TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah proses memberdayakan dan memandirikan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungan
yang sehat (Depkes, 2000). Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya
untuk memotivasi, mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki
masyarakat
kesehatannya.
Istilah
agar
dan
mereka
mampu
pengertian
memelihara
promosi
dan
kesehatan
meningkatkan
ini
merupakan
pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi). Menurut Notoatmodjo (2005) Promosi Kesehatan dapat diartikan sebagai
upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2.2 Pendidikan Kesehatan
Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti di dalam
pendidikan itu sendiri terjadi proses pertumbuhan perkembangan atau perubahan
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada individu, kelompok atau
masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak
mampu menjadi menjadi mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri.
Selanjutnya dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok yang saling
berkaitan yaitu: (Natoatmodjo, 2004)
1) Persoalan masukan (input) yang menyangkut sasaran belajar itu sendiri dengan
latar belakangnya,
2) Proses (process) yaitu mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan
pada diri subyek belajar, dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara
berbagai faktor antara lain subjek belajar, pengajar, metode dan teknik belajar, alat
bantu belajar dan materi yang dipelajari,
3) Keluaran (out put) adalah merupakan hasil belajar.
Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik
individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapi. Seperti halnya proses pendidikan lainya, pendidikan kesehatan
mempunyai unsur masukan-masukan yang setelah diolah dengan teknik-teknik
tertentu akan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan
tersebut. Dengan demikian pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang
dinamis. Tidak dapat disangkal pendidikan bukanlah satu-satunya cara mengubah
perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam
perubahan pengetahuan setiap individu (Sarwono, 2004). Pendidikan kesehatan
merupakan bagian dari promosi kesehatan, dan merupakan suatu disiplin ilmu
pendidikan yang berwawasan luas.
Menurut Green & Keruter (2000), pendidikan kesehatan merupakan proses
yang menghubungkan informasi kesehatan dengan praktek kesehatan. Cara
penyampaian informasi dalam kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan
melibatkan ilmu lain termasuk psikologi sosial yang diperlukan ketika melakukan
promosi (Kemm and Close, 1995).
2.
3.
6.
tentang isu-isu kesehatan, karena booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan
banyak digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila
seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut perlu
dilakukan suatu proses pendidikan kesehatan dengan menggunakan media karena
keberhasilan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa
faktor, di antaranya: kurikulum, sumber bahan ajar, termasuk sarana dan prasarana
(Mudjiono, 1989).
`
pendidikan
kesehatan
reproduksi
remaja
diharapkan
dapat
meningkatkan
Decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep
baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap Implementation, yaitu tahap
penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau
diadopsi; 5) tahap Confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta
dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya
2.6. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya
pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang
disampaikan kepadanya dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster
majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk
dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan
digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini
pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6
(enam) tingkatan, yaitu :
1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat
diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan
mendefenisikan;
2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
terhadap objek yang dipelajari;
3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi lain;
4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain;
5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada;
6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni (Notoatmodjo, 2003) :
1. receiving ( menerima), bila seseorang atau subyek mau memperhatikan
stimulus yang diberikan obyek;
2. responding (merespon), yaitu apabila ditanya memberikan jawaban,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Ini adalah suatu
indikasi dari sikap;
3. valuing (menghargai), bila seseorang atau mendiskusikan suatu masalah.
Ini adalah indikasi dari sikap tingkat tiga;
4. bertanggung jawab (reponsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini adalah tingkatan sikap
yang paling tinggi.
Menurut Sax (1980) dalam Saifuddin (2008), bahwa beberapa dimensi dari
sikap yaitu arah, intensitas, keluasaan, konsistensi, dan spontanitasnya. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat
dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan pertanyaan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responden.
2.8. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi (KR) secara umum didefenisikan sebagai kondisi
sehat dari sistem, fungsi dan proses alat reproduksi yang kita miliki. Pengertian sehat
tersebut tidak semata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga
sehat secara mental serta sosial-kultural. Ada beberapa hal yang harus diketahui
4.
Saluran kemih, berfungsi untuk menyalurkan cairan kencing dan juga saluran
air mani yang mngandung sperma. Keluarnya kencing dan air mani diatur
olehj sebuah katub sehingga tidak bisa keluar secarar bersamaan.
5.
6.
dan dewasa bisa memahami pubertas yang sedang yang dialami remaja, maka hal itu
bisa sangat membantu remaja menghadapi masalahnya. Pubertas pada anak
perempuan biasanya dimulai sekitar usia sembilan, sepuluh atau sebelah tahun
sedangkan pada laki-laki dimulai pada usia sebelas atau dua belas tahun.
Beberapa ciri pubertas pada laki-laki seperti perubahan fisik, yaitu : Otot
menguat, dan pertumbuhan tinggi dan besar badan pesat, tumbuh jakun, tumbuh bulu
di ketiak, kemaluan dan sekitar wajah atau dada, kulit berminyak dan mulai
berjerawat, lebih banyak berkeringat dan mengeluarkan bau badan, suara menjadi
besar. Sedangkan perubahan pada fungsi organ reproduksi yaitu : hormon Testosteron
mulai lebih banyak berperan terhadap organ reproduksi, organ reproduksi mulai
memproduksi sperma yang bisa keluar melalui ejakulasi dan mimpi basah,
penis/zakar dan pelir membesar. Perubahan emosi/psikologis yang dialami seperti
:timbul perhatian pada lawan jenis, ingin lebih diperhatikan dan diakui kedewasaanya
mulai lebih banyak memperhatikan penampilan diri, relatif lebih mudah terangsang
secara seksual dan lain-lain
Pada perempuan juga terjadi ciri pubertas perubahan fisik seperti : tumbuh
payudara/buah dada, puting mulai menonjol keluar, bentuk tubuh mulai berlekuk
sekitar pinggal dan pinggul, tumbuh bulu diketiak dan sekitar kemaluan, kulit
berminyak dan mudah berjerawat, lebih banyak berkeringat dan mengeluarkan bau
badan. Sedangkan perubahan pada fungsi organ reproduksi antara lain : hormon
estrogen dan progesteron mulai lebih banyak berperan terhadap organ reproduksi
mulai mengalami haid menstrusi setiap bulan, indung telur membesar, dari vagina
mulai keluar cairan putih bening agak kental. Pada perubahan emosi/psikologis
seperti : menjadi lebih perasa/sensitif, ingin lebih diperhatikan, mulai lebih banyak
memperhatikan penampilan diri, timbul perhatian pada lawan jenis, relatif lebih
mudah terangsang secara seksual dan lain-lain.
2.8.3. Hormon Seks dan Peranannya
Pada masa pubertas, otak memproduksi hormon khusus yang mengirim
pesan kepada organ-organ reproduki untuk mulai memproduksi hormon seks.
Hormon seks pada permepuan disebut hormon estrogen dan progestrone yang
menghasilkan sel-sel telur. Hormon pada laki-laki adalah hormon testosteron yang
menghasilkan sperma. Dengan bekerjanya hormon-hormon seks, pada masa pubertas
ini beberapa kejadian khusus yang alamiah dan normal akan dialami oleh remaja,
seperti :
1. Haid/Menstruasi/Datang Bulan pada remaja perempuan
Masa pubertas pada perempuan ditandai dengan adanya haid satu bulan
sekali. Hormon estrogenlah yang menyebabkan sel telur dan indung telur matang.
Setiap bulan satu sel telur tersebut dilepaskan. Pelepasan sel telur disebut ovulasi
yang berasal dari kata ovum artinya telur. Apabila dalam perjalanan di saluran indung
telur, sel telur tidak bertemu dengan sperma, maka sel telur akan sampai di rahim
tanpa dibuahi.
Bersama lapisan dinding rahim, sel telur yang dibuahi akan pecah dan keluar
bersama dengan darah yang berasal dari dinding rahim. Sel telur yang luruh bersama
darah itulah yang disebut dengan haid. Masa haid biasanya berkisar kurang lebih 5-7
hari. Haid yang pertama kali pada remaja perempuan disebut Menarche. Sejak haid
pertama, perempuan akan mengalami siklus haid sekitar satu buan sekali, berkisar
antara 21 hari sekali sampai 28 hari sekali..
2. Mimpi Basah pada remaja laki-laki
Mimpi basah adalah suatu kejadian ketika remaja laki-laki bermimpi
mengenai sesuatu yang menyenangkan sampai mengeluarkan cairan yang agak
lengket dari penisnya tanpa disadarinya. Mimpi basah adalah tanda laki-laki memulai
masa pubertasnya. Mimpi basah umumnya terjadi setiap 2-3 minggu sekali. Tetapi
tidak perlu khawatir bila itu tidak terjadi. Cairan yang keluar dari penis disebut air
mani yaitu campuran antara semen dengan sperma. Sperma adalah sel yang
dihasilkan laki-laki di dalam testis atau pelirnya atas perintah hormon testosterone.
Testosterone adalah hormon yang paling berperan dalam pertumbuhan tubuh lakilaki. Jumlah sperma yang ada di dalam testis laki-laki berjuta-juta.
2.8.4. Kebersihan dan Kesehatan Diri
Setiap remaja pasti akan mengalami masa akil balig dan mengalami banyak
perubahan, baik fisik, mental maupun sosial. Beberapa perubahan yang terjadi pada
tubuh selama akil balig, antara lain: keringat bertambah, mulai muncul yang namanya
Bau Badan, rambut jadi lebih berminyak, muncul jerawat pada wajah, tumbuh bulubulu halus (di ketiak, kaki dan daerah kemaluan). Dengan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri, akan mencegah timbulnya penyakit dan meningkatkan kondisi kesehatan
tubuh.
Kebersihan dan kesehatan diri yang perlu diperhatikan remaja antara lain
mencakup pemeliharaan: rambut, kulit, mandi dan menggosok gigi, merawat alat
kelamin, kebersihan tangan dan kaki, kebersihan pakaian, kebersihan di rumah dan
tempat istirahat. Selain itu, untuk meningkatkan kondisi tubuh/ juga dengan cara
berolahraga dan istirahat yang cukup.
2.8.5. Dampak Negatif Reproduksi
1. Kehamilan Tak Diinginkan dan Aborsi
Hubungan seks pra nikah yang dilakukan remaja secara tidak bertanggung
jawab terbukti telah banyak mengakibatkan Kehamilan Tidak Diharapkan (KTD).
Banyak KTD diakhiri dengna aborsi. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi
remaja perempuan, juga bisa menyebabkan kematian ibu. Menurut Prof. Biran
Affandi, sekitar 2,1 2,4 juta perempun setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi
30% diantarannya remaja. Aborsi di kalangan remaja seringkali dilakukan dengan
cara-cara tidak aman seperti memijat, minum jamu dan memasukkan benda ke dalam
jalan lahir. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh remaja jika mengalami
KTD: mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi).
2. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS
Hubungan seks di luar nikah yang dilakukan secara tidak aman juga terbukti
telah menyebabkan infeksi/penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS yang
mengakibatkan kematian. Sampai akhir Maret 2003, jumlah orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Indonesia adalah 3.614 orang (sebagian besar ditularkan melalui jarum
suntik), diantarannya remaja berusia 15-19 Tahun berjumlah 147 orang, terdiri dari
79 orang HIV dan 68 orang dengan AIDS (Sumber : Subdit PMS & AIDS Ditjen
PPM & PL. Depkes RI).
3. Sifilis/Raja Singa, gejala pada laki-laki seperti bintil-bintil berair seperti cacar
disertai timbulnya luka yang terasa nyeri disekitar kelamin pada stadium lanjut
akan nampak, seperti koreng berwarna merah (luka terbuka) kadang-kadang
disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu. Sedangkan gejala pada
perempuan sama seperti pada laki-laki.
4.
Herpes Kelamin, gejala pada laki-laki seperti badan lemas, nyeri sendi pada
daerah terinfeksi, dema. Tampak kelamin kulit yang berbenjol-benjol, bulat atau
lonjong kecil, kadang-kadang ada rasa seperti terbakar atu gatal pada kelamin,
diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas kulit dengan warna kemerahan.
Sedangkan pada perempuan muncul gejala sama seperti pada laki-laki. Pada
perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding kemaluan dan kadangkadang di sekitar anus.
5. Jengger Ayam/kutil kelamin, gejala pada laki-laki seperti timbul kutil pada daerah
terinfeksi, dalam kasus lanjut, kutil bergerombol, seperti jengger ayam di daerah
kemaluan dan anus. Pada perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin
sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim,
pada perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali.
6. Hepatitis B dan C, gejala pada laki-laki tidak terlihat pada daerah kelamin, tetapi
penularannya bisa lewat hubungan seksual, dengan tanda-tanda badan lemas,
kurang gairah, kadang demam. Pada kasus parah tampak kulit selaput mata
berwarna kuning. Sedangkan gejala pada perempuan sama seperti gejala pada
laki-laki.
7. HIV/AIDS , Walaupun virus sudah ada di dalam darah, tidak tampak gejala sama
sekali. Pada penderita yang sudah menunjukkan gejala (AIDS) nampak gejala
yang sangat kompleks, yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium
lanjut, sedangkan gejala pada perempuan sama seperti laki-laki.
2.9. Remaja
Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa inggris. Menurut Sebald
(1992) kata remaja berasal dari adolescence dan berasal dari kata latin, adolescere
yang berarti tumbuh
Dalam arti yang lebih luas lagi, Piaget (1969) mengatakan pengertian remaja
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Ahmadi, 2002).
Rice (1999) mendefinisikan remaja sebagai suatu periode antara masa
kanak-kanak menuju kedewasaan. Pandangan serupa dikemukakan Lerner dan
Hultsch (1983) bahwa perkembangan remaja
adalah
periode diantara
rentang
waktu dimana saat ia dianggap masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Dimasa
remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Perubahan
fisik
dan perkembangan
cepat
juga
disertai
definisi di atas
merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam
prosesnya
terjadi perkembangan
kematangan
fisik,
psikis
bertambahnya tuntutan masyarakat. Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak
dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya.
Usia remaja berbeda-beda panjangnya dari waktu dan dari tempat ke tempat
lain. Di lingkungan masyarakat yang masih sederhana (primitif), kurun usia remaja
ini bisa sangat singkat, beberapa hari sehingga 1-2 tahun, karena begitu anak
menunjukkan tanda-tanda akil balig, dilakukan upacara inisiasi tertentu dan setelah
itu, anak itu langsung berstatus sosial dewasa (menikah bekerja, berburu, menjadi
prajurit, diundang kenduri, wanitanya langsung hamil, mempunyai anak dan
mengerjakan perkerjaan-pekerjaan rumah tangga). Hal ini dimungkinkan karena di
lingkungan masyarakat yang sederhana, persyaratan untuk menjadi dewasa pun tidak
terlalu berat (cukup asal sudah bisa membantu ayah di sawah atau membantu ibu di
dapur).
Di kalangan masyarakat yang sudah lebih canggih (masyarakat modern,
kalangan menengah ke atas) kurun usia remaja bisa lebih panjang, bisa mencapai
belasan tahun (di Indonesia antara 11-24 tahun). Penyebabnya adalah makin awalnya
tanda-tanda akil balig (karena gizi yang baik, rangsangan dari lingkungan dsb.)
Sementara persyaratan untuk menjadi dewasa justru semakin berat (harus sekolah
dulu, punya pekerjaan dulu), sehingga memerlukan waktu yang makin lama (usia
rata-rata perkawinan meningkat dari usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk
pria dalam UU Perkawinan 1974 sampai mendekati umur 26 tahun bagi wanita dan
30 tahun bagi laki laki (Ahmadi, 2002).
2.9.1 Pembagian dan Batasan Usia Remaja
Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan
para ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal,
remaja akhir dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya
masa pubertas hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola
fisiologis berfungsi dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari
remaja awal hingga usia yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau
saat mulai masuk kuliah. Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah
hingga usia awal duapuluhan (Ahmadi, 1998).
Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua
bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa
remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia
matang secara hukum.
Santrock (2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa
remaja awal dan masa remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia
remaja awal sekitar 10-13 tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun.
Monks, dkk (2001) beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur
12 tahun dan 21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara
12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir
antara 18-21 tahun.
2.9.2 Perkembangan Masa Remaja
Berbagai perkembangan pada masa remaja dapat dilihat dari berbagai aspek.
Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja merupakan gejala utama dari
perkembangan remaja karena ada hubungannya dengan aspek lain dari
perkembangan remaja.
2. Perkembangan kognitif
Piaget dalam Turner dan Helms (1995) menyebutkan perkembangan kognitif
remaja ke dalam tahap formal operasional yaitu saat pemikirannya menjadi
semakin rasional. Pada tahap ini remaja mulai mengembangkan pemikiran
yang bersifat abstrak, hipotesis serta mampu melihat berbagai kemungkinan
dalam pemecahan masalah yang dihadapi serta mulai memikirkan bagaimana
pandangan orang lain terhadap dirinya.
3. Perkembangan kepribadian
Pada tahap ini terjadi suatu konflik yang disebut konflik antara identity vs
role confusion (Morgan, dkk, 1986). Dimasa ini remaja sedang dalam proses
pembentukan identitas diri yang merupakan masa dimana individu berharap
dapat mengatakan siapa dirinya saat ini dan apa yang dikehendakinya di
masa mendatang. Ciri-ciri yang mencolok dari tahap ini adalah adanya
sublimasi dari perasaan-perasaan oedipal melalui ekspresi libido, yaitu
dengan cara jatuh cinta dengan lawan jenis.
4. Perkembangan emosi
Secara tradisional, pada masa remaja dianggap sebagai periode badai dan
tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai
akibat dari
perubahan fisik
dan
emosi
dimana individu
kelompok sebaya,
PRE-TEST
POST-TEST