Pembimbing :
dr. Toto Imam S, SpOG, K.Onk
Disusun oleh :
Mutiara Insan Sangaji, S.Ked
(Universitas Pelita Harapan - 07120090082)
DAFTAR ISI
Status Pasien 3
Identitas .. 3
Data Dasar 3
Pemeriksaan Fisik 5
Pemeriksaan Penunjang . 8
Penatalaksanaan .. 11
Prognosis .... 11
Follow up ..
11
19
Konsul ... 20
Ringkasan . 21
Pengkajian 21
Tinjauan Pustaka . 23
Daftar Pustaka . 33
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
Jenis kelamin
: Perempuan
Tangal Lahir
: 10 April 1961
Umur
: 53 tahun
Alamat
Suku Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Status
: Janda
MRS
: 16 Januari 2014
No. RM
: 42 95 79
Keluhan Tambahan
Perut membuncit, teraba masa di perut, nyeri perut, merasa cepat kenyang,
gangguan pencernan (sulit BAB), nafsu makan menurun, penurunan berat
badan lebih dari 5kg.
Riwayat Penyakit Sekarang :
3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan merasa sakit di perut kanan atas
kemudian terdapat benjolan keras diatas vagina yang berbentuk lonjong.
Kemudian pasien pergi ke dokter umum dan dirujuk untuk melakukan USG di
RS Ana Jati Asih kemudian didiagnosis dengan tumor kemudian dirujuk lagi
ke RSCM dan dilakukan CT-Scan hasilnya positif tumor. Kemudian pasien
ingin melakukan operasi di RSUD Bekasi namun tidak jadi karena pasien
merasa takut. kemudian 2 minggu setelahnya pasien melakukan pengobatan
alternatif namun tidak kunjung membaik. 2 bulan yang lalu pasien merasa
perutnya menjadi keram, membesar dan sangat sakit kemudian pasien kembali
lagi ke RSCM. 1 hari SMRS pasien mengeluhkan sesak dan memeriksakan
dirinya ke RSPAD. Saat ini pasien merasa sesak. Keluhan disertai dengan
perut membuncit, teraba masa di perut, nyeri perut, merasa cepat kenyang,
gangguan pencernan (sulit BAB), nafsu makan menurun, penurunan berat
badan lebih dari 5kg. Pasien menyangkal adanya gangguan saluran kemih dan
perdarahan dari vagina.
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 17 tahun
Siklus
: teratur, 32 hari
Lama
: 4-5 hari
Banyak
Tanggal Partus
Umur Hamil
Jenis Partus
Penolong
Anak
BBL
5 Okt 1983
Aterm
Partus Spontan
Bidan
Perempuan
3800
2 Sept 1987
Aterm
Partus Spontan
Bidan
Laki-Laki
3900
23 Feb 1991
Aterm
Partus Spontan
Bidan
Laki-Laki
4000
Kesadaran
: compos mentis
Keadaan Gizi
: Normoweight
TB : 158 cm BB : 55 Kg
IMT : 22
Tanda vital
: TD : 110/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37.0 0 0C
RR : 26 x/menit
Kulit
Jaringan parut
: Tidak ada
Suhu raba
: Afebris
Keringat
: Umum
Lapisan lemak
: Merata
Pigmentasi
: Tidak ada
Pembuluh darah
: Tidak tampak
Lembab/kering
: Kering
Turgor
: Cukup
Ikterus
: Tidak ada
Edema
: Tidak ada
Kepala
Ukuran
: Normochepal
5
Ekspresi wajah
: Wajar
Rambut
: Distribusi merata
Simetri muka
: Simetris
: Isokor
Lensa
: Jernih
Konjungtiva
: Anemis +/+
Sklera
: ikterik -/-
Gerakan mata
: Normal
: Normal
Telinga
Tuli
: -/-
Lubang
: +/+, lapang
Serumen
: +/+
Cairan
: -/-
Selaput pendengaran
: Utuh
Penyumbatan
: -/-
Perdarahan
: -/-
Hidung
Bentuk
: normal,
Deviasi
Sekret
: -/-.
Mulut
Bibir
Langit-langit
Gigi geligi
: Caries (-)
Faring
: Tidak hiperemis
Lidah
Tonsil
: T1-T1 tenang
Bau pernapasan
Trismus
: Tidak ada
Leher
Kelenjar Limfe
Thoraks
Paru-Paru
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Belakang
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Sonor
Sonor
Kanan
Sonor
Sonor
Kiri
Kanan
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi: Batas kanan
Batas kiri
Batas atas
Palpasi
Membesar
Hati
Sulit dinilai
Limpa
Sulit dinilai
Ginjal
Sulit dinilai
Lain- lain
Massa (+)
Perkusi
Auskultasi
Sulit dinilai
Ekstremitas
Dinding perut
Lengan
Kanan
Kiri
Normotonus/-
Normotonus/-
Sendi
Nyeri (-)
Nyeri (-)
Gerakan
Bebas
Bebas
Kekuatan
5|5|5|5
5|5|5|5
Lain-lain
Sianois (-)
Sianosis (-)
Kanan
Kiri
Tidak Ada
Tidak ada
Varises
Tidak Ada
Tidak Ada
Normotonus
Normotonus
Sendi
Nyeri (-)
Nyeri (-)
Gerakan
Bebas
Bebas
Kekuatan
5|5|5|5
5|5|5|5
Edema
ada
ada
Lain-lain
Sianosis (-)
Sianosis (-)
STATUS GINEKOLOGI
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Inspeksi
17/1/2014
20/1/2014
24/1/2014
26/1/2014
30/1/2014
Nilai Rujukan
8.7
8.9
9.8
10.2
9.9
13-18 g/dl
Darah
rutin
Hemoglobin
Hematokrit
26
26
30
31
30
37-47 %
Eritrosit
3.2
3.2
3.6
3.7
3.6
4,3-6,0 juta/L
Leukosit
9500
11400
14100
10000
12200
4800-10800/L
572000
526000
569000
679000
752000
150.000400.000/L
MCV
81
81
83
84
83
80-96 fl
MCH
27
28
27
28
27
27-32 pg
MCHC
34
34
33
33
33
32-36 g/dl
Trombosit
PT
Kontrol
10.7
Detik
Pasien
11.3
9.8-12.6
Kontrol
30.1
Detik
Pasien
27.4
27-39
APTT
Koagulasi
D-Dimer
280
0-300 ng/mL
Fibrinogen
551
136-384 mg/dL
3.5 5 g/dl
Kimia
Klinik
Albumin
3.7
3.2
3.7
Amilase
111
Lipase
37
0-160 u/L-
Ureum
68
136
112
70
63
20 -50 mg/dL
Kreatinin
4.3
3.1
2.1
1.1
Natrium
131
139
139
134
Kalium
5.3
5.6
4.7
Klorida
96
97
100
97
85-105 mEq/L
GDS
134
<140 mg/dl
pH
7.299
7.365
7.37-7.45
pCO2
30.6
31.0
33-44 mmHg
pO2
84.1
82.3
71-104 mmHg
135
-
145
mEq/L
Bikarbonat (HCO3)
15.2
17.9
22-29 mmol/L
-9.6
-5.7
Saturasi O2
92.8
95.9
94-98 %
Imunologi (17/1/2014)
Tumor Marker CA-125 = 4.950 (nilai normal <35)
USG Ginekologi (16/1/2014)
10
CT SCAN Abdomen
Foto Thoraks PA
V. DIAGNOSIS
Suspect Neoplasma Ovarium
VI. PENATALAKSANAAN
Aminofluid : RL (1000:500)
O2 2 liter/menit
Pungsi asites
Lap VC
VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia
Quo ad fuctionam
: dubia
11
: compos mentis
TD
: 120/80 mmHg
Nafas : 25x/min
Nadi
: 90x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
CA-125, PT/APTT, AGD, Konsul Paru
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : RL (1000:500)
Transfusi PRC (target Hb > 10 g/dl)
O2 2 liter/menit
Pungsi asites
Lap VC
Protein 1,2 gr/kg/hr
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 90x/min
Suhu : 36.7C
12
R/ Diagnosis :
CA-125, PT/APTT, AGD, Konsul Paru
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : RL (1000:500)
O2 2 liter/menit
Pungsi asites
Lap VC
Protein 1,2 gr/kg/hr
: compos mentis
TD
: 120/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 90x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
CA-125, PT/APTT, AGD, Konsul Paru
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : RL (1000:500)
Omeprazole 2 x 40 mg IV
Ondansentron IV
13
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 90x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
PT/APTT, AGD, elektrolit, albumin, Konsul Paru, Konsul IPD,
Konsul Kardio, Konsul Urologi, Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : RL (1000:500)
Ondansentron 3x1 IV
Ranitidin 3x1 IV
Pungsi asites
Lap VC
Protein 1,2 gr/kg/hr
14
: compos mentis
TD
: 120/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 87x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Ondansentron 3x1 IV
Ranitidin 3x1 IV
Pungsi asites
Lap VC
Protein 1,2 gr/kg/hr
Sesak (+)
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 88x/min
Suhu : 36.7C
15
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Ondansentron 3x1 IV
Ranitidin 3x1 IV
Pungsi asites
Lap VC
Protein 1,2 gr/kg/hr
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 88x/min
Suhu : 36.7C
16
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Lap VC
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 88x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Lap VC
17
: compos mentis
TD
: 110/80 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 90x/min
Suhu : 36.7C
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Lap VC
: compos mentis
TD
: 110/90 mmHg
Nafas : 26x/min
Nadi
: 88x/min
Suhu : 36.7C
18
Efusi Pleura
Anemia Normokrom Normositik
P
R/ Diagnosis :
Konsul Paru, Konsul IPD, Konsul Kardio, Konsul Urologi,
Konsul Digestif
R/ Tatalaksana :
Aminofluid : kaEN : D10% (1:1:1)
Lap VC
Usia
Tgl Pembedahan
Ny. Ratnaningsih
53 tahun
24/01/2014
Ahli bedah
Asisten bedah
Diagnosis pre-laparoskopi
dr. Andre
Nama pasien
Usia
Tgl Pembedahan
Ny. Ratnaningsih
53 tahun
29/01/2014
Ahli bedah
Asisten bedah
Diagnosis pre-laparoskopi
19
dr. Andre
X. KONSUL
A. Pulmonologi
Saran :
o Di bagian pulmonology tidak ada tindakan, efusi pleura
bilateral minimal
o CT Scan toraks + kotras
B. Kardiologi
C. Urologi
Nyeri pinggang (-), saat ini dengan NOK dan hidronefrosis mild
bilateral, CVA -/-, nyeri tekan -/-, nyeri ketok -/-
Saran :
o Pro injeksi DJ stent bilateral 1 hari sebelum tindakan di
bidang tersebut
D. Bedah Vaskuler
20
Anjuran :
o Periksa USG Doppler
o Heparinisasi 5000 unit / hari (Cek PT/APTT dlm 24 jam)
o Elastic bandage pada kedua tungkai
o Evaluasi kembali
XI. RINGKASAN
Pasien perempuan, 53 tahun, datang ke RSPAD dengan keluhan sesak sejak 1
hari SMRS. Keluhan disertai dengan perut membuncit, teraba masa di perut,
nyeri perut, merasa cepat kenyang, gangguan pencernan (sulit BAB), nafsu
makan menurun, penurunan berat badan lebih dari 5kg. Pasien sebelumnya
sudah pernah diperiksa ke RS lain dan dicurigai tumor kandung telur. Riwayat
menstruasi sudah menopause sejak 4 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, dengan pernafasan 26x/menit,
kepala, kulit, telinga hidung tenggorokan, jantung dalam batas normal.
Konjungtiva anemis +/+, Paru-paru terdapat rhonki dextra dan sinistra, abdomen
cembung membesar hingga prosesus xyphoideus dan pusat, shifting dullness
(+), auskultasi sulit dinilai, pada extremitas inferior dextra dan sinistra terdapat
edema. Status ginekologi parametrium kaku dan teraba masa di adneksa kiri
dengan ukuran yang sulit dinilai. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan
penurunan Hb, Ht, eritro, albumin, pH, pCO2, HCO3 dan kenaikan trombosit,
amylase, ureum, kreatinin, CA-125. USG ginekologi didapatkan susp.
Neoplasma ovarium dengan hidronefrosis ginjal kanan.
XII. PENGKAJIAN
Atas Dasar :
Anamnesis :
21
Pemeriksaan fisik :
Perut membuncit hingga prosesus xyphoideus dan pusat, pada
pemeriksaan dalam parametrium kaku dan teraba masa di adneksa
kiri dengan ukuran yang sulit dinilai
Rencana diagnosis
o Cek DPL, PT/APTT, Koagulasi, albumin, ureum, kreatinin,
elektrolit, GDS, analisa gas darah,
o Cek Ca-125
o USG Ginekologi
o CT SCAN
o Foto thoraks
o Konsul paru, jantung, urologi, bedah vaskuler
Rencana tatalaksana
o Aminofluid : RL (1000:500)
o Transfusi PRC
o O2 2 liter/menit
o Pungsi asites
o Laparatomi vc
22
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Faktor Risiko3,
Sampai saat ini penyebab dari kanker ovarium masih belum diketahui
dengan jelas. Namun ada beberapa faktor risiko untuk terkena kanker
ovarium, antara lain sebagai berikut :
Faktor Lingkungan
Insidensi dari kanker ovarium tinggi pada Negara-negara industri.
Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan obesitas, minum alcohol,
merokok, maupun, minum kopi. Juga tidak ada kaitannya dengan
penggunaan bedak talcum ataupun intake lemak yang berlebihan
Faktor Reproduksi
Makin meningkat siklus haid berovulasi ada hubungannya dengan
meningkatnya risiko timbulnya kanker ovarium. Hal ini dikaitkan dengan
pertumbuhan aktif permukaan ovarium setelah ovulasi. Induksi siklus
ovulasi mempergunakan klomifen sitrat meningkatkan risiko 2 sampai 3
kali. Kondisi yang menyebabkan turunnya siklus ovulasi menurunkan
risiko kanker seperti pada pemakaian pil Keluarga Berencana menurunkan
risiko sampai 50%, bila pil dipergunakan 5 tahun atau lebih; multiparitas,
dan riwayat pemerian air susu ibu termasuk menurunkan risiko kanker
ovarium
23
Faktor Genetik
5%-10% penyakit ini karena faktor heriditer (ditemukan di keluarga
sekurang-kurangnya dua keturunan dengan kanker ovarium). Ada 3 jenis
kanker ovarium yang diturunkan yakni :
o Kanker ovarium site specific familial
o Sindrom kanker payudara-ovarium, yang disebabkan oleh mutasi
dari gen BRCA 1 dan berisiko sepanjang hidup (lifetime) sampai
85% timbul kanker payudara dan risiko sepanjang hidup sampai
50% timbulnya kanker ovarium pada kelompok tertentu. Walaupun
mastektomi profilaksis kemungkinan menurunkan risiko, tetapi
persentasi kepastian belum diketahui. Ooforektomia profilaksis
mengurangi risiko sampai 2%.
o Sindroma kanker Lynch type II, dimana beberapa anggota keluarga
dapat timbul berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal
nonpoliposis, endometrium, dan ovarium.
II.
Patofisiologi
Penyebab karsinoma ovarium secara tepat belum diketahui. Terdapat
teori chronic uninterrupted ovulation yang berhubungan dengan resiko
terjadinya karsinoma ovarium. Pada saat terjadi ovulasi, akan terjadi
kerusakan pada epitel ovarium dan mengaktifkan mekanisme perbaikan
selular (cellular repair mechanism). Proses perbaikan ini memerlukan waktu
tertentu. Proses ovulasi dan kerusakan epitel yang terjadi berkali-kali atau
berulang untuk waktu yang lama tanpa interupsi, terutama jika sebelum
penyembuhan sempurna tercapai (waktu istirahat sel yang tidak adekuat), akan
memberikan peluang untuk terjadinya delesi gen somatik serta mutasi selama
proses perbaikan sel sehingga dapat terjadi transformasi sel menjadi sel-sel
neoplastic. Nuliparitas, menarke awal dan menopause lambat merupakan
beberapa fator yang dapat meningkatka resiko terjadinya karsinoma ovarium.
Sedangkan penggunaan kontrasepsi oral, menyusui, multiparitas, dan choric
anovulation merupakan faktor yang dapat mengurangi resiko terjadinya
karsinoma ovarium dengan menginterupsi atau mensupresi terjadinya ovulasi.9
24
III.
Anamnesis2,4,5,6
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan
yang timbul akan berhubungan dengan peningkatan massa tumor,
penyebaran permukaan seorasa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman
dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan
dengan kanker ovarium. Gejala lain yang timbul adalah perut membuncit,
mudah lelah, nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif,
konstipasi, dyspareunia,
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien dengan kanker ovarium herediter, pengukuran CA-125,
pemeriksaan pelviss, ultrasonografi transvaginal dapat dilakukan setiap 6
bulan
sekali.
Pada
kelompok
yang
berisiko
tinggi
tersebut
25
Ultrasonografi
merupakan
pemeriksaan
penunjang
utama
dalam
IV.
Stadium3
Stadium surgical pada kanker ovarium (FIGO 1988)
Tumor terbatas pada ovarium
IA, tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada
permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada
bilasan peritoneum
IB, tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada
permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada
bilasan peritoneum
IC, tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari tandatanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor pada permukaan luar kapsul,
sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum
26
IIA, perluasan dan atau implant ke uterus dan atau tuba falopii. Tidak
ad sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum
IIB, perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di cairan
asites atau bilasan peritoneum
IIC, tumor pada stadium IIA/IIB dengan sel kanker positif pada cairan
asites atau bilasan peritoneum
27
28
V.
Histopatologi3
Jenis epitel (65% dari kanker ovarium) terdiri dari serosum (20%50%), musinosum (15%-25%), yang dapat tumbuh sangat besar (permagna),
endometrioid (5% dan kira-kira 10% bersamaan dengan endometriosis), sel
jernih (5%, prognosis buruk) dan Brenner (2%-3%, sebagian besar jinak).
Kira-kira 15% dari kanker jenis epitel menunjukkan potensi keganasan
rendah.
Tumor sel germinal (25% dari semua kanker ovarium) dan yang
tersering disgerminoma, diikuti tumor campuran sel germinal. Tipe lainnya
adalah teratoma imatur, koriokarsinoma, tumor sinus endodermal, dan
karsinoma embrional.
Tumor stroma sex cord (5% dari semua kanker ovarium). Yang
tersering adalah tumor sel granulosa. Tipe lainnya tumor sel Sertoli-Leydig.
Jenis lainnya: sarcoma, tumor metastasis.
VI.
Pengobatan3
Tindakan pembedahan ada dua tujuan yakni pengobatan dan
penentuan stadium surgical. Terapi pembedahan termasuk histerektomi,
salpingo-ooforektomi, omentektomi, pemeriksaan asites, bilasan peritoneum,
dan mengupayakan debulking optimal (kurang dari 1 cm tumor residu),
limfadenektomi (pengambilan sampel untuk pemeriksaan histopatologi) pada
stadium awal. Stadium IA sampai stadium IB derajat 1 dan 2, atau semua
stadium pada jenis tumor potensial rendah pada ovarium. Kemudian dilakukan
observasi dan pengamatan lanjut pada pemeriksaan CA-125.
Pasien dengan stadium IA derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai
kesintasan hidup 5 tahun sebesar 95% dengan atau pemberian kemoterapi.
Beberapa klinikus akan memberikan kemoterapi pada kanker ovarium derajat
2 stadium IA dan IB derajat 3, stadium II sampai 4: kemoterapi : paclitaxel
(taxol) dengan carboplatin atau cisplatin
Setelah selesai pengobatan dengan kemoterapi ada 3 pilihan yang
diterapkan pada pasien : observasi, teruksan pengobatan, bila tumor regresi
tapi belum hilang seluruhnya dan terapi konsolidasi dengan kemoterapi lain.
29
Jika hasil potong beku adalah borderline (diperlakukan seperti tumor ganas
ovarium) hasil potong beku tumor ovarium ganas, maka tindakan selanjutnya
adalah :
1. Surgical Staging pada stadium awal
a. Complete surgical staging
Sitology bilasan peritoneal, histerektomi, salpingo-ooferektomi
bilateral, limfadenektomi pelvik dan para-aorta, omentektomi,
appendektomi,
biopsy-biopsy
peritoneum
(parakolika,
tindakan
salpingoofarektomi
unilateral,
30
Kemoterapi Neoadjuvant
Kemoterapi neoadjuvant adalah pemberian kemoterapi sebelum
pembedahan primer. Indikasi :
VII.
31
IX.
Faktor Prognosis3
Faktor yang memperbaiki prognosis termasuk derajat diferensiasi yang
redah, stadium awal, tumor ganas potensi rendah, debulking optimal, dan usia
muda. Semetara faktor yang memperburuk prognosis termasuk karsinoma sel
jernih, jenis serosum, stadium lanjut, asites, debulking yang tidak optimal,
derajat deferensiasi yang tinggi atau buruk, dan usia tua. Adapun kesintasan
hidup 5 tahun kanker ovarium jenis epitel pada stadium I 74%, stadium II
58%, stadium III 30%, stadium IV 19%.
32
DAFTAR PUSTAKA
A.
Cannistra,
M.D.
screening
for
ovarian
cancer.
http://www.nejm.or/doi.full/10.1056/NEJMcp0901926
33