Anda di halaman 1dari 15

24

BAB IV
PEMBAHASAN FAKTA

Desa Bulungan adalah salah satu desa yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Pakis
Aji dengan jumlah penduduk sebanyak 11.287 jiwa yang sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai Petani. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Januari 2013 sampai
Maret tahun 2014 didapatkan 87 kasus penderita kusta di Kabupaten Jepara, dan ada 1 kasus
kusta Kecamatan Pakis Aji yaitu di Desa Bulungan.3
Berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi dan monitoring RFT yang dilaksanakan di
RT 06/RW 03 Desa Bulungan didapatkan 1 kasus kusta dan tidak ditemukan data tambahan
orang penderita / tersangka kusta.
N
o
1

RT /RW
06 / 03

Jumlah rumah yang diperiksa

Rumah penderita

Rumah penderita

17

/tersangka (+)
1

/tersangka (-)
16

Tabel 1. Data penderita/ tersangka kusta


Data keberadaan adanya penderita / tersangka di rumah penderita kusta dan rumah
sekitarnya ; yang kontak langsung dalam waktu lama dan kontak terus-menerus diketahui bahwa
dari 17 rumah yang diamati apakah ada tanda-tanda kelainan kulit, tidak didapatkan adanya
tersangka / penderita kusta yang positif.
Monitoring RFT (Release from treatment) penderita kusta dilakukan dengan melihat skor
kecacatan pada saat sakit awal dan saat RFT. Pada saat awal sakit, penderita mendapatkan total
skor 6 , sedangkan pada saat RFT skor penderita turun hingga skor 2.
Sehingga penderita kusta tipe MB dapat dikatakan RFT (Release from treatment) setelah
mengkonsumsi MDT (Multi Drug Therapy) selama 1 tahun ini (12 dosis/blister MDT) dalam
waktu 12-18 bulan, tanpa harus pemeriksaan laboratorium. Dan masa pengamatan RFT
dilakukan secara pasif selama 5 tahun.6

24

25

Tanggal
pemeriksaan :

Mata

Tingkat cacat WHO (0,1,2)


Tangan
Kaki

Umum
/ Skor

Kanan
Kiri
Kanan
Awal
April 13 0
0
1
Saat RFT Maret13 0
0
0
Tabel 2. Data Keadaan kecacatan penderita kusta

Kiri
2
0

Kanan
1
1

Kiri
2
1

6
2

Terjadinya kecacatan tergantung dari fungsi saraf, serta saraf mana yang rusak.
Kecacatan pada kusta dapat terjadi lewat 2 proses yaitu infiltrasi langsung Mycobacterium
leprae ke susunan saraf tepi dan organ lain misalnya mata, dan melalui reaksi kusta. Fungsi
saraf secara umum dikenal ada 3 macam yaitu fungsi motorik memberikan kekuatan pada
otot, fungsi sensorik memberi rasa raba, fungsi otonom mengurus kelenjar keringat dan
kelenjar minyak. Kecacatan yang terjadi tergantung pada komponen saraf yang terkena
apakah sensoris, motoris, otonom maupun kombinasi ketiganya.7
Tingkat cacat menurut WHO:
Untuk menilai kualitas penanganan pencegahan cacat maka semua pasien kusta
dinilai tingkat kecacatannya sesuai dengan petunjuk WHO. Hal ini merupakan suatu sistem
untuk mengukur cacat akibat kerusakan saraf sebagai resiko penyakit kusta. Cacat yang
terjadi bukan akibat kusta tidak dihitung.
Mata diperiksa apakah kelopak mata sulit menutup. Tangan diperiksa apakah ada
lunglai, mati rasa pada telapak tangan, luka atau ulkus akibat mati rasa, pemendekan jari
atau kelemahan otot. Kaki diperiksa apakah ada lunglai (semper), mati rasa pada telapak
kaki, ulkus atau pemendekan jari. (Ditjen PP & PL, 2006).
1. Tingkat (0) berarti tidak ada cacat
2. Tingkat 1 (satu) adalah cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris yang
tidak terlihat seperti hilangnya rasa raba pada kornea mata , telapak tangan dan
telapak kaki. Gangguan sensoris pada mata tidak diperiksa di lapangan oleh Karena
itu tidak ada cacat tingkat 1 pada mata. Cacat tingkat satu pada telapak kaki terjadi
beresiko ulkus plataris, namun dengan perawatan dini secara rutin hal ini dapat
dicegah. Mati rasa pada bercak bukan merupakan cacat tingkat 1 karena bukan
disebabkan oleh kerusakan syaraf perifer utama tetapi rusaknya syaraf local kecil
pada kulit.
3. Tingkat 2 (dua) berarti cacat atau kerusakan yang terlihat
Untuk mata :

26

a. Tidak mampu menutup dengan rapat (lagopthalmus)


b. Kemerahan yang jelas pada mata (terjadi pada ulserasi kornea atau uveitis).
c. Gangguan penglihatan berat atau kebutaan.
Untuk tangan dan kaki :
d. Luka atau ulkus di telapak.
e. Deformitas yang disebabkan oleh kelumpuhan otot (kaki semper atau jari
kontraktur) dan hilangnya jaringan (atropi) atau reabsorbsi parsialis dari
jari-jari.
Yang tidak termasuk hitungan ialah semua cacat atau kelainan pada kulit
saja atau yang terjadi bukan akibat penyakit kusta, yaitu luka biasa (pada tangan
atau kaki yang tidak mati rasa), kiting, kelemahan otot atau kehilangan jari yang
disebabkan oleh kecelakan. 7
Tingkat cacat umum berarti nilai cacat yang paling tinggi di antara mata,
tangan dan kaki. Jumlah nilai diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai dari
mata, tangan, dan kaki sehingga dapat gambaran yang lebih jelas mengenai
keadaan penderita yang sebenarnya. 8
Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh
adanya pengaruh faktor pejamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang
digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari faktor lingkungan akan mempengaruhi host
sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami
perubahan tersebut1 . Dalam hal ini komponen terjadinya kusta adalah sebagai berikut :
i.

Agent
Agent penyebab kusta adalah kuman yang dimakan sebagai microbakterium, dimana
microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang
tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau
alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil tahan asam. Selain banyak
membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Mycobacterium
tubercolose, mycobacterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan
menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.

ii.

Host
Pejamu adalah manusia atau organism yang rentan oleh pengaruh agent. Host disini juga
dapat termasuk perilaku dari penderita itu sendiri. Dari hasil wawancara dengan penderita

27

kusta, didapatkan bahwa penderita telah pergi merantau selama 2 tahun ini, dimana
penderita mengaku kurang menjaga kebersihan pribadi, perawatan diri serta asupan
makanan yang baik bagi penderita. Sehingga saat terpajan, kuman microbacterium leprae
mudah masuk ke dalam tubuh penderita. Kuman Mycrobacterium leprae memiliki tempat
iii.

perindukan yang baik untuk berkembang.


Environment
Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh pada agent ataupun penjamu. Dalam
kasus kusta ini yang berperan sebagai faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik (Sanitasi
lingkungan dan penyediaan perumahan yg sehat). Dengan perilaku penderita seperti yang
dijelaskan di atas sehingga menciptakan keadaan lingkungan diri yang tidak sehat dimana
saat terpajan, kuman microbacterium leprae mudah masuk ke dalam tubuh penderita dan
memiliki tempat perindukan yang baik untuk berkembang.
Menurut karakteristik orang ,penyakit kusta dapat menyerang siapa saja, baik tua
ataupun muda dan laki-laki atau perempuan mempunyai peluang yang sama untuk tertular
kuman mycrobacterium ,pada penyelidikan epidemiologi kali ini, tidak didapatkan penderita
baru atau tersangka kusta yang mungkin tertular kuman tersebut. Karakteristik waktu dalam
hal ini dapat terjadi kapan saja, selain itu masa inkubasi dari kuman mycobacterium yang
sangat lama mencapai hitungan tahun1,dan menurut tempat kota Jepara merupakan kota
endemis kusta di Provinsi Jawa Tengah sehingga penularan dan penyebaran kuman
mycobacterium leprae dapat terjadi dengan cepat.

BAB V
MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang menimbulkan rasa tidak
puas sehingga timbul keinginan untuk menanggulangi. Berdasarkan hasil Penyelidikan

28

Epidemiologi Kusta 10-12 Maret 2014 yang dilaksanakan di RT 06/RW 03 Desa Bulungan
Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara serta dengan mempertimbangkan adanya data yang
diharapkan, data yang didapatkan dan data ketidakpuasan maka diperoleh permasalahan sebagai
berikut :
Diharapkan data adanya tambahan penderita/tersangka di rumah penderita/tersangka dan
rumah-rumah sekitarnya; yang kontak langsung dalam waktu lama dan kontak terus-menerus
didapatkan 0 penderita/ tersangka serta penderita telah mendapat penjelasan dari petugas
mengenai cara perawatan diri guna mencegah kecacatan. Namun kenyataannya didapatkan
bahwa penderita belum mendapatkan penjelasan dari petugas mengenai cara perawatan diri. Hal
ini merupakan ketidakpuasan karena tidak sesuai dengan data harapan. Sehingga didapatkan
masalah yaitu tidak dilaksanakannya penjelasan mengenai cara perawatan diri pada penderita.
Analisis penyebab masalah :
Dari hasil wawancara dan pengamatan langsung dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyebab masalah tersebut diatas antara lain karena: Kurangnya perhatian pada kesehatan serta
kebersihan diri penderita , yaitu kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan diri teruutama
pada bagian-bagian tubah yang mudah mengalami kerusakan bahkan kecacatan.

28

29

BAB VI
PEMECAHAN MASALAH
Dari permasalahan yang didapat pada Penyelidikan Epidemiologi dan Monitoring RFT
Kasus Kusta yang dilakukan pada tanggal 11-12 Maret 2014 di RT 06 / RW 03 Desa Bulungan
Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara, perlu dilakukan pemecahan masalah, sehingga perlu
dilakukan :
1

Melakukan sosialisasi langsung kepada warga tentang Pencegahan Dan Penanggulangan


Penyakit Menular Kusta yaitu lewat kegiatan Health promotion/ promosi kesehatan
(Pendidikan kesehatan, penyuluhan ; gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan ;
penyediaan perumahan yg sehat ; rekreasi yg cukup ; pekerjaan yg sesuai ; konseling
perkawinan ; pemeriksaan kesehatan berkala)

Penjelasan kepada penderita dan keluarga mengenai perawatan diri untuk mencegah
kecacatan pada penderita kusta dengan memberikan leaflet bergambar.

29

30

BAB VII
PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
7.1 Rencana Program
Dalam upaya pemecahan

masalah yang timbul dari Penyelidikan Epidemiologi dan

Monitoring RFT Kasus Kusta tanggal 11-12 Maret 2014 di RT 06 / RW 03 Desa Bulungan, maka
disusun rencana program sebagai berikut:
Kegiatan

Melakukan sosialisasi langsung kepada penderita kusta dan keluarga tentang cara
perawatan diri agar terhindar dari kecacatan yaitu lewat pembagian leaflet bergambar.
Tujuan

1. Memberi pengetahuan pada penderita dan keluarga mengenai tanda-tanda kemungkinan cacat
pada tubuh penderita kusta.
2. Dengan pemberian leaflet bergambar diharapkan penderita dan keluarga dapat selalu
diingatkan mengenai tanda-tanda kemungkinan cacat serta dapat merawat diri dari bahaya
kecacatan.
Sasaran

:
Rumah penderita kusta RT 06/ RW 03 Desa Bulungan yang dilakukan Penyelidikan
Epidemiologi dan Monitoring RFT.

Waktu

: 15 Maret 2014

Lokasi

: RT 06 / RW 03 Desa Bulungan

Pelaksana

: Mahasiswa PBL FK UNDIP

Dana

: swadana mahasiswa

Metode

:promosi kesehatan langsung terhadap penderita dan keluarga penghuni rumah.

30

31

7.2 Hasil Pelaksanaan


Kegiatan

Melakukan sosialisasi langsung kepada penderita kusta dan keluarga tentang cara
perawatan diri agar terhindar dari kecacatan yaitu lewat pembagian leaflet
bergambar.

Hasil : Sosialisasi telah dilakukan di rumah penderita pada tanggal 15 Maret 2014.

32

BAB VIII
SIMPULAN DAN SARAN

8.1 Simpulan
Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi dan Monitoring RFT kasus Kusta
menggunakan metode wawancara, pengamatan, pengamatan terlibat, dan pencatatan
terhadap penderita /tersangka kusta, dan ada/tidaknya kelainan warna kulit pada warga
sekitar. Penyelidikan epidemiologi dan monitoring RFT dilakukan pada tanggal 10-12 Maret
2014 di DesaBulungan, Kecamatan Pakis aji, Kabupaten Jepara.
Dari pelaksanaan penyelidikan epidemiologi didapatkan masalah yaitu tidak
didapatkan

data tambahan atau tersangka penderita kusta di sekitar rumah penderita.

Namun, dari hasil wawancara dengan penderita , penderita belum pernah mendapatkan
penjelasan/dilatih cara merawat diri dengan benar.
Alternatif pemecahan masalah adalah dengan melakukan sosialisasi langsung
kepada penderita dan keluarga tentang cara Perawatan Diri penderita guna mencegah
kecacatan yang dapat terjadi pada penderita.
8.2 Saran
1

Mengusulkan kepada pihak Puskesmas Pakis Aji agar

melakukan sosialisasi

penanggulangan dan pencegahan kasus kusta kepada masyarakat .


2

Mengusulkan kepada pihak Puskesmas Pakis Aji agar melakukan sosialisasi serta
penjelasan cara merawat diri bagi penderita kusta.

Mengusulkan kepada petinggi desa Bulungan agar segera melaporkan kepada


petugas kesehatan di Puskesma apabila mengetahui terdapat warga yang memiliki
ciri seperti penderita/ tersangka kusta.

32

33

BAB IX
PENUTUP

Demikian laporan Penyelidikan Epidemiologi dan Monitoring RFT Kasus Kusta RT 06


RW 03 Desa Bulungan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara Periode Bulan Maret 2014.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran selalu peneliti harapkan.
Peneliti ucapkan terima kasih kepada dr. Nurkukuh dan dr. Bambang Hariyana sebagai
dosen pembimbing Praktek Belajar Lapangan Usaha Kesehatan Pakis aji (P2-UKM) Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Bapak Nur Asro sebagai koordinator P2M kusta,
Ibu Anggit selaku koordinator mahasiswa, Bapak Nur Baidi, S.Ag sebagai petinggi Desa
Bulungan, Ibu Eni selaku bidan Desa Bulungan, serta semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini.
Semoga hasil kegiatan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam
penanggulangan dan pencegahan kusta di Desa Bulungan Kecamatan Pakis Aji Kabupaten
Jepara.

33

34

DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20853/4/Chapter%20II.pdf.

Diunduh

pada tanggal 8 Maret 2014.


2. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1188. Kusta dan Frambusia Penyakit
Terabaikan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh tanggal 8 Maret 2014.
3. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara tahun 2013.
4. Profil Kesehatan Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara tahun 2014.
5. http: //skripsi25.blogspot.com/2009/04/skripsi25.html. Studi Pelaksanaan Monitoring
Kegiatan P2 Kusta Di Puskesmas. Diunduh tanggal 8 Maret 2014.
6. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Departemen Kesehatan R.I.
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan . Cetakan XVIII.
2006.
7. http://ramitsul.blogspot.com/2012/06/p2m-kusta.html .P2M Kusta. Diunduh tanggal 12
Maret 2014.
8. Subdirektorat Kusta dan Frambusia, 2004.

LAMPIRAN
Hasil Pemeriksaan tanda-tanda penderita/tersangka kusta di rumah penderita dan
sekitarnya dalam radius 100 m/16 rumah

35

Nama penderita

: Tn.Munzain / 43 tahun (RT 06/RW 03)

Penderita tambahan

:-

No
.

Leaflet

Nama KK

Jumla
h jiwa

Penderita
/tersangka

Tn.M

Tn. B

Tn. Su

Tn.Fa

Tn. R

Tn.Suh

Tn.E

Tn.Ri

Tn.Sa

10

Tn.M

11

Tn.Sud

12

Tn.Sul

13

Tn.Sun

14

Tn.Aw

15

Tn.Sol

16

Tn.Ag

17

Tn.T

36

37

38
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai