Anda di halaman 1dari 37

PROGRAM-PROGRAM UTAMA PUSKESMAS

(KIA,TB,DBD,KESEHATAN LINGKUNGAN,UKS)

Oleh :

Ahmad Farizan R,S.Ked


Lovensia,S.Ked
Raisa Mahmudah,S.Ked
Talitha Badzlina Sayoeti,S.Ked

0918011090
0918011057
0918011016
0918011081

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS LAMPUNG
JUNI 2014

I. PENDAHULUAN

Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


maka seluruh upaya pembangunan bertumpu pada kemampuan daerah Kabupaten/
Kota untuk membawa setiap penduduknya mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan

yang

setinggi-tingginya,

maka

pemerintah

daerah

perlu

memperhatikan aspek kesehatan dalam kebijakan pembangunan sektoral serta


mewujudkannya dalam Kabupaten/Kota sehat.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
dan membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan, baik berupa kegiatan pokok maupun kegiatan pengembangan. Setiap
kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan Puskesmas adalah Pusat Pembangunan
Kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat
serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat. Pelayanan kesehatan di Puskesmas merupakan bentuk pemerataan
dan peningkatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
rakyat. Pelayanan ini menjadi lebih efektif dengan peran serta masyarakat antara
lain dengan menyelenggarakan pos-pos pelayanan terpadu. Puskesmas dalam
kedudukannya sebagai penanggung jawab wilayah dan penyedia pelayanan
kesehatan harus mengoperasikan sejumlah kegiatan pokok yang di wujudkan
dalam berbagai program-program kesehatan Puskesmas. Pelaksanaan programprogram kesehatan ini ditujukan untuk memenuhi tanggung jawab terhadap
kesehatan wilayah kerjanya serta anggota masyarakat secara keseluruhan.

Berdasarkan fungsinya, sebuah puskesmas mempunyai tugas menyampaikan


pertolongan kesehatan dan upaya kesehatan pencegahan kepada keluarga di
rumah mereka di desa-desa oleh para petugas puskesmas yang menetap di wilayah
kerja puskesmas. Tugas ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang singkat tetapi
harus melalui suatu proses secara bertahap dan berkesinambungan. Dalam
pelaksanaanya inilah, pemahaman mengenai kegiatan pokok puskesmas penting
agar kelak target pemerintah daerah dapat tercapai, khususnya dalam hal tingkat
kesehatan dan kesejahteraan yang setinggi-tingginya

II. ISI

Puskesmas dalam kedudukannya sebagai penanggungjawab wilayah dan penyedia


pelayanan kesehatan harus mengoperasikan sejumlah kegiatan pokok dan
tambahan yang diwujudkan dalam berbagai program-program kesehatan
Puskesmas. Pelaksanaan program-program kesehatan ini ditujukan untuk
memenuhi tanggung jawab terhadap kesehatan wilayah kerjanya serta anggota
masyarakat secara keseluruhan(1,2).
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka
kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda
pula. Kegiatan-kegiatan Puskesmas yang dapat dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1.

KIA

2.

Keluarga Berencana

3.

Usaha Peningkatan Gizi

4.

Kesehatan Lingkungan

5.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6.

Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan

7.

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8.

Kesehatan Sekolah

9.

Kesehatan Olahraga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat


11. Kesehatan Kerja
12. Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium Sederhana
16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional.

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan


masyarakat terkecil atau ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai
bagian dari masyarakat wilayah kerjanya. Dalam konteks Otonomi Daerah saat
ini, puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan
yang matang dan realisistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Adapun ke depan, Puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu(1,3).
A. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pengertian
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan
fungsi

reproduksi

yang

berkualitas

serta

upaya

kelangsungan

hidup,

perkembangan dan perlindungan bayi, anak di bawah lima tahun (Balita) dan anak
usia prasekolah dalam proses tumbuh kembang(1,2).
Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
diantara ibu, bayi dan anak adalah memberikan pemeliharaan dalam waktu hamil
yang cukup baik dan dimulai sedini-dininya. Penurunan angka kematian ibu
maternal, bayi dan anak balita serta penurunan angka kelahiran merupakan
sasaran prioritas dalam pembangunan di bidang kesehatan(1,2).
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Dalam pengertian ini
tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta

menambah keterampilan paraji (dukun bayi) serta pembinaan kesehatan anak di


taman kanak-kanak(1,2).
Pelayanan KIA di puskesmas terdiri dari(1,2) :
1.

Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas

2.

Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah


Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas adalah bagian dari
pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu yang merupakan salah satu wujud upaya
pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif/ penanganan kedaruratan
kebidanan, yang meliputi pelayanan pemeliharaan ibu hamil, pertolongan
persalinan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi baru lahir, keluarga
berencana, ibu sedang menyusui, serta calon ibu di wilayah kerja(1,2).
Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah di Puskesmas adalah
bagian dari pelayanan kesehatan menyeluruh terpadu yang merupakan salah satu
wujud kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang meliputi
pemeliharaan kesehatan anak dalam kandungan, pelayanan kesehatan neonatal,
pemeriksaan bayi, manajemen terpadu balita sakit, serta deteksi dan stimulasi dini
tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja(1,2).
Tujuan KIA
Tujuan umum kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Kelurga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal

yang

merupakan

landasan

bagi

peningkatan

kualitas

manusia

seutuhnya(1,2).

Adapun tujuan khusus dari kesehatan ibu dan anak adalah sebagai berikut(1,2,3) :
1. Meningkatnya kemampuan ibu dalam mengatasi kesehatan diri dan
keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya
pembinaan

kesehatan

keluarga,

penyelenggaraan

posyandu

dan

sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri didalam lingkungan keluarga posyandu dan sebagainya.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
persalinan, ibu nifas dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, persalinan, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
Sasaran
Sasaran pelayanan KIA adalah Ibu, bayi, balita, anak usia prasekolah dan keluarga
yang tinggal dan berada di wilayah kerja Pusksmas serta yang berkunjung ke
Puskesmas(1,2).
Kegiatan
Pelayanan KIA meliputi penyelenggaraan(1,2) :
1. Pembinaan dan pemantauan kegiatan KIA di wilayah kerja Puskesmas
2. Pelayanan Ante natal
3. Persalinan/ pendampingan persalinan
4. Pelayanan masa nifas pasca persalinan dan bayi baru lahir
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan gawat darurat kebidanan dan neonatal
7. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang bayi
8. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak balita

9. Pelayanan kesehatan dan pemantauan tumbuh kembang anak usia pra


sekolah di taman kanak-kanak.
Adapun kegiatan petugas Puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan ibu
dan anak mencakup hal-hal berikut, yaitu(1,2):
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, bayi,
anak balita dan anak prasekolah.
2. Pemberian nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena
kekurangan protein, kalori dan lainnya serta pembagian makanan
tambahan, vitamin dan mineral.
3. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya.
4. Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3 kali,
Polio 3 kali, dan Campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
6. Pelayanan KB kepada semua Pasangan Usia Subur, dengan perhatian
khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan
anak berkali-kali dan golongan ibu risti.
7. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan.
8. Kunjungan ke rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan, memberi penerangan dan pendidikan tentang kesehatan,
dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi
Puskesmas dan meminta agar mereka datang ke Puskesmas lagi.
9. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan paraji
(dukun bayi).
Kegiatan diatas adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh petugas
Puskesmas dalam upaya peningkatan Program KIA yang termaktub dalam
Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I yang diadakan oleh Departemen Kesehatan
RI tahun 1989/1990(1,2).

Adapun kegiatan yang dilakukan untuk program KIA di Puskesmas tersebut


adalah sebagai berikut(1,2,3):
1.

Pemeriksaan ibu hamil dan bayi/anak.

2.

Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan bayi, balita dan anak
prasekolah.

3.

Pengukuran suhu tubuh pada bayi/anak.

4.

Pengisian KMS bumil dan KMS anak.

5.

Pemberian imunisasi bagi ibu hamil, bayi dan balita.

6.

Pemberian makanan tambahan bergizi (bubur kacang hijau dan susu murni).

7.

Penyuluhan gizi baik.

8.

Penyuluhan KB.

9.

Penyuluhan Kebersihan lingkungan terutama dalam mengatasi penyebaran


nyamuk penyebab DBD.

10. Penyuluhan kepada suami dan anggota keluarga lainnya untuk berperan serta aktif
dalam menunjang kesehatan ibu dan anaknya.
11. Pengobatan bermacam-macam penyakit ringan bagi ibu, bayi, balita, anak
prasekolah dan keluarga.

B. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Penyakit Menular dikelompokkan berdasarkan sifat penyebarannya di dalam
masyarakat wilayah tersebut, yaitu(1,2,3) :
1. Penyakit Menular yang secara endemik berada di dalam wilayah, yang
pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, yang dikelompokkan
kedalam Penyakit Menular Potensial Wabah seperti: Diare, DBD, Malaria,
Filaria.
2. Penyakit menular yang berada di wilayah dengan endemisitas yang cukup
tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi ancaman bagi kesehatan

masyarakat umum. Penyakit Menular Endemik Tinggi seperti ;


Tuberkulosis Paru, Lepra, Patek, Rabies, Antraks.
3. Penyakit-penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak
terlalu tinggi didalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya
dianggap sangat membahayakan masyarakat, maka penyakit-penyakit ini
perlu di awasi keberadaannya.
1. Demam Berdarah Dengue (DBD) (1,2,3,4)
Penyakit demam berdarah dengue ( Dengue Hemorrhagic Fever ) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, sakit
kepala, nyeri retro orbital, mialgia, arthralgia, rash, manifestasi perdarahan (
petechie), lebam (echimosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan
( epistaksis), berak darah (melena), muntah darah (hematemesis), kesadaran
menurun atau renjatan (syok).
Tanda dan Gejala
1) Demam
Demam tinggi secara mendadak disertai facial flushing dan sakit kepala.
Demam ini dapat berlangsung selama 2-7 hari, kadang disertai kejang pada
anak dengan riwayat kejang demam. Pasien kehilangan nafsu makan, muntah,
nyeri epigastrium, nyeri perut di daerah lengkung iga sebelah kanan.
2) Manifestasi perdarahan
Sebab perdarahan adalah adanya trombositopenia dan gangguan trombosit.
Perdarahan ini terjadi di semua organ-organ tubuh, yang ditandai sekurangkurangnya satu dari :
1) Uji Tourniquet (Rumple leede) positif, ptechie, echymosis, dan perdarahan
konjungtiva.

2) Epistaksis, perdarahan gusi


3) Hematemesis, melena
4) Hematuria

3) Hepatomegali
Pembesaran hati umumnya dapat ditemukan pada awal penyakit bervariasi
dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable) sampai 2-4 cm dibawah
lengkung iga kanan.
4) Dengan atau tanpa gejala syok
Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara hari sakit ke 3-7,
terdapat tanda kegagalan sirkulasi seperti kulit teraba dingin dan lembab
terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi
gelisah, nadi cepat dan lemah, kecil sampai tak teraba.
Syok merupakan tanda kegawatan yang harus mendapat perhatian serius, oleh
karena bila tidak diatasi sebaik-baiknya dan secepatnya dapat menyebabkan
kematian. Pasien dapat dengan cepat masuk kedalam fase kritis yaitu syok
berat (profound syok), pada saat itu tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur
lagi. Syok dapat terjadi dalam waktu singkat, pasien dapat meninggal dalam
waktu 12-24 jam atau sembuh cepat setelah mendapat pengantian cairan yang
memadai. Apabila syok tidak dapat segera diatasi dengan baik akan terjadi
asidosis metabolik, perdarahan saluran cerna hebat atau perdarahan lain, hal
ini pertanda prognosa buruk.
5) Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000/mm3 atau kurang dari 1-2
trombosit/ lapangan pandang besar (lpb) dengan rata-rata pemeriksaan
dilakukan pada 10 lpb, pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada
peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun.

10

6) Hemokonsentrasi/ kadar hematokrit


Peningkatan nilai hematokrit (Ht) atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan Ht secara berkala. Pada umumnya
penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi
dengan peningkatan hematokrit 20 % atau lebih ( misalnya dari 35 % menjadi
42 %) mencerminkan peningkatan permeabilitas kepiler dan perembesan
plasma.
Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh
penggantian cairan atau perdarahan.
Agen Penyebab
Agen penyebab adalah virus Dengue yang sampai sekarang di kenal ada 4 tipe
(tipe I, 2, 3, 4) termasuk dalam grup B Artropod borne virus ( Arbovirus). Ke
empat virus ini telah ditemukan di Indonesia. Penelitian di Indonesia
menunjukkan Dengue tipe 3 merupakan serotipe virus yang dominan
menyebabkan kasus yang berat.
Sumber Penularan
Sumber penularan penyakit DBD adalah penderita DBD.
Cara Penularan
Cara penularan umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti tetapi dapat
juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun.Kedua jenis
nyamuk ini berada di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat ketinggian
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Nyamuk dewasa betina
menghisap darah dari pagi sampai petang dengan dua puncak waktu ialah
08.00-10.00 dan 15.00-17.00.
Nyamuk ini bersifat antropofilik (senang sekali pada manusia) dan hanya
nyamuk betina yang menggigit. Penghisapan dilakukan baik di dalam rumah

11

maupun di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk
ini beristirahat pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu,
pada dinding dan di bawah dekat tempat berbiaknya, biasanya di tempat yang
lebih gelap. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang ( multiple
biters ) ialah menggigit beberapa orang bergantian. Keadaan ini sangat
membantu nyamuk dalam memindahkan virus Dengue ke beberapa orang
sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD dalam satu
rumah.
Telur Aedes aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu
demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dengan jarak
lebih kurang 2-5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan
sampai berbulan-bulan pada suhu -2 0C sampai +42 0C. Bila kelembaban
terlalu rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan
optimal perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung
sekurangnya selama 9 hari. Nyamuk betina dewasa yang mulai menghisap
darah manusia, 3 hari sesudahya sanggup bertelur sampai 100 telur. Dua puluh
empat jam berikutnya nyamuk ini menghisap darah lagi, selanjutnya bertelur
lagi. Walaupun umur nyamuk dewasa betina di alam bebas hanya 25 hari,
waktu itu cukup bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Pada saat nyamuk betina menghisap darah pasien DBD, maka bersama darah,
virus masuk ke dalam perut nyamuk. Di perut nyamuk, virus ini
berkembangbiak secara propagatif. Diperlukan waktu 8-10 hari sampai
nyamuk ini dapat menyebarkan DBD kepada orang lain, inilah yang
dinamakan masa tunas ekstrinsik. Virus ini tidak di temukan pada telur
nyamuk jadi tidak ada penularan melalui transovarian (herediter). Jarak
terbang umumnya pendek ialah sekitar 50 meter, sedangkan jarak terjauh
adalah 2 Km.
Tempat perindukan nyamuk A.aegypti ialah tempat-tempat berisi air bersih
(yang tidak berhubungan dengan tanah) yang berdekatan dengan rumah-rumah
penduduk, biasanya tidak melebihi 500 meter dari rumah.

12

Derajat DBD :
1) Derajat I : demam + uji torniquet positif
2) Derajat II : I + perdarahan spontan
3) Derajat III : syok
4) Derajat IV : syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur

Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar


dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
1) Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga,
dan istirahat yang cukup
2) Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat
tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah
yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang
dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun
dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat
menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas
tersebut didaur-ulang
3) Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa,
sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus
dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk
4) Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita
mengalami demam atau panas tinggi
5) Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

13

Tatalaksana Pencegahan Peristiwa DBD


Pencegahan penyakit DBD yang terpenting adalah dengan memutuskan rantai
penularan antara host dengan vektor yang menularkan penyakit DBD. Cara
pencegahan yang terbaik adalah dengan melaksanakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan melibatkan peran serta masyarakat. PSN yang
dicanangkan dalam rangka pencegahan DBD adalah 3 M ( Menutup,
Menguras dan Mengubur ).
Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk peran serta masyarakat
antara lain :
1) Penyuluhan kesehatan
2) Membersihkan tempat-tempat penampungan air sedikitnya sekali/ minggu
3) Mengubur benda-benda yang dapat menampung air hujan seperti kaleng
bekas, botol, ban bekas, dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk aedes aegypti.
4) Menutup tempat-tempat penyimpanan air seperti tempayan, drum, dll.
5) Mengganti air pot bunga seminggu sekali
6) Melipat baju-baju yang tergantung
7) Memelihara ikan pemakan jentik ( ikan kepala timah, ikan gupi, dll) pada
kolam hias yang ada di rumah / di lingkungan rumah.
8) Memasukkan larvasida ( abate ) pada pempat penampungan air yang tidak
dapat dikuras / di tutup rapat, 10 gram untuk 100 liter air.
Untuk memberantas nyamuk dewasa dilakukan pengasapan ( fogging ) di
dalam rumah penderita dan di dalam rumah-rumah sekitar rumah penderita
dengan radius sejauh 100 meter, sebanyak 2 kali dengan interval waktu 10
hari.

14

Tatalaksana Pasien, Kontak, dan Lingkungan


Bila ada kasus DBD harus segera di laporkan ke Dinas Kesehatan Tingkat II
dalam waktu 24 jam. Pasien harus di rawat untuk mencegah timbulnya syok.
Berikan pengobatan simptomatis dan dipantau tekanan darahnya serta di
monitor dan di pantau pula kadar trombosit darahnya.
Pada orang-orang yang berada di sekitar pasien perlu di amati sedikitnya
selama 6 hari untuk memastikan apakah tetap sehat atau jatuh sakit.
Pada masyarakat di lingkungan pasien perlu di berikan penyuluhan tentang
penyakit DBD, terutama yang menyangkut cara-cara penularan penyakit dan
cara-cara pencegahannya.

Tatalaksana Waktu KLB


Bila ada KLB DBD, harus segera di lakukan tindakan terhadap pasien dan
masyarakat sekitar pasien. Penyuluhan harus segera diberikan kepada
masyarakat yang tinggal di sekitar rumah pasien. Segera dilakukan
pengasapan (fogging) massal di desa atau kelurahan dengan prioritas yang
insidens (attack rate) tingi serta dengan memperhatikan wilayah kesatuan
epidemiologis. Abatisasi massal, gerakan pemberantasan nyamuk melalui 3
M di desa/ kelurahan, sekolah dan tempat-tempat umum, dan melaksanakan
PSN dengan mengikut sertakan partisipasi masyarakat.

Tindakan Internasional
Karena penyakit DBD termasuk penyakit Wabah, maka harus sampai ke
perwakilan WHO.

15

Alur Pelaporan Kasus DBD

Dinas Kesehatan

Desa

Puskesmas dan puskesmas Perawatan


Penyelidikan Epidemiologi

Keluarga

RS/ Unit Pelayanan Kesehatan

2. Tuberkulosis Paru(1,2,4,6)
Penyakit tuberkulosis yang selanjutnya disebut penyakit TBC adalah salah
satu penyakit menular yang masih merupakan masalah besar dalam kesehatan
masysarakat di Indonesia yang tak pernah menunjukan perbaikan sampai
dengan saat kita memasuki milenium ketiga saat ini. Penyakit TBC adalah
suatu penyakit menular dengan gejala -gejala sebagai berikut :
1) Batuk yang terus - menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.
Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala
utama ini harus di anggap sebagai suspek tuberkulosis atau tersangka
penderita TBC dan segera diperiksa dahaknya di laboratorium.

16

2) Mengeluarkan dahak bercampur darah (hemoptisis), sesak nafas dan nyeri


pada dada.
3) Lemah badan, kehilangan nafsu makan, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan meriang lebih dari satu
bulan.
Pada balita diagnostik TBC adalah berdasarkan di bawah ini menurut urutan
prioritas:
1) Adanya riwayat kontak dengan penderita TBC yang menular, terutama
yang tinggal serumah.
2) Adanya suatu gambaran abnormal dari foto rontgen dada di mana
menunjukkan adanya unilateral limfadenopati dan atau bayangan paru
yang mengisyaratkan adanya suatu infiltrat.
3) Adanya hasil yang positif dari tes tuberkulin, sedang pada orang dewasa
dengan pemeriksaan sputum ( dahak) ditemukan 2 kali basil tahan asam
( BTA ) positif pada pemeriksaan mikroskopik dahak tiga kali ( sewaktu,
pagi, sewaktu)
Agen Penyebab
Penyebab TBC paru adalah kuman Mikobakterium tuberkulosis. Dikenal ada
M. tuberkulosis tipe humanum, tipe bovinum dan tipe avinum.
Sumber Penularan
Sumber penularan adalah pasien TBC paru yang BTA positif. Sumber
penularan TBC usus adalah sapi yang sakit TBC.

Cara Penularan
Cara penularan TBC paru melalui udara pernapasan (aerogen) dengan
menghirup partikel kecil yang mengandung bakteri TBC, sedangkan untuk
TBC usus adalah dengan minum susu sapi yang sakit TBC.

17

Masa Tunas
Masa tunas penyakit TBC paru berkisar antara 4-12 minggu.

Masa Penularan
Masa penularan terus berlangsung selama pasien sputum BTA masih positif.
Pasien meludah di sembarang tempat, kemudian dahak yang mengandung
bakteri TBC tersebut mengering, lalu diterbangkan di udara dan kemudian di
hirup oleh orang lain (aerogen) atau air bone transmission.

Kekebalan dan Kerentanan


Semua orang dapat ditulari penyakit TBC paru. Tiap orang mempunyai resiko
untuk mendapatkan infeksi TBC, tetapi 80-90% tidak menjadi sakit karena
perlindungan sistem kekebalan tubuhnya, dan kuman TBC tidur untuk
sementara ( dormant ) dalam tubuh orang tersebut. Sisanya karena kondisi
badan kurang baik dan gencarnya penularan, akan menderita TBC yang
ditandai dengan batuk berdahak lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak
bercampur darah, sesak nafas dan atau nyeri dada, lemah, kehilangan nafsu
makan, demam dan berkeringat malam. Beberapa faktor predisposisi
seseorang terkena TBC :
1) Ekonomi lemah ( kemiskinan)
2) Tinggal di daerah kumuh, ventilasi kurang, sinar matahari tak masuk
rumah.
3) Berat badan rendah ( underneurish)
4) Penyakit gastrointestinal, penderita penyakit diabetes dan pengidap HIV
5) Kelompok umur batita dan dewasa muda.

Tatalaksana Kasus TBC

18

1)

Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
imunisasi BCG pada bayi dan penyuluhan kesehatan. Lakukan upaya
perawatan kesehatan masyarakat dan upaya meningkatkan ekonomi
masyarakat.

2)

Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan dahak tiga kali ( sewaktu, pagi, sewaktu).
Penemuan

penderita dilakukan dengan menjaring tersangka dengan

cara passive case finding dengan active promotion, artinya diberikan


penyuluhan tentang tanda-

tanda penderita tersangka TBC kepada

masyarakat dan diminta datang ke puskesmas untuk pemeriksaan sputum.


3)

Pengobatan
Kategori -1 (2RHZE/ 4H3R3), diberikan untuk
a)

Penderita baru BTA positif

b)

Penderita baru BTA negatif/ Rontgen positif yang sakit berat dan
ekstra paru berat.
Pada fase awal ( intensif ) diberikan setiap hari selam 60 hari (2 bulan)
terdiri dari:
INH 300 mg, satu tablet
Rifampisin 450 mg, satu tablet
Pirazinamid 500 mg, 3 tablet
Ethambutol 250 mg, 3 tablet
Satu minggu sebelum fase awal/ intensif selesai, dahak di periksa ulang,
bila tetap positif diberikan obat sisipan selama 30 hari (satu bulan). Satu
minggu sebelum selesai pemberian obat sisipan, dilakukan kembali
pemeriksaan dahak.
Bila hasil pemeriksaan BTA positif, berarti kategori-1 gagal, pindah ke
pengobatan kategori-2. Bila hasil pemeriksaan BTA negatif, lanjutkan
pengobatan dengan fase intermitten diberikan tiga kali dalam seminggu
selama 54 kali ( 4 bulan ) terdiri dari :

INH 300 mg, 2 tablet

19

Rifampisin 450 mg, 1 tablet


Setelah menelan obat selama tiga bulan pada masa intermitten, dilakukan
periksa ulang dahak, bila negatif lanjutkan obatnya.
Bila pada pemeriksaan ulang dahak, hasilnya positif maka harus diganti
pengobatannya dengan kategori-2 ( penderita gagal ).

Kategori-2: (2 HRZES/ HRZE/ 5H3R3Z3)


Obat ini diberikan untuk:
1)

Penderita kambuh (relaps) dengan BTA positif

2)

Gagal ( failure ) BTA positif

3)

Lain-ain BTA positif

Pada fase awal (intensif) diberikan setiap hari selama 3 bulan (90) kali
kecuali streptomisin selama 60 hari setiap hari ( 2 bulan ) :
Injeksi streptomisin 750 mg/ hari selama 2 bulan
INH 300 mg, 1 tablet selama 3 bulan
Rifampisin 450 mg, 1 tablet selama 3 bulan
Pirazinamid 500 mg, 3 tablet selama 3 bulan
Ethambutol 250 mg, 3 tablet selama 3 bulan.
Satu minggu sebelum fase awal/ intensif selesai, dilakukan pemeriksaan
ulang dahak, bila negatif lanjutkan pemberian obat fase lanjutan
(intermiten ) 5H3R3E3 obat ini diberikan selama 5 bulan, 3 kali seminggu
(66 kali).
INH 500 mg, 2 tablet
Rifampisin 250 mg, 1 tablet
Ethambutol 1250 mg, 3 tablet (500 mg 2 tablet, 250 mg 1 tablet)

Kategori -3 (2HRZ/ 4 H3R3)


1)

Penderita baru BTA negatif/ Roentgen positif

2)

Penderita ekstra paruringan, maka:

20

Satu minggu sebelum fase awal intensif selesai dilakukan, periksa ulang
dahak. Bila hasil positif, pindah ke kategori -2. Bila hasil negatif, lanjutkan
ke pengobatan fase lanjutan ( intermiten).
Pada fase awal di berikan setiap hari selama 60 kali (2 bulan)
INH 500 mg, 1 tablet
Rifampisin 450 mg, 1 tablet
Pirazinamide 500 mg, 3 tablet
Dan fase lanjutan (intermiten) diberikan selama 4 bulan 3 kali
seminggu (54 kali)
INH 300 mg, 2 tablet
Rifampisin 450 mg, 1 tablet
Program penanggulangan TBC yang efektif terdiri dari 5 kunci utama yang
merupakan rangkaian proses, yang bila dilaksanakan secara komprehensif,
merupakan kunci keberhasilan penanggulangan TBC.

Strategi Penemuan dan Evaluasi


Strategi penemuan dan evaluasi pengobatan penderita TBC dengan
melaksanakan fungsi PRM dan PS (Puskesmas Rujukan mikroskopis dan
Puskesmas Satelit), dimana Puskesmas Satelit membuat fiksasi sediaan untuk
di warnai dan dibaca oleh Puskesmas Rujukan Mikroskopis.
Kunci utama strategi tersebut adalah :
1) Diagnostik utama dan pemeriksaan sputum BTA
2) Ketersediaan obat bermutu dan kepastian jumlah dan jaminan distribusi
3) Pengawasan keteraturan pengobatan dengan pengobatan DOTS
4) Keseragaman sistem pencatatan dan pelaporan.
c. Kesehatan Lingkungan(1,2,5)
Kesehatan Lingkungan merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan
interaksi antara komunitas dengan perubahan lingkungan yang memiliki

21

potensi

bahaya

atau

gangguan

kesehatan

serta

mencari

upaya

penangggulangannya. Program Kesehatan Lingkungan yang bertujuan untuk


mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh
kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat dan
memungkinkan untuk interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari
ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang optimal.
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase
keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga
dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan
Makanan (TUPM) .
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi
dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan. Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang
berkaitan langsung dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih,
jamban sehat, perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor.
Sedangkan dijajaran Dinas Kesehatan Kabupaten umumnya kegiatan yang
dapat dilaksanakan meliputi pemantauan kualitas air minum, pemantauan
sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan sanitasi tempat-tempat umum
(Hotel, Terminal), tempat pengolahan makanan, tempat pengolahan pestisida
dan sebagainya.
Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat fisik, mental, sosial dan spiritual. Lingkungan tersebut mencakup unsur
fisik, biologis dan psikologis. Berbagai aspek lingkungan yang membutuhkan
perhatian adalah tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai,
perumahan dan pemukiman yang sehat, dan lingkungan yang memungkinkan
kecukupan ruang gerak untuk interaksi psikososial yang positif antar anggota

22

keluarga maupun anggota masyarakat. Lingkungan yang kondusif juga


diperlukan untuk mendorong kehidupan keluarga yang saling asah, asih dan
asuh untuk menciptakan ketahanan keluarga dari pengaruh negatif modernisasi.
Beberapa masalah lingkungan biologis yang perlu di antisipasi adalah
pembukaan lahan baru, pemukiman pengungsi dan urbanisasi yang erat
kaitannya dengan penyebaran penyakit melalui vektor, perubahan kualitas
udara karena polusi dan paparan terhadap bahan berbahaya lainnya.
Peningkatan mutu lingkungan mensyaratkan kerjasama dan perencanaan lintas
sektor bahkan lintas negara yang berwawasan kesehatan.
Sasaran yang akan dicapai oleh program ini adalah:
1) Tersusunya kebijakan dan konsep peningkatan kualitas lingkungan di
tingkat lokal, regional dan nasional dengan kesepakatan lintas sektoral
tentang tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
2) Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya
masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri
3) Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk
memelihara lingkungan sehat
4) Meningkatnya cakupan keluaran yang mempunyai akses terhadap air
bersih yang mempunyai kualitas bakteriologis dan sanitasi lingkungan di
perkotaan dan pedesaan
5) Tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan yang memenuhi
syarat kesehatan di pedesaan dan perkotaan termasuk penanganan daerah
kumuh
6) Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum termasuk
saran dan cara pengelolaannya
7) Terpenuhinya lingkungan sekolah dengan ruang yang memadai dan
kondusif untuk menciptakan interaksi sosial dan mendukung perilaku
hidup sehat
8) Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat kerja, perkantoran dan
industri termasuk bebas radiasi

23

9) Terpenuhinya persyaratan kesehatan di seluruh rumah sakit dan saran


pelayanan kesehatan lain termasuk pengelolaan limbah
10) Terlaksananya pengolahan limbah industri dan polusi udara oleh industri
maupaun saran transportasi
11) Menurunnya tingkat paparan pestisida dan insektisida di lingkungan kerja
pertanian dan industri serta pengawasan terhadap produk-produknya untuk
keamanan konsumen.

Sarana Kesehatan Lingkungan (Persediaan Air Bersih, Jamban, Tempat


Sampah dan Pengelolaan Air Limbah)
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat
menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,
pengelolaan limbah dan persediaaan air bersih merupakan sarana lingkungan
pemukiman (PLP).
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang air buangan dari kamar mandi, tempt cuci, dan
dapur. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih
minimal 10 meter)
2) Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang
nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
3) Tidak menimbulkan bau (diberi ttutup yang cukup rapat)
4) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan
(tidak bocor sampai meluap).
Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat.
Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan
sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak
positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi

24

pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu pembuangan


kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan
sampah di lingkungan rumah kita.
Dari perkembangan pelaksanaan program penyehatan lingkungan selama ini
terdapat kemajuan yang diperoleh, seperti peningkatan cakupan pelayanan
penyehatan lingkungan yang secara tidak langsung dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Namun masih terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapai pada penyediaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, yaitu:
1)

Kurang efektif dan efisiennya investasi yang telah dilakukan pada


pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan

2)

Air hanya dipandang sebagai benda sosial

3)

Keterbatasan kemampuan pemerintah

4)

Belum tersedianya kebijakan dan peraturan perundangan yang mengatur


pemanfaatan potensi tersembunyi yang ada dalam masyarakat

5)

Penyehatan lingkungan belum menjadi perhatian dan prioritas

6)

Estimasi dalam hal penganggaran sangat jauh dari yang diharapkan.

d. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (1,2,3,5)


Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan
lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk
prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan
agama.
Anak usia sekolah adalah anak berusia 7-21 tahun, yang sesuai program
tumbuh kembangnya di bagi menjadi 3 sub kelompok, yakni :
a.

Pra remaja ( 7-9 tahun)

b.

Remaja ( 10-19 tahun)

c.

Dewasa muda ( 20-21 tahun)

25

UKS sendiri, adalah strategi penting untuk meningkatkan kesehatan anak usia
prasekolah (TK) dan sekolah. Sekolah adalah kelompok masyarakat yang
terorganisir dimana informasi dapat lebih mudah disebarkan. Sesuai usia murid
di tiap tingkatan pendidikan, dapat ditanamkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS). Upaya UKS dilakukan lewat Tri Program UKS, yaitu
Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan
Kehidupan Sekolah Sehat.
UKS memiliki daya ungkit yang tinggi untuk rnenumbuhkan kesadaran hidup
sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. UKS dapat pula
dimanfaatkan untuk menjadi perpanjangan tangan bagi program-program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (PP dan PL), pengobatan, promosi kesehatan, dan berbagai upaya
kesehatan lain.
Pelaksanaan UKS bertitik berat pada kegiatan promotif dan preventif.
Dukungan upaya kuratif dan rehabilitatif tentu diberikan oleh tenaga kesehatan
yang terlibat dalam UKS. UKS dapat didukung atau dibina oleh Puskesmas.
Agar berhasil, pelaksanaan UKS juga harus memperhatikan perkembangan
fisik dan psikologis murid sesuai usia dan tingkat pendidikan. Setiap tingkatan
pendidikan memiliki kemampuan penyerapan, jenis masalah kesehatan, dan
jenis perilaku yang harus dibentuk. Untuk anak usia TK/RA dan SD/MI, PHBS
dimulai dengan membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci
tangan, serta membersihkan kuku dan rambut. Pada tingkat SMP/MT dan
SMA/MA murid remaja antara lain berisiko terhadap penyalahgunaan Napza,
kehamilan yang tidak diingini, abortus yang tidak aman, penyakit menular
seksual, stress, dan trauma, Murid usia remaja perlu dibina agar manjalankan
hidup sehat lewat pendidikan ketrampilan kehidupan sehari-hari (life-skill
education).
Usaha kesehatan di sekolah bukanlah ranah kerja Departemen Pendidikan
Nasional atau Departemen Kesehatan saja, tetapi merupakan upaya terpadu
lintas program dan lintas sektor. Diperlukan kerjasama berbagi' program dan

26

sektor terkait untuk meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk PHBS


pada anak usia sekolah. Keberhasilannya dapat juga ditentukan oleh dukungan
Departemen Pendidikan Nosional, Departemen Agama dan Departemen Dalam
Negeri. LSM, swasta dan dunia usaha juga tentu saja dapat berperan sesuai
bidang masing-masing.
Anak merupakan komponen dari keluarga yang mempunyai organ reproduksi
berkembang sejalan dengan perkembangan jasmani dan lingkungannya.
Pembinaan kesehatan Anak Usia Sekolah diselenggarakan, baik di sekolah
maupun di luar sekolah dan dalam keluarganya. Di sekolah dilaksanakan
melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Di luar sekolah dilakukan
melalui pendekatan keluarga dan lingkungan (pondok pesantren, Dasa wisma,
dll).
Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan Khusus
1)

Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan


prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha meningkatkan kesehatan
di sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun lingkungan masyarakat.

2)

Memiliki daya hayat dan tangkal terhadap pengaruh buruk narkotika,


alkohol, rokok dan bahan berbahaya lain.

3)

Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah


Sasaran
Masyarakat sekolah dari sekolah dasar sampai menengah, perguruan agama
dan lingkungannya serta perguruan tinggi ( tingkat I dan II)

27

Ruang Lingkup
Ruang Lingkup UKS tercermin dalam tri program UKS

(trias UKS)

yangmeliputi :
1) Pendidikan Kesehatan
a) Intrakurikuler : pelaksanaan jam pelajaran sesuai ketentuan mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah
b) Ekstrakurikuler : kegiatan di luar jam pembelajaran biasa ( termasuk
pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan tujuan antara lain untuk memperluas pengetahuan dan
keterampilan peserta didik, serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
Kegiatan ini berupa :
a)

Kegiatan oleh peserta didik, guru, OSIS


Kerja bakti sosial
Dokter kecil, PMR, piket sekolah
Pramuka
Lomba yang ada hubungannya dengan kesehatan

b)

Bimbingan hidup sehat


c) Penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan untuk pelayanan
kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan
a) Promotif : penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan dalam
rangka pelayanan kesehatan
b) Preventif : peningkatan daya tahan tubuh, pemutusan rantai penularan,
penghentian proses penyakit tahap dini, upaya mencegah penyakit dan
melaksanakan upaya kebersihan lingkungan ( pencegahan)
c) Kuratif dan Rehabilitatif : pengobatan dan upaya mencegah
komplikasi dan kecacatan, meningkatkan kemampuan yang cedera
atau cacat agar dapat berfungsi optimal
3) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat
a) Bina lingkungan fisik

28

b) Bina

lingkungan

mental

sosial

sehingga

tercipta

hubungan

kekeluargan yang akrab


c) Bina pendidikan meliputi budi pekerti agar terbentuk kedisiplinan.

Pola dasar
1) Keterpaduan fungsional
Pelayanan kesehatan dalam rangka UKS merupakan upaya terpadu antara
kegiatan pokok kesehatan sekolah dengan kegiatan pokok sebagai berikut :
1)

Perbaikan gizi

2)

Kesehatan lingkungan

3)

Pencegahanan dan pemberantasan penyakit

4)

Penyuluhan kesehatan

5)

Pengobatan

6)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

7)

Kesehatan jiwa

8)

Kesehatan reproduksi

9)

Laboratorium sederhana

10)

Pencatatan pelaporan
Keterpaduan fungsional antar kegiatan pokok terkait dalam pelayanan
kesehatan UKS mencakup : keterpaduan fungsional teknik/ intervensi dan
keterpaduan kegiatan pendukung.
2) Intervensi
Sesuai masalah kesehatan di sekolah masing-masing kegiatan pokok
melaksanakan intervensi pokok yang mempunyai kegiatan utama sebagai
berikut :
1)

Intervensi perorangan

2)

Intervensi lingkungan

3)

Intervensi perilaku

3) Jangkauan
Puskesmas perlu menjangkau semua sekolah dalam wilayah kerjanya
dengan suatu standar pelayanan tertentu. Standar tertesebut ditetapkan

29

secara berjenjang sesuai dengan kemampuan Puskesmas. Pelayanan UKS


oleh puskesmas untuk Sekolah Tingkat Dasar dan Perguruan Agama
mengacu pada standar pelayanan sebagai berikut :
1)

Standar minimal
Paket minimal yang terdiri dari :

d)

Penyuluhan kesehatan
e) Imunisasi pada ana SD kelas I (DT) dan anak kelas II dan III
(TT)

f)

Pembinaan lingkungan sekolah sehat


2)

Pelayanan Standar
Paket standar yang terdiri dari paket minimal ditambah :
g) Kader kesehatan sekolah (dokter kecil/ KKR)
h) P3K dan P3P
i) Penjaringan penyakit
j) Pemeriksaan kesehatan periodik setiap 6 bulan : BB, TB,
Visus,Hb
k) UKGS tahap II
l) Pengawasan terhadap warung sekolah.

3)

Standar optimal
Paket optimal ditambah :
m) Konseling kesehatan remaja
n) UKGS tahap III
o) Kebun sekolah
p) Dana sehat

4)

Standar Paripurna
Paket optimal ditambah :
Memantau kesegaran jasmani.

4) Mutu penyelenggaraan pelayanan


Mutu penyelenggaraan pelayanan kesehatan dipandang dari 2 sudut:
1)

mutu pelayanan kesehatan di sekolah: kemandirian sekolah dan


kelengkapan kegiatan utama yang dilaksanakan

30

2)

Pola penyelenggaraan dalam wilayah kerja puskesmas : proporsi


sekolah dengan pelayanan standar.

5) Pembinaan
Pembinaan mencakup aspek manajemen dan KIE
6) Pengembangan
Pengembangan pelayanan kesehatan dalam rangka UKS mencakup
pengembangan jaringan pelayanan kesehatan yang mengaitkan pelayanan
kesehatan di sekolah dengan daerah tangkapan, yaitu kelompok 10
keluarga maupun keluarga itu sendiri, dengan sasaran utama ibu dan
peserta didik.
7) Pelaksana pelayanan Kesehatan
Pelaksana pelayanan kesehatan dalam rangka UKS:
1)

Guru yang ditunjuk dan diserahkan wewenang untuk kegiatan


pelayanan kesehatan di sekolah

2)

Tenaga teknik puskesmas

3)

Orang tua peserta didik

Dalam melaksanakan program UKS perlu di lakukan langkah-langkah


sebagai berikut:
a) Pembentukan tim pembina
b) Penyusunan rencana kegiatan UKS
c) Pelaksanaan Trias UKS
d) Evaluasi dan pelaporan

Bentuk Pelayanan Kesehatan


1) Pelayanan kesehatan di sekolah tingkat dasar
2) Pelayanan kesehatan di sekolah tingkat lanjutan
3) Pelayanan kesehatan anak usia sekolah di Pondok Pesantren
4) Usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS)

31

III. PENUTUP

Kesimpulan
1. Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan, baik
berupa kegiatan pokok maupun kegiatan pengembangan.
2. Program kegiatan yang dapat dilaksanakan di puskesmas meliputi KIA;
Keluarga Berencana; Usaha Peningkatan Gizi; Kesehatan Lingkungan;
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular; Pengobatan termasuk
Pelayanan Darurat karena Kecelakaan; Penyuluhan Kesehatan Masyarakat;
Kesehatan Sekolah; Kesehatan Olahraga; Perawatan Kesehatan Masyarakat;
Kesehatan Kerja; Kesehatan Gigi dan Mulut; Kesehatan Jiwa; Kesehatan
Mata; Laboratorium Sederhana; Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka
Sistem Informasi Kesehatan; Kesehatan Usia Lanjut dan Pembinaan
Pengobatan Tradisional.
3. Beberapa kegiatan puskesmas yang dibahas lebih lanjut pada makalah ini
antara lain Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M), Kesehatan Lingkungan (Kesling) dan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)
4. Pemahaman terhadap kegiatan puskesmas sangatlah penting dalam upaya
membantu terwujudnya visi Indonesia Sehat tahun 2015

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2004. Pedoman Kerja Puskesmas.


2. Dr. R. Soehadi dkk. 1995. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di
Puskesmas. Podorejo, Magelang.
3. Trihono, 2002. Pedoman Manajemen Puskesmas. Proyek Kesehatan
Keluarga dan Gizi, Departemen Kesehatan.
4. Andri Sanityoso. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI Jilid I Edisi
IV. Jakarta.
5. www.depkes-ri.com
6. www.medicine.com

33

LAMPIRAN
Adapun sedikit gambaran mengenai beberapa program puskesmas rawat inap
Panjang, Bandar Lampung pada tahun 2013, tempat kelompok kami menjalani
kepaniteraan sebagai berikut:
KUNJUNGAN PUSKESMAS
Cakupan Kunjungan Puskesmas

Target
(40%)

Sasaran
18.668

Cakupan
55.005

Prosentase
294,64%

Program KIA
KESGA

SSasaran

TTarget

Pencapaian
Absolut
Persen
1.190
99,6
1.159
96,9
1.088
99,5
235
98,3

Kunjungan K1
Kunjungan K4
Cakupan Linakes
Cakupan Bumil Resti yang

1.195
1.195
1.093
239

90%
90%
90
100

dirujuk
Cakupan Yankes Remaja
Cakupan Peserta KB aktif
Cakupan Bumil Resti yang

3.989
3.278
259

100
70
100

GIZI
% balita naik berat badannya
% cakupan balita bawh garis merah
% cakupan balita mendapat kapsul vit A

Sasaran
65
<15
90

Cakupan
63,6
0,6
80,5

2x
% cakupan bumil mendapat 90 tablet Fe
% cakupan pemberian MPASI pada

100
100

99,5
100

bayi BGM miskin


% balita gizi buruk mendapat perawatan
% kelurahan mengalami KLB ditangani

100
100

100
100

kurang dari 24 jam


% kelurahan rawan gizi

70

100

3790
2.032
259

95
62
100

ditangani

34

% bayi ASI eksklusif


% kelurahan dengan garam beryodium

90
90

90
100

baik
IMUNISASI
Cakupan Imunisasi TT1
Cakupan Imunisasi TT2
Cakupan Imunisasi BCG
Cakupan Imunisasi DPT1-HB1
Cakupan Imunisasi DPT3-HB3
Cakupan Imunisasi Polio 1
Cakupan Imunisasi Polio 4
Cakupan Imunisasi Campak
Cakupan Imunisasi Hep 0-7 Hr

Sasaran
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Cakupan
99,6
96,9
100
100
100
100
100
100
100

Program P2M
PEMBERANTASAN PENY.MENULAR
Program TB Paru
Tahun
2010
2011
2012

Sembuh

Pengobatan

Kambuh

Meninggal

66
57
61

Lengkap
40
6
4

2
1
2

1
2
3

Program ISPA
Tahun 2010
Target
518

Persentase
10%

Cakupan
229

Persentase
44,2

Campak
Tahun
2010
2011
2012

Jumlah kasus
10
10
7

Diare

35

Tahun
2010
2011
2012

Jumlah
Kasus
yang Kasus pada balita
mendapatkan Oralit
1.781
1.153
1.521
734
2.119
808

Kasus rawat
117
211
124

DBD
Tahun
2010
2011
2012

Jumlah Kasus
45
36
45

Meninggal
1
1
1

Malaria
Tahun
2010
2011
2012

Jumlah Kasus (+)


31
27
21

Kasus rawat
25
15
5

HIV AIDS
Tahun
2010
2011
2012

Jumlah Kasus
1
8
9

Kesehatan Lingkungan
Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan kegiatan promkes, dilakukan kegiatan seperti penyuluhan di
posyandu setiap bulan, penyuluhan ke sekolah tentang penyakit menular,
kesehatan gigi, NAPZA dan Rokok. Gerakan menuju desa sehat pada 8
kelurahan dimana pada 8 kelurahan tersebut Poskeskel sudah aktif dan ada bidan
masing-masing 1.

36

Anda mungkin juga menyukai