Sejarah Hpi
Sejarah Hpi
b.
Buku Kedua tentang Kejahatan yang terdiri dari 31 bab 385 pasal (Pasal 104
s.d. 488).
c.
Buku Ketiga tentang Pelanggaran yang terdiri dari 9 bab 81 pasal (Pasal 489569).
Aturan Umum yang disebut dalam Buku Pertama Bab I sampai Bab VIII
berlaku bagi Buku Kedua (Kejahatan), Buku Ketiga (Pelanggaran), dan aturan
hukum pidana di luar KUHP kecuali aturan di luar KUHP tersebut menentukan lain
(lihat Pasal 103 KUHP).
Usaha Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia
mengganti KUHP. Barda Nawawi Arief, guru besar hukum pidana Universitas
Diponegoro Semarang yang menyebutkan bahwa pembaharuan hukum pidana
meliputi pembaharuan dalam bidang struktur, kultur dan materi hukum. Di samping
itu, tidak ada artinya hukum pidana (KUHP) diganti/diperbaharui, apabila tidak
dipersiapkan atau tidak disertai dengan perubahan ilmu hukum pidananya. Dengan
kata lain criminal law reform atau legal substance reform harus disertai pula
dengan pembaharuan ilmu pengetahuan tentang hukum pidananya (legal/criminal
science reform). Bahkan harus disertai pula dengan pembaharuan budaya hukum
masyarakat (legal culture reform) dan pembaharuan struktur atau perangkat
hukumnya (legal structure reform). Sedangkan menurut Sudarto, pembaharuan
hukum pidana yang menyeluruh itu harus meliputi pembaharuan hukum pidana
material, hukum pidana formal dan hukum pelaksanaan pidana. Dengan demikian
pembaharuan KUHP hanya berarti pembaharuan materi hukum pidana.
Jika ditinjau dari segi ilmu hukum pidana, pembaharuan KUHP (materi hukum
pidana) dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, pembaharuan dengan cara
parsial, yakni dengan cara mengganti bagian demi bagian dari kodifikasi hukum
pidana. Dan kedua, pembaharuan dengan cara universal, total atau menyeluruh,
yaitu pembaharuan dengan mengganti total kodifikasi hukum pidana.
Pembaharuan KUHP secara parsial/tambal sulam yang pernah dilakukan
Indonesia adalah dengan beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu:
1.
UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (merubah nama
WvSNI menjadi WvS/KUHP, perubahan beberapa pasal dan krimininalisasi
delik pemalsuan uang dan kabar bohong).
2.
UU Nomor 20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan (menambah jenis
pidana pokok berupa pidana tutupan).
3.
UU Nomor 8 Tahun 1951 tentang Penangguhan Pemberian Surat Izin kepada
Dokter dan Dokter Gigi (menambah kejahatan praktek dokter).
4.
UU Nomor 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya UU Nomor 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah RI dan
Mengubah KUH Pidana (menambah kejahatan terhadap bendera RI).
5.
UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Perubahan KUHP (memperberat ancaman
pidana Pasal 359, 360, dan memperingan ancaman pidana Pasal 188).
6.
UU Nomor 16 Prp Tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan dalam KUHP
(merubah vijf en twintig gulden dalam beberapa pasal menjadi dua ratus lima
puluh rupiah).
7.
UU Nomor 18 Prp Tahun 1960 tentang Perubahan Jumlah Hukuman Denda
dalam KUHP dan dalam Ketentuan-ketentuan Pidana lainnya yang
dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945 (hukuman denda dibaca
dalam mata uang rupiah dan dilipatkan lima belas kali).
8.
UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau
Penodaan Agama (penambahan Pasal 156a).
9.
UU Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penerbitan Perjudian (memperberat
ancaman pidana bagi perjudian (Pasal 303 ayat (1) dan Pasal 542) dan
memasukkannya Pasal 542 menjadi jenis kejahatan (Pasal 303 bis)).
10 UU Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perubahan dan Penambahan Beberapa
Pasal dalam KUHP Bertalian dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan
Perundang-undangan Pidana, Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan
terhadap
Sarana/Prasarana
Penerbangan
(memperluas
ketentuan
berlakunya hukum pidana menurut tempat (Pasal 3 dan 4), penambahan
Pasal 95a, 95b, dan 95c serta menambah Bab XXIX A tentang Kejahatan
Penerbangan).
11. UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan terhadap Keamanan Negara
(menambah kejahatan terhadap keamanan negara Pasal 107 a-f).
Sedangkan usaha pembaharuan KUHP secara menyeluruh/total dimulai
dengan adanya rekomendasi hasil Seminar Hukum Nasional I, pada tanggal 11-16
Maret 1963 di Jakarta yang menyerukan agar rancangan kodifikasi hukum pidana
nasional secepat mungkin diselesaikan. Kemudian pada tahun 1964 dikeluarkan
Konsep KUHP pertama kali, diikuti dengan Konsep KUHP 1968, 1971/1972,
Konsep Basaroedin (Konsep BAS) 1977, Konsep 1979, Konsep 1982/1983,
Konsep 1984/1985, Konsep 1986/1987, Konsep 1987/1988, Konsep 1989/1990,
Konsep 1991/1992 yang direvisi sampai 1997/1998. Terakhir kali
Konsep/Rancangan KUHP dikeluarkan oleh Departemen Hukum dan Perundangundangan RI pada tahun 1999/2000. Rancangan KUHP 1999/2000 ini telah masuk
di DPR RI untuk dibahas dan disahkan.
Selanjutnya, mengkaji Rancangan KUHP secara total dan komprehensif jelas
membutuhkan waktu dan tenaga pemikiran yang ekstra keras. Dilihat dari segi
pembuatannya saja, para pakar hukum di Indonesia telah membuat Rancangan
KUHP sebanyak 12 kali (termasuk revisinya) selama 39 tahun (sejak tahun 1964
s.d. 2000). Pasal-pasal dalam konsep terakhir tahun 2000 juga membengkak
menjadi 647 pasal. Sedangkan KUHP sekarang (WvS) hanya berjumlah 569
pasal.
Bab
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
KUHP
Buku Kesatu Aturan Umum
Isi/Materi
Batas-batas
Berlakunya
Aturan
Pidana dalam Perundang-undangan
(Pasal 1-9)
Pidana (Pasal 10-43)
Hal-hal
yang
Menghapuskan,
Mengurangi
atau
Memberatkan
Pidana (Pasal 44-52a)
Percobaan (Pasal 53-54)
Kejahatan
yang
Membahayakan
Keamanan Umum bagi Orang atau
Barang (Pasal 187-206)
Kejahatan terhadap Penguasa Umum
(Pasal 207-241)
VI
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
IX
XI
XI
253-262)
XII
XII
XIII
XIII
XVI
XVII
XVII
XVIII
XVIII
XXI
XIV
XV
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XIV
XV
XVI
XIX
XX
XXII
XXIV
XXIV
XXV
XXV
XXVI
XXVI
XXVII
XXIII
XXVII
XXVIII
XXVIII
XXIX
XXIX
XXIXA
Kejahatan
Penerbangan
dan
Kejahatan
Terhadap
Sarana/Prasarana
Penerbangan
(Pasal 479a-479r)
Penadahan
Penerbitan
dan
Percetakan (Pasal 480-485)
XXX
XXX
XXXI
II
III
IV
V
Aturan
tentang
Pengulangan
Kejahatan yang Bersangkutan dengan
Berbagai-bagai Bab (Pasal 486-488)
Buku Ketiga Pelanggaran
Tentang Pelanggaran Keamanan
Umum bagi Orang atau Barang dan
Kesehatan (Pasal 489-502)
Pelanggaran Ketertiban Umum (Pasal
503-520)
Pelanggaran terhadap
Penguasa
Umum (Pasal 521-528)
Pelanggaran Mengenai Asal-usul dan
Perkawinan (Pasal 529-530)
Pelanggaran terhadap Orang yang
Memerlukan Pertolongan (Pasal 531)
XXXI
XXXII
XXXIII
VI
VII
VIII
IX