertaraf internasional.
Sementara itu, lulusan SMK 2 Salatiga yang terserap ke lapangan kerja sesuai
dengan program keahliannya adalah 34%, sedangkan lulusan SMK 2 Cilacap adalah
30%, sisanya melanjutkan ke Perguruan Tinggi, serta sebagian tidak diketahui,
karena sampai saat ini informasi dengan mereka belum kembali tersambung. Masa
tunggu mendapatkan pekerjaan pertama untuk kedua SMK rata-rata adalah 1-6
bulan. Jika dibandingkan dengan SMK Mikail Surakarta, nampak kemampuan kedua
SMK masih jauh, oleh karena itu ke depan sekolah harus berusaha secara keras agar
kemampuan mereka makin meningkat, sehingga keterserapan lulusan menjadi makin
tinggi.
Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK di Jawa Tengah berdasarkan penelitian telah
melaksanakan fungsinya yaitu memberikan informasi pasar kerja kepada siswa,
mendaftar siswa pencari kerja, memberikan penyuluhan dan bimbingan jabatan
kepada siswa serta menyalurkan dan menempatkan siswa di industri. Permasalahan
yang dihadapi BKK sekolah dan Dinas Tenaga Kerja Kota atau Kabupaten adalah
tidak tertibnya sekolah dalam memberikan laporan. Laporan dalam 1 tahun harus
disampaikan oleh sekolah sebanyak empat kali, atau laporan secara triwulanan. Pada
praktiknya sekolah hanya memberikan laporan satu kali dalam satu tahun. Di
samping itu terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan
Pasal 5 tentang Petunjuk Teknis BKK bahwa BKK disuatu sekolah dilarang
menyalurkan pencari kerja yang bukan berasal dari satuan pendidikan dan lembaga
pelatihan kerjanya. Pada praktiknya banyak SMK dalam proses seleksi calon
karyawan di suatu industri misalnya di PT. Daihatsu Motor, mengundang SMK
bahkan dari luar kabupaten atau kota. Proses rekrutmen seperti dijelaskan di atas
sampai sekarang tetap dilaksanakan oleh sekolah, namun demikian disisi yang lain
Disnaker kabupaten dan kota tetap membiarkan pelanggaran itu. Dengan demikian
pelanggaran ini dianggap legal.
Struktur organisasi BKK SMK di Jawa Tengah rata-rata tidak lengkap.
Biasanya BKK tidak dilengkapi dengan tata usaha. TU BKK biasanya melekat pada
tata usaha sekolah. Kondisi ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 2 ayat 5
tentang Petunjuk Teknis BKK, bahwa struktur organisasi BKK terdiri dari pimpinan,
18
urusan pendaftaran dan lowongan, urusan informasi pasar kerja dan kunjungan
perusahaan, urusan penyuluhan bimbingan jabatan, serta urusan analisis jabatan serta
tata usaha BKK. Beberapa sekolah bahkan tidak memiliki struktur organisasi, BKK
hanya dikelola oleh satu guru saja.
19
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
1. Materi pendidikan yang dipelajari di sekolah meliputi (1) komponen pendidikan
umum (normatif), dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi warga negara
yang baik, yang memiliki watak dan kepribadian sebagai warga negara bangsa
Indonesia; (2) komponen pendidikan dasar (Adaftif), untuk memberi bekal
penunjang bagi penguasaan keahlian dan bekal kemampuan pengembangan diri
untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi; (3) komponen pendidikan
dan pelatihan kejuruan, berisi materi yang berkaitan dengan pembentukan
kemampuan keahlian sesuai program keahlian untuk bekal memasuki lapangan
kerja, yang mempunyai subkomponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan.
Teori kejuruan untuk membekali pengetahuan tentang teori kejuruan bidang
keahlian, sementara itu praktik dasar kejuruan berupa latihan dasar untuk
menguasai dasar-dasar teknik bekerja secara baik dan benar sesuai dengan
persyaratan keahlian. Pola penyelenggaraan mata pelajaran normatif dan adaftif
dilaksanakan menggunakan berbagai metode antara lain tugas kelompok dan
mandiri; digunakan media pembelajaran berupa CD, buku teks, dan buku ajar; di
samping itu, menerapkan evaluasi pembelajaran yang berupa tes essay, atau
pilihan berganda;
2. Langkah-langkah penyelarasan kurikulum sudah dilakukan secara sistematik,
yang telah mempertimbangkan keberadaan guru program produktif, KTSP,
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta kondisi industri dan kebutuhannya. Di
samping itu, telah mempertimbangkan juga asosiasi profesi, Kepala Sekolah,
serta Komite Sekolah. Tahapan itu dimulai dari kelompok guru produktif dan
Ketua Program Diklatnya, yang mana mereka menjadi inisiator penyelarasan
kurikulum program produktif. Hal ini dikarenakan merekalah yang setiap kali
bersingungan dengan kurikulum. Pada kegiatan penyelarasan, guru dan ka prodi,
mempertimbangkan keberadaan KTSP, SKL, serta kondisi kebutuhan institusi
pasangan. Peran Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum
20
21
2.
3.
Tugas Akhir (TA) yang disusun oleh siswa sebaiknya berasal dari industri
tempat prakerin, siswa diminta untuk mengamati salah satu permasalahan di
industri untuk diselesaikan dalam TA, selanjutnya penguji TA salah satunya
berasal dari industri tempat siswa prakerin; tidak seperti yang selama ini
dilakukan yaitu TA tidak berhubungan dengan prakerin;
4.
5.
22
7.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bailey, Kenneth B, 1989, Methods of Social Research, The Free Press, Collier
Macmillan, London
Balitbang Provinsi Jawa Timur, 2004, Peluang dan Tantangan Mengatasi Pencaker di
Jatim Jurnal Cakrawala, Edisi I, Bulan ke-6.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, PP No 31 2006 tentang Sistem Pelatihan
Kerja nasional.
Depdiknas, 2001, Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020, Jakarta, Ditjen,
Dikdasmen, Dit Dikmenjur.
Dunn, William, 2004, Public Policy Analyisis : An Introduction, Prentice Hall, Simin &
Shuster Company Engelwood Clifts, New York.
Finch, Curtis R. and Crunkilton, John R., 1984, Curriculum Development in Vocational
and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston:
Allyn and Bacon, Inc.
Gatot PH 2000 Pendidikan Kejuruan Makalah pada Konvensi Pendidikan Nasional di
UNJ.
Gusrizal 2002, Pelaksanaan Uji Kompetensi SMK dan Implikasinya pada Instrumen
Mata Uji dalam Buletin Pembelajaran No. 02 Tahun 25 Juni 2002.
Nolker, H., 1983, Pendidikan Teknologi Kejuruan : Pengajaran, kurikulum, dan
perencanaan, Jakarta, PT. Gramedia.
PP No. 23 Th. 2004 tentang Badan Nasional Sertifikat Profesi, Lembaran Negara R.I.
Tahun 2004 No 78, Tambahan Lembaran Negara R.I. No. 4408.
Purwadi, A. 1998, Beberapa Gagasan tentang Reformasi Pendidikan Menengah
Kejuruan Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 014/V/September 1998
Jakarta, Balitbang, Depdikdbud.
Samsudi, 2004, Pengembangan Model Sinkronisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Produktif SMK Bidang Rekayasa, Laporan Penelitian Hibah Bersaing
XII, Lembaga Penelitian UNNES, Semarang.
Sidi, I., 2002 Menuju Masyarakat Pembelajar, Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan, Jakarta, Paramadina bekerjasama dengan Logos Wacana Ilmu.
Syaodih, N., 1997, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung, PT. Remaja
Rosda Karya.
24
Sudana, I Made, 1998, Pola Sinkronisasi Kurikulum SMK di Jawa Tengah, Laporan
Penelitian BBI, Jakarta, DP2M.
Sukamto, 1988, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
Kejuruan, Jakarta, Proyek P2LPTK.
Suryadi, A., 1999, Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan, Jakarta, Balai
Pustaka.
Walter W. McMahon dan Terry G. Geske, Financing Education: Overcoming
Inefficiency and Inequity, USA, University of Illionis, 1982, h.121.
Yin Cheong Cheng, 1996, School Effectiveness and School-Based Management: A
Mechanism for Development, Washington D.C, The Palmer Press.
25