Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK
4.1 Umum
DATA PROYEK :
Nama Perusahaan

: CV. FAJAR UTARA

NO. SPK

: 002.IIc.UGB.SMKN/Kontral/C.3/Dikpora/V/2014

WAKTU PEL.

: 13 Mei 2014 s/d 9 September 2014

HARGA

: Rp. 564.133.000,Tahap pelaksanaan merupakan tahap yang paling menentukan dan

paling penting sebagai kelanjutan dari tahap perencanaan. Tahap


pelaksanaan ini merupakan aplikasi lapangan dari apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan kerap kali diperlukan
perubahan-perubahan dari apa yang telah direncanakan karena ada faktor
lapangan yang sangat sulit untuk diprediksi di atas kertas. Faktor tersebut
antara lain menyangkut waktu pelaksanaan, review teknis, item pekerjaan,
serta masa tenggang pelaksanaan yang sering kali tidak sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Perwujudan suatu proyek tidak akan jauh berbeda
dengan perencanaannya apabila didukung oleh keterampilan, produktifitas,
dan ektifitas yang tinggi serta pengalaman-pengalaman sebelumnya yang
dimiliki instansi pelaksana proyek.
Pada tahapan pelaksanaan ini yang memegang peran penting adalah
kontraktor. Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan yang terikat oleh
perjanjian kerja yang telah disetujui bersama dalam proses penunjukannya
sebagai pelaksana proyek. Berikut akan dijelaskan alur pelaksanaan proyek
terhitung 13 Mei 2014 hingga 9 September 2014.

25

4.2 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan sangat diperlukan sebelum memulai pekerjaan
pembangunan karena mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kelancaran proyek. Pekerjaan tersebut antara lain:
1.

Penyiapan Bahan
Material yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan adalah:
a.

Semen
Semen yang digunakan adalah semen portland kelas 1 merk
Tiga Roda yang memenuhi persyaratan SNI 8 Type 1 menurut
ASTM dan memenuhi S 400 Standart Portland Cement, sesuai
dengan ketetapan peraturan dalam standar Indonesia. Semen
merupakan bahan pengikat antara pasir dan kerikil dalam beton.
Bahan ini diperoleh dari Toko Bahan Bangunan Ahong di
Ampenan.

Gambar 4.1 Semen


b.

Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan adalah:
1) Pasir alam, yaitu pasir yang telah disediakan oleh kontraktor
dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
pengawas teknik.
2) Pasir yang digunakan harus bersih dan bebas dari tanah liat,
karang, serpihan, bahan organik dan alkali. Jumlah bahan yang
digunakan tidak boleh melebihi 5 %. Bahan agregat halus yang
berupa pasir diperoleh dari Desa pringgabaya Lombok timur

26

Gambar 4.2 Agregat Halus (Pasir)


c.

Agregat Kasar
Terdiri dari batu pecah, kasar, bersih dan bebas dari bahan
perusak. Bahan yang merusak tidak boleh lebih dari 3%, berbentuk
baik, keras, padat dan tidak berpori. Besar butiran 2-3 cm. Bahan
agregat kasar yang berupa batu pecah tersebut diperoleh dari Desa
Medas Kec. Gunung Sari-Lombok Barat.

Gambar 4.3 Agregat Kasar (Kerikil)


d.

Air Kerja
Air yang digunakan harus bersih, tawar, dan bebas dari
bahan kimia seperti asam alkali atau bahan organik lainnya yang
dapat merusak beton dan tulangan. Dapat menggunakan air sumur
atau artesis asalkan ada sertifikat laboratorium yang membuktikan
bahwa air tersebut memenuhi syarat untuk campuran beton. Dalam

27

pelaksanaan proyek ini digunakan air yang diperoleh dari air keran
yang ada di sekolah SMKN 9 Mataram.
e.

Besi Beton dan Kawat Tulangan


Tulangan besi beton yang digunakan harus bebas dari
minyak, kotoran, cat, karat dan lain-lain yang dapat merusak.Untuk
tulangan yang digunakan pada pondasi adalah tulangan 16, 12
dan. Untuk tulangan sloof adalah tulangan D16 dengan tulangan
sengkang 8. Untuk tulangan kolom dan balok adalah tulangan
D16, D13 dengan tulangan sengkang 8. Untuk tulangan pelat
dipakai tulangan 8. Tulangan besi beton yang digunakan berasal
dari PT. Krakatau Steel yang berlokasi di Surabaya.

Gambar 4.4 Tulangan


f.

Kayu dan Skalfolding


Semua kayu yang dipakai harus kering, tidak retak, tidak
bengkok, mempunyai derajat kelembaban kurang dari 15% dan
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PKKI 1971-NI.5.
Semua kayu harus terlebih dahulu diawetkan dengan bahan anti
rayap. Sebelum kayu dipesan untuk dikerjakan, terlebih dahulu
mengajukan

contoh

kepada

Direksi

untuk

mendapatkan

persetujuan.
Kayu yang digunakan untuk pekerjaan kusen pintu, jendela,
ventilasi kayu adalah kayu kelas II dengan ukuran sesuai gambar
kerja. Kayu untuk begisting menggunakan kayu kelas III,
pembuatan begisting pondasi menggunakan kayu dengan ukuran

28

4/6 cm dan usuk 5/7 cm. Pembuatan begisting sloof, kolom, balok
dan pelat lantai menggunakan papan kayu dengan ukuran 2/20 cm,
usuk 4/5 cm dan usuk 5/7 cm, dan skalfolding sebagai penyangga.
Kayu yang digunakan berasal dari Gunung Sari-Lombok Barat.

Gambar 4.5 Kayu


g.

Batu Kali
Batu kali harus bersih, tidak kotor (mengandung lumpur).
Batu kali yang digunakan nantinya dimanfaatkan untuk protection
timbunan. Ukuran dari batu kali rata-rata 20 cm. Pada proyek ini
penyediaan material batukali adalah di daerah Lombok Timur

Gambar 4.6 Batu Kali


h.

Plastik dan Pembungkus Semen


Plastik dan atau pembungkus semen digunakan untuk
melapisi multipleks pada pelat agar air semen tidak keluar dari
multipleks. Dapat digunakan kembali untuk keperluan lain.

29

i.

Multipleks
Multipleks sejenis dengan tripleks, tebal multipleks yang
digunakan adalah 9 mm. Multipleks ini nantinya digunakan sebagai
begisting untuk pengecoran balok dan pelat lantai. Multipleks yang
digunakan berasal dari Ahong di Ampenan.

Gambar 4.7 Multipleks


j.

Bambu
Bambu digunakan untuk keperluan penyangga pada
pemasangan

begisting untuk balok dan pelat lantai. Bambu yang

digunakan adalah bambu Aur, yang didatangkan dari Lombok


Tengah.

Gambar 4.8 Bambu


k.

Kawat
Kawat yang dimaksud disini adalah kawat yang digunakan
sebagai pengikat antar tulangan pada bangunan. Kawat ini dirajut
sedemikian rupa dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah
2 x 1 x 0,5 m. Kawat yang digunakan berasal dari Ahong Ampenan.

30

Gambar 4.9 Kawat


l.

Bata Merah
Bata merah bermutu baik, pembakaran sempurna, bebas
dari cacat dan retak, minimum belah menjadi 2 bagian, produk
lokal dan memenuhi persyaratan bahan-bahan PUBI 1970. Bata
merah digunakan sebagai dinding bangunan gedung. Dimensi bata
yang digunakan adalah 20 x 9 x 5 cm. Dalam pemilihan kualitas
bata harus mendapat persetujuan dari Direksi. Bata merah yang
digunakan berasal dari Desa Beleke, Gerung-Lombpk Barat

Gambar 4.10 Bata Merah


2.

Alat-alat Kerja
Alat kerja merupakan sarana yang besar dan penting artinya
dalam suatu proyek. Dengan alat kerja yang lengkap maka dihasilkan
kualitas pelaksanaan yang baik, waktu penyelesaian yang singkat dan
biaya yang efisien. Alat kerja dapat berupa alat kerja mekanik atau alat

31

kerja elektrik. Tenaga manusia relatif lebih murah dibandingkan tenaga


mesin, maka dari segi ekonomis pemakaian alat harus dipertimbangkan
dengan efektif. Alat-alat kerja yang dipergunakan dalam pelaksanaan
proyek Pembangunan UGB SMKN 9 Mataram ini adalah berupa:
a.

Alat Ukur
Ada beberapa alat ukur yang digunakan dalam pelaksanaan
proyek ini yaitu:
1) Rollmeter
Fungsi dari rollmeter yaitu untuk mengukur panjang
benda yang akan dijadikan objek pengukuran.

Gambar 4.12 Rollmeter


2) Benang dan Lood
Fungsi dari benang dan lood yaitu untuk menentukan
ketepatan penyetelan begisting kolom.
b.

Mollen
Mollen merupakan suatu mesin pengaduk yang berputar
karena motor diesel yang digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh suatu adukan beton yang baik dan merata. Kapasitas
mollen tergantung dari volume yang ditargetkan.

32

Gambar 4.13 Mollen


c.

Alat Pembengkok Tulangan (Plizer)


Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu:
1) Meja Kerja
Meja kerja terdiri dari plat besi, dimana diatasnya
ditempatkan potongan besi setinggi 5 cm sebanyak dua buah.
Salah satu plat besi membentuk sudut 45o terhadap yang
lainnya.

Gambar 4.14 Meja Kerja


2) Tangkai Pembengkok
Tangkai pembengkok merupakan batang yang terbuat
dari besi yang panjangnya bervariasi tergantung besar baja
yang akan dibengkokkan.

33

Gambar 4.15 Tangkai Pembengkok


d.

Alat Pemotong Tulangan (Cutter)


Fungsi dari cutter yaitu untuk memotong tulangan. Jenis
cutter ada 2 macam, yaitu cutter elektrik dan cutter manual.

Gambar 4.16 Alat Pemotong Tulangan Elektrik dan Manual


e.

Ember
Ember digunakan untuk mengangkut adukan beton dari
tempat pengadukan ke tempat pengecoran.

34

Gambar 4.17 Ember


f.

Drum
Drum digunakan sebagai wadah untuk menyimpan air yang
akan digunakan pada saat pelaksanaan pengecoran.

Gambar 4.18 Drum


g.

Cangkul dan Sekop


Cangkul dan sekop digunakan untuk memasukan agregat
(pasir dan kerikil) di dalam suatu takaran campuran.

Gambar 4.19 Cangkul dan Sekop


h.

Vibrator
Vibrator adalah alat yang digunakan untuk mengecilkan
pori adukan beton. Sehingga tidak terjadi penumpukan kerikil atau
rongga kosong yang menyebabkan kondisinya akan merata. Hal ini
akan membantu mengurangi proses pengeroposan.

35

Gambar 4.20 Vibrator


i.

Gerobak Tuang Dorong


Gerobak tuang dorong adalah alat angkut yang didorong
oleh tenaga manusia yang digunakan untuk mengangkut mortel
beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran.

Gambar 4.21 Gerobak Tuang Dorong


j.

Kotak Kayu
Kotak kayu ini digunakan sebagai takaran dalam pekerjaan
pengadukan beton. Ukuran panjang x lebar x tinggi untuk pasir
adalah 40 x 60 x 15,8 cm. Ukuran panjang x lebar x tinggi
untuk kerikil adalah 40 x 60 x 15,6 cm.

36

Gambar 4.22 Kotak Kayu


k.

Dum Truk
Dum truk berfungsi sebagai alat pengangkut bahan/agregat
atau bahan timbunan.

Gambar 4.23 Dum Truk


4.3 Mutu Beton dan Pengujiannya
4.3.1 Uraian
Beton sebagai bahan utama pembangunan gedung harus
menjadi perhatian mengenai kualitasnya. Kualitas kekuatan beton
merupakan salah satu item yang perlu direncanakan terlebih dahulu
guna merencanakan dimensi gedung itu sendiri. Beton yang
mempunyai karakteristik kuat terhadap gaya tekan haruslah bisa
menahan beban-beban yang telah direncanakan akan diberikan
padanya.

37

Pengujian mutu atau kualitas beton yang dilakukan di


laboratorium ini harus melalui beberapa tahap pengujian guna
mendapatkan komposisi mix design campuran beton agar kualitas
rencana bisa terpenuhi. Pengujian mutu beton yang direncanakan
dilakukan di laboratorium Fakultas Teknik Universitas Mataram.
4.3.2 Pengujian Kuat Tekan Beton
Pada pengujian proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram
ini menggunakan alat uji compressing testing machine atau biasa
disebut uji pembebanan (load test). Nilai dari hasil pengujian ini akan
dikalikan faktor 1,00 karena jenis benda uji yang digunakan berbentuk
kubus berukuran 15 x 15 x 15 cm. Adapun jika menggunakan kubus
berukuran 20 x 20 x 20 cm dikalikan 0,95 dan 0,83 untuk benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Mutu
beton rencana untuk setiap bagian adalah sebagai berikut:
- Pondasi telapak (foot plate) menggunakan mutu beton K-275.
- Sloof menggunakan mutu beton K-275.
- Kolom menggunakan mutu beton K-275.
- Balok menggunakan mutu beton K-275.
- Pelat lantai menggunakan mutu beton K-275.

Gambar 4.24 Pengujian Mutu Beton

38

4.4 Pelaksanaan Pekerjaan


4.4.1 Pemasangan Papan Nama Proyek
Pemborong wajib memasang papan nama proyek di tempat
lokasi proyek dan dipancangkan di tempat yang mudah dilihat umum,
serta pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya
pelaksanaan proyek dan dicabut kembali setelah proyek selesai dan
mendapat persetujuan Direksi Teknis. Papan nama terbuat dari papan
dengan ukuran 80 x 100 cm, dicat dengan baik dan rapi. Papan nama
proyek

minimal

berisikan

tulisan:

Instansi

Pemberi

Kerja,

Kegiatan/Pekerjaan, Nilai Kontrak, Jangka Waktu Pelaksanaan,


Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Pengawas.
4.4.2 Penyediaan Direksi Keet
Pemborong wajib menyediakan kantor Direksi sebagai ruang
kantor sementara tidak permanen beserta perangkat furniturnya
termasuk kursi dan meja untuk para staf Direksi melaksanakan
tugasnya seluas minimum 15 m, terdiri dari ruang rapat dan ruang
kerja. Perlengkapan kantor berisikan: Meja rapat ukuran 1,2 x 2 m
dengan 8 (delapan) buah kursi, Meja kerja dan kursi kerja 3 (tiga)
buah, Rak arsip rangka kayu lapis multipleks 50 x 120 cm (panjang
disesuaikan kebutuhan untuk penyimpanan dokumen dan contoh
bahan dan material), Whiteboard 120 x 240 cm, Air dan penerangan
(arus listrik) serta perlengkapan kantor jika diperlukan, Peralatan
lapangan seperti helm pengaman dan sepatu boot (sepatu lapangan)
juga disiapkan.
4.4.3 Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Pekerjaan galian dimensi dan kedalaman galian tanah untuk
pondasi harus sesuai dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar
atau sampai tanah dasar. Jika diperlukan untuk mendapatkan daya
dukung yang baik, maka dasar galian harus dipadatkan. Akan tetapi
jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun
kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum. Kemudian

39

hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk timbunan harus dibuang ke
lokasi pembuangan yang telah disetujui Direksi.

Gambar 4.28 Galian Tanah Pondasi


4.4.4 Pekerjaan Urugan Kembali Pondasi
Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi
lapis dan dipadatkan, tebal tiap lapisan 15 cm dan selama proses
pemadatan harus dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil yang
maksimum. Ketebalan urugan tanah bervariasi antara 0,15 s/d 1,20 m
dari permukaan tanah asli.
Pekerjaan tanah gedung meliputi penggalian serta penimbunan
tanah asli atau dengan menggunakan tanah urug yang didatangkan
dari tempat lain tetapi harus satu lokasi pengambilan dan telah
disetujui oleh Direksi Proyek. Pekerjaan tanah ini pada dasarnya
berfungsi untuk meratakan atau meninggikan bagian tanah yang harus
ditinggikan dan juga untuk menutup galian bekas podasi.
Jika tanah dasar timbunan kurang baik, maka Direksi
mempunyai wewenang untuk menggali tanah lebih dalam sampai
kedalaman tanah yang dinyatakan cukup mutunya.

40

4.4.5 Pekerjaan Urugan Pasir


Pekerjaan urugan pasir dilakukan pada semua lubang pondasi
lajur batu kali yaitu di bawah pasangan batu kosong, di bawah rabat
beton untuk lantai keramik, dan di bawah pasangan paving blok untuk
perkerasan.
Pelaksanaan pekerjaan urugan pasir yaitu:
1.

Urugan pasir harus disiram dengan air sehingga mencapai yang


dikehendaki.

2.

Pasir laut tidak boleh digunakan untuk urugan di bawah pondasi,


bawah lantai dan urugan pasir lainnya.

3.

Pasir urug yang digunakan untuk mengurug di bawah pasangan


batu kosong dan di bawah lantai harus berkualitas baik dan tidak
mengandung zat-zat yang merusak konstruksi serta tidak
bercampur dengan kotoran/sampah.

4.4.6 Pekerjaan Pondasi


Pondasi merupakan struktur bangunan yang terletak dibawah
muka tanah yang berfungsi sebagai perantara untuk meneruskan beban
struktur yang ada di atas muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja
ke arah pendukung bangunan tersebut. Untuk itu pengawasan ekstra
perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan. Pondasi yang digunakan
dalam proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram ini adalah pondasi
dalam dengan kedalaman 3.1 m dari permukaan tanah. Dimensi
pondasi yang digunakan adalah pondasi 220/250 cm untuk pondasi P1, pondasi 270/230 cm untuk pondasi P-2, (untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar Detail Engineering Design (DED) Pembangunan
UGB SMK 9 Mataram). Jenis pondasi yang digunakan adalah jenis
Pondasi Telapak (Foot Plate).
Pekerjaan pondasi meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1.

Perencanaan Campuran Adukan Beton


Agar tercapainya mutu beton yang dikehendaki maka
perbandingan campuran beton harus sesuai dengan perencanaan.
Bahan pembuatan beton mutunya harus baik dan memenuhi
ketentuan. Jika ternyata tidak memenuhi ketentuan maka bahan
harus diganti. Guna tercapainya adukan beton yang baik,

41

sebelumnya ditekankan dalam segi perhitungan berupa formulasi


dari bahan-bahan adukan beton. Perhitungan dapat dilakukan
dengan beberapa cara berdasarkan ketentuan yang harus dipenuhi
sesuai dengan persyaratan yang ada pada SNI 2002. Pelaksanaan
pembuatan campuran beton dengan berdasarkan mix design yang
telah dilakukan melalui suatu percobaan dan tes kubus beton
(pengujian

kuat

tekan

slump/kekentalan/viskositas)

beton

dan

pengujian

sehingga dihasilkan mutu beton

sesuai dengan rencana.


2.

Pelaksanaan Pembuatan Adukan Beton


Pada proyek Pembngunan UGB SMK 9 Mataram untuk
pekerjaan pondasi direncanakan mutu beton K-275 dengan.
Dalam 1m3 beton komposisi campuran beton sebagai berikut:

3.

a.

Semen Portland : 1 kotak

b.

Pasir

: 2 kotak

c.

Kerikil

: 3 kotak

Lantai Kerja
Pada lapisan bawah struktur pondasi terdapat lapisan yang
diberi nama lantai kerja yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan, misalnya agar tempat menjadi rata dan pemasangan
tulangan pondasi bisa berjalan dengan baik.

4.

Pemasangan Tulangan Pondasi


Pemasangan tulangan pondasi harus sedemikian rupa agar
sebelum dan selama pengecoran berlangsung tidak berubah
tempatnya. Tulangan pondasi harus bebas dari kotoran dan bahan
lain yang dapat mengurangi kekuatan beton. Semua tulangan
menggunakan baja tulangan polos dengan ukuran sesuai dengan
gambar. Untuk pondasi P-1 dan P-2 menggunakan tulangan 16150 dan 12-150, (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
Detail Engineering Design (DED) Pembangunan UGB SMK 9
Mataram).

5.

Pemasangan Begisting Pondasi

42

Bahan begisting berupa kayu yang cukup kering dan keras


dengan ukuran 4/6 cm. Pasangan begisting harus rapi, cukup kuat
dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya yang diterima
tanpa berubah bentuk. Untuk menyangga keempat sisi begisting
dari desakan beton, maka disokong dengan usuk ukuran 5/7 cm
dan bambu. Kerapian dan ketelitian pemasangan begisting harus
diperhatikan agar setelah begisting dibongkar memberikan
bidang-bidang rata. Celah-celah antara papan harus rapat agar
pada waktu melakukan pengecoran air semen tidak merembes
keluar. Sebelum melakukan pengecoran bagian dalam begisting
harus bersih dari kotoran.
6.

Pengecoran Pondasi
Sebelum pengecoran dimulai, sisi dalam papan begisting
harus bebas dari segala macam kotoran dan harus tersiram dengan
air sampai merata. Setelah itu adukan beton yang telah dicampur
dituang ke dalam papan peluncur yang telah diatur posisinya tepat
di atas pondasi yang dicor. Agar tidak terjadi rongga-rongga pada
pondasi maka ditumbuk-tumbuk dengan kayu, sehingga seluruh
bagian pondasi terisi oleh campuran beton yang dicor tadi. Untuk
meratakan adukan beton digunakan papan kayu sesuai dengan
tebal dan ketinggian pondasi.

7.

Pembongkaran Begisting Pondasi


Setelah beton mengering dan mendapat ijin dari Direksi
Pelaksana, maka pembongkaran begisting dapat dilakukan.
Pembongkaran begisting pondasi dapat dilakukan setelah kurang
lebih 7 hari pengecoran. Apabila pembongkaran begisting selesai
harus diperiksa dulu permukaan betonnya. Jika terjadi lubang atau
keropos maka perlu ditambal dengan adukan baru.

43

Gambar 4.29 Pekerjaan Pondasi


4.4.7 Pekerjaan Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali merupakan pondasi yang dibuat untuk
memperkecil dimensi sloof yang digunakan. Karena biaya untuk
pembuatan sloof dirasa lebih mahal daripada pembuatan pondasi batu
kali. Ukuran pondasi batu kali yang digunakan adalah 115/80 cm.
Pondasi ini dipasang tepat di bawah sloof. Pada pemasangannya
menggunakan campuran spesi 1 Pc : 5 Ps. Pondasi batu kali ini
menerima beban yang sama seperti pada sloof, tapi tidak berfungsi
sebagai struktur bangunan.
Pekerjaan pondasi batu kali meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1.

Pemasangan Pondasi Batu Kali


Pondasi ini dipasang dengan kedalaman 115 cm dari
permukaan pondasi telapak dengan kedalaman 3,1 m. Setelah
pondasi telapak ditimbun dengan kedalaman 3,1 m maka
dilakukan penggalian sedalam 115 cm untuk meletakkan pondasi
batu kali ini. Sebagai dasar dipasang lapisan pasir, setelah itu baru
dipasang batu kali dengan menggunakan campuran spesi 1 Pc : 5
Ps. Pondasi ini dipasang di bawah tiap-tiap sloof yang akan
dipasang.

2.

Lama Pengerasan Pondasi Batu Kali

44

Pondasi ini sudah siap dipasangkan sloof di atasnya


setelah pondasi sudah kuat. Pada proyek ini pondasi batu kali
memerlukan waktu satu harian untuk kerasnya. Setelah itu
dimulailah pemasangan sloof yang diawali dengan pemasangan
tulangan sloof tepat di atas pondasi batu kali.
4.4.8 Pekerjaan Sloof
Sloof merupakan struktur bangunan yang terletak di atas
pondasi bangunan, yang berfungsi sebagai perata beban yang
diterima oleh pondasi. Selain itu, sloof juga berfungsi sebagai
pengunci dinding agar tidak roboh apabila terjadi pergerakan tanah
akibat gempa. Pada proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram
untuk sloof direncanakan mutu beton K-275 dimensi sloof yang
digunakan yaitu sloof 20/30 cm untuk sloof S1 dan sloof 15/20 cm
untuk sloof S (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
Detail Engineering Design (DED) Pembangunan UGB SMK 9
Mataram). Kekuatan sloof harus dijaga, maka dalam pengecoran
sloof proporsi campuran sloof seragam dengan proporsi campuran
kolom agar komponen sloof dan kolom menjadi satu kesatuan.
Pekerjaan sloof meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1.

Penulangan Sloof
Tulangan sloof diletakkan memanjang dan melintang
bangunan. Tulangan sengkang sloof dipasang melalui bagian
ujung batang arah mendatar dan saling tegak lurus dengan
jarak sengkang sesuai dengan rencana. Untuk sloof S1
menggunakan tulangan 3 D16 dengan tulangan sengkang 8150 untuk tulangan tumpuan, sedangkan untuk tulangan
lapangan menggunakan tulangan 3 D16 dengan tulangan
sengkang 8-150. Untuk sloof S

menggunakan tulangan

212 dengan tulangan sengkang 8-150 untuk tulangan


tumpuan, sedangkan untuk tulangan lapangan menggunakan
tulangan 212 dengan tulangan sengkang 8-150.. Untuk

45

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Detail Engineering


Design (DED) Pembangunan UGB SMK 9 Mataram).
2.

Pemasangan Begisting Sloof


Begisting dipasang setelah tulangan sloof dipasang.
Begisting sloof menggunakan papan kayu dengan ukuran 2/20
cm. Begisting sloof terdiri dari dua sisi, kanan dan kiri.
Dipasang sebelum pengecoran dengan posisi sloof harus lurus
dan mendatar.

3.

Pengecoran Sloof
Untuk pekerjaan pengecoran sloof, proses pengecoran
menggunakan perbandingan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl.
Sebelum

pengecoran

dimulai,

pemborong

harus

melaporkan dulu pada pengawas lapangan untuk pemeriksaan


dan

meminta

persetujuan

untuk

memulai

pengecoran.

Begisting harus bersih dari segala macam kotoran. Adapun


pelaksanaan pengecoran sloof adalah sebagai berikut:
a.

Adukan

beton

dibawa

secara

estafet

ke

tempat

pengecoran.
b.

Adukan beton dituangkan ke dalam begisting sloof yang


sudah diberi air semen.

c.

Adukan beton yang telah dituangkan dalam begisting


ditusuk-tusuk dengan kayu atau dengan besi, agar tidak
ada rongga udara dalam sloof yang dibuat karena akan
mengurangi kekuatan dari sloof itu. Pada waktu adukan
beton dituangkan ke dalam begisting, tulangan harus
dijaga agar tidak berubah posisinya. Selesai pelaksanaan
pengecoran tidak boleh terjadi pembebanan sebelum
pembongkaran begisting karena dapat mempengaruhi
kekuatan beton.

4.

Pembongkaran Begisting Sloof

46

Pembongkaran begisting dapat dilakukan setelah beton


mencapai umur dua hari untuk sloof. Hal ini bisa dilakukaan
setelah mendapat ijin dari pengawas lapangan.

Gambar 4.30 Pekerjaan Sloof

4.4.9 Pekerjaan Kolom


Kolom merupakan elemen vertikal struktur kerangka yang
berfungsi meneruskan beban-beban seluruh elemen bangunan ke
pondasi, untuk itu kolom memerlukan pengerjaan dan pengawasan
yang intensif agar mutu beton dan dimensi serta penulangan kolom
sesuai dengan perencanaan. Dalam hal ini mutu beton yang
direncanakan adalah mutu beton K-275.Dimensi kolom K1 = 30/50
cm, kolom K2 = 30/30 cm,untuk kolom lantai I, (untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar Detail Engineering Design
(DED) Pembangunan UGB SMK 9 Mataram). Untuk menentukan
mutu beton di lapangan dengan mutu beton rencana harus
dilakukan serangkaian uji sampel laboratorium minimal 5 benda uji
dalam setiap pekerjaan beton yang diambil secara acak.
Pencampuran material beton harus dilakukan dengan mix concreate
dengan proporsi sesuai rencana, dan sebelum dilakukan pengecoran
hendaknya disiapkan stek untuk sub pekerjaan lainnya yang
membutuhkan stek tersebut sehingga tidak membetel kolom karena

47

lupa menyiapkan stek, serta kolom harus berdiri tegak lurus agar
beban dapat terdistribusi dengan baik.
Pekerjaan kolom meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1.

Penulangan Kolom
Tulangan

kolom

dipasang

sebelum

pemasangan

begistingnya dan untuk diameter dan jumlah tulangan pokok


kolom yang digunakan sesuai dengan gambar kerja, dan
tulangan sengkang kolom dipasang melalui bagian atas kolom
dengan diameter dan pengikatan atau penyetelan sengkang
pada jarak sesuai dengan gambar kerja. Untuk kolom K1
menggunakan tulangan 6D16 untuk tulangan utama dan
tulangan 2D13 untuk tulangan badan dengan tulangan
sengkang

8-150

pada

lantai

I.

Untuk

kolom

K2

menggunakan tulangan 3D13 untuk tulangan utama dan


tulangan 2D13 untuk tulangan badan dengan tulangan
sengkang 8-150 pada lantai I. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar Detail Engineering Design (DED)
Pembangunan UGB SMK 9 Mataram.
2.

Pemasangan Begisting Kolom


Begisting pada kolom dipasang setelah tulangan kolom
dipasang dengan benar. Pada begisting kolom dipakai triplek
dengan tebal 6 mm. Antara triplek di beri tulangan dengan
usuk yang kemudian dipaku dan yang diteruskan dari
skalfolding. Begisting terdiri dari empat sisi, pemasangan
harus tepat siku-siku pada sisi tegaknya dan tidak berubah
kedudukannya serta tidak terjadi pergeseran. Agar hal-hal di
atas dapat tercapai maka dilakukan penyetelan begisting kolom
yaitu dengan menggunakan benang yang dihubungkan antara
kolom yang satu dengan lain yang merupakan sumbu dan
menjadi patokan dengan kolom yang akan disetel. Setelah
dilakukan penyetelan kolom, begisting disokong dengan

48

menggunakan bambu yang dipasang pada keempat sisi kolom


tersebut.
3.

Pengecoran Kolom
Sebelum pengecoran dimulai terlebih dahulu dilakukan
penyetelan begisting kolom dan kemudian dilanjutkan dengan
pembersihan pada sisi dalam begisting dari kotoran antara lain
potongan-potongan kayu, serbuk gergaji. Proses pengecoran
kolom menggunakan perbandingan campuran 1 Pc : 2 Ps : 3
Krl dengan menggunakan alat pengaduk mollen.
Adapun urutan pelaksanaan pengecoran sebagai berikut:
a.

Adukan beton dibawa secara berkala dari tempat


pencampuran ke tempat pengecoran dengan menggunakan
artco.

b.

Adukan beton dituangkan ke dalam begisting kolom yang


sebelumnya telah disiram dengan air semen yang
bertujuan agar beton yang telah mengeras dapat berlekatan
dengan adukan yang baru.

c.

Adukan beton yang dituangkan ke dalam begisting harus


diikuti dengan pemadatan, misalnya dengan memakai besi
atau kayu yang ditusuk-tusuk ke dalam adukan.

d.

Pekerjaan pengecoran dihentikan setelah pengecoran


mencapai ketinggian tulangan balok yang dipasang.

4.

Pembongkaran Begisting Kolom


Pembongkaran begisting dapat dilakukan setelah
beton mencapai umur 3 hari untuk kolom sesuai dengan
ketentuan SNI 2002 dan atas persetujuan Pengawas Lapangan.
Pada proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram ini,
pembongkaran begisting untuk kolom setelah beton berumur 3
hari (atas persetujuan Pengawas Lapangan). Setelah begisting
dibongkar, dilakukan pemeriksaan terhadap permukaan beton.
Jika terdapat keropos pada permukaan beton kolom, maka

49

permukaan beton yang keropos tersebut harus ditambal dengan


adukan beton baru yang memiliki mutu yang sama.

Gambar 4.31 Pekerjaan Kolom


4.4.10

Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai


Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi
menahan beban lantai dan beban-beban lainnya yang bekerja di
atasnya, kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom. Dalam
proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram, dimensi balok yang
digunakan yaitu balok 30/60 cm untuk balok B1, balok 25/30 cm
untuk balok B2, (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
Detail Engineering Design (DED) Pembangunan UGB SMK 9
Mataram).
Pelat lantai adalah bagian dari struktur bangunan yang
menahan beban yang bekerja pada lantai sesuai dengan fungsi
bangunan tersebut. Dalam proyek Pembangunan UGB SMK 9
Mataram, tebal pelat lantai yang digunakan yaitu 12 cm dan
menggunakan tulangan 8.
Pekerjaan balok dan pelat lantai meliputi pekerjaan sebagai berikut:
1.

Pemasangan Perancah dan Begisting

50

a. Perancah dan Begisting Balok


Perancah dan begisting adalah suatu konstruksi yang
bersifat sementara pada praktik kerja beton sesuai dengan
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Dalam pemasangan
perancah dan begisting harus memenuhi persyaratan seperti:
1) Perancah dan begisting harus kokoh dan kuat, agar
bentuk

penampang

beton

sesuai

dengan

yang

diharapkan.
2) Struktur perancah dan begisting harus mampu menahan
beban beton segar, beban sendiri, beban akibat getaran
vibrator dan beban angin.
3) Kerapatan sambungan pada panel harus terjamin
sehingga tidak terjadi kebocoran pada sambungan antar
panel (misal: polywood) serta pada sudut pertemuan
antar panel ketika beton telah dicorkan.
Dalam hal ini bahan yang digunakan pada proyek
Pembangunan UGB SMK 9 Mataram adalah bambu aur
sebagai tiang penyangga (perancah), dan multipleks t = 6
mm yang diberi tulangan usuk 4/5 cm sebagai begisting
pada baloknya.
b. Perancah dan Begisting Pelat Lantai
Seperti halnya pada perancah dan begisting balok,
perancah dan begisting pelat lantai memiliki perlakuan yang
sama seperti:
1) Perancah dan begisting pelat harus kokoh dan kuat agar
bentuk

penampang

beton

sesuai

dengan

yang

diharapkan.
2) Struktur perancah dan begisting pelat harus mampu
menahan beban beton segar, beban sendiri, beban
akibat getaran vibrator dan beban angin.

51

3) Kerapatan sambungan pada panel harus terjamin


sehingga tidak terjadi kebocoran pada sambungan antar
panel.
Sama halnya dengan perancah dan begisting balok,
pada proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram,
perancah dan begisting yang digunakan pada pelat lantainya
adalah bambu aur sebagai tiang penyangga (perancah), dan
multipleks t = 6 mm yang diberi tulangan usuk 4/5 cm
sebagai begistingnya.
2.

Penulangan Balok dan Pelat Lantai


Sesudah pemasangan begisting maka selanjutnya
pemasangan tulangan balok dan pelat lantai. Tulangan balok
disusun sesuai dengan gambar rencana baik jumlah, diameter
dan jaraknya. Untuk balok B1 menggunakan tulangan 6D16
(tulangan atas), tulangan 2 12 (tulangan badan) dan tulangan
4D16 (tulangan bawah) dengan tulangan sengkang 8-150
untuk tulangan tumpuan, maupun untuk tulangan lapangan.
Untuk Balok B2 menggunakan tulangan 4D16 (tulangan atas),
dan tulangan 3D16 (tulangan bawah) dengan tulangan
sengkang 8-100. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar Detail Engineering Design (DED) Pembangunan UGB
SMK 9 Mataram.
Setelah tulangan disusun sesuai dengan gambar,
kemudian dipasang tulangan geser dan dirangkai dengan kawat
bendrat. Setelah tulangan disetel dengan baik, tulangan balok
diikatkan pada beberapa tempat yaitu pada bagian bawah, sisi
kiri, sisi kanan, baru kemudian dimasukan ke dalam begisting.
Pemasangan tulangan pelat lantai dilakukan setelah
tulangan balok dimasukan ke dalam begistingnya. Tulangan
pelat lantai yang berdiameter 8 mm dipasang ke arah
melintang dan memanjang, selain tulangan pokok dipasang
pula tulangan pembagi berdiameter 8 mm pada daerah

52

tumpuan. Tulangan-tulangan tumpuan dilewatkan di atas


tulangan balok kemudian diikat dengan kawat bendrat agar
tidak bergeser pada saat pengecoran. Agar tulangan tidak
bengkok terinjak pada saat pengecoran, maka pada daerah
tumpuan yaitu antara tulangan tumpuan di atas dan di bawah
diberi penyangga dari besi yang disebut korset.
Dalam proyek ini, pemasangan tulangan pelat lantai
sesuai dengan gambar rencana karena dianggap pemakaian
tulangan pada gambar rencana cukup efisien (hemat), karena
tidak terlalu banyak tulangan yang dipotong dan terbuang
percuma, mudah dalam pelaksanaan serta membutuhkan waktu
pekerjaan yang cepat.
3.

Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


Agar tercapainya mutu beton yang dikehendaki, maka
perbandingan

campuran

beton

harus

sesuai

dengan

perencanaan yang telah ditentukan dan memenuhi persyaratan.


Bahan untuk pencampuran beton mutunya harus baik dan
memenuhi ketentuan yang berlaku, jika mutu beton tidak
terpenuhi maka dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan
yang nantinya memerlukan perbaikan dengan biaya yang
cukup banyak atau mahal serta pemborosan waktu.
Pada proyek Pembangunan UGB SMK 9 Mataram ini
untuk pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan
perbandingan campuran yaitu 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl. Pengadukan
campuran beton harus menggunakan mollen dan waktu
putarnya berlangsung selama kurang lebih 4-5 menit setelah itu
dituangkan dalam wadah yang telah disediakan.
Mutu beton yang digunakan adalah mutu K-275
dengan. Penetapan ini didasarkan pada keadaan dimana beton
bertulang yang dihasilkan diharapkan memiliki nilai ekonomis
yang tinggi, dan kekuatan yang baik dalam suatu struktur
bangunan.

53

Sebelum pengecoran dilakukan, begisting balok dan


pelat harus bersih dari kotoran seperti besi dan potonganpotongan kayu. Adapun pelaksanaan pengecoran adalah
sebagai berikut:
a.

Adukan beton yang telah jadi dibawa secara berkala dari


tempat

pencampuran

sampai

lantai

II

dengan

menggunakan ember lalu dituangkan ke gerobak dorong


dan dibawa ke tempat pengecoran.
b.

Pengecoran dilakukan pada balok terlebih dahulu,


kemudian dilanjutkan pada pelat.

c.

Setelah itu beton dipadatkan dengan menggunakan alat


penggetar (vibrator). Proses pemadatan ini dilakukan
secara bersamaan dengan proses pengecoran.

d.

Pekerjaan pengecoran ini tidak dapat dilaksanakan


sekaligus, tetapi bertahap per panel pelatnya karena
keterbatasan tempat untuk penyimpanan bahan dan hanya
menggunakan

mollen

saja.

Sehingga

pekerjaan

pengecoran ini dilaksanakan selama 2 hari. Oleh karena


itu penghentian pengecoran balok dan pelat lantai dapat
dilakukan sampai kurang lebih bagian panel pelat yang
dicor selesai dicor dengan tujuan untuk menghindari
terjadinya keretakan.
e.

Untuk melanjutkan kembali pengecoran, maka batas


penghentian pengecoran sebelumnya disiram dengan air
semen. Hal ini bertujuan agar adukan beton yang baru
dapat menyatu dengan adukan beton yang telah mengeras.

4.

Pembongkaran Begisting Balok dan Pelat Lantai


Pembongkaran begisting balok dan pelat lantai dapat
dilakukan setelah beton berumur 28 hari sesuai dengan
ketentuan SNI 2002 dan atas persetujuan Pengawas Lapangan.
Seluruh begisting dibongkar, dilakukan pemeriksaan terhadap
permukaan beton. Jika terdapat permukaan keropos pada

54

permukaan beton balok dan pelat lantai, maka permukaan


beton yang keropos tersebut harus ditambal dengan adukan
beton yang baru yang memiliki mutu yang sama.

Gambar 4.32 Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

55

Anda mungkin juga menyukai