Tinjauan Pustaka Diabetes
Tinjauan Pustaka Diabetes
TINJAUAN PUSTAKA
yang dimakan sehari-hari, yang terdiri dari kabohidrat (gula dan tepung-tepungan),
protein (asam amino), dan lemak (asam lemak).
Pengolahan bahan makanan itu dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam
amino dan lemak menjadi asam lemak. Agar dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat
makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat
makanan tersebut terutama glukosa dibakar melalui proses metabolisme, dan hasil
akhirnya adalah timbulnya energi. Dalam proses metabolisme itu, insulin memegang
peranan penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya
dapat digunakan sebagai bahan bakar.6
Hidrat arang dalam makanan diserap oleh usus halus dalam bentuk glukosa.
Glukosa darah dalam tubuh manusia diubah menjadi glikogen hati dan otot oleh
insulin. Sebaliknya, jika glikogen hati maupun otot akan digunakan, dipecah lagi
menjadi glukosa oleh adrenalin. Jika kadar insulin darah berkurang, kadar glukosa
darah akan melebihi normal, menyebabkan terjadinya hiperglikemia/ kadar gula
darah tinggi.22
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya glukosa akan
tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah
meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber
energi di dalam sel. Inilah yang terjadi pada Diabetes Mellitus tipe 1.
Pada diabetes tipe 2 jumlah insulin normal atau mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan ini, jumlah insulin banyak tetapi reseptornya kurang maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di
dalam pembuluh darah meningkat.6
terapi
insulin
berkesinambungan.
Riwayat
yang
dilakukan
keluarga,
diet,
dan
secara
terus-menerus
faktor
lingkungan
dan
sangat
Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini. Sekitar 80% pasien diabetes
tipe 2 mengalami obesitas karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin.29
Penyakit diabetes tipe 2 ini dapat dikendalikan dengan diet, olah raga, atau obat
antidiabetes.28
insulin.
Pasien-pasien
dengan
defisiensi
insulin
tidak
dapat
penegakan diagnosis DM. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel berikut ini:20
Tabel 2.1 Kriteria Penegakan Diagnosis DM
Plasma vena
Darah kapiler
Plasma vena
Darah kapiler
Bukan DM
< 100
< 90
< 100
< 90
Belum Pasti DM
100-199
90-199
100-125
90-99
DM
200
200
126
100
Pemeriksaan HbA1C dapat juga dijadikan sebagai salah satu kriteria diagnosis
DM. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah.
Ketika kadar gula darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka kadar gula
darah akan berikatan dengan haemoglobin. Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah
dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi
dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Kadar HbA1C normal
antara 4% sampai dengan 6,5%.20
mengalami komplikasi akut 5,7% dan yang mengalami komplikasi kronik yaitu
48,4%.18
b. Menurut Tempat
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 melaporkan bahwa
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 333 juta jiwa dengan
prevalensi DM yaitu 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural.
Berdasarkan laporan hasil Riskesdas tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan
menunjukkan prevalensi DM di daerah urban Indonesia untuk usia di atas 15 tahun
yaitu 5,7%.20
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian epidemiologi
di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi DM terbanyak terdapat di kotakota besar, antara lain Jakarta (12,8%), Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%), dan
Manado (6,7%). Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan,
antara lain Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%). Adanya perbedaan
prevalensi DM di perkotaan dengan di pedesaan menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian DM.36
c. Menurut Waktu
Pada tahun 2000 terdapat 2,9 juta kematian akibat penyakit DM di dunia,
dimana 1,4 juta kematian terjadi pada pria dan 1,5 juta kematian pada wanita. Dari
semua jumlah kematian ini, 1 juta kematian terjadi di negara maju dan 1,9 juta
kematian terjadi di negara berkembang.37 Pada tahun 2003, WHO menyatakan 194
juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita
Diabetes mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.38
2.7.2. Determinan
a. Genetik atau Faktor Keturunan
DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Anggota
keluarga Diabetes memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes.39
Diabetes tipe 2 lebih terkait dengan faktor genetik bila dibandingkan dengan
diabetes tipe 1. Pada umumnya, anak dengan ayah penderita diabetes tipe 1 memiliki
kemungkinan terkena diabetes adalah 1:7.40
b. Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama di atas 40 tahun
karena risiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia. DM tipe 1
biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2
biasa terjadi pada usia 40 tahun. 38
Menurut penelitian Andayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita
DM tipe 2 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur di atas 40 tahun dan
jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun dengan proporsi
48%.41 Berdasarkan penelitian Amelya (2008) di Rumah Sakit Tembakau Deli
Medan tahun 2002-2006, proporsi penderita DM yang berusia 20-40 tahun yaitu
4,9% dan proporsi penderita DM yang berusia > 40 tahun yaitu 65,1%.42
c. Pola makan dan obesitas
Diabetes tipe 2 sangat erat kaitannya dengan obesitas. Obesitas timbul karena
jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang
dibakar. Keadaan ini akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang
dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek
yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM
akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga
bakteri cukup berperan menyebabkan DM.33
2.8
penyuntikan insulin berhenti atau kurang karena lupa menyuntik atau tidak
menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.
Keluhan dan gejala DKA timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah,
antara lain napas cepat dan dalam, napas berbau keton, nafsu makan turun, mual,
muntah, demam, nyeri perut, berat badan menurun, mengantuk, kesadaran menurun
sampai koma.38
b.2 Hiperosmolar Non Ketotik
Hiperosmolar Non Ketotik adalah komplikasi akut DM tipe 2.43 Hiperosmolar
Non Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga
darah menjadi kental. Kadar glukosa darah penderita bisa sampai di atas 600 mg/dl.
Glukosa ini akan menarik air keluar sel, selanjutnya keluar dari tubuh melalui
kencing yang akan mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
Gejala Hiperosmolar Non Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya
pada Hiperosmolar Non Ketotik tidak dijumpai napas yang cepat dan dalam serta
berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing,
lemah, kaki dan tungkainya kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang, sampai
koma.38
b.3. Asidosis Laktat
Asidosis Laktat merupakan komplikasi yang sangat jarang akibat terapi
dengan metformin. Pasien datang dengan gejala-gejala asidemia (malaise, anoreksia,
muntah). Kadar glukosa darah biasanya normal, tidak ditemukan benda keton dalam
urine, dan analisis gas darah menunjukkan adanya asidosis (berat) dengan kelebihan
basa yang tinggi. Terapi yang digunakan dapat bersifat suportif dan menghentikan
penggunaan metformin.44
pada penglihatan mata, bayangan abu-abu, mata kabur, sulit membaca, mata terasa
nyeri, sampai pada kebutaan.38
Selain menyebabkan retinopati, DM juga menyebabkan lensa mata menjadi
keruh (tampak putih) yang disebut katarak dan dapat menyebabkan glukoma
(meningkatnya tekanan bola mata).17
d. Penyakit Jantung
DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak
di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah
koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat suplai
darah yang kurang. Selain menyebabkan kurangnya suplai darah ke otot jantung,
penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat,
sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak. Dibandingkan dengan orang
normal, diabetes dua kali lebih mudah menderita serangan jantung.17
e. Hipertensi
Hipertensi lebih banyak terjadi pada diabetes tipe 2 daripada tipe 1. Usia yang
lebih tua lebih banyak terkena hipertensi daripada usia muda. Penderita DM
cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang yang tidak menderita
DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi dapat memicu terjadinya
serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35%-75%
komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan
hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan pengapuran atau
penebalan dinding pembuluh darah.38
Kaki Diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati yang terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob. Gejala yang sering dikeluhkan yaitu sering kesemutan, nyeri pada
kaki seperti rasa terbakar, tidak berasa, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan
denyut nadi, kaki menjadi atrofi, dingin, dan menebal, serta kulit menjadi kering.
Penderita Diabetes Mellitus biasanya kadar kolesterol total, LDL, trigliserida
plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan akan menyebabkan
hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan yang akan merangsang
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri
menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman,
dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan
berkembang menjadi Kaki Diabetik.16
pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan
masyarakat.6
Perawatan kesehatan preventif untuk penyakit DM bisa dengan pencegahan
primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.43
gaya
hidup
sehat
sedini
mungkin
dengan
memberikan
pedoman,
yaitu
a. Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
DM. Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes adalah penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, tim kesehatan/ perawatan, dan orang-orang
yang beraktivitas bersama-sama dengan penderita DM setiap hari.6
Penyuluhan untuk pencegahan sekunder ini ditujukan kepada mereka yang
baru terdiagnosis diabetes. Kelompok penderita diabetes ini masih sangat perlu diberi
pengertian mengenai penyakit diabetes supaya mereka dapat mengendalikan
harus dimulai dengan deteksi dini komplikasi DM agar komplikasi DM tersebut dapat
dikelola dengan baik.6
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan primer tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal.20
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait
terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin ilmu seperti
konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari
bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi,
pediatri dan sebagainya sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan
tersier.46