Peranan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Uptsp) Kabupaten Flores Timur Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Peranan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Uptsp) Kabupaten Flores Timur Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Jenis dan sumber data yang digunakan terdiri dari data primer yang diperoleh
langsung dari lokasi penelitian dan data sekunder yang diperoleh melalui studi
kepustakaan. Pengolahan data dilakukan dengan cara kategorisasi dan tabulasi data, yang
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) di Kabupaten Flores Timur sudah berjalan dengan baik, ditandai dengan
semakin meningkatnya kontribusi Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) terhadap
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktor yang menghambat pelaksanaan tugas
dan fungsi Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP), yaitu: masih terbatasnya
kompetensi dan jumlah pegawai pelaksana, masih terbatasnya sarana dan prasarana
pendukung pelayanan dan masih rendahnya dukungan dana operasional dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Flores Timur.
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang diajukan penulis anatara lain: perlu
dipertahankan dan ditingkatkan tugas dan fungsi Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) dalam memberikan Pelayanan Publik dan perlu adanya upaya-upaya untuk
meminimalisir faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Unit
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur.
A. Pendahuluan
Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja UPTSP Kabupaten Flores Timur menerangkan bahwa pembentukan
UPTSP adalah untuk memaksimalkan pelayanan publik kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan daerah. Terbentuknya UPTSP
Kabupaten Flores Timur ini tentunya melekat segala tugas pokok dan fungsi UPTSP sebagai
penyelenggara pelayanan publik. UPTSP Kabupaten Flores Timur sebagai penyelenggara
pelayanan publik sudah pasti mempunyai produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan itu
adalah izin karena UPTSP ini bergerak dalam bidang perizinan (Pasal 7 Peraturan Bupati
Nomor 23 tahun 2007). Tentunya produk Perizinan yang dihasilkan ini dalam prosesnya
menghasilkan hubungan timbal balik antara Pemerintah daerah dengan pihak masyarakat.
Pemerintah daerah mengeluarkan instrumen berupa izin sebagaimana yang diminta oleh
masyarakat sedangkan masyarakat menggantinya dengan biaya sebagaimana yang telah
ditentukan oleh UPTSP Kabupaten Flores Timur.
Biaya yang dipungut oleh UPTSP Kabupaten Flores Timur terhadap setiap perizinan
yang dihasilkan tentunya juga akan berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Flores Timur. Hal ini dikarenakan UPTSP Kabupaten Flores Timur selain
mempunyai Fungsi sebagai pemberi layanan publik kepada masyarakat Flores Timur dan
pihak yang membutuhkan, juga mempunyai fungsi sebagai Instansi di daerah yang berperan
dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur.
UPTSP Kabupaten Flores Timur yang telah dibentuk sejak tahun 2009 ini tentunya
diyakini telah memberi dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores
Timur.
.
2
Sedangkan menurut Peraturan Bupati Flores Timur No. 23 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Flores Timur, Yang dimaksud dengan UPTSP adalah unit pelayanan umum masyarakat
yang menjadi kantor bersama satu pintu bagi masyarakat yang memerlukan perizinan.
UPTSP adalah unit pelayanan daerah yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Bupati di Bidang Pelayanan Perizinan (Pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan
Bupati Flores Timur No. 23 Tahun 2007).
Tugas dan Fungsi Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu ( UPTSP )
Pembentukan UPTSP pada dasarnya mempunyai tugas pokok melayani masyarakat
umum dalam bidang perizinan. Sedangkan untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut,
UPTSP mempunyai fungsi menerima berkas-berkas pengajuan perizinan, memproses dan
mengumumkan; serta menyelenggarakan kerja sama dengan instansi terkait dalam
memproses perizinan (Pasal 7 dan 8).
Pembentukan UPTSP ditujukan untuk menyederhanakan birokrasi penyelenggaraan
Perizinan dalam bentuk :
a. Pemangkasan tahapan dan prosedur lintas instansi yang bersangkutan. Pemangkasan
prosedur secara radikal dapat dilakukan dengan pemusatan penyelenggaraan
Perizinan pada satu instansi yang memiliki kecukupan institusional untuk melakukan
koordinasi dengan lembaga lain yang terkait sebagaimana diatur oleh Undangundang .
b. Pemangkasan biaya. Dapat dilakukan jika prosedur dapat dipangkas sedemikian
rupa, mengingat setiap prosedur adalah biaya. Selain itu pengorganisasian yang baik
dapat menangkal biaya-biaya di luar yang telah ditetapkan.
c. Pengurangan jumlah persyaratan. Mekanisme Perizinan yang terdistribusi pada
instansi yang bebeda, menuntut persyaratan yang serupa dalam jumlah banyak.
Dengan penyelenggaraan UPTSP maka persyaratan yang diperlukan dapat dikurangi
melalui penetapan persyaratan yang cukup satu salinan, dan dapat digunakan untuk
berbagai izin yang diperlukan.
d. Pengurangan jumlah paraf dan tanda tangan yang diperlukan. Paraf dan tanda tangan
dalam sistem Perizinan yang terdistribusi pada berbagai instansi, diperlukan jumlah
yang cukup banyak, mulai dari keabsahan klarifikasi dokumen permohonan,
keabsahan hasil verifikasi lapangan, sampai pada tanda tangan dolumen izin.
e. Pengurangan waktu rata-rata pemrosesan Perizinan. Para pengusaha
menginvestasikan uangnya untuk memperpendek waktu pengiriman barang kepada
konsumen, sehingga konsumen bisa menikmati barang dan jasa dengan cepat. Dalam
sistem Perizinan yang terdistribusi, waktu yang diperlukan untuk melengkapi
persyaratan administrasi saja menghambat percepatan usaha mereka. Oleh karena itu
banyak pengusaha tidak berdaya yang pada akhirnya harus mengeluarkan biaya yang
lebih tinggi untuk bisa mempersingkat waktu prose Perizinan. Dalam sistem
Perizinan yang disederhanakan, pemangkasan waktu pemrosesan harus menjasi
pertimbangan utama.(Ridwan Dan Sudrajat, 2009. 191-192).
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sifat aktif tersebut dalam konsep hukum administrasi secara intrisik merupakan unsurunsur utama dan sturen (Besturen). Unsur-unsur tersebut adalah :
1. Sturen merupakan kegiatan yang kontinyu. Kekuasaan pemerintah dalam hal
menerbitkan izin mendirikan bangunan misalnya, tidaklah berhenti dengan
diterbitkannya izin mendirikan bengunan.
Kekuasaan pemerintah senantiasa
mengawasi agar izin tersebut digunakan dan ditaati.
2. Sturen berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah konsep
hukumpublik, penggunaan kekuasaan harus dilandaskan pada asas-asas negara hukum,
asas demokrasi dan asas instrumental.
3. Sturen menunjukan lapangan diluar legislatif dan yudisil. Lapangan ini lebih luas dan
lapangan eksekutif semata.
4. Sturen senantiasa diarahkan kepada suatu tujuan (Hadjon, 1997: 3).
Keputusan pemberian izin adalah suatu keputusan TUN. KTUN adalah suatu
keputusan sepihak dan suatu organ pamarintah, diberikan atas dasar wewenang
ketatanegaraan danlatau ketatausahaan negara yang menciptakan satu atau lebih keadaankeadaan konkrit, individual dan final dalam suatu hubungan hukum, menetapkannya secara
mengikat atau membebaskannya, atau dalam mana hal itu ditolak. Menurut akibat
hukumnya, izin merupakan KTUN yang menciptakan hukum (konstitutif).
Hal ini berarti bahwa dengan izin dibentuk suatu hubungan hukum tertentu. Dalam
hubungan hukum ini oleh organ pemerintahan diciptakan hak-hak (izin) dan kewajibankewajiban (melalui ketentuan-ketentuan) bagi yang berhak. Ketentuan-ketentuan yang
dimaksud disini adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organ pemerintahan memberi
izin. Fakta bahwa dalam banyak hal izin dikaitkan pada syarat-syarat, berhubungan erat
dengan fungsi sistem Perizinan sebagai salah satu instrumen pengaruh (pengendaliansturen) dan penguasa. Sedangkan keputusan izin menurut akibat hukumnya diperlukan
sebagai suatu keputusan yang mencipatakan hukum. Dengan pembenian izin timbul
hubungan hukum tertentu.
Perbedaan keputusan yang menciptakan hukum atau yang menetapkan hukum
merupakan alat bantu atau ikut menentukan kebebasan menguji dan hakim. Tetapi apabila
lembaga pembuat Undang-undang rnenggantungkan akibat hukum pada kenyataan
obyektif yang dipaparkan dengan samar-samar atau tebak-tebakan, maka hakim memiliki
akses untuk menguji secara Iengkap. Dalam hal ini hakim meneliti cara penetapan hukum
oleh organ pernerintahan. Namun bila lembaga pembuat Undang-Undang memberikan
kebebasan kebijaksanaan. maka lembaga tersebut dengan sendirinya rnenghendaki
8
menciptakan ruang bagi perundangan yang kreatif oleh organ pemenintahan untuk keadaan
konknit, individual dan final.
Ridwan HR (2002 :155-159), mengemukakan izin adalah perbuatan pemerintah
bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa
konkrit menurut prosedur dan persyaratan tertentu. Dari pengertian diatas, ada beberapa
unsur penting dalan izin, yaitu: Pertama, Instrumen Yuridis yaitu kewenangan pemerintah
tidak hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanaan (Rust En Orde), tetapi juga
mengupayakan kesejahteraan umum (Bestuurszorg). Dalam rangka melaksanakan tugas
ini kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan (Regelen atau
Besluiten Van Algemeen Strekking), yang dan fungsi pengaturan ini muncul beberapa
instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkrit yaitu dalam bentuk
ketetapan (Beschikking). Kedua, Peraturan Perundang-undangan : setiap tindakan hukum
pemerintah baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan harus
didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketiga, Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan
baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Keempat, Peristiwa konkrit : peristiwa
konkrit artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Keempat Prosedur dan
persyaratan pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemeberian izin. Disamping harus memenuhi prosedur
tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang
ditentukan secara sepihak oleh pemberi izin.
Secara umum bentuk dan isi dari izin terdiri atas:
1. Organ yang berwenang memberi izin. Dalarn izin dinyatakan siapa yang meniberikan
izin tersebut.
2. Yang dialamatkan. Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Izin tersebut lahir
setelah yang berkepentingan mengajukan pemohonan kepadaOrgan Yang Berwenang
Memberi Izin. Karena itu, keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada
pihak yang memohon izin. Disini jelas bahwa sebenarnya pemerintah (organ yang
memberi izin) tahu tempat/kawasan yang akan dipakai untuk melakukan kegiatan yang
secara nyata akan berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan hidup khususnya
ekosistem darat.
3. Diktum/Keputusan yang memuat izin. Demi alasan kepastian hukum, maka harus
mernuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.
10
SEKSI PELAYANAN
Setiap organisasi selain mempunyai struktur juga harus mempunyai tugas dan fungsi.
Berikut penulis menguraikan mengenai tugas pokok dari Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) Kabupaten Flores Timur sebagai berikut :
a. Koordinator
Tugas Pokok :
Menyusun program dan rencana kegiatan, mengkoordinasikan tata laksana
pelayanan umum ketatausahaan dan melaksanakan pengawasan terhadap petugas
pelayanan perizinan.
Fungsi :
1) Penyusunan program dan rencana kegiatan pelayanan perizinan;
2) Koordinasi tata usaha dan petugas pelayanan perizinan;
3) Koordinasi dengan instansi terkait untuk kelancaran pelayanan perizinan.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Tugas Pokok :
Menyiapkan bahan penyusunan program dan rencana kegitan pengelolaan
informasi, pengelolaan administrasi keuangan dan penyusunan surat menyurat, rumah
tangga dan perlengkapannya.
Fungsi :
1) Penyusunan, pembuatan dan pelaporan hasil pelaksanaan tugas;
2) Pengelolaan administrasi keuangan;
3) Pengurusan administrasi pelayanan masyarakat;
4) Pengurusan surat menyurat, kearsipan dan perlengkapan.
c. Seksi Pelayanan
Tugas Pokok :
Menyiapkan bahan rencana kegiatan pelayanan, pengelolaan pelayanan dan
mengkoordinir petugas pelayanan perizinan.
Fungsi :
1) Penyiapan bahan dan kegiatan pelaayanan perizinan;
2) Pengelolaan pelayanan perizinan;
3) Koordinasi petugas pelayanan perizinan;
4) Pengawasan terhadap petugas pelayanan perizinan;
5) Penyusunan bahan laporan.
Namun dalam perkembangannya dengan adanya Peraturan Daerah No. 16 Tahun
2011, Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) melebur menjadi Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu yang mulai berlaku sejak Februari 2012. Hal
tersebut yang menyebabkan adanya perubahan struktur organisasi, seperti dibawah ini.
11
Gambar 2.
KEPALA KANTOR
SUB BAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
Keterangan :
SEKSI
KERJA SAMA DAN
PROMOSI
SEKSI
Garis Komando
INFORMASI
DAN
Garis
Kooordinasi
SEKSI
DATA DAN EVALUASI
PELAYANAN
Setiap organisasi selain mempunyai struktur juga harus mempunyai tugas dan fungsi.
Berikut ini merupakan tugas pokok dari Kantor Penanaman Modal dan Pelayaan Perizinan
Terpadu Kabupaten Flores Timur menurut Peraturan Bupati Flores Timur No.6 Tahun 2012:
a. Kepala Kantor Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu
1. Ikhtisar Jabatan
Membantu Bupati dalm mengkoordinasikan, membina dan mengarahkan
penyelenggaraan tugas Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu,
meliputi urusan tata usaha, urusan kerja sama dan promosi, urusan informasi dan
pelayanan periziznan dan urusan data dan evaluasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Uraian Tugas
12
2. Uraian Tugas
1) Menyusun rencana kerja Sub Bagian Tata Usaha;
2) Menyusun materi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Meliputi:
a) Penyusunan rancana strategis (RENSIRA);
b) Penyusunan kinerja tahunan (RKT);
c) Penyusunan penetapan kinerja (PK) tahunan;
d) Penyusunan laporan akuntabilitas kierja instansi pemerintah (LAKIP) tahunan;
dan
e) Penyusunan evaluasi kinerja
3) Menyusun laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) dan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah (LPPD), dan informasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah (IPPD), pengawasan melekat, budaya kerja,kinerja keuangan
berdasarkan rencana kerja;
4) Memberi petunjuk penyusunan rencana kegiatan kantor penananman modal dan
pelayanan perizinan terpadu berdasarkan rencana strategis (RENSTRA) dan
sumber data lainnya;
5) Menyusun rencana kebutuhan barang unit, melakukan pendataan aset sesuai tahun
pengadaan dan sumber dana;
6) Menyusun dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas/kegiatan Sub Bagian Tata
Usaha sesuai data, informasi dan ketentuan;
7) Membagi tugas pada staf
8) Memeriksa hasil kinerja staf
9) Menyelia pelaksanaan tugas staf
10) Menyusun rencana kebutuhan barang unit, melakukan pendataan aset sesuai
tahun anggaran dan sumber dana;
11) Mengkoordinasikan penyusunan rencana program/kegiatan kantor berdasarka
input data dari seksi-seksi di lingkungan kantor;
12) Mengendalikan pelaksanaan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur;
13) Mengevaluasi pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha;
14) Menyusun laporan keuangan;
15) Melakukan kooordinasi dengan instansi terkait;
16) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan; dan
17) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas/kegiatan kepada atasan
c. Kepala Seksi Kerjasama Dan Promosi
1. Ikhtisar jabatan
Membantu Kepala Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
dalam melakukan urusan kerjasama dan promosi sesuai ketentuan Peraturan Perundangundangan.
2. Uraian Tugas
1) Menyusun rencana kerja seksi kerjasama dan promosi;
2) Menyusun dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas/kegiatan seksi kerjasama dan
promosi sesuai data, informasi dan ketentuan;
3) Membagi tugas pada staf
4) Memeriksa hasil kerja staf
5) Menyelia pelaksanaan tugas staf;
14
Menurut
Ketetapan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
No.63/KEP/M.PAN/7/2003, Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara Pelayanan Publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pelayanan Publik pada kenyataannya telah menjadi ranah dimana negara yang telah
diwakili oleh pemerintah berinteraksi langsung dengan pihak non pemerintah. Dalam ranah ini
telah terjadi pergumulan yang sangat intensif antara pemerintah dengan warga, dan baik atau
buruknya dalam Pelayanan Publik sangat dirasakan oleh masyarakat. Keberhasilan dalam
mewujudkan praktek good governance dalam Pelayanan Publik mampu membangkitkan
dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
Menurut penulis peningkatan terhadap Pelayanan Publik tidak dapat dilepaskan dari
konsep penegakan hukum. Hal tersebut tercemin dari konsep Laurence M. Friedman tentang tiga
unsur sistem hukum yaitu:
a. Stuktur hukum yakni kerangka atau rangkayan dari hukum itu sendiri.
b. Substansi hukum yakni aturan, norma, dan pola perilaku mmanusia yang nyata dalam sistem
hukum.
c. Kultur hukum yakni sikap manusia terhadap hukam dan sistem hukum yang didalamnya
terdapat kepercayaan, nilei, pemikiran serta harapan.
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan sebenarnya terletak pada faktor-faktior yang
mungkin mempengaruhinya. Faktor itu mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif
maupun negatifnya terletak pada substansi atau faktor tersebut. Faktor tersebut antara lain:
a. Faktor hukumnya sendiri.
b. Faktor penegak hukum.
c. Faktor sarana.
d. Faktor masyarakat.
e. Faktor kebudayaan.
Upaya Pemerintah dalam meningkatkan Pelayanan Publik dan laju pertumbuhan
ekonomi dalam rangka Otonomi Daerah ditempuh melalui peningkatan profesionalisme
Pelayanan Publik termasuk didalamnya penataan bidang Perizinan yang memberikan efek
meningkatkan kualitas Pelayanan Publik. Selain itu Perizinan merupakan elemen yang sangat
diperhatikan oleh pelaku bisnis dalam menanamkan investasinya di daerah. Oleh karena itu kalau
penyelenggaraan Perizinan tidak diselenggarakan dengan baik maka akan melemahkan nilai-nilai
daya saing dalam kegiatan perekonomian.
Upaya pemerintah untuk mengendalikan setiap kegiatan atau perilaku individu atau
kolektifitas yang sifatnya preventif adalah melalui izin. Izin adalah suatu keputusan administrasi
negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenan
kan dan bersifat konkrit.
Menurut Ateng Syafrudin izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan dimana
hal yang dilarang menjadi boleh. Kemudian Asep Warlan Yusuf mengatakan izin sebagai
instrumen pemerintah yang bersifat yuridis preventif yang digunakan sebagai sarana hukum
administrasi untuk mengendalikan perilaku masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan,
bahwa izin adalah perangkat hukum administrasi yang digunakan pemerintah untuk
mengendalikan warganya agar berjalan dengan teratur. Izin dimaksudkan sebagai hal yang bisa
memberikan kontribusi posif terhadap aktifitas ekonomi terutama dalam upaya menggali
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mendorong laju investasi. Suatu izin yang diberikan
pemerintah memiliki maksud untuk menciptakan kondisi aman dan tertib agar setiap kegiatan
17
sesuai dengan peruntukannya. Di sisi lain tujuan dari perizinan bagi pemerintah seringkali
dihubungkan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena pandapatan merupakan hal yang
penting dalam kerangka mewujudkan Otonomi Daerah. Tanpa pendapatan yang memadai,
mustahil otonomi daerah itu bisa terwujud.
Maksud dibentuknya Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) adalah mendorong
prakarsa masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan
daerah dan meningkatkan daya guna, hasil guna dan kelancaran pelayanan umum yang dilakukan
oleh aparatur negara di daerah. Selain itu pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memberikan akses
yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan publik yang lebih prima.
Didasarkan pada keinginan untuk meningkatkan kualitas pelayanan aparatur kepada
masyarakat dalam bidang perizinan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, maka melaui
Peraturan Bupati Flores Timur Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Flores Timur, Pemerintah Daerah Kabupaten
Flores Timur membentuk suatu satuan kerja yang bertugas menampung dan menyelenggarakan
semua pelayanan perizinan yang dibutuhkan oleh masyarakat yang disebut UPTSP. Oleh karena
itu diharapkan dengan adanya Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) di Kabupaten Flores
Timur ini dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Selain itu
dengan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat di kabupaten flores timur dapat membantu
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur.
Sejak berdirinya Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) di Kabupaten Flores
Timur pada tahun 2009 mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) itu sendiri, sebagai bukti dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Tabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten FLOTIM Tahun 2006 2011
No
Tahun
Angka Peningkatan
Persen
(%)
2006
Rp.9.735.017.601,57
2007
Rp.12.561.388.160,06
Rp.2.826.370.558,49
(2007-2006)
22,5 %
2008
Rp.19.009.213.063,84
Rp.6.447.824.903,78
(2008-2007)
33,9%
2009
Rp.20.691.978.390,-
Rp.1.682.765.326,16
(2009-2008)
8,1 %
18
2010
Rp.21.935.859.168,-
Rp.1.243.880.778,(2010-2009)
5,6%
2011
Rp.27.079.032.527,-
Rp.5.143.173.359,(2011-2010)
18,9 %
Berdasarkan tabel diatas, dilihat dari segi presentase peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Flores Timur pada tahun 2007 meningkat sebesar 22,5 % yakni dari Rp.
9.735.017.601,57 (PAD Tahun 2006) menjadi 12.561.388.160,06 (PAD Tahun 2007) dan pada
tahun 2008 meningkat lagi dari sebesar 33,9 % yakni dari 12.561.388.160,06 (PAD Tahun 2007)
menjadi 19.009.213.063,84 (PAD Tahun 2008). Akan tetapi pada tahun 2009 Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur dari segi presentase menurun drastis menyentuh titik
8,1% yakni dari 19.009.213.063,84 (PAD Tahun 2008) hanya mampu meningkat menjadi Rp.
20.691.978.390,- (PAD Tahun 2009). Dan menurun lagi pada tahun 2010 yang hanya mampu
meningkat sebesar 5,6% yakni Rp. 20.691.978.390 (PAD Tahun 2009) menjadi Rp.
21.935.859.168,- (PAD Tahun 2010), akan tetapi pada tahun 2011 presentase Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur meningkat sebesar 18,9%, yakni Rp. 21.935.859.168,(PAD Tahun 2010) menjadi Rp. 27.079.032.527,- (PAD Tahun 2011).
Akan tetapi jika dilihat dari segi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Flores Timur secara kualitatif menagalami peningkatan setiap tahunnya meskipun dari segi
indeks presentasenya mengalami pasang - surut.
Dengan demikian jika dilihat secara keseluruhan dari tahun 2006 sampai tahun 2011
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur terus mengalami peningkatan.
Kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores
Timur tidak dapat dipisahkan dari peranan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) yang
menyelenggarakan jasa perizinan di Kabupaten Flores Timur. Sebagaimana telah dijelaskan
bahwa izin merupakan instrumen penting dalam pembangunan suatau daerah sehingga perlu
dikelola secara utuh dan menyeluruh sehingga memberikan dampak positif terhadap
pembangunan suatu daerah. Adapun izin yang telah dikelolah oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur sejak berdiri dari tahun 2009-2011 adalah sebagai
berikut:
1) Izin yang dikelola Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) selama Tahun 2009
adalah sebagai berikut:
A. BAGIAN ADMNISTRASI PEREKONOMIAN
1. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
: 435 izin
2. Izin Gangguan (HO)
: 7 izin
B. DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMASI
1. Surat Izin Usaha Pariwisata :
o Hotel
: 4 izin
o Rumah Makan
: 3 izin
o Restoran
: 1 izin
o Agen perjalanan wisata
: 1 izin
2. Izin trayek
: 23 izin
19
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
1.
2.
E.
1.
2.
3.
4.
F.
1.
2.
3.
Berdasarkan data di atas maka total izin yang dikelola oleh Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur selama Tahun 2009 adalah sebanyak 671 izin.
2) Izin yang dikelola Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) selama Tahun 2010
adalah sebagai berikut:
A. BAGIAN ADMNISTRASI PEREKONOMIAN
1. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
: 386 izin
2. Izin Gangguan (HO)
: 9 izin
B. DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMASI
1. Surat Izin Usaha Pariwisata
: 28 izin
2. Izin Trayek
: 55 izin
C. DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
1. Izin Usaha Industri (IUI)
: 1 izin
2. Tanda Daftar Industri (TDI)
: 17 izin
3. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
: 341 izin
4. Tanda Daftar Gudang
: 19 izin
5. Tanda Daftar Perusahaan
: 237 izin
D. DINAS PEKERJAAN UMUM PERTAMBANGAN DAN ENERGI
1. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK)
: 18 izin
2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
: 14 izin
E. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
: 12 izin
2. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
: 6 izin
3. Surat Izin Pengolahan Ikan (SIPI)
: 7 izin
4. Surat Izin Budidaya Ikan (SIBI)
: 1 izin
F. DINAS KESEHATAN
1. Izin Tetap BP/BKIA/RB Swasta
: 1 izin
20
2. Izin Apotik
3. Izin Tetap/Sementara Laboratorium
4. Izin Praktek Dokter
: 5 izin
: 3 izin
: 11 izin
Berdasarkan data di atas maka total izin yang dikelola oleh Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur selama Tahun 2010 adalah sebanyak 1.171 izin.
3) Izin yang dikelola Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) selama Tahun 2011
adalah sebagai berikut:
A. BAGIAN ADMNISTRASI PEREKONOMIAN
1. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
: 386 izin
2. Izin Gangguan (HO)
: 9 izin
B. DINAS PERHUBUNGAN, PARIWISATA, KOMUNIKASI DAN INFORMASI
1. Surat Izin Usaha Pariwisata : 22 izin
2. Izin Trayek
: 63 izin
C. DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
1. Tanda Daftar Perusahaan
: 337 izin
2. SIUP Perdagangan
: 314 izin
3. Tanda Daftar Industri
: 32 izin
D. DINAS PEKERJAAN UMUM PERTAMBANGAN DAN ENERGI
1. Surat Izin Usaha Jasa Kontruksi (SIUJK)
: 99 izin
2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
: 28 izin
E. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
1. Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
: 34 izin
2. Surat Izin Budidaya Ikan (SIBI)
: 1 izin
3. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
: 24 izin
4. Surat Izin Pengolahan Ikan (SIPI)
: 4 izin
5. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI) : 3 izin
F. DINAS KESEHATAN
1. Izin Praktek Dokter : 8 izin
2. Izin Toko Obat
: 1 izin
3. Izin Apotik
: 1 izin
4. Izin Optikal
: 1 izin
5. Izin Fisioterapis
: 1 izin
6. Izin Praktek Bidan
: 1 izin
Berdasarkan data di atas maka total izin yang dikelola oleh Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur selama Tahun 2011 adalah sebanyak 1.515 izin.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rangkaian-rangkaian izin yang telah dikelola
oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur hingga tahun 2011
dengan sendirinya memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Flores Timur yang dapat dilihat pada tabel berikut:
21
Presentase
(%)
Rp.66.753.900,-
Rp.20.691.978.390,-
0.32 %
Rp.21.831.474.418,-
Rp.104.384.750,-
Rp.21.935.859.168,-
0,47%
Rp. 26.932.676.027,-
Rp.146.356.500,-
Rp.27.079.032.527,-
3,4%
No
Tahun
Kontribusi UPTSP
2009
Rp.20.625.224.490,-
2010
2011
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP)
turut ambil bagian dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana sejak tahun 2009
Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) memberikan kontribusi yang sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Marta Tena Lema selaku kordinator Unit Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (UPTSP) saat itu berpendapat bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Flores Timur mengelami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun, selain itu
beliau juga mengatakan bahwa sejak tahun 2009 sampai 2011 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Flores Timur mengalami peningkatan tidak terlepas dari kontribusi yang diberikan
oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP), yang dalam hal ini bergarak dalam pelayanan
bublik khususnya di bidang perizinan. Hal ini dipertegas oleh Bapak Aloysius Ferdi Kuman,
A.Md selaku Kepala Seksi Pelayanan pada Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) bahwa
meskipun Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) hanya bergerak dalam bidang pelayanan
publik namun Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) dapat memberikan suatu kontribusi
bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Dari uraian penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa peran Unit Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (UPTSP) dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur
sudah berjalan dengan baik, dan sejak terbentuk pada tahun 2009 sampai saat ini mampu
memberikan kontribusi yang baik bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Flores Timur.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur
Pengelolalaan dan pengembangan Pelayanan Publik dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat menjadi satu tugas bagi pemerintah di daerah. Terlebih lagi Pelayanan Publik
menjadi primadona bagi daerah-daerah guna menciptakan kesejahteraan masyarakat dan
pencapaian pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu pemerintah dituntut untuk selalu kreatif,
inovatif dan cerdas tentang mana yang harus dilakukan dan diprioritaskan. Dengan
memepertimbangkan keterbatasan sumber daya guna penambahan sumber aset publik, Salah
satunya melalui perizinan.
22
perkembangan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) jadi perlu dukungan yang efektif
dari pemerintah. Hal ini dipertegas oleh Bapak Aloysius Ferdi Kuman, A.Md bahwa dalam
menjalankan tugasnya selaku seksi pelayaan sangat terhambat karena kurangnya sarana
pendukung seperti komputer, printer, mesin foto kopi dan kendaraan dinas untuk kelancaran
operasional. Selain kendala kendala yang sudah disebutkan diatas, berdasarkan pengamatan
penulis masih banyak kendala kendala lain seperti ruangan kantor yang sangat kecil, belum
adanya papan informasi dan kotak pengaduan yang disediakan bagi masyarakat, dan jumlah
aparat yang dinilai masih kurang dalam segi jumlah serta Sumber Daya Manusia (SDM) aparat
yang masih rendah. Selain itu kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang tugas dan
wewenang dari Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) ini yang menyebabkan masyarakat
kurang memanfaatkan keberadaan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) dikarenakan
pemahaman masyarakat awam tentang proses penyelenggaraan pelayanan perizinan yang
memakan waktu cukup lama (birokrasi yang berbelit-belit) yang dapat memperlambat
terlaksananya pelayanan secara efektif dan efisien sehingga masyarakat merasa kurang tertarik
untuk memanfaatkan keberadaan UPTSP kabupaten flores timur. Dari uraian diatas dapat kita
ketahui bahwa masih banyak kendala yang dihadapi oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa yang
menjadi kendala utama bagi Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) dalam menjalankan
tugasnya adalah masalah kekurangan dana dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung.
Kondisi yang terjadi pada UPTSP Kabupaten Flores Timur dapat mempengaruhi
kualitas dari pada pelayanan publik di Kabupaten Flores Timur itu sendiri. Sehingga standar
pelayanan untuk mencapai sebuah pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat flores timur
yang membutuhkan pelayanan akan jauh dari efektivitas sebuah organisasi pelayanan publik
dalam bidang perizinan.
Berdasarkan undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik setiap
penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai
jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang
dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima
pelayanan. Standar pelayanan tersebut meliputi:
1) Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima termasuk pengaduan.
Dalam kaitannya dengan Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten
Flores Timur berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November
2012) menyatakan bahwa pada Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) ini belum
tersedia sistem atau sarana pengaduan yang berkaitan dengan pengaduan masyarakat tentang
kepengurusan proses perizinan di Kabupaten Flores Timur. Padahal dalam undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 36 Ayat (1) penyelenggara
berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang berkompeten
dalam pengelolaan pengaduan. Ayat (4) penyelenggara berkewajiban mengumumkan nama
dan alamt penanggungjawab pengelola pengaduan serta sarana pengaduan yang disediakan.
Yang dimaksud dengan saran pengaduan dalam ayat (4) ini antara lain nomor telepon, pesan
layanan singkat (SMS), laman/web site, Pos- el (email) dan kotak pengaduan.
2) Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian adalah waktu yang ditetapkan sejak saat pengejuan permohonan
sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Berdasarkan wawancara penulis
24
dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November 2012) mengatakan bahwa waktu penyelesaian
pengurusan izin di Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur
belum sepenuhnya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan seluruh
berkas-berkas yang akan ditandatangani oleh Bupati Flores timur sering tertunda dikarenakan
Bupati Flores Timur yang sedang bertugas keluar Daerah. Hal ini tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan dari masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Unit
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur karena masyarakat
menganggap bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) belum memberikan pelayanan
yang prima.
Wawancara yang dilakukan penulis terhadap Bapak Paulus Boro yang pernah mengurus
Surat Izin Tempat Usaha (SITU) di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores
Timur mengatakan dirinya merasa cukup kecewa dengan proses pelayanan terutama soal
waktu kepengurusan yang seharusnya hanya membutuhkan waktu 6 (enam) hari namun pada
kenyataannya memakan waktu hingga 14 (empat belas) hari.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis berkesimpulan bahwa proses
pelayanan publik yang terjadi di UPTSP Kabupaten Flores Timur dalam hal waktu
penyelesaian izin belum belum maksimal.
3) Biaya Pelayanan
Biaya pelayanan adalah biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan
dalam proses pemeberian pelayanan.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November 2012)
menyatakan bahwa biaya pelayanan sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Paulus Boro (22 November 2012) yang menyatakan
bahwa benar biaya pelayanan sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa standar
pelayanan berupa biaya pelayanan yang ditetapkan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(UPTSP) Kabupaten Flores Timur sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.
4) Produk Pelayanan
Produk pelayanan adalah hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November 2012)
menyatakan bahwa produk pelayanan yang diterbitkan sudah sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Ibu Yuli Diaz yang pernah
mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang menyatakan bahwa produk pelayanan yang
dikeluarkan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur sudah
sesuai dengan yang diinginkannya.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka penulis menyimpulkan bahwa standar
pelayanan publik yang diberikan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten
Flores Timur sudah sesuai dengan perannya (efektif).
5) Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana adalah penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai
oleh penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November 2012)
menyatakan bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur belum
25
memiliki saran dan prasarana yang memadai sehingga pelayanan kepada masyarakat yang
membutuhkan manjadi tersendat-sendat. Hal ini diperkuat dengan pengamatan langsung
penulis pada fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur,
didapati bahwa ruangan tidak memenuhi syarat (terlalu kecil dan sempit), kurangnya fasilitas
pendukung seperti komputer, mesin print yang terbatas, tidak adanya kotak pengaduan
masyarakat, tidak adanya e-mail dan minimnya kendaraan operasional.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dan pengamatan penulis maka dapat disimpulkan
bahwa standar pelayanan berupa sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur belum memadai.
6) Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November 2012)
menyatakan bahwa Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur dalam
hal sumber daya aparat masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP)
Kabupaten Flores timur Tahun 2009-2010
NO
TINGKAT PENDIDIKAN
JUMLAH
KET.
1.
STRATA- I
PNS
2.
DIPLOMA III
PNS
3.
SLTA
Tabel 4. Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP)
Kabupaten Flores timur Tahun 2011-2012
NO
1.
2.
3.
TINGKAT PENDIDIKAN
STRATA- I
DIPLOMA III
SLTA
JUMLAH
1
2
4
KET.
PNS
PNS
2 PNS+2 Tenaga Kontrak
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa petugas pemberi pelayanan pada Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (UPTSP) Kabupaten Flores Timur, berupa tingkat pendidikan masih sangat
minim. Tentunya hal ini dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Lebih lanjut dalam wawancara penulis dengan Ibu Marta Tena Lema (22 November
2012) juga mengungkapkan bahwa seringkali pelayanan kepada masyarakat menjadi tertunda
karena minimnya jumlah pegawai.
Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa untuk lebih meningkatkan
peranan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPTSP) dalam upaya untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Flores Timur, harus didahului dengan peningkatan kualitas
Pelayanan Public berupa standar Pelayanan Publik, pola penyelenggaraan Pelayanan Publik,
prinsip Pelayanan Publik sehingga akan meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat yang akan
26
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku :
Badudu, J. S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinara Harapan.
Halim, Abdul, 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Salemba Empat.
27
28
29