Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris dan beras merupakan salah satu hasil pertanian
utamanya. Beras digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan pangan utama untuk
dikonsumsi terlihat pada tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi dibandingkan bahan
pangan lain seperti jagung, kedelai, umbi dan sebagainya. Publikasi Perum Bulog tahun 2014
menyebutkan hampir 95% masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras. Melihat tingginya
konsumsi beras, diharapkan produksi dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap beras sebagai makanan pokok
Meningkatnya jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap
beras. Tercatat pada BPS tahun 2013 jumlah penduduk sebanyak 249,9 juta jiwa. Jika
diasumsikan bahwa semua penduduk membutuhkan beras sebagai bahan pangan pokok maka
jumlah permintaan beras juga akan meningkat. Kemajuan di berbagai bidang telah
mempengaruhi pola permintaan pangan, termasuk permintaan beras sebagai salah satu
makanan pokok. Dalam Suryana dan Purwoto (1998) menyebutkan bahwa tantangan dalam
permintaan beras di masa yang akan datang, diantaranya adalah : (1) pertumbuhan jumlah
penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, (2) perubahan struktur demografi, dan (3)
globalisasi preferensi konsumen.
Publikasi USDA tahun 2011 menyebutkan tingkat konsumsi beras di negara Indonesia
139 kg per kapita pertahun, Negara Jepang 60 kg per kapita pertahun, Malaysia 80 kg per
kapita pertahun, Thailand mencapai 70 kg per kapita pertahun dan Brunei Darusalam
mencapai 80 kg per kapita per tahun. Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi Indonesia sangat
tinggi dibandingkan dengan Negara-negara lainnya. Pada publikasi Kementerian Pertanian
tahun 2013 menyatakan rata-rata pertumbuhan konsumsi beras Indonesia mencapai 0,74
kg/kapita/tahun, hal ini disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat Indonesia
terhadap beras cukup tinggi.
Pada wilayah Indonesia umumnya dan wilayah Bengkulu khususnya, perkembangan
tingkat konsumsi juga mengalami peningkatan. Publikasi Badan Ketahanan Pangan Kota
Bengkulutahun 2012 mengatakan konsumsi beras masyarakat Bengkulu mengalami

peningkatan, pada 2010 pada tingkat konsumsi 113,8 kilogram per kapita per tahun menjadi
115,2 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2011. Meskipun pada 2005 hingga 2010,
konsumsi beras masyarakat Bengkulu sudah turun dari 140 kilogram per kapita per tahun
menjadi 113,8 kilogram per tahun. Kondisi turun naiknya tingkat konsumsi beras di Kota
Bengkulu menunjukkan ketergantungan konsumen terhadap beras cukup tinggi.
Publikasi Badan Ketahanan Pangan Kota Bengkulu tahun 2013, menyebutkan tingkat
produksi Kota Bengkulu sebanyak 622,831 ton dengan tingkat konsumsi 339,825 ton. Hal ini
menunjukkan bahwa Kota Bengkulu mengalami surplus sebesar 282,966 ton, dengan begitu
dapat disimpulkan bahwa Kota Bengkulu mempunyai potensi yang cukup baik dalam tingkat
produksi beras. Beras yang yang diproduksi di Kota Bengkulu berasal dari beberapa daerah
diantaranya: Bengkulu Selatan, Lebong, Rejang Lebong, Bengkulu Utara,dan Seluma.
Produk beras di pasaran umum Kota Bengkulu sebagai bahan pangan sangat
bervariatif, menurut kebijakan Perum Bulog tahun 2012 beras diklasifikasikan menjadi tiga
klasifikasi beras, yaitu (1) beras premium, (2) beras medium dan (3) beras raskin. Beras
premium merupakan beras yang memiliki kualitas paling baik dengan harga yang cukup
mahal dengan harga mencapai Rp 10.500,-/kg, beras medium memiliki kualitas beras yang
menengah, kualitasnya berada dibawah kualitas beras premium dengan harga Rp 8.500,-/kg,
beras raskin merupakan beras yang biasanya disalurkan oleh Perum Bulog kepada rakyat
miskin dengan harga yang cukup rendah yaitu Rp 6500,-/kg.
Jumlah permintaan tiap-tiap kelas beras bervariasi di Kota Bengkulu. Disampaikan
pada publikasi Perum Bulog tahun 2012, konsumen memiliki kecenderungan mengkonsumsi
beras kelas medium, namun beberapa tahun terakhir permintaan beras medium dan premium
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh kuota penyaluran raskin ditingkatkan oleh
Perum bulog. Berkurangnya permintaan beras dari kalangan warga kurang mampu itu karena
mereka mulai mendapatkan jatah raskin. Tentunya tingkat penjualan yang tidak menentu
membuat pelaku pasar akan mengalami kerugian jika kondisi ini terus terjadi, dengan begitu
pelaku pasar memerlukan kepastian tentang kapan permintaan tiap kelas beras meningkat dan
menurun. Tiap Kelas beras memiliki karkteristik yang berbeda pula, sehingga pelaku pasar
juga harus memahami karakteristik konsumen yang menyukai tiap kelas beras. Dalam bauran
pemasaran pelaku pasar harus memahami ke-4 komponen didalamnya yaitu : harga, tempat,
posisi pasar, promosi (Kotler 2003).

Agar pemasaran beras di Kota Bengkulu dapat efisien dan tepat sasaran maka
diperlukan adanya analisis segmentasi pasar beras dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, berikut rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana identitas konsumen untuk setiap kelas beras di Kota Bengkulu ?
2. Bagaimana segmentasi pasar beras di Kota Bengkulu ?
1.3

Tujuan
Berdasarkan paparan diatas, berikut Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi Identitas konsumen untuk setiap kelas beras di Kota Bengkulu


2. Menganalisis segmentasi pasar beras di Kota Bengkulu
1.4

Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah untuk dapat mengatasi
masalah kebutuhan beras
2. Sebagai dasar pertimbangan menyusun strategi pemasaran beras di kota Bengkulu
3. Sebagai Sumbangan pemikiran dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
4.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
Beras Padi (Oryza Sativa) adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari
sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut palea (bagian yang ditutupi) dan
lemma (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah
ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari
isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang
disebut beras.Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat
tumbuh hingga setinggi 1-1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50-100 cm
dan lebar 2 - 2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5-12 mm dan tebal 2-3
mm. Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari :
Aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
Endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
Embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi,
kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio
disebut sebagai mata beras (Anonim, 2014).
Beras dimanfaatkan terutama diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga
dunia. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam kue-kue yang
utamanya berasal dari ketan, termasuk pula dijadikan tapai. Selain itu juga beras merupakan
komponen penting bagi jamu beras kencur dan param. Minuman popular dari olahan beras
adalah arak dan air tajin. Pada industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan
beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung bekatul
(rice bran. Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen makanan dengan sebutan tepung
mata beras. Beras juga dijadikan sebagai salah satu sumber pangan gluten dalam bentuk
berondong untuk diet. Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Status ini
merupakan kehormatan dan kebanggaan tingkat negara di tingkat dunia, namun yang

menjadi masalah seberapa besar kebanggaan yang dimiliki petani padi. Hal tersebut karena
pada kenyataannya hingga tahun 2001 sekitar 70% petani padi termasuk golongan
masyarakat miskin (Suryana dalam Tarigan,2003)
2.2 Pemasaran Beras
Perdagangan beras di Indonesia sangat dinamis, sehingga sistem pemasaran beras yang
efisien akan menentukan efisiensi tataniaga beras secara keseluruhan. Kinerja pemasaran
memegang peranan sentral dalam mengembangkan komoditas pertanian. Perumusan strategi
dan program pengembangan pemasaran yang kondusif dan efisien akan memberikan
kontribusi positif terhadap beberapa aspek, yaitu (a) mendorong adopsi teknologi, peningkatan
produktivitas dan efisiensi, serta dayasaing komoditas pertanian ; (b) meningkatnya kinerja
dan efektivitas kebijakan yang terkait dengan program stabilisasi harga keluaran ; dan (c)
perbaikan perumusan kebijakan perdagangan domestik dan internasional (ekspor dan impor)
secara lebih efektif dan efisien. Terdapat sejumlah faktor (internal dan eksternal) yang
berpengaruh terhadap kinerja pemasaran produk pertanian. Secara internal, faktor yang
berpengaruh diantaranya adalah struktur pasar, tingkat intergritas pasar, dan margin pasar.
Faktor eksternal yang berpengaruh pada hakekatnya adalah terkait dengan kebijakan
pemerintah, seperti perkembangan infrastruktur pemasaran, stabilisasi harga output,
perpajakan dan distribusi, kebijakan pengembangan produk dan pengolahan hasil pertanian,
dan lain-lain. Berkaitan dengan pola pemasaran beras, hingga saat ini pola pemasaran beras di
tingkat petani tidak mengalami perubahan yang berarti. Terlepas dari keunikan pola pemasaran
beras di daerah di Indonesia, namun ada satu hal yang secara prinsip sama, yaitu rentannya
posisi tawar petani dalam menjual beras. Dengan kondisi tersebut petani selama ini lebih
berperan sebagai penerima harga, sementara pembuat harga dominan dilakukan oleh para
pedagang beras.Sistem pemasaran beras itupun terjadi di wilayah Provinsi Bengkulu
(Agusman,2011).

2.3 Segmentasi Pasar Beras

Segmentasi pasar merupakan pemetaan-pemetaan pasar pada konsumen. Segmentasi


pasar beras berarti mengelompokkan pasar beras. Pada kebijakan tahun 2011 yang
dikeluarkan oleh Perum Bulog, beras diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu (1) beras
premium, (2) beras medium dan (3) beras raskin.
Perbedaan segmentasi pasar beras direfleksikan pada perbedaan daya beli dan tingkat
preferensi konsumen terhadap kualitas beras yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat daya beli konsumen mempengaruhi pembentukan kelompok pasar beras itu sendiri,
begitupun pada tingkat preferensi konsumen. Pada setiap kelas beras memiliki karakter
masing-masing. Berdasarkan kualitas beras setiap kelas mempunyai kualitas yang berbeda
pula. Beras premium merupakan beras yang memiliki kualitas paling baik, beras medium
memiliki kualitas beras yang menengah, kualitasnya berada di bawah kualitas beras premium,
beras raskin merupakan beras yang biasanya disalurkan oleh Perum Bulog kepada rakyat
miskin.
Pembagian kelompok beras diharapkan dapat membentuk pasar beras itu sendiri
berdasarkan kelompok konsumen.Tingkat penjualan beras mencapai 25864,46 ton (BPS,
2014), tingginya tingkat penjualan terjadi menunjukkan tingkat permintaan beras semakin
meningkat. Guna meningkatkan pelayanannya, perum bulog mengeluarkan kebijakan
pengelompokkan beras agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap makanan pokok
sesuai keinginan masyarakat terhadap kualitas beras tersebut. Pentingnya segmentasi pasar
beras agar masyarakat dapat memilah pembelian beras terhadap konsumen.
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Segmentasi pasar
Menurut Swastha & Handoko(1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai kegiatan
membagibagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuansatuan pasar yang
bersifat homogen. Sedangkan, menurut Pride & Ferrel (1995) mengatakan bahwa segmentasi
pasar adalah suatu proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial
dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli.
Sedangkan menurut ilmuan lain Pride & Ferrel (1995) mendefinisikan segmentasi pasar
sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompokkelompok pasar yang
terdiri

dari

orangorang

yang

secara

relatif

memiliki

kebutuhan

produk

yang

serupa.Segmentasi pasar adalah strategi pemasaran yang membagi target pasar yang luas ke
dalam kelompok dari konsumen yang memiliki kebutuhan umum yang sama. Tergantung pada
karakteristik khusus dari produk, kelompok ini dapat dibagi dengan kriteria seperti usia dan
jenis kelamin, atau perbedaan lain, seperti lokasi atau pendapatan.
Manfaat dan kegunaan segmentasi pasar adalah sebagai berikut : (1) Dapat
mengidentifikasi peluang pengembangan produk baru. Analisis yang cermat terhadap
beberapa segmen pasar potensial menunjukkan adanya satu atau dua kelompok pasar yang
memiliki kesamaan kebutuhan yang spesifik. (2) Dapat membantu mendesain program
pemasaran dengan lebih efektif dalam meraih kelompok pasar yang homogen atau memiliki
kesamaan-kesamaan karakteristik. (3) Dapat mengembangkan strategi pengalokasian sumbersumber pemasaran dengan lebih baik. Dengan melakukan segmentasi pasar yang
memfokuskan investasi pada segmen pasar yang spesifik maka akan didapat keuntungan
jangka panjang dalam memenangkan persaingan yang kompetitif (Anindita,2014).
Menurut Swasta tahun 2004 menyebutkan untuk mengidentifikasi segmen pasar yang
homogen diperlukan upaya untuk membagi-bagi pasar yang mempunyai kesamaan
karakteristik dengan menggunakan faktor-faktor atau dasar-dasar segmentasi sebagai berikut:
1.

Faktor geografis, yaitu populasi, jaringan transportasi, iklim,tipe, komersial, pendirian


ritel, media, persaingan, pola pertumbuhan, peraturan, biaya hidup. Segmentasi
geografis ini membagi-bagi pasar berdasar unit-unit geografis, seperti : daerah sejuk dan
daerah panas, daerha pegunungan dan daerah pantai, daerah perkotaan dan daerah
pedesaan, daerah banyak hujan dan daerah kering, daerah banyak bencana dan daerah

2.

sedikit bencana.
Faktor demografis yaitu umur, jenis kelamin, Agama, Suku, Kebangsaan, Penddikan dan
Kepadatan Penduduk. Segmentasi demografis ini memisahkan pasar ke dalam
kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel tersebut, misal pemasar
perlu memperhatikan faktor demografi pribadi dengan kriteria umur dan jenis kelamin
untuk memasarkan produk baju dan sepatu. Ukuran, corak ataupun desain baju dan
sepatu untuk anak-anak tentu berbeda dengan yang diperuntukkan untuk dewasa.
Contoh lainnya antara lain produsen susu formula yang membeda-bedakan produk

3.

berdasar usia antara lain susu untuk usia di bawah 1 tahun, 1-3 tahun, dan diatas 3 tahun.
Faktor tingkat penghasilan

4.

Faktor sosiologis, seperti : kelompok budaya, klas-klas Sosial, dan kelompok referensi

5.

kecil.
Faktor psikografis yaitu kepribadian, sikap, manfaat produk yang diinginkan, persepsi,
loyalitas merek, pengalaman menggunakan produk, tingkat penggunaan produk, struktur
pembelian (informal ke formal, otonomi ke bersama), daur hidup keluarga, kelas sosial,
keinovatifan, kepemimpinan opini, dan kepentingan membeli. Segmentasi psikografis
membagi-bagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kepribadian , nilai
dan gaya hidupnya. Umumnya data diperoleh dari kuesioner yang meminta responden
untuk mengungkapkan sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju dengan sejumlah
pernyataan.
Menurut Kotler tahun 2003, terdapat enam langkah dalam proses segmentasi pasar,

yaitu :
1.

Menentukan batas pasar : menetapkan batas pasar yang akan dilayani dengan

2.

mempertimbangkan jenis persaingan (persaingan generic, bentuk produk dan merek)


Memutuskan variabel segmentasi yang akan digunakan : langkah-langkah penting dalam
proses segmentasi adalah menyeleksi variabel-variabel dan memutuskan mana variabel
yang paling sesuai. Adakalanya pemasar cukup mengumpulkan sebanyak mungkin
variabel yang mungkin berguna dan kemudian menggunakan analisis data untuk
mengelompokkan orang kedalam segmen. Untuk memilih landasan segmentasi yang
cocok terlebih dahulu. Spesifikasi produk lebih erat terkait dengan pengambilan

3.

keputusan pemasaran.
Mengumpulkan dan menganalisis data segmentasi : hasil dari pengumpulan data dan
analisis keseluruhan proses segmentasi pasar difokuskan pada pengidentifikasian
kelompok-kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai keinginan dan kebutuhan

4.

yang sama.
Mengembangkan profil tiap-tiap segmen : memilih dari serangkaian variabel deskriptif
yang mungkin seperangkat variabel yang sesuai untuk setiap segmen. Variabel
demografi dan geografi menghasilkan gambaran yang lebih lengkap mengenai setiap

5.

segmen di pasar.
Mendidik segmen-segmen yang dilayani : dengan melihat segmen-segmen yang
menawarkan peluang yang memberikan kesesuaian terbaik antara sumber daya
organisasi dan segmen yang digarap.

6.

Merancang rencana pemasaran : segmen yang dilayani pesaing juga harus diidentifikasi,
strategi untuk menarik perhatian konsumen di setiap segmen harus dikembangkan.
Atribut-atribut produk harus dirancang atau dirancang ulang dan kampanye promosi
harus disusun untuk menciptakan citra yang dikehendaki pasar.

2.4.2

Segmentasi Pasar Sebagai Strategi pemasaran


Menurut Swasta tahun 2004 menyebutkan secara sederhana konsep pemasaran adalah

suatu organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat
menguntungkan. Pengusaha yang mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor
penting untuk mencapai sukses, bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah
baru ini yang disebut dengan konsep pemasaran. Definisi tersebut mempunyai konsekuensi
bahwa semua kegiatan perusahaan termasuk produksi, tehnik, keuangan dan pemasaran harus
diarahkan pada usaha untuk mengarahkan pada usaha untuk mengetahui kebutuhan pembeli,
kemudian memuaskan kebutuhan tersebut dengan mendapatkan laba yang layak dalam jangka
panjang.
Asumsi pokok yang mendasar konsep pemasaran adalah bahwa untuk sukses,
perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pada pasar tertentu
dan memberikan kepuasan yang diinginkan lebih baik dari pada pesaing. Konsep pemasaran
didasarkan pada pemikiran bahwa pemasar harus membuatapa yang dapat dijualnya, dari
berusaha menjual apa yang telah dibuat. Banyak perusaaan yang memanfaatkan pemasaran
sasaran. Disini penjual membedakan segmen-segmen pasar utama, membidik segmen itu, dan
mengembangkan produk serta program pemasaran yang dirancang khusus bagi masng-masing
segmen (Sunarto,2004).
2.4.3

Atribut Produk
Dalam sebuah pemasaran, produk sangat penting karena produk digunakan penjual

untuk ditawarkan kepada pembeli guna memenuhi kepuasan konsumen. Setiap produk tentunya
memiliki atribut yang digunakan untuk memberikan ciri antar produk lainnya. Atribut produk
merupakan segala hal yang melekat pada produk dan menjadi bahan pertimbangan bagi
konsumen untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut (Simamora, 2002)

Menurut Kotler tahun 2003 yang menyebutkan bahwa manfaat yang ditawarkan pada
atribut dalam bentuk diantaranya adalah :
a)

Kualitas Produk
Kualitas adalah salah satu alat penting bagi pemasar untuk menetapkan posisi. Kualitas

mempunyai dua dimensi, yaitu tingkat dan konsistensi. Disini kualitas produk berarti
kemampuan produk untuk melaksanakan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas, kualitas
yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsisten yang
tinggi tersebut kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan
kekonsistenan dalam memberikan tingkatan kualitas yang dijanjikan.
b)

Fitur Produk
Sebuah produk yang ditawarkan dengan berbagai fitur. Sebuah model awal tanpa

tambahan yang menyertai produk tersebut menjadi titik awalnya. Perusahaan yang dapat
menciptakan model dari tingkat lebih tinggi dengan menambahkan berbagai fitur. Fitur adalah
alat persaingan untuk membedakan produk perusahaan terhadap produk sejenis yang menjadi
pesaingnya. Menjadi produsen awal yang mengenalkan fitur baru yang dibutuhkan dan
dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk bersaing.
c)

Gaya dan Desain Produk


Cara lain untuk menambah nilai bagi pelanggan adalah melalui gaya dan desain produk

yang khas. Konsep desain lebih luas dibandingkan gaya. Gaya semata-mata penampilan produk
tertentu. Gaya mengedepankan tampilan luar dan membuat orang bosan. Gaya yang sensasional
mungkin akan mendapatkan perhatian dan mempunyai nilai seni, tetapi tidak selalu membuat
produk tertentu berkinerja lebih baik. Berbeda dengan gaya, desain bukan sekedar tampilan
setipis kulit ari, desain masuk ke jantung produk. Desain yang baik dapat memberikan
kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga penampilannya.
Sedangkan menurut Simamora tahun 2002 menyebutkan bahwa atribut merupakan
segala hal yang melekat pada produk, sehingga yang menjadi komponen atribut produk
merupakan komponen yang melekat pada produk diantaranya : (1) merek produk, (2) bentuk
produk, (3) rasa produk, (4) warna produk, (5) harga produk, (6) daya tahan produk, (7) Desain
Produk dan sebagainya yang dianggap dapat membentuk perbedaan antar produk lainnya.
2.5

Penelitian Terdahulu

2.5.1

Pemasaran Beras
Pada penelitian terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh Rizki, Munandar dan

Andrianto (2013) dengan judul Analisis Persepsi Konsumen dan Strategi Pemasaran Beras
Analog (Analog rice), penelitian ini dilakukan gunamenyusun strategi pemasaran Beras
Analog melalui identifikasi segmentasi, targeting dan positioningberdasarkan persepsi
konsumen. Metode analisis yang digunakan adalah analisis crosstabs, analisis klaster dan
analisis biplot dengan sampel responden adalah 73 orang. Dari hasil crosstabs menunjukkan
bahwa karakteristik konsumen (umur, status perkawinan, pendidikan, pendapatan dan
pengeluaran konsumsi per-bulan, berhubungan dengan kesan dan minat untuk melakukan
pembelian ulang. Analisis Cluster memberikan empat segmen pasar dengan segmen pasar ke 3
yaitu berusia 31-40 tahun, menikah dengan tingkat pendapatan Rp 4.500.000 - Rp 6.000.000.
Analisis biplot memberikan positioning untuk produk Beras Analog, sehingga beras ini
menawarkan manfaat kesehatan, bahan bernutrisi, dan aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan persepsi konsumen diketahui bahwa mayoritas konsumen menyatakan
kesan suka terhadap Beras Analog dengan penilaian suka pada rasa, aroma, teksur dan bentuk
serta penilaian cukup pada warna. Tipe konsumsi yang cocok untuk Beras Analog adalah
sebagai makanan selingan (kuliner). Bahan kemasan yang disukai sebagian besar konsumen
Beras Analog adalah kemasan standing pouchdengan ukuran kemasan 800 gram serta
informasi yang dibutuhkan yang harus tertera pada kemasan adalah informasi nilai gizi. Lokasi
pemasaran yang tepat untuk Beras Analog kedepannya adalah melalui pasar moderndengan
bentuk promosi melalui iklan di televisi. Kisaran harga per packnya untuk Beras Analog
adalah Rp 23.000 per 800 gram.Berdasarkan semua penilaian konsumen, sebagian besar
konsumen berminat untuk mengkonsumsi kembali Beras Analog kedepannya. Pada hasil
tabulasi silang, terdapat hubungan yang signifikan antara kesan dengan usia, status
pernikahan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran serta minat mengkonsumsi kembali dan
tipe konsumsi. Berdasarkan banyaknya jumlah responden yang menyukai dan berminat untuk
mengkonsumsi kembali Beras Analog, maka dapat disimpulkan persepsi konsumen terhadap
produk ini baik.
Berdasarkan Analisis Cluster dengan menggunakan Hierarki Cluster dapat diketahui
bahwa jumlah segmen yang dapat dibentuk berdasarkan karateristik demografi konsumen
yang signifikan pada hasil tabulasi silang (usia, status pernikahan, pendidikan, pendapatan dan

pengeluaran) dan kesan adalah berjumlah empat segmen. Profil target pasar yang dipilih
adalah yang memiliki persentase terbesar dan memiliki kesan suka sehingga cluster(segmen)
yang terpilih yaitu cluster 3 dengan karateristik konsumen berusia 31-40 tahun, menikah,
tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani yaitu S1, memiliki rata-rata pendapatan
dan pengeluaran per bulan Rp 4.500.001 Rp 6.000.000. Berdasarkan Analisis Biplot, dapat
diketahui bahwa posisi atribut yang berada pada derajat kepentingan sangat penting adalah
atribut manfaat kesehatan, kandungan nutrisi dan keamanan dikonsumsi sehingga perumusan
positioning yang dapat disusun adalah Beras Analog merupakan beras alternatif non padi
yang aman dikonsumsi karena mengandung lebih banyak nutrisi dan bermanfaat untuk
kesehatan.
Selanjutnya pada penelitian lainnya tentang pemasaran beras yang dilakukan oleh Sudi
Mardianto, Yana Supriatna dan Nur Khoiriyah Agusti (2005) dengan judul Dinamika Pola
Pemasaran Gabah dan Beras di Indonesia. Penulisan jurnal ini dilakukan untuk mengkaji pola
pemasaran gabah dan beras di Indonesia dan untuk melihat secara mendalam fungsi dari
masing-masing perdagangan beras dan gabah di Indonesia. Metode yang digunakan adalah
metode analisis deskripsi.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut saluran pemasaran beras di Indonesia adalah
sebagai berikut :
Petani

..

Penggilinga
n

tengkulak

Konsume
n

KUD Desa

Pedagang
Pengecer

Gambar 1 : Saluran Pemasaran Beras di Indonesia


Pola pemasaran yang dilakukan di beberapa daerah menyebabkan kondisi harga di
tingkat petani semakin rendah, namun kondisi ini terbalik pada harga yang harus dibeli oleh
konsumen yang tinggi, hal ini disebabkan oleh tingkat margin keuntungan pasar beras
dilakukan oleh para pengumpul dan pengecer dengan menaikkan harga ditingkat konsumen.

Tingginya harga yang harus dibayar oleh konsumen akan mempengaruhi pola konsumsi beras
di Indonesia. maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk mengolah harga yang
diajukan oleh petani

Terhadap konsumen, dengan begitu diharapkan pemerintah dapat

membantu tingkat pendapatan petani.

2.5.2

Segmentasi pasar
Pada penelitian terdahulu belum pernah ditemukan publikasi tentang segmentasi pasar

beras, namun didapat pada penelitian sebelumnya yang membahas tentang analisis
segmentasipasar ada beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Serli dan
Gunawan (2006) dengan judul Analisa Segmentasi, Penentuan Target dan Posisi Pasar pada
Restoran Steak dan Grill di Surabaya, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
segmentasi pasar pada restoran steak dan grill di Surabaya, dan untuk menentukan target
pasar pada restoran steak dan grill di Surabaya dan untuk mengetahui posisi pasar restoran
steak dan grill di Surabaya. Metode deskriptif dan analisa klaster yaitu dengan langsung
mengelompok-ngelompokkan konsumen pada pasarnya, berikut hasil penelitiannya : Hasil
analisa klaster mengelompokkan responden yang merupakan pengunjung restoran steak
dangrill di Surabaya ke dalam 5 segmen, yaitu 1). segemen the change-expecting lad; 2).
segmen thesavvy conqueror, 3). segmen the establishedconfident; 4). segmen the optimistic
family person; dan 5). segmen the cheerful humanist. 2. Masing-masing segmen mempunyai
karakteristik, profil, dan perilaku yang berbeda-beda dimana hal ini bisa berpengaruh terhadap
pilihan konsumen pada salah satu restoran. 3. Belum terjadi diferensiasi yang tinggi
terhadaplayanan restoran steak and grill di Surabaya. Hal ini nampak dari responden restoran
yang satudengan yang lainnya merupakan segmen yang sama, misalnya restoran BC, PrS, PS,
dan BA,dimana respondennya adalah dari segmen the change-expecting lad yang sebagian
besar merupakan kelompok pelajar dan mahasiswa. Selanjutnya, restoran CLV dan restoran
TR, dimana responden dua restoran ini adalah merata dari kelima segmen yang
adamenjelaskan bahwa konsumen restoran steak dan grill di Surabaya dapat dibagi menjadi
lima segmen, dimana setiap segmen mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Hasil
penelitian juga mengungkap bahwa anggota tiap segmen adalah menyebar, dimana tidak ada
satu pun restoran yang hanya dikunjungi oleh satu segmen. Setiap segmen sebenarnya

mempunyai perbedaan profil dan perilaku sehingga berpengaruh terhadap pilihan konsumen
pada salah satu restoran.
Selanjutnya penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ana Kardita Marlia Prastiwi P
(2010) dengan judul Analisis Segmentasi Pasar Pada Restoran Cepat Saji di Wilayah Kota
Jember. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui segmentasi pasar restoran cepat
saji di wilayah Kota Jember. Restoran cepat saji yang menjadi tujuan penelitian ialah
KFC(Kentucky Fried Chicken), CFC (California Fried Chicken), Pizza Hut, QuickChicken,
Gama Ayam Goreng dan Steak. Penelitian ini menggunakan data primeryang diambil dari
kuesioner pada responden, yaitu masyarakat yang pernah mengunjungi restoran cepat saji
yang menjadi objek penelitian dan berdomisili diwilayah Kota Jember khususnya Kecamatan
Sumbersari, Kecamatan Patrang dan Kecamatan Kaliwates. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Alat analisis
yang digunakan adalah alat analisis pengujian instrumen yaitu uji validitas metodepearson
product moment, uji reliabilitas menggunakan Cronbachs Alpha yang dilanjutkan dengan
analisis statistik yaitu Cluster Analysis. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Klaster
bahwa konsumen restoran cepat saji diwilayah Kota Jember dapat dibagi menjadi 5 segmen,
dimana setiap segmen memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Tiap restoran cepat saji tidak
hanya dikunjungi oleh satu segmen saja. Kelima segmen memiliki perbedaan profil dan
perilaku sehingga berpengaruh pada pilihan konsumen pada salah satu restoran.
2.5

Kerangka Pemikiran
Beras diproduksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat, begitupun beras yang di
produksi di Kota Bengkulu. Banyaknya konsumen beras, sehingga dibutuhkan strategi
pemasaran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap beras, berdasarkan tingkat
kualitas dan harga beras maka beras dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu beras
premium, beras medium, dan beras raskin. Konsumen merupakan komponen lingkungan yang
mempengaruhi pencapaian tujuan pemasaran. Pemasaran sangat berhubungan dengan
konsumen yang merupakan target pasar, sehingga mempelajari perilaku konsumen menjadi hal
penting agar produk yang dihasilkan dapat tepat sasaran. Konsumen beras akan membentuk
pasar sendiri berdasarkan kelompok pasar beras, adapun aspek-aspek yang menjadi atribut
dalam kelompok pasar tersebut diantaranya aspek demografi yang menjadi penilaian adalah

umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, aspek tingkat penghasilan yang menjadi penilaian
adalah pendapatan, aspek sosiologi yang menjadi penilaian adalah perilaku konsumen dan
selera, dan aspek psikografi yang menjadi penilaian adalah merek dan harga.
Kelompok pasar yang terbentuk akan memiliki karakteristik sendiri sehigga akan
diperoleh profil untuk beras premium, kelas medium, dan beras raskin. Profil yang dibentuk
akan membuat segmentasi pasar beras di Kota Bengkulu.
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut :

Beras Bengkulu

Klasifikasi Beras :
1. Beras Premium
2. Beras Medium
3. Beras Raskin

Klasifikasi Konsumen Beras

Aspek-aspek Yang Mempengaruhi kelompok Pasar :

Aspek Demografi
1. Usia
2. Status
Pernikahan
3. Pendidikan

Tingkat Penghasilan
1. Pendap
atan

Sosiologi
1. Perilaku
Konsumen
2. Selera

Identifikasi Profil
Konsumen Beras

Produk

Psikografi
1.1. Brand/ Merek
2.2. Harga

1.
2.
3.
4.
5.

Aroma
Rasa
Tekstur
Bentuk
Warna

Analisis Cluster

Segmentasi Pasar Beras

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metode Penetuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan di Pasar Minggu Kota Bengkulu, pemilihan ini

dilakukan dengan cara purposive (Sengaja) dengan pertimbangan sebagai berikut :


1.

Hasil wawancara dengan Sekertaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota


Bengkulu yang menyatakan Pasar Minggu Kota Bengkulu merupakan pasar yang paling

2.

mudah di akses oleh masyarakat Kota Bengkulu.


Hasil wawancara dengan Kepala UPTD Pasar Minggu kios-kios pedagang beras cukup

3.

besar dan memadai untuk memperoleh informasi


Kios-kios pedagang beras menjual berbagai jenis beras.
Lokasi penelitian ini dilakukan di 4 kios pedagang beras yang masih aktiv dan cukup

besar, kios pedagang beras yang akan dijadikan lokasi penelitian adalah : Blok Deka, Blok A1
No 1, Blok A1 No 2, dan SPBK 03. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan cara
purposive (Sengaja) dengan pertimbangan hasil wawancara dengan kepala UPTD pasar
minggu yang menyatakan bahwa Blok Deka, Blok A1 No 1, Blok A1 No 2, dan SPBK 03
merupakan kios beras yang paling besar di pasar minggu. Penentuan merek beras yang akan
diteliti dilakukan dengan cara purposive (Sengaja) dengan pertimbangan diantaranya :
a)

Hasil wawancara kepada Bapak Ari Kristanto sebagai Kepala Bagian Pasar Perum Bulog
Kota Bengkulu yang menyatakan pengklasifikasian beras berdasarkan harga, merek
beras adalah beras merek Manggis, HP, dan Patent sebagai beras premium, beras merek
Seginim dan Lampung sebagai beras medium, dan beras merek Bulog sebagai beras

b)

raskin
Hasil wawancara dengan Bapak Jatiman Kepala Kios Blok Deka No 1 dan Bapak Adzar
Kepala Kios Blok SPBK menjelaskan beras Lampung yang dijadikan beras medium
adalah merek IR 64 dan Kembang.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka merek beras yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah beras merek Manggis, HP, dan Patent sebagai beras premium, beras merek Seginim
dan IR 64 dan Kembang sebagai beras medium, dan beras merek Bulog sebagai beras raskin
3.2

Metode Pengambilan Sampel


Dalam Penelitian ini pengambilan responden dilakukan dengan cara accidental

sampling. Teknik accidental sampling dilakukan dengan metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey personal interviews, yaitu memberhentikan orang yang sedang membeli
beras di lokasi penelitian, lalu menanyakan beberapa pertanyaan screening, selanjutntya jika
orang tersebut memenuhi kriteria untuk menjadi responden maka orang tersebut diminta
ketersediaannya untuk diwawancarai atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
kuisioner penelitian (Malhotra dalam Aditya 2009)
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan rumus Slovin, Menurut Slovin
(Aditya,2009), jumlah sampel di dapat melalui rumus :
n=

N
1+ N ( e )2

Keterangan :
n

= Ukuran Sampel

= Ukuran Populasi

= Toleransi Kesalahan (10%)


n=

286110
1+286110 (0.1)

n=

286110
2862.1

n=99,96
Jadi, Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100

Pada perhitungan diatas populasi berjumlah 286110 rumah tangga, berdasarkan data
jumlah rumah tangga objek survey ekonomi nasional (Susenas) Tahun 2014 (tabel rata-rata
pengeluaran konsumsi makanan terhadap beras tahun 2012 di Kota Bengkulu (Susenas, 2012).
Penetapan sampel dilakukan secara purposive (sengaja) dengan bahan pertimbangan hasil
wawancara dengan Kepala UPTD Pasar Minggu yang menayatakan terdapat 4 kios pedagang
beras Pasar Minggu yang paling besar yaitu Blok Deka, Blok A1 No 1, Blok A1 No 2, dan
SPBK 03. Berdasarkan tingkat pengeluaran terhadap konsumsi beras maka proporsional
jumlah sampel untuk setiap kios beras dilakukan perhitungan dengan pengelompokkan ratarata golongan pengeluaran masyarakat kota Bengkulu dalam mengkonsumsi beras, berikut
perhitungannya :
Tabel1. Proporsi Responden Untuk Tiap Kelas Beras
No

Golongan

Jumlah

Proporsi

Pengeluaran

Konsumen

(n/N x 100)

Kelas

(Bulan)
150.000 299.999

(RT) (n)
71526

26

Raskin

300.000 749.000

97415

34

Medium

>750.000

117169

40

Premium

Jumlah (N)
286110
Sumber : Sensus Ekonomi Nasional, 2012

100

Berdasarkan tabel 1 dapat diperoleh jumlah tiap-tiap kelas beras adalah 40 responden
untuk kelas premium, 34 untuk kelas medium, dan 26 untuk kelas raskin. Pembagian
responden pada setiap kios beras dilakukan dengan fleksibel terhadap kondisi di lapangan.
Responden penelitian ini adalah masyarakat Kota Bengkulu. Adapun kriteria dari responden
yaitu :
1.

Responden berusia antara 1760 tahun, karena pada usia tersebut responden dinilai
dapat mengerti pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuisioner penelitian dan mampu
membeli beras yang baik untuk dikonsumsi. Pada tingkat usia ini merupakan tingkat
usia produktif yang diasumsikan telah memiliki pendapatan yang tetap selain itu juga
pada tingkat usia ini merupakan rata-rata usia masyarakat Kota Bengkulu menikah
adalah 17 tahun (Susenas, 2012) dan berdasarkan UU ASN NO. 5 TAHUN 2014 - POKOKPOKOK KEPEGAWAIAN YANG BARU, Adapun mengenai Batas Usia Pensiun (BUP), pasal

90 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini meyebutkan, yaitu: a. 58 (lima puluh delapan)
tahun bagi Pejabat Administrasi; b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan c.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.

2. Responden yang dipilih merupakan responden yang merupakan faktor penentu


pengambilan keputusan dalam proses pembelian beras.
3. Responden paling sedikit 3 kali mengkonsumsi beras kelas premium, kelas medium, dan
kelas raskin, diasumsikan tingkat loyalitas konsumen adalah konsumen yang melakukan
pembelian jenis beras lebih dari 3 kali dalam kurun waktu 4 bulan terakhir.
3.3

Metode Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder:

1.

Data primer, yaitu data yang langsung dan sengaja diperoleh dari sumber data oleh
peneliti untuk tujuan yang khusus (Surakhmad, 1998). Data primer dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung oleh peneliti dengan
memberikan pertanyaan secara terstruktur pada alat bantu kuesioner, wawancara dan
observasi. Data yangdiambil yaitu mengenai alasan dan faktor yang mempengaruhi

2.

pembelian jenis beras yang dikonsumsi oleh konsumen.


Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dipeoleh dari orang diluar peneliti
sendiri (Surakhmad, 1998). Datasekunder yang dibutuhkan dari instansi-instansi yang
terkait denganpenelitian ini yaitu dari BPS data konsumsi beras, Susenas data
pengeluaran konsumsi beras, USDA data konsumsi dunia, Perum Bulog data kebijakan
kelompok beras, BTP data produksi beras dan sebagainya.

3.4

Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis

tabulasi silangdan analisis kalster. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software
Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS. Kevalidan dan kesahihan data pada kuesioner
menggunakan uji validitas dan uji realibilitas.
3.4.1 Analisis Deskriptif
Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi identitas kelompok konsumen
Beras di Kota Bengkulu analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan
mentabulasi data yang diperoleh dari kuesioner terhadap responden. Menurut Sugiyono (1997)

analisis deskriptif yaitu cara yang digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu mengenai data
yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk tabel, uraian verbal, diagram dan bentuk lainnya
agar data-data tersebut lebih mudah dipahami.
Analisis deskriptif ini digunakan dalam menggambarkan identitas kelompok konsumen
beras dengan mentabulasi secara sederhana data yang telah diperoleh dari wawancara terhadap
konsumen beras pada lokasi penelitian.
3.4.2 Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengujian kuesioner yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pertanyaan dalam kuesioner pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh
responden. Uji validitas dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada 30 Responden dengan
kriteria responden adalah orang yang pernah mengkonsumsi beras. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan metode Cochran Q Test, yaitu dengan memberikan kuesioner kepada
responden, dimana kuesioner yang disediakan mencakup atribut-atribut dengan memberikan
yang telah disediakan diantaranya adalah usia, status pernikahan, pendidikan, pendapatan,
perilaku konsumen, selera konsumen, merek, dan harga. Untuk mengetahui atribut yang valid,
dilakukan tes Cochran dengan prosedur sebagai berikut :
1.
Menentukan hipotesis yang sudah dilakukan yaitu:
Ho :Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden
H1:Kemungkinan semua atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh
2.

responden
Mencari Q hitung dengan rumus berikut :
C ( C1 ) Cj (C1 ) N
Q=
CN Ri
Keterangan

: Nilai Cochran

: Banyaknya variabel (Asosiasi)

Ri

: Jumlah baris jawaban ya

Cj

: Jumlah kolom jawaban tidak

: Total besar

3. Menentukan Q-tabel dengan =0.05, dengan derajat kebebasan adalah jumlah variabel
(atribut) dikurang 1
4. Dasar pengambilan keputusan :
Ho ditolak, jika Cochran hitung > X2 (Ch Square) Tabel

Ho diterima, jika Cochran hitung < X2 (Chi Square) Tabel


Untuk jawaban ya diberi nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Dalam uji validitas
pada pengujian satu diperoleh hasil Qhit > Qtabel artinya tolak Ho maka dilakukan pengujian
kedua dengan mengeluarkan salah satu atribut dari daftar kuesioner, lalu dilakukan pengujian
lagi dan seterusnya hingga diperoleh atribut yang valid.
3.4.3 Uji Realibilitas
Uji realibilitas Hoyt adalah salah satu teknik uji realibilitas untuk sekali pengambilan
data (uji realibilitas internal). Uji realibilitas ini dilakukan dengan cara mengujikan kuesioner
kepada 30 orang responden. Jika hasilnya tidak reliable, maka kuesioner perlu diperbaiki lagi.
Setelah itu dilakukan kembali uji realibilitas untuk kuesioner yang kedua. Tetapi jika kuesioner
yang pertama sudah realible, maka peneliti dapat dilanjutkan dengan 70 responden berikutnya.
Tahap-tahap dalam pengujian realibilitas didapat dari rumus sebagai berikut:
1.
Mencari nilai jumlah kuadrat responden (JKr) dengan rumus :
X t Xt 2
JKr=

k
kN

2.

Keterangan

JKr

: Jumlah kuadrat responden

: Banyaknya responden

Xt

: Skor total setiap responden

Mencari jumlah kuadrat butir (JKb) dengan rumus:


2
B Xt
JKb=

k
kN
Keterangan
JKb
B
(Xt)

3.

:
: Jumlah kuadrat butir
: Jumlah kuadrat benar (ya) seluruh butir
: Kuadrat dari jumlah skor

Mencari jumlah kuadrat total (Jkt) dengan rumus :


( B ) + S
( B )( S)
JKt =

Keterangan
JKt
B

:
: Jumlah kuadrat total
: Jumlah jawaban benar (ya) seluruh butir

4.

S
: Jumlah jawaban salah (tidak) seluruh butir
Mencari jumlah kuadrat sisa (JKs) dengan rumus :

JKs=JKtJKrJKb
5.

6.

Mencari varians responden, varians asosiasi dan varians sisa dengan rumus :
JKr
JKa
JKs
Vr=
Va=
Vr=
db r
db a
db s
Keterangan :
Vr
: Varians responden
dbr
: Derajat bebas responden
Va
: Varians asosiasi
dba
: Derajat bebas asosiasi
Vs
: Varians sisa
dbs
: Derajat bebas sisa
Memasukkan nilai varians yang diperoleh dari rumus :
Vs
r 11=1
Vr
Nilai realibilitas yang diperoleh kemudian dibandingkn dengan nilai tabel r product
moment. Jika r11 > r product moment dapat disimpulkan bahwa instrument yang
digunakan tidak handal. Sebaliknya jika r 11 < r product momentdapat disimpulkan
bahwa instrumen yang digunakan andal dan penelitian dengan instrument yang sama
dapat dilanjutkan. Maka dapat disimpulkan atribut-atribut asosiasi yang digunakan
handal dan secara bersama-sama bias digunakan untuk mencari asosiasi pembentuk
segmentasi beras.

3.4.4 Analisis Tabulasi Silang


Tabulasi silang merupakan metode untuk melihat tingkat hubungan antar variabel. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan analisis tabulasi silang guna melihat hubungan antar
atribut yang disediakan terhadap beras yang dipilih oleh konsumen.

Tabel 2. Uji Tabulasi silang antara variabel terhadap jenis beras yang dipilih konsumen
jenis beras yang dipilih
Kategori
BPr
BMe
BRa
Usia
XX
XX
Oo
oo

Status Pernikahan
XX
XX

Oo
Pendidikan

Pendapatan

Perilaku Konsumen

Selera

XX

XX

XX

XX

Brand/Merek

XX

Harga

XX

Aroma

XX

Rasa

XX

Tektur

XX

Bentuk

XX

Warna

XX

XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo
XX
Oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

oo

Sumber : Data Primer diolah (2015)

Keterangan :
XX = Hubungan Antara Kelompok Konsumen Beras Premium dan Beras Medium
Oo = Hubungan Antara Kelompok Konsumen Beras Medium dan Beras Raskin

= Hubungan Antara Kelompok Konsumen Beras Premium dan Beras Raskin


BPr = Beras Premium
BMe = Beras Medium
BRa = Beras Raskin

Alat uji yang digunakan ujntuk tabulasi silang dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji kebebasan (Chi-square). Adapun rumus yang digunakan adalah :
( f 0f e )
x 2=
fe
Keterangan

X2

: Nilai Chi-square

f0

: Frekuensi yang diharapkan

fe

: Frekuensi yang diperoleh/diamati

Ho ditolak, jika X2 hitung > X2 (Ch Square) Tabel


Ho diterima, jika X2 hitung < X2 (Chi Square) Tabel
Kesimpulan

Terima H0

: Tidak terdapat perbedaan variabel terhadap kelompok konsumen

Tolak H0

: Terdapat perbedaan variabel terhadap kelompok konsumen

3.4.5 Analisis Klaster


Untuk mengetahui segmentasi pasar beras di Kota Bengkulu maka metode analisis yang
digunakan adalah analisis klaster, menurut Hidayat (2014), Analisis klaster adalah teknik
multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek/cases
berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis klaster mengklasifikasi objek sehingga
setiap objek yang memiliki sifat yang mirip (paling dekat kesamaannya) akan mengelompok
kedalam satu klaster (kelompok) yang sama.
Analisis klaster dilakukan dalam penelitian ini untuk mensegmentasikan konsumen
beras yang ada dalam tiap kelas beras. Pengambilan keputusan dengan analisis klaster memiliki
5 tahapan (Ivan 2013) yaitu :
1.
Menentukan tujuan analisis klaster,
2.
Penentuan desain dalam analisis klaster
3.
Penentuan jumlah klaster
4.
Menginterpretasi hasil analisis klaster,
5.
Mengukur tingkat validasi hasil analisis
Pada penelitian ini, prosedur analisis klaster yang digunakan adalah hierarki klaster
dikarenakan jumlah sampel yang digunakan relative kecil yaitu 100 sampel. Untuk memperoleh
kesempatan yang sama setiap responden maka data yang diperoleh akan dilakukan standarisasi
data. Setelah melakukan standarisasi data maka akan dibentuk klaster beras yaitu (1) beras

premium, (2) beras medium, dan (3) beras raskin, setelah itu dilakukan analisis non-hierarki
klaster terhadap variabel-variabel yang terbentuk yaitu usia, status pernikahan, pendidikan,
perilaku konsumen, selera, pendapatan dan harga. Bentuk matriks non-hirarki yang akan
terbentuk adalah seperti berikut :
Tabel 2.Matriks Non-Hierarki Klaster
Variabel
Usia
Status Pernikahan
Pendidikan
Perilaku Konsumen
Selera
Pendapatan
Harga

Beras Premium
------------------------------------

Klaster
Beras Medium
------------------------------------

Beras Raskin
------------------------------------

Sumber : Riski dkk, 2013


Setelah data diperoleh maka akan dibentuk profil untuk setiap klaster yang terbentuk,
dengan begitu maka akan terbentuk segmentasi pasar beras di Kota Bengkulu.

3.5
1.

Konsep dan Pengukuran Variabel


Beras adalah bahan pangan pokok yang dikonsumsi konsumen dijual dalam bentuk

2.

kemasan maupun curah (Kg)


Atribut adalah segala sesuatu yang melekat pada pemetaan beras berdasarkan kelas
beras. Atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Harga adalah nilai beras yang dibayar konsumen untuk membeli beras (Rupiah/kg)
b. Umur adalah lama hidup konsumen yang dihitung dimulai dari tanggal lahir hingga
pelaksanaan penelitian berlangsung (Tahun)
c. Brand adalah tanda berupa nama yang digunakan oleh pedagang beras guna
memberikan informasi kepada konsumen, berupa papan nama dan harga beras yang
akan dijual
d. Selera adalah keinginan konsumen dalam mengkonsumsi beras diukur dengan
tingkat pembelian minimal 3 kali pembelian dalam kurun waktu 4 bulan terakhir
e. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima konsumen dari hasil pekerjaan yang
dilakukan (Rupiah/bulan)
f. Pendidikan merupakan pembelajaran formal yang dilakukan oleh konsumen
(Tahun)

g. Status pernikahan merupakan status sosial pernikahan yang melekat pada konsumen
yang tercatat secara hukum dan agama
h. Bentuk adalah sifat fisik beras yang melekat pada beras dan dilihat dari keutuhan
bulir beras merek Manggis, Patent, HP, Seginim, IR 64, Kembang, dan Bulog
diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 5 (Sangat Baik), 4
(Cukup Baik), 3 (Netral), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Sangat Kurang Baik)
i. Aroma adalah sifat fisik beras yang melekat pada beras yang dilihat dengan dari
tingkat kesegaran aroma (tidak apek) beras merek Manggis, Patent, HP, Seginim, IR
64, Kembang, dan Bulog diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen
yaitu 5 (Sangat Baik), 4 (Cukup Baik), 3 (Netral), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Sangat
Kurang Baik)
j. Tekstur adalah sifat fisik beras yang melekat pada beras yang dilihat dari tingkat
kelembutan pada beras merek Manggis, Patent, HP, Seginim, IR 64, Kembang, dan
Bulog diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 5 (Sangat
Baik), 4 (Cukup Baik), 3 (Netral), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Sangat Kurang Baik)
k. Rasa adalah sifat fisik beras yang melekat pada beras yang dilihat dari tingkat
kepulenan nasi dari beras merek Manggis, Patent, HP, Seginim, IR 64, Kembang,
dan Bulog diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 5
(Sangat Baik), 4 (Cukup Baik), 3 (Netral), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Sangat Kurang
Baik)
l. Warna adalah sifat fisik beras yang melekat pada beras dilihat dari tingkat
kecerahan warna beras merek Manggis, Patent, HP, Seginim, IR 64, Kembang, dan
Bulog diukur dengan pemberian skor sesuai penilaian konsumen yaitu 5 (Sangat
3.

Baik), 4 (Cukup Baik), 3 (Netral), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Sangat Kurang Baik)
Responden adalah orang yang melakukan keputusan pembelian beras merek Manggis,
HP, Patent, Seginim, Lampung dan Raskin Kota Bengkulu yang melakukan pembelian

4.

minimal 3 kali
Segmentasi pasar beras yaitu pemetaan pasar menjadi 3 kelompok yaitu beras premium,

5.

beras medium, dan beras raskin


Aspek pasar berdasarkan demografis adalah pengelompokan pasar berdasarkan usia,

6.

status pernikahan, dan pendidikan konsumen.


Aspek Pasar berdasarkan pengelompokan pasar menurut tingkat pendapatan konsumen
yang diukur dalam rupiah/bulan.

7.

Aspek pasar berdasarkan sosiologiyaitu pengelompokan pasar berdasarkan perilaku

8.

konsumen dan selera


Aspek Pasar Psikografi yaitu pengelompokan pasar berdasarkan brand/merek dan selera
harga

DAFTAR PUSTAKA
Agusman.1991.Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Melalui Identifikasi saluran
Pemasaran Gabah dan Beras. Majalah Pangan, X (3): 120-122
Anindita. 2014. Pentingnya segmentasi Pasar dan Kegunaannya.AninditasBlog (Diakses
:Jumat 23 Oktober 2014)
Anonim.2014.Pengertian dan Karateristik Beras .
http//karimahpatriyani.wordpress.com/2014/11/04/beras [diakses tanggal 04 Nopember
2014]
Alfiani,Husniah.2011.Analisis Segmentasi pasar dan analisis Demografi:Nias Blog
(diakses :Senin, 27 Oktober 2014 )
BKP. 2014. Data Konsumsi Kota Bengkulu. Kota Bengkulu
BPS.2014. Bengkulu Dalam Angka. Provinsi Bengkulu
Bulog. 2014. Kebijakan Pangan, Bulog, dan Ketahanan Pangan: Perum Bulog Pusat
Ivan .2013. Analisis Klaster : Ivans Blog (Diakses : Rabu, 10 Desember 2014)
Kotler. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas Jilid 1. Gramedia Jakarta
Mardianto, Sudi, Yana Suriatna, Nur Khoriyah Agustin. 2005. Dinamika Pola Pemasaran Beras
Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi XXIII(2): 116-131
Marlia,Ana Kardita. 2010.Analisis Segmentasi Pasar Pada Restoran Cepat Saji di Wilayah
Kota Jember. Jurnal Penelitian IV (3) :116-130
Riski, Deviani Ananda dkk. 2013. Analisis Persepsi Konsumen dan Strategi Pemasaran Beras
Analog (Analog Rice). Jurnal Manajemen Organisasi IV (02): 145-160
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pusat Utama. Jakarta
Sunarto, 2004. Manajemen Pemasaran. AMUS. Yogyakarta
Surakhmad,W.1998.Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tehnik.CV Tarsito.
Bandung
Suryana, dan A.Purwoto. 1998.Perspektif dan Dinamika Penawaran,Permintaan dan Konsumsi
Pangan . Agronomika.Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta
Swastha, Basu. 2004. Manajemen Penjualan. BPFE. Yogyakarta
USDA.2011.World Compsumtion Data. (Online) http://ndb.nal.usda.gov. Diunduh: 21
November 2014

Wijaya,serly dan Gunawan Adi Chandra.2006.Analisa Segmentasi , Penentuan Target dan


Posisi Pasar pada Restoran Stek dan Grill di Surabaya. Jurnal Manajemen Perhotelan
II(02): 76-85

Anda mungkin juga menyukai