Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak
SEMINAR PERPAJAKAN
AdetiyaFirmanzah(1)
AzivaRuslina(5)
HeryWijanarko(15)
M.FajarRamadhan(19)
NicoA.Sinulingga(20)
Seminar Perpajakan / 1
Untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) bagi Orang Pribadi atau Badan harus
mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor
Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap Orang Pribadi atau Badan harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor
Pokok Pengusaha Kena Pajak (PKP) apabila Peredaran usaha atau Omzet dalam 1
(satu) tahun lebih dari Rp.4.800.000.000,.
2. Bagi Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai Peredaran usaha atau Omzet dalam
1 (satu) tahun tidak lebih dari Rp.4.800.000.000,. dapat mendaftarkan diri untuk
mendapatkan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan disebut Pengusaha
Kecil Kena Pajak.
3. Dalam hal Orang Pribadi atau Badan telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya dalam satu tahun
buku tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dapat mengajukan
permohonan pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pelaporan Usaha Untuk Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
1. Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.
2. Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha
berbeda dengan tempat tinggal, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan.
3. Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan
pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.
4. Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai
dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah
melampaui batas yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya.
Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pengukuhan PKP
1. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM.
2. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
Pengukuhan PKP Secara Jabatan
KPP dapat mengukuhkan PKP secara jabatan, apabila WP tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, bila berdasarkan data yang dimiliki DJP
ternyata WP memenuhi syaratuntuk PKP.
Seminar Perpajakan / 2
Seminar Perpajakan / 3
pola kebijakan pemajakan kepada UMKM yang banyak dianut oleh banyak otoritas pajak
adalah dengan memberikan fasilitas pajak melalui tax simplicity dan tarif yang rendah.
PMK 197 tahun 2013
Diakhir tahun 2013, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
197/PMK/2013 yang dapat memberikan angin segar bagi pengusaha UMKM. Menteri
Keuangan kali ini mengeluarkan kebijakan yang sangat berani dan terlihat tidak main
main dalam mendukung Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) melalui fasilitas
perpajakan. Dalam peraturan tersebut Menteri Keuangan telah menaikan treshold
Pengusaha Kena Pajak (PKP) dari Rp600 juta menjadi Rp4,8 Milyar (pengusaha dengan
omzet sampai dengan Rp4,8 Milyar setahun tidak wajib untuk memungut PPN). Kenaikan
treshold ini sangat signifikan, naik 8 (delapan) kali lipat.
Sebagai gantinya, pemerintah mengenakan PPh Final 1% bagi pelaku usaha sampai
dengan omzet Rp4,8 milyar. Dengan demikian, UMKM dapat fokus dengan pajak 1%
tanpa disibukkan dengan kewajiban perpajakanlainnya, pajak 1% ini dapat dipandang
sebagai pajak lumpsum atas PPh dan PPN.
Pada dasarnya, kenaikan treshold PKP ini tidak akan mengganggu penerimaan pajak
mengingat pengusaha UMKM yang selama ini mendaftarkan diri sebagai PKP lebih
didorong oleh lawan transaksi yang mengharuskannya menjadi PKP. Oleh karena itu,
berapa pun treshold PKP dinaikan mereka akan terdaftar sebagai PKP. Dengan kenaikan
treshold PKP ini, hal sebaliknya mungkin terjadi, yaitu kenaikan pernerimaan PPh UMKM
karena omzet yang selama ini mereka tahan sudah bisa sebagian dibuka mengingat
kewajiban PPh yang dikenakan hanya 1%. Selain itu, hal ini bisa mendorong terciptanya
kondisi usaha UMKM yang lebih sehat karena dengan keluar dari persembunyiaannya
bisa lebih membuka diri sehingga lebih mudah mengakses tambahan modal melalui
lembaga perbankan.
Keuntungan Pengusaha Kecil Menjadi PKP
Menurut aturan, pengusaha walaupun peredaran brutonya belum mencapai batasan
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak boleh mengajukan permohonan untuk
menjadi Pengusaha Kena Pajak. Tindakan ini secara umum didorong oleh halhal sebagai
berikut:
1. Beberapa klien/lawan transaksi seperti instansi pemerintah lebih suka bekerja
sama dengan pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. PKP dapat mengkreditkan pajak masukan yang selama ini dibayarkan ke supplier
saat membeli barang.
Pengukuhan PKP Berdasarkan Permohonan
Verifikasi dalam rangka mengukuhkan PKP berdasarkan permohonan Wajib Pajak
dilakukan terhadap WP orang pribadi sebagai Pengusaha, termasuk WP orang pribadi
pengusaha tertentu atau WP badan sebagai Pengusaha yang mengajukan permohonan
untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Verifikasi dalam rangka pengukuhan PKP atas permohonan ini dilakukan untuk
menentukan kebenaran pemenuhan persyaratan subjektif dan objektif sebagai PKP.
Dengan demikian terdapat dua kegiatan yang dicakup dalam Verifikasi untuk
mengukuhkan PKP secara jabatan ini yaitu pengujian pemenuhan persyaratan subjektif
dan pengujian pemenuhan persyaratan objektif sebagaimana diuraikan di atas.
Seminar Perpajakan / 4
Seminar Perpajakan / 5
Seminar Perpajakan / 7
Faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak, dan saran untuk mengkreditkan pajak
masukan. Oleh karena itu, faktur pajak harus benar baik secara formal maupun
material. Faktur pajak yang dibuat tidak sesuai dengan ketentuan dapat
mengakibatkan pajak pertambahan nilai yang tercantum di dalamnya tidak dapat
dikreditkan.
Faktur pajak yang pengisiannya sesuai dengan ketentuan disebut dengan Faktur
Pajak Standar
3. Nota Retur
Dalam hal barang kena pajak yang diserahkan ternyata dikembalikan (diretur) oleh
pembeli, maka harus dibuat nota retur, kemudian PPN dari barang kena pajak yang
diretur dapat dikurangkan terhadap:
a. Pajak keluaran yang terhutang oleh pengusaha kena pajak.
b. Pajak masukan dari PKP pembeli, dalam hal pajak masukan atas barang kena pajak
yang dikembalikan tersebut telah dikreditkan.
c. Biaya atas harta atas PKP pembeli, dalam hal pajak atas barang kena pajak yang
dikembalikan tersebut telah dibebankan dalam harga perolehan harta tersebut.
4. Pembukuan
Pengusaha kena pajak sebagai wajib pajak diwajibkan membuat pembukuan segala
kegiatan usahanya, kecuali mereka yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan
tetapi wajib melakukan pencatatan
Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad
baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya.
5. Penyetoran dan Surat Pemberitahuan Masa
Penyetoran PPN dilakukan di Kantor Pos terdekat atau bank yang ditunjuk untuk
menerima setoran pajak.
Ketentuan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai:
a. Disetorkan selambatlambatnya tanggal lima belas bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
b. Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak bersamaan saat pembayaran bea masuk.
c. PPN yang pemungutannya dilakukan oleh Dirjen Bea Cukai harus disetor dalam
jangka waktu sehari setelah pemungutan pajak.
d. PPN yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah harus
disetor selambatlambatnya tanggal 7 setelah masa pajak.
e. PPN oleh Badan Urusan Logistik harus dilunasi sendiri oleh pengusaha kena pajak
sebelum surat perintah pengeluaran barang.
Surat pemberitahuan masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan pajak terhutang dalam suatu masa pajak. Surat
Pemberitahuan masa pajak PPN berfungsi sebagai sarana bagi pengusaha kena pajak
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan
pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terhutang.
Tempat, cara dan saat penyampaian SPT masa PPN adalah sebagai berikut:
Tempat pengambilan SPT masa PPN adalah Kantor Pelayanan Pajak, Kantor
Penyuluhan Pajak dan tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak.
Seminar Perpajakan / 8
Tempat penyampaian SPT masa PPN adalah Kantor Pelayanan Pajak di tempat
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
Cara penyampaian SPT masa PPN adalah:
a. Disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak,
kemudian akan menerima tanda terima.
b. Disampaikan dengan surat tercatat melalui pos dan giro, dimana tanggal cap pos
berfungsi sebagai tanggal penerimaan SPT.
Apabila pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajibankewajibannya, maka
Dirjen Pajak dapat memberikan peringatan atau sangsi berupa pencabutan ijin usaha
atau denda sesuai dengan Undangundang Perpajakan yang berlaku.
Demikian juga untuk pemungutan `pajak tingkat daerah, Bupati atau Walikota dapat
memberikan peringatan atau sangsi sesuai perturan yang berlaku, melalui Kepala Kantor
Pelayanan Pajak setempat.
PENGAWASAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Pengawasan terhadap PKP dilaksanakan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak nomor PER 40 /PJ/2013 tentang Pengawasan Pengusaha Kena Pajak. Tujuan dari
pengawasan tersebut adalah:
1. bahwa dalam rangka meningkatkan kepatuhan Pengusaha Kena Pajak, perlu dibuat
suatu mekanisme pengawasan Pengusaha Kena Pajak yang sistematis dan
berkesinambungan;
2. bahwa dalam rangka mencegah terjadinya pelanggaran atas pemenuhan kewajiban
sebagai Pengusaha Kena Pajak, perlu dibangun suatu sistem peringatan dini (early
warning system) dalam sistem pengawasan Pengusaha Kena Pajak;
Pengawasan Pengusaha Kena Pajak adalah kegiatan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak dan pemenuhan persyaratan
subjektif dan objektif Pengusaha Kena Pajak. Kewajiban yang dimaksud adalah
kewajiban untuk memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
Persyaratan subjektif yang dimaksud adalah persyaratan yang dipenuhi apabila
Pengusaha Kena Pajak merupakan Pengusaha, yaitu orang pribadi atau badan dalam
bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk
mengekspor jasa atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. Persyaratan
objektif yang dimaksud adalah persyaratan yang dipenuhi apabila Pengusaha
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah
Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Jasa Kena Pajak,
dan/atau Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
Pengawasan Pengusaha Kena Pajak dilakukan terhadap seluruh Pengusaha Kena
Pajak terdaftar, baik yang sudah terdaftar dalam administrasi perpajakan sebelum
berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini maupun Pengusaha Kena Pajak yang
Seminar Perpajakan / 9
Data eksternal antara lain data yang berasal dari media massa, internet, data dari
instansi pemerintah/swasta lain (misalnya PIB, PEB, data hasil devisa ekspor dari
Bank Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik, dan lain sebagainya).
5. Hasil penelitian tersebut di atas dituangkan ke dalam Kertas Kerja Penelitian (KKPt)
yang selanjutnya dianalisis, diikhtisarkan, serta disimpulkan dalam suatu Laporan
Hasil Penelitian (LHPt).
6. Kegiatan penelitian dalam rangka Pengawasan Pengusaha Kena Pajak selesai apabila
kesimpulan atau rekomendasi yang tertuang di dalam LHPt telah disetujui oleh
Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
7. Kesimpulan atau rekomendasi yang tertuang di dalam LHPt ditindaklanjuti sesuai
dengan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan.
PERBANDINGAN PKP DI NEGARA LAIN
Pada bagian di bawah ini akan dijelaskan sistem PPN di berbagai negara di dunia.
Sistem tersebut baik Value Added Tax (VAT) maupaun Goods and Services Tax (GST).
Batasan peredaran untuk menentukan status PKP terdapat pada bagian registration.
Berikutnya data mengenai informasi perlakuan PPN dan batasan PKP di Malaysia dan
Negaranegara lainnya akan disajikan dalam tabletabel sebagai berikut:
Malaysia
Seminar Perpajakan / 12
Malaysia sampai dengan akhir Maret 2015 masih menggunakan sistem VAT. Mulai 1
April 2015 akan diberlakukan sistem GST menggantikan sistem VAT. Sistem GST
Malaysia akan sama dengan sitem GST yang berlaku di Singapura dan Australia yang akan
dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Berikut ini informasi terkait implementasi GST yang akan dilaksanakan di Malaysia:
Pertama kali diperdebatkan sejak tahun 2005, namun implementasinya terus
mengalami penundaan;
Pada Desember 2009, RUU GST pertama kali dibahas di Parlemen, namun belum
disetujui/diundangkan;
Pada Oktober 2013, Perdana Menteri mengumumkan dalam Anggaran 2014 bahwa
GST akan diiplementasikan pada 1 April 2015;
Pihak yang berwenang mengadiministrasikan GST adalah Royal Customs Malaysia;
Tarif GST yang diusulkan adalah 6%;
GST akan menggantikan sistem sales and services saat ini;
Model GST yang diusulkan:
a. Pajak atas konsumsi dalam negeri dan import barang dan jasa
b. broad based, semua barang dan jasa kecuali supplies
c. Pajak konsumsi dengan mekanisme creditinvoice (pajak masukan dan pajak
keluaran)
d. adanya tariff standar, tariff nol, dan pengecualian pada supplies
Peberlakuan skema khusus untuk industri tertentu seperti maklon (toll
manufacturing scheme), pergudangan (warehousing scheme) dan lainlain;
GST registration; pendaftaran sebagai pemungut GST diwajibkan bagi bisnis yang
peredaran kena pajaknya melebihi batas yang ditetapkan yaitu melebihi RM500.000
Seminar Perpajakan / 13
Jepang
Seminar Perpajakan / 14
Australia
China
Seminar Perpajakan / 15
Jerman
Singapura
Seminar Perpajakan / 16
Thailand
Inggris
Seminar Perpajakan / 17