Print SH
Print SH
SIROSIS HEPATIS
Oleh :
1. ELYA SESPA
04121007
2.
3. YOZA MISRA FATMI 04121010
SIROSIS HEPATIS
A. Defenisi
Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang normal oleh lembar - lembar jaringan ikat dan nodul
nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal
( Patofisiologi, Sylvia A.Price : 2003)
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan, nekronis sel hati yang
luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Noer, 1996).
B. Etiologi
Meskipun etiologi berbagai bentuk sirosis masih kurang dimengerti,
terdapat tiga pola khas yang ditemukan pada kebanyakan kasus, yaitu :
Sirosis Laennec, Sirosis Pascanekrotik, dan Sirosis Biliaris.
1. Sirosis Laennec/ sirosis alkoholik/sirosis Portal/sirosis gizi
Sirosis
Laennec
merupakan
pola
khas
sirosis
terkait
yang
Pascanekrotik
agaknya
terjadi
setelah
nekrosis
obstruksi biliaris
Kelelahan
Anoreksia
Dispepsia
Flatulen
Ikterus
Edema perifer
Kecenderungan perdarahan
Atrofi testis
Ginekomastia
Alopesia
ginekomastia
o Tendensi perdarahan terutama GIT, anemia, kerusakan
ginjal, infeksi
o Gejala awal/hepatitis berulang
b. Pemeriksaan Penunjang
Uji Faal Hepar
Bilirubin meningkat ( N : 0,2-1,4 gr%) menunjukkan fungsi ekskresi
yang rusak
SGOT meningkat ( N : 10-40 /c)
SGPT meningkat ( N : 5-35 /c)
LED sangat menurun karena fibrinogen menghilang dalam darah
Albumin dan protein serum menurun ( N : 6,6- 8 gr/dL)
USG (Ultrasonografi)
c. Komplikasi
o Ulkus peptikum
o Perdarahan saluran cerna
o Ensefalopati hepatik
o Carsinoma hepatoseluler
o Koma hepatikum
D. Penatalaksanaan
Umum
Istirahat/bedrest sampai perbaikan asites dan edema
Diit rendah protein, bila ada asites diit rendah garam, bila proses
tidak aktif diperlukan diit tinggi kalori, jika ada tanda
prekoma/koma.
Hepatikun jumlah protein dihentikan
Mengatasi infeksi dengan golongan antibiotika non hepatotoksik
Memperbaiki status gizi, bila perlu dengan asam amino essensial
da glukosa
Roboransia , vit B komplek
Edema dan Asites
E. WOC
Identitas Klien
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
b.
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
2)
letih/lemah
Perdarahan gusi
kembung
Diare/konstipasi
mual
Data Fisik
1) Aktivitas/Istirahat
-
Kelemahan
Letargi
2) Sirkulasi
-
Perikarditis
3) Eliminasi
-
Flatus
- Penurunan/tidakadanya bising
usus
Distensi abdomen
4) Makanan/Cairan
Anoreksia, mual/muntah, berat badan menurun atau peningkatan berat
badan, edem umum, kulit kering, turgor buruk, perdarahan gusi,
spidernevi, ikterik
5) Nyeri/kenyamanan
Nyeri tekan abdomen, perilaku waspada, fokus pada diri sendiri
6) Pernafasan
Dispnea, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi
paru terbatas.
7) Keamanan
Demam, ikterik, ekimosis, eritema palmaris
8) Seksualitas
Impotensi, gangguan menstruasi
9) Neurosensorik
Perubahan mental, bingung, bicara lambat/tidak puas, ensepalopati
hepatik.
Perubahan mental
Demam
Penurunan
HB menurun
Diagnosa
diatas
Mulut kotor
Perdarahan gusi
Ikterik
Ketidakseimbangan dalam
periksaan nutrisi
DS :
-
Diagnosa
Di atas
Edema umum
Takipnea
Pernafasan dangkal
Anasarka
Oliguria
Efusi pleural
Perubahn TD
Gangguan elektrolit
DS : -
Kulit bersisik
Malnutrisi
Penonjolan tulang
Edema , asites
DS : -
Dipsnea
Takipnea
Penafasan dangkal
Hipoksia
DS :
- Klien mengeluh nafas sesak, sulit
bernafa
s
-
7. resiko tinggi terhadap cidera b.d profil darah abnormal, gangguan faktor
pembekuan, hipertensi portal.
DO :
-
Perdarahan GI
HB < normal
Klien gelisah
Asites
Letargi
Varises
Albumin rendah
DS :
- Klien mengeluh merasa lemah
9.
Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d diit tak adekuat,
ketidakmampuan memproses/ mencerna makanan, anoreksia, mual/muntah.
Kriteria hasil:
Intervensi
Mandiri
Rasional
tidak disukai
Aminofusin
2. kolaborasi dalam pemberian obat-
antimual,muntah.
BB ideal
Udema negatif
Intervensi
1.
Rasional
Batasi asupan natrium
jika diinstruksikan
2.
3.
4.
Intervensi
1. Lihat permukaan kulit, adanya
Rasional
Edema jaringan lebih cenderung untuk
untuk pijak
dekubitus
lipatan
kulit
pindah
Mencegah terjadinya goresan pada
kulit sehingga meningkat cedera kulit
s
4. risiko tinggi pola nafas tak efektif b.d penumpukan cairan intraabdomen,
penurunan ekspansi paru
Kriteria Hasil :
Intervensi
1. Kaji pola pernafasan, adanya
tholepnae / sinosis
Rasional
Untuk mengetahui masalah pernafasan
dan sejauh mana masalah dirasakan
urin
tubuh
Aktifitas dan pikiran membuat
peningkatan metabolisme yang
memerlukan O2 sehingga nafas
semakin sesak untuk memenuhi O2
6.
Intervensi
1. Amati adanya tanda- tanda
Rasional
Perdahan merupakan faktor yang
pada klien
selam perdarahan
Intervensi
Rasional
Mandiri
Amati perubahan perilaku dan mental
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan lab misal :
amoniak, elektrilit. BUN, darah lengkap
Daftar Pustaka
Anderson, Sylvia et all ( 1995 ). Patofisiologi vol II ed IV. Jakarta : EGC
Capernito, Linda Juall ( 1998 ). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doengoes, M, E ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare ( 2001 ). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol II, Ed 8,
Jakarta : EGC.
Hudak dan Gallo ( 1995 ). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Noer. Syaifulla, dkk ( 1996 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.