Anda di halaman 1dari 14

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

Rahayu Surtiati Hidayat


(Universitas Indonesia)

Pengantar

Penelitian selalu melibatkan penulisan, mulai dari merancang, merencanakan,


meneliti di lapangan, sampai ke melaporkan hasil penelitian. Sebelum merancang suatu
penelitian, peneliti biasanya membaca pustaka sambil mencatat hal-hal yang penting.
Dengan kata lain, meninjau pustaka pun melibatkan penulisan. Jika pencatatan bukan
sekadar menyalin, peninjauan pustaka sebenarnya merupakan "latihan pemanasan"
menulis karya ilmiah. Kemudian, merancang dan merencanakan penelitian harus
diungkapkan secara tertulis di dalam proposal penelitian (untuk selanjutnya disebut
proposal).
Jadi, proposal adalah sarana bagi peneliti untuk menyampaikan secara tertulis rancangan
(design) penelitiannya. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa penilai (reviewer) proposal tidak
berkomunikasi secara langsung dengan penulis proposal. Maka, ia hanya menilai berdasarkan
pemahamannya terhadap tulisan. Semakin jelas tulisan calon peneliti, semakin mudah
proposalnya dipahami dan akhirnya dinilai tinggi.
Oleh karena itu, format proposal harus dipatuhi agar penilai mudah mencari unsur yang harus
dinilainya. Apalagi, jika kita menyusun proposal untuk mencari dana, format yang ditawarkan
oleh pemberi dana mau tidak mau harus dipatuhi. Itulah salah satu cara meyakinkan pemberi
dana. Memang format kita rasakan menghambat alur pikir, tetapi itu satu-satunya jalan untuk
dapat menilai secara objektif ratusan—adakalanya ribuan—proposal. Dalam bahasan ini, pertama
saya akan menunjukkan perbedaan antara proposal untuk tesis atau disertasi dan proposal untuk
mencari dana. Setelah itu, butir penting dalam penyusunan proposal, diikuti oleh langkah
penyusunan. Terakhir, format proposal dan bedanya dari format laporan.
Ciri Proposal

PROPOSAL TESIS/DISERTASI PROPOSAL PENELITIAN KOMPETITIF

1. Diajukan kepada tim pengajar/ 1. Diajukan kepada tim penilai yang


pembimbing yang ditunjuk universitas. ditunjuk oleh pemberi dana.

2. Merupakan sumber primer bagi tim 2. Merupakan alat untuk "merayu"


pembimbing baik untuk peninjauan, pemberi dana: probabilitas perolehan
pembimbingan, dan yang terpenting, dana bergantung pada kejelasan
untuk disetujui pelaksanaannya. Oleh proposal. Oleh karena itu, lazimnya
karena itu, kualitas pembimbingan, perguruan tinggi terlabih dahulu
sistem pembimbingan ditentukan oleh menilai dan mengusulkan
kejelasan proposal. penyempurnaan kepada calon peneliti
agar proposalnya memenuhi standar.

3. Harus merupakan bentuk final untuk 3. Proposal yang disepakti oleh tim penilai
pengumpulan data. Biasanya merupakan kontrak yang mengikat
pengubahan substansial harus peneliti (sering juga perguruan tinggi)
dilakukan atas kesepakatan eksplisit dengan pemberi dana. Jika penelitian
dari tim pembimbing. diperikan dalam proposal secara cermat
dan lengkap, akan menjadi landasan
untuk pelaksanaan penelitian dan untuk
laporan yang memenuhi standar
keberterimaan.

Proposal untuk tesis/disertasi dan proposal untuk penelitian kompetitif tidak berbeda secara
substansial, tetapi secara praktis. Artinya kepada siapa proposal ditujukan menentukan gayanya.
Dalam praktik, ada sedikit perbedaan isi, misalnya dalam proposal yang pertama lazimnya tidak
diterakan anggaran dan curriculum vitae penyusun proposal. Apa pun tujuan penyusunan
proposal, isi adalah yang utama. Oleh sebab itu, tiga belas butir penyusunan yang berikut ini
penting diperhatikan.

Tiga Belas Butir Penting


Ketiga belas butir penting ini memang terfokus pada proposal untuk penelitian yang
berancangan kualitatif. Meskipun demikian, prinsip yang sama dapat diterapkan untuk
penelitian kuantitatif.

1. Mengapa penelitian kualitatif? Uraikan dengan sangat jelas bahwa rancangan


kualitatif memang sesuai dengan tujuan umum (mengapa Anda melakukan penelitian)
dan dengan tujuan khusus (pertanyaan penelitian).
2. Menyusun rencana fleksibel. Sajikan sebuah rencana yang memerikan segala sesuatu
yang akan Anda lakukan sejak awal sampai akhir pengkajian. Prosedur tertentu harus
tanggap terhadap kejadian yang sebenarnya selama pengumpulan data ataupun jenis
data yang mulai terhimpun.
3. Membangun kerangka pikir. Sajikan kerangka konseptual yang membantu Anda
dalam menjelaskan dan mengklarifikasi rancangan yang Anda ajukan. Definisikan

2
beberapa pikiran dasar dan tunjukkan hubungan di antara mereka, hubungannya
dengan masalah penelitian, metodologi, dan dengan pustaka yang terkait.
4. Menguraikan bagian-bagian. Setiap kali pastikan bahwa Anda menulis secara
singkat, tetapi menjelaskan secara eksplisit hubungan di antara bagian-bagian
proposal. Senyampang sedang membahas penulisan, jangan ragu untuk menggunakan
saya atau kami (penelitian kelompok) karena dalam penelitian kualitatif hal itu
dianjurkan.
5. Merencanakan penyahihan. Jelaskan secara langsung masalah kesahihan (validity)
sehingga penilai tidak perlu lagi bertanya “Apakah proposal Anda dapat dipercaya?”.
Atau Anda siap dengan jawaban yang meyakinkan. Paling tidak ada tiga ancaman
terhadap kesahihan: (a) Bagaimana Anda menjamin bahwa deskripsi partisipan1 dan
konteks akurat serta lengkap? (b) Apakah bias pribadi merupakan ancaman? (c)
Bagaimana dan berapa besar kadar reaksi partisipan terhadap Anda (dan prosedur
penelitian) akan mempengaruhi kesahihan data dan apa rencana Anda untuk
menanggulangi masalah itu?
6. Menggambarkan berbagai analisis. Diskusikan rencana analisis data, gunakan contoh
jika perlu.
7. Merencanakan perekaman. Uraikan secara jelas cara Anda merawat jejak tertulis.
Misalnya, jika Anda mengusulkan untuk menggunakan bentuk tertentu untuk
menyistematisasi kategori untuk menganalisis transkrip, bagaimana dan kapan Anda
akan merekam sumber yang tepat untuk setiap kategori? Di mana Anda akan
mendokumentasi berbagai revisi jika Anda memang melakukan revisi? Bagaimana
Anda akan merekam berbagai spekulasi mengenai data, partisipan, penelaahan, atau
Anda sendiri ketika pikiran semacam itu tidak dapat disisipkan di dalam catatan
lapangan atau transkripsi interview?
8. Mengunjukkan prosedur. Hindari penggunaan “istilah hebat”. Memang penelitian
kualitatif penuh dengan jargon khusus, tetapi daripada menerakan “grounded theory”,
“triangulasi sumber-sumber data” yang sulit dieja, lebih baik menguraikan langkah
penelitian dengan kata-kata sendiri.
9. Jangan mengantisipasi temuan. Berhati-hatilah menggunakan bahasa karena prosedur
penelitian Anda dapat diartikan mengantisipasi temuan. Anda pastilah mempunyai
dugaan mengenai apa yang sedang terjadi, dan kerangka pikir pun akan
mencerminkannya, namun jangan mengeksplisitkan dugaan itu karena Anda akan
terpojok dalam membuat panduan wawancara.
10. Menguantifikasi secara benar. Jika memutuskan untuk menghitung jumlah informasi
(frekuensi, mengukur asosiasi, dll.), karena konteks penelitian Anda memang
memerlukannya, pastikan bahwa Anda dapat melakukannya dengan benar.
11. Merencanakan jalan masuk dan jalan keluar. Pikirkan, ketika Anda menyusun
prosedur penelitian, jalan masuk dan jalan keluar dari konteks penelitian (baik lokasi
maupun hubungan manusia) dan jelaskan dalam proposal Anda. Perlu dicatat bahwa
cara Anda masuk dan keluar dari konteks penelitian dapat menjadi masalah etika
ataupun berakibat dalam kegiatan penelitian.

1
Dalam penelitian kualitatif, informan disebut juga partisipan karena mereka subjek penelitian dan
merupakan ahli dalam pengalaman diri.

3
12. Mentransfer secara cermat. Pastikan bahwa Anda menguraikan potensi kerampatan
(generalizability) hasil penelitian Anda (dapat diterapkan pada populasi lain)
sehingga cocok dengan prosedur pemilihan partisipan yang Anda usulkan.
13. Menyebutkan sudut pandang Anda. Sebutkan pengalaman Anda dalam penelitian dan
segala unsur yang mendukungnya.

Dua Puluh Langkah Penyusunan Proposal Penelitian


Berikut ini bagan yang menunjukkan kedua puluh langkah dalam penyusunan
proposal penelitian. Langkah yang rumit akan dijelaskan secara terperinci. Langkah 1 dan
2 cukup jelas.
Langkah 3: Memfokuskan. "Apa yang ingin saya ketahui?". Bergerak dari yang
umum ke yang spesifik tidak selamanya mudah, terutama bagi mahasiswa atau peneliti
pemula. Memang penting untuk berpikir umum pada awalnya, namun fokus diperlukan
karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Terlebih lagi, fokus memungkinkan peneliti
menelaah apa yang ingin diketahuinya secara mendalam. Beberapa pertanyaan ini akan
membawa peneliti pada fokus: "Sesuai dengan sumber acuanku dan jenis masalahku, dari
mana aku mulai?" "Dalam masyarakat apa?" "Dalam keadaan apa?" "Kapan?" "Di mana
lokasinya?" "Dengan mengamati peristiwa apa?" dan "Dengan menangani variabel yang
mana saja?". Langkah 4 juga jelas.
Tahap 5: Penting untuk mengidentifikasi jawaban atas berbagai alasan. Pada tahap
ini, peneliti menempatkan proposalnya dalam sudut pandang ilmu dan masyarakat. Apa
sumbangan penelitian ini untuk pengembangan ilmu, pembangunan masyarakat? Sering
peneliti terjebak dalam tataran praktis, padahal, setelah menyebutkan sumbangan praktis,
ia harus menunjangnya dengan pemahamannya tentang gejala yang mendasar.
Maka pertanyaan A dapat diajukan, "Apakah berbagai alasan itu merupakan
pembenaran untuk melanjutkan proposal dengan topik ini?" Di sini, peneliti harus jujur
terhadap dirinya sendiri, "Apa kebutuhan dan minatku sebenarnya?" Jangan terjebak pada
pertanyaan-pertanyaan klise. Kalau memang alasan ternyata tidak perlu dijawab atau
peneliti tidak peduli, lebih baik kembali ke langkah 1.
Langkah 6: meninjau kepustakaan yang gayut. Mengilas beberapa sumber rujukan
akan membawa peneliti pada pustaka yang diperlukannya dalam penelitian yang
direncanakannya. Langkah selanjutnya sampai dengan langkah 10 jelas. Mengenai
pertanyaan kita juga dapat langsung meninjau pertanyaan E.
Pertanyaan E: Apakah penyebab ketiadaan jawaban dapat diperbaiki? Jika peneliti
membaca sumber rujukan secara cermat, ia akan menemukan banyak pertanyaan (baca
masalah) yang tidak ada jawabannya, entah karena keterbatasan teknologi, pengetahuan.
Maka, ia harus menakar kemampuannya dan kendala untuk mengisi kekosongan itu.
Penjelasan berikutnya adalah mengenai pertanyaan I.
Pertanyaan I: Apakah jelas arti berbagai hasil yang mungkin diperoleh? Semakin
ketat logika, semakin anggun kerangka pikir, dan semakin dekat rancangan dengan
kenyataan, semakin kecil risiko peneliti untuk gagal memperoleh temuan yang maknawi.
Memang temuan harus diantisipasi kemungkinannya karena itulah yang menjadi tujuan
penelitian.
Langkah 16: Berbagi dan berdikusi dengan rekan dan pembimbing. Bukan hal
yang aneh bahwa mahasiswa enggan berdiskusi dengan —atau bahkan bertanya kepada
—pembimbingnya. Demikian juga peneliti jarang berbagai gagasan dengan rekan

4
sebidang. Padahal, justru kritik ataupun saran hanya kita dapatkan dalam diskusi.
Langkah 17 dan 18 jelas.
Langkah 19: Sajikan kepada panitia ujian atau tim peninjau. Jelaskan dan berikan
penopang. Agar tidak kecewa dalam upaya menyajikan proposal yang terbaik, berikut
empat cara yang patut dilakukan.
(1) semakin banyak bertemu dengan anggota tim sebelum presentasi, akan
menyempurnakan proposal Anda;
(2) dalam perbicangan antara Anda dan anggota tim atau antara mereka, wajar bahwa
muncul berbagai pandangan baru. Khususnya untuk mahasiswa penyusun tesis atau
disertasi pandangan baru itu akan membekali Anda dalam penelitian selanjutnya;
(3) ketika Anda menemui kesulitan dalam menentukan pilihan, segera bicarakan itu
dengan tim, jangan menunggu ditanya. Tentu saja jangan memberi gambaran bahwa
penelitian Anda akan penuh dengan jebakan. Ajukan masalahnya dan usulkan jalan
keluar yang memungkinkan sehingga tim dapat menimbangnya.
(4) Jika ada anjuran untuk merevisi atau melengkapi proposal penelitian, pastikan bahwa
tim menandatanganinya.

Langkah 20: Himpun data. Olah dan tafsirkan sebagaimana direncanakan dalam
proposal peneltian. Pada tahap penelitian inilah Anda merasakan imbalan dari segala
kesulitan Anda selama menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian yang bagus
bukan sekadar panduan untuk pelaksanaan penelitian, melainkan kerangkan kerja untuk
interpretasi yang cerdas tentang berbagai hasil dan inti laporan penelitian yang
meyakinkan. Oleh karena itu, ada ungkapan, "proposal penelitian sama dengan 75 persen
penelitian".

5
DUA PULUH LANGKAH MENYUSUN PROPOSAL
MULAI DI SINI
(1)

Browse.
Diskusi.
Pikir.

(2)

Ide bemunculan.
“Andaikata?”
“Mengapa?”
(7)

Tulis artikel. (3)


Kirim ke jurnal.
Fokuskan.
“Saya mau tahu
apa?”
TI DAK
(4)

Ajukan pertanyaan
spesifik dan jelas.
YA TIDAK
Jawaban
terkenal?
(C) (5)

Penting identifikasi
jawaban atas Ada alasan
YA alasan. untuk
teruskan?
(6) (A)
YA
Tersedia Survei pustaka
jawaban relevan.
jelas?
(B)

TI DAK
(8)
Jelas
Tinjau pustaka alasan
TI DAK tiada
secara intensif.
jawaban?
(D
(D)
(9)
YA
Ada yang TIDAK Pikirkan bentuk
paling penelitian. YA
tepat?
(F) Alasan
YA TI DAK
(10) mungkin
dijelaskan?
Tulis draf (E)
rancangan
penelitian.

(11)
LANGKAH 12
Pikirkan metode TI DAK Ada yang YA
pengumpulan data. paling
tepat?
(G)
6
(12)

Pikirkan metode
DARI PERTANYAAN Ada yang
analisis. TIDAK
(G) paling
tepat?
YA (H)
(13)

Tinjau dan perhalus


rancangan.
TIDAK
Makna
segala
hasil jelas? YA (14)
(I)
Perinci segala Balik ke langkah
prosedur. 8– 14 jika mungkin
diperbaiki.

(15)

Siapkan draf YA
proposal lengkap.

(16)
Ada risiko
Diskusikan dg
gagal?
rekan dan
(J)
pembimbing.
TIDAK
(17)

Lakukan kaji awal,


analisis data dan
tinjau semua
prosedur.

(18)

Revisi draf Ada


proposal. TIDAK masalah YA
substansial
YA
?
(K)
(19)

Ajukan ke panitia.
Perlu Pertahankan.
revisi
besar?
(L) TIDAK
(20)

Himpun data. Olah dan


interpretasi sesuai
dengan rencana.

KELUAR DI SINI

CATATAN: Kotak = langkah utama; garis utuh = urutan langkah. Lingkaran = masalah pokok yang
dihadapi; garis putus = konsekuensi ganti prosedur dengan pertanyaan YA atau TIDAK. (Locke et al. 2000:
52–53).

7
Format Proposal Penelitian
Di awal perbincangan kita sudah dijelaskan bahwa format proposal sangat penting
artinya dan wajib dipatuhi. Berikut ini saya akan membahas isi proposal yang selalu ada
dalam format proposal yang ditawarkan oleh siapa pun. Sebagai awal pembahasan, saya
akan membandingkan isi proposal dan isi laporan penelitian.

Isi Proposal Penelitan Isi Laporan Penelitian


- Topik (judul proposal) - Judul
- Latar belakang - Pendahuluan (latar belakang, penelitian
- Penelitian terdahulu terdahulu, masalah, tujuan, lingkup)
- Masalah - Kerangka teori
- Tujuan (manfaat jika perlu) - Metodologi penelitian
- Lingkup - Analisis data dan diskusi
- Kerangka teori - Kesimpulan (saran jika perlu)
- Metodologi penelitian - Daftar pustaka
-Jadwal penelitian
-Daftar pustaka
-Anggaran (jika perlu)
-Curriculum vitae (jika perlu)

Tampak bahwa banyak kemiripan antara isi proposal dan isi laporan penelitian.
Bedanya, pertama, segala sesuatu ditulis secara ringkas dalam proposal, tetapi dijelaskan
panjang lebar sebagai pengalaman penelitian dalam laporan. Kedua, dalam
pengungkapan, dari aspek kebahasaan, proposal menggunakan bahasa perencanaan, maka
sering menggunakan modalitas akan. Sebaliknya, laporan menggunakan bahasa hasil,
jadi harus menggunakan telah.
Saya tidak akan membahas topik penelitian yang tadi sudah dijelaskan dalam dua
puluh langkah penyusunan proposal. Namun, kita perlu menguji topik penelitian sebelum
memutuskan untuk menelitinya. Delapan pertanyaan berikut ini dapat digunakan untuk
menguji topik dari sudut pandang peneliti dan topik.

Uji topik:
a. Keluasan topik: kurang, cukup, atau terlalu luaskan ruang lingkup penelitian Anda?,
berapa besar jumlah informanatau sumber datanya?, sesuaikah dengan dana dan waktu
penelitian yang tersedia?
b. Tempat topik dalam wilayah pengetahuan: apakah topik yang Anda pilih merupakan
objek penelitian yang sudah sering diteliti? Ataukah sebaliknya? Jika banyak peneliti
telah mengkaji suatu wilayah topik, mudah bagi peneliti terakhir untuk menemukan
rujukan, tetapi sulit baginya untuk mencari bagian yang belum diteliti. Keadaan
sebaliknya dihadapi peneliti yang memilih wilayah topik yang jarang atau sama sekali
belum diteliti. Kiat yang berguna untuk diingat: berdiskusi dengan orang yang Anda
anggap tahu banyak tentang objek penelitian itu.
c. Makna sosial topik: apakah topik Anda termasuk golongan "netral"? Ataukah termasuk
kategori topik "panas"? Topik yang berkaitan dengan konflik sosial yang sedang
berlangsung sebaiknya tidak dipilih sebagai topik sebuah tesis atau disertasi.
d. Tingkat kesulitan topik: apakah Anda menghayati konsep-konsep yang melatari topik
pilihan Anda? Bacalah satu dua rujukan, maka Anda akan melihat bahwa topik terlalu
sulit bagi Anda.

8
Uji peneliti:
a. Minat pribadi peneliti: topik itu pilihan Anda sendiri? Anda benar-benar meminati topik
itu? Ingat, penelitian adalah perjalanan panjang yang akan memusnahkan motivasi Anda
jika topik penelitiannya tidak benar-benar menarik minat Anda.
b. Kemampuan dan pendidikan peneliti: Ijazah tidak menjamin penguasaan pengetahuan.
Oleh karena itu pertanyakan: Apa dan berapa banyak yang saya ketahui setelah saya
belajar sekian lama? Mudah/sulitkah Anda berhubungan dengan sesama? Jangan
mencurangi karena Anda sendiri yang akan merugi, mengakui keterbatasan bukan
kegagalan tetapi memanfaatkan potensi yang tersedia. Khusus mengenai penelitian
kelompok, timbanglah hubungan Anda dengan anggota kelompok yang lain.
c. Situasi sosial peneliti: Di mana tempat Anda di dalam masyarakat? Anda pasti
mengenal citra Anda sendiri dan orang lain mempunyai citra tentang Anda.
Kepribadian, kemampuan berinteraksi, reputasi, profesi, integrasi kelembagaan,
dapat menentukan keberhasilan penelitian Anda.
d. Sumber daya materiil peneliti: Masalahnya bukan hanya dana, tetapi sarana pada
umumnya. Cukupkah dana untuk meneliti sekian lama, melakukan perjalanan,
membeli peralatan? Tersediakah rujukan yang Anda perlukan? Laik telitikah
(feasable) topik Anda?

BAGAN 1: Uji Topik Penelitian

minat pribadi keluasan


peneliti topik

kemampuan dan tempat topik


pendidikan peneliti dalam wilayah

pengetahuan

peneliti topik

situasi sosial pemaknaan


peneliti sosial topik

sumber daya tingkat kesulitan


materiil peneliti topik

Isi Proposal Penelitian

Latar Belakang
Bagian ini adalah tempat bagi peneliti untuk mengumumkan topik penelitiannya
dengan cara memperlihatkan posisinya dalam bidang ilmu. Dua hal perlu diingat:

9
pertama, letak topik penelitian dalam bidang ilmu harus dijelaskan demikian rupa
sehingga jelas arah penelitiannya. Kedua, alasan ilmiah pemilihan topik perlu dijelaskan
untuk meyakinkan penguji atau pemberi dana bahwa penelitiannya memang perlu
dilaksanakan. Salah satu caranya adalah menjelaskan penelitian terdahulu untuk
memperlihatkan rumpang yang perlu diisi.

Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat ditelaah melalui peninjauan pustaka (literature review).
Dua manfaat meninjau laporan penelitian peneliti lain: pertama penyusun proposal
mengetahui sejauh mana kemajuan penelitian di bidang ilmunya dan melihat hal yang
belum diteliti. Kedua, penyusun proposal memahami berbagai “teori kecil” yang
ditawarkan oleh peneliti terdahulu sehingga lebih mudah baginya untuk merumuskan
kerangka pikirnya sendiri.

Masalah
Masalah penelitian adalah sesuatu yang tidak diketahui peneliti dan akan
diketahuinya setelah meneliti. Jadi, masalah penelitian merupakan fokus penelitian. Oleh
sebab itu, proposal hanya merumuskan satu masalah penelitian yang sering disebut juga
masalah utama.
Sebenarnya masalah penelitian diungkapkan dengan kalimat afirmatif, tetapi demi
kepraktisan, banyak penyusun proposal lebih suka menggunakan kalimat interogatif
sehingga bentuknya serupa dengan pertanyaan penelitian. Satu hal lagi perlu dicamkan:
rumusan masalah penelitian tidak boleh sama dengan topik penelitian. Masalah penelitian
adalah turunan dari topik penelitian.
Kemudian, untuk memandu pengumpulan dan analisis data, masalah penelitian dapat
diurai menjadi beberapa pertanyaan penelitian. Sebenarnya, pertanyaan penelitian
merupakan hipotesis kerja (praduga) bagi penelitian kualitatif. Sebaliknya, penelitian
kuantitatif wajib merumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji keberterimaannya.

Tujuan
Sebagaimana masalah penelitian, sebuah proposal penelitian juga merumuskan satu
tujuan penelitian yang sering disebut tujuan utama. Jika ingin menguraikan lebih lanjut
tujuan penelitiannya, penyusun proposal dapat merumuskan beberapa sasaran penelitian.
Sasaran penelitian adalah sesuatu yang harus diketahui dan dijelaskan terlebih dahulu
untuk dapat mencapai tujuan penelitian. Penelitian dapat diibaratkan permainan sepak
bola. Untuk memasukkan bola ke gawang (goal, tujuan utama), para pemain harus
menggiringnya secara berantai. Perjalanan bola dari satu pemain ke pemain itu dapat
disamakan dengan sasaran. Mengenai formulasinya, tujuan penelitian harus berbeda dari
masalah penelitian. Tujuan penelitian bukan kalimat afirmatif yang diturunkan dari
kalimat interogatif masalah penelitian, tetapi kalimat yang mengungkap hasil penelitian
yang diharapkan.
Adakalanya penyusun proposal harus menjelaskan manfaat penelitiannya. Dalam hal
ini ia dapat menjelaskan sumbangan dari hasil penelitiannya bagi pengembangan ilmu
dan bagi keperluan praktis. Manfaat penelitian sering juga disebut signifikansi penelitian,
tetapi rumusannya harus berbeda dari sudut pandangnya. Dalam hal signifikansi

10
penelitian, penyusun proposal harus menunjukkan pentingnya penelitian yang
diusulkannya, misalnya dengan menunjukkan ketiadaan data.

Lingkup Penelitian
Yang dimaksud dengan lingkup penelitian adalah sejauh mana dan sedalam mana
penelitian akan dilakukan. Lingkup penelitian harus dijelaskan secara eksplisit karena
merupakan batas kegiatan penelitian.

Kerangka Teori
Kerangka teori lazim disebut juga kerangka konseptual, kerangka teoretis, dan yang
paling rendah hati menyebutnya kerangka pikir. Kerangka teori dapat diibaratkan jendela
yang dibuat atau dipilih oleh peneliti untuk dapat mengamati gejala yang terjadi di luar
dirinya. Jadi, kerangka teori bersifat sangat pribadi: setiap peneliti menyusunnya sesuai
dengan topik dan masalah penelitian. Memang, penyusun proposal harus
mempertanggung jawabkan kerangka teorinya dengan jalan mendiskusikan teori besar
dan teori kecil yang relevan dengan topik penelitiannya. Namun, itu tidak berarti bahwa
ia cukup mendampingkan satu teori dengan teori lain tanpa menjelaskan pendiriannya
dan merumuskan kerangka pikirnya sendiri. Untuk memudahkan pemahaman—baik oleh
penilai maupun oleh peneliti sendiri, kerangka teori sebaiknya diungkapkan dengan
diagram.

Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah segala sesuatu yang menyangkut cara mengumpulkan
dan menganalisis data. Cara itu merupakan turunan dari kerangka piker prnyusun
proposal. Oleh sebab itu, ia harus menjelaskan ancangan yang akan diterapkannya,
metode penelitian yang dianggapnya paling tepat, dan teknik pengumpulan data serta
teknik analisis data yang dipilihnya.

Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian mempunyai manfaat ganda: pertama, untuk meyakinkan pemberi
dana bahwa penelitian terencana dengan ketat sehingga besar kemungkinan akan selesai
pada waktunya dengan hasil yang memuaskan semua pihak. Kedua, untuk mengingatkan
peneliti akan kewajiban yang telah ditetapkannya sendiri. Dalam hal ini, jadwal
penelitian sebaiknya ditempel di tembok, atas meja kerja peneliti, agar selalu terbaca
kembali oleh peneliti.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah bagian dari proposal yang selalu ditinjau oleh penilai karena
dapat memperlihatkan keaslian proposal, kegayutan dengan rancangan penelitian, dan
riwayat pengetahuan (track record) penyusun proposal. Oleh karena itu, hanya pustaka
yang relevan dengan topik penelitian yang dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh,
banyak proposal penelitian di bidang studi wanita ditolak karena dalam daftar pustakanya
tidak tercantum pustaka studi wanita. Selain itu, perlu diingat bahwa jumlah pustaka yang
berlebihan akan menimbulkan kecurigaan penilai terhadap pengetahuan peniliti ataupun
keaslian penelitian.

11
Kemutakhiran pustaka juga dinilai karena ilmu pengetahuan berkembang terus. Teori
yang satu direvisi, atau bahkan digantikan, oleh teori yang lain. Sebagai catatan, pustaka
yang merupakan terjemahan sebaiknya diberi acuan angka tahun karya aslinya. Kita tahu
tidak sedikit pustaka lama yang diterjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia.
Misalnya karya Ferdinand de Saussure, Cours de linguistique general, yang diterbitkan
pada tahaun 1930-an baru diterbitkan terjemahannya dalam bahasa Indonesia pada tahun
1985.

Anggaran
Bagian ini adalah yang paling sulit bagi peneliti yang belum berpengalaman, padahal
sangat menentukan keberterimaan proposal. Misalnya, karena percaya bahwa dana
penelitian akan dipotong, peneliti membuat anggaran yang jauh melampaui pagu yang
telah ditetapkan. Oleh penilai itu diartikan sebagai ketidaktertiban.
Contoh lain, honor sering juga berlebihan sehingga penilai menganggap penyusun
proposal mencari nafkah dari penelitian. Mereka yang pernah mendapat dana penelitian
dari sumber luar negeri pasti mengalami membuat anggaran tanpa honor peneliti. Etika
penelitian memang universal, tetapi pemerintah Indonesia masih mentolerir
penganggaran honor pelaku penelitian karena ingin mendorong minat para peneliti.
Meskipun demikian, honor maksimal merupakan 25 persen dari seluruh biaya.

Curriculum Vitae
Bagian ini perlu disusun dengan cermat agar tampak keabsahan peneliti dalam
kegiatan yang diusulkannya. Untuk kategori penelitian dosen muda CV memang tidak
menjadi perhatian utama, kecuali jika track record peneliti tidak sesuai dengan proposal
yang diajukannya. Namun, untuk penelitian yang tergolong “tingkat lanjut”, penelitian
yang pernah dilaksanakan oleh —dan gelar akademik—penyusun proposal sangat dinilai.

Sebagai penutup, saya menganjurkan agar setiap departemen (jurusan) dan/atau program
studi membentuk kelompok minat. Tujuannya adalah membahas secara bertahap gagasan
para dosen sampai menjadi proposal. Saya mendengar bahwa di Universitas Brawijaya
bahkan dibentuk satuan tugas untuk memandu para dosen menyusun proposal. Tugas
mereka mencakup juga penilaian awal sehingga proposal yang sampai ke meja Ditjen
Dikti memang siap-teliti. Selain itu, Departemen Kardiologi di Universitas Indonesia
mempunyai acara “Reboan” selama setengah jam saja. Para dosen mulai dengan
mengajukan gagasan penelitian satu halaman. Setelah mendapat masukan berkali-kali,
akhirnya menjadi proposal. Adakalanya penggagas pertama tidak tertarik untuk meneliti
topiknya walaupun itu bagus, maka ia menawarkannya kepada yang lain untuk
mengembangkan gagasannya menjadi proposal.

Isi Laporan Penelitian

1. Kelengkapan:
- persembahan (jika diinginkan)
- abstrak bahasa Indonesia: 200 kata
- abstrak bahasa Inggris: 200 kata (Usahakan kedua abstrak dicetak di halaman yang sama)

12
- prakata
- daftar tabel, singkatan dan akronim, peta, gambar, dll.
- daftar isi
2. Judul:
- harus mencrmnkan topik dan masalah penelitian
- sering terjadi perubahan formulasi: harus mencermnkan konsep-konsep kajian wanita dan
gender
- tidak lebih dari 8 kata
- subjudul untuk menegaskan
3. Pendahuluan:
- proposal dengan perubahan formulasi untuk menyesuaikan dengan laporan
- kerangka teori, metodologi penelitian, jadwal, daftar acuan dipindahkan
- penutup satu paragraf yang mengumumkan isi bab-bab selanjutnya.
4. (Tinjauan pustaka dan) kerangka teori:
- kerangka pikir yang dibentuk dari sintesis berbagai teori (besar dan kecil)
- diakhiri dengan model konseptual
5. Analisis:
- biasanya satu sampai tiga bab
- melaporkan data temuan lapangan
- menyajikan interpretasi data
- penutup yang menyijikan simpulan analisis dan diskusi
6. Kesimpulan (dan saran):
- dua sampai lima halaman
- berisi implikasi dari temuan hasil analisis
- benar-benar pendapat pribadi (teori kecil)
- formulasi: tanpa nomor paragraf, tanpa ontoh, tanpa pengacuan
- saran diberikan jika perlu
7. Daftar acuan:
- mengikuti gaya Modern Language Association (MLA)
- hanya memuat pustaka yang diacu
8. Lampiran
:
- nomor halaman melanjutkan nomor halaman di tubuh karangan

- hanya yang benar-benar perlu

13
Daftar Pustaka

Locke, L.F., Spirduso, W.W., Silverman, S.J. Ed. ke-4. Proposals that Work. A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals. Thousand Oaks: Sage, 2000.
Neuman, W.L. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston:
Allyn and Bacon, 1997.
Poerwandari, E.K. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3
Fakultas Psikologi UI, 2001.
Gibaldi, Joseph. Ed. Ke-5. Manual Handbook for Writers of Research Papers. New York: The
Modern Language Association of America, 1999.

Ratron Rahayu Surtiati Hidayat: surti@uninet.net.id

14

Anda mungkin juga menyukai