Anda di halaman 1dari 79

Benar-Benar Mundak

BBM
DISUSUN OLEH :
TIM AKU PEDULI CAK !
Di tulis
Adhitya Kurniawan
Pasca H. Winanda
Gemelfour A S

Mengapa
minyak
sangat
penting bagi
suatu

1. kekuatan politik suatu negera sangat ditentukan oleh


penguasaannya atas minyak. Negara yang menguasai
minyak bisa di pastikan akan menguasai dunia. seperti kata
David Harvey dalam bukunya Imperialisme Baru, yang
diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Resist Book.
Siapa yang mengontrol minyak Timur Tengah, maka dia
telah mengontrol keran minyak dunia. Dan siapapun yang
sudah mengontrol keran minyak dunia, maka dia sudah
mengontrol ekonomi global,.
2. Kedua, besaran konsumsi minyak berhubungan signifikan
dengan besaran ekonomi suatu negera. Semakin besar
ekonomi suatu Negara maka konsumsi minyak akan
semakin besar. Untuk itulah negera-negara maju berupaya
memiliki control penuh atas sumber daya minyak dunia.
3. Ketiga
naik-turunnya
harga
minyak
dunia
ikut
mempengaruhi panas dinginnya situasi politik internasional

KONDISI ENERGI DI
INDONESIA SECARA
MAKRO

Intensitas energi
elastisitas energi

INTENSITAS ENERGI
Menurut definisi yang diberikan oleh PBB, Departemen Ekonomi
dan Sosial, INTENSITAS ENERGI menunjukkan jumlah energi yang
digunakan untuk memproduksi satu unit output ekonomi, biasanya
dinyatakan dalam rasio energi yang digunakan dengan PDB. Dalam
hal ini, bisa juga disebut "intensitas energi agregat. intensitas energi
(primer) merupakan salah satu indikator untuk melihat apakah
pemanfaatan energi di suatu negara sudah cukup produktif atau
belum (boros)

Nilai intensitas energi yang ditampilkan pada Gambar 2.10 dihitung engan menggunakan
data makroekonomi yang diterbitkan oleh BPS dan data energi yang disediakan oleh
Pusdatin, ESDM

Data diatas menunjukkan bahwa volume konsumsi energi


(dalam SBM) yang dibutuhkan untuk menghasilkan senilai 1
milyar rupiah PDB dipertahankan pada tingkat kisaran 480
500 SBM selama periode tahun 2000 hingga 2010. Meskipun
demikian pada 3 tahun terakhir terlihat adanya tren kenaikan
dari 417 menjadi 485 SBM/milyar rupiah. Hingga saat ini,
konsumsi energi primer per kapita di Indonesia sebenarnya
masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negaranegara lainnya khususnya negara maju dan negara-negara
ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Meskipun
demikian, pertumbuhannya menunjukkan tren meningkat, dari
3,25 SBM/kapita pada tahun 2000 menjadi 4,73 pada tahun
2010 (tanpa biomasa)

Bila dibandingkan dengan beberapa negara maju yang konsumsi energi


per kapitanya lebih tinggi, intensitas energi mereka lebih rendah dari
Indonesia (lihat Gambar 2.11). Pada tahun 2009, intensitas energi
Indonesia berkisar 0,24 KTOE/USD Konstan 2005. Sedangkan
Jepang, Jerman, Thailand, dan Malaysia pada tahun yang sama berturutturut adalah 0,12; 0,12; 0,23; dan 0,22 KTOE/USD Konstan 2005 (IEA,
2010)

Intensitas Energi Primer Beberapa Negara Maju dan


ASEAN

ELASTISITAS ENERGI
elastisitas energi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan tahap industrialisasi suatu negara. Umumnya, semakin
tinggi elastisitas energi menunjukkan jumlah energi yang dibutuhkan
untuk meningkatkan PDB semakin besar, sebalikya, semakin rendah
elastisitas energi menunjukkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan PDB semakin kecil. Dengan perkataan lain, semakin
besar elastisitas energi menunjukkan bahwa negara tersebut boros
dalam penggunaan energi, dan semakin kecil elastisitas energi berarti
negara tersebut semakin efisien memanfaatkan energinya. Elastisitas
energi merupakan rasio antara laju pertumbuhan konsumsi energi
(final atau primer, tanpa biomasa) dan laju pertumbuhan ekonomi
(PDB).

elastisitas energi primer Indonesia berfluktuasi dari kurang dari satu


(kadang minus) hingga lebih dari satu. Tentu saja, nilai lebih dari satu
berarti laju pertumbuhan energi lebih cepat daripada laju
pertumbuhan PDB. Pada tahun 2009 dan 2010, nilai elastisitas energi
Indonesia jauh diatas angka satu dengan tren meningkat

Kondisi migas indonesia

Bila melihat perkembangan cadangan minyak bumi yang ada di


Indonesia, maka dapat dilihat ada penurunan cadangan. Mengingat sifat
daripada industri migas yang tergolonghigh investment dan high risk,
maka iklim investasi juga mempengaruhi investor yang masuk untuk
melakukan eksplorasi yang akhirnya jumlah temuan cadangan minyak
minyak bumi tidak banyak berkembang.

Dengan jumlah temuan cadangan yang semakin menurun, semakin


susah untuk produksi dimana sebagian sumur sudah mulai tua dan
butuh upaya lebih seperti EOR, dan tentunya butuh biaya lebih...disisi
lain cost recovery semakin diperketat. berdasarkan data yang ada,
memang produksi minyak bumi semakin menurun.

Tingginya konsumsi minyak bumi tidak sebanding dengan


peningkatan produksi atau lifting minyak dalam negeri.

indonesia juga pengekspor minyak

Mengapa minyak bumi yang sudah diproduksi dari sumur-sumur minyak


kita sendiri malah di ekspor, katanya konsumsi kita lebih besar dari
produksi. Hal ini ada kaitannya dengan spesifikasi kilang.. Tidak semua
jenis minyak kita cocok untuk kilang dalam negeri, sehingga mau ga
mau minyak tersebut di ekspor dan selanjutnya untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor minyak bumi

Sedangkan impor minyak bumi bergerak fluktuatif. Dikarenakan kilang


kita bertambah dan sebagian besar adalah kilang tua dimana kapasitas
produksi tidak dapat mengimbangi konsumsi bbm (makanya impor BBM
semakin meningkat. pada 2011 lalu kita paling banyak impor dari
negara saudi arabia, nigeria dan azerbaijan.

Harga minyak indonesia cendrung di pengaruhi oleh harga minyak


dunia.

Dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6%, maka sebagian


masyarakat mulai masuk ke kelas ekonomi menengah, selain itu
kredit yang mudah mengakibatkan masyarakat dapat dengan
mudah memiliki kendaraan bermotor..bahkan dalam satu keluarga
punya lebih dari satu kendaraan bermotor. Selain itu, industriindustri juga UKM yang membutuhkan BBM untuk menunjang
kegiatan usahanya semakin banyak. Dengan meningkatnya
konsumsi harus diimbangi dengan produksi yang meningkat untuk
mengimbanginya, salah satunya adalah ADO (Solar), dan juga
Gasoline (baik premium RON 88, ROn 91 dan RON 95). untuk
kerosene (minyak tanah) cenderung menurun karena ada konversi
m.tanah ke LPG 3kg

Apa hubungannya
dengan subsidi BBM

Apa itu subsidi BBM


gambaran umum
Subsidi menurut UU APBN 2015 :
1. Program Pengelolaan Subsidi adalah pemberian dukungan dalam bentuk
pengalokasian anggaran kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah,
atau pihak ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk menyediakan barang atau jasa yang bersifat strategis atau
menguasai hajat hidup orang banyak sesuai kemampuan keuangan
negara.
2. Pertama adalah memberikan subsidi kepada BBM (komoditinya) atau
yang kedua memberikan subsidi langsung kepada kepada masyarakat yg
kurang mampu (targeted subsidy)

TINGKAT KONSUMSI SUBSIDI BBM

Sumber : BEM ITS

Sumber : BEM ITS

Sumber : BEM ITS

1. Untuk moda transportasi darat (89%), rumah tangga (6%),


perikanan (3%), transportasi air (1%), dan usaha kecil (1%).
2. Konsumsi premium 53% diserap mobil pribadi, 40% motor, 4%
kendaraan usaha, dan hanya 3% angkutan umum.
3. Solar dikonsumsi 43% mobil barang, 40% bus, 16% mobil pribadi,
dan 1% kendaraan umum.
4. Tinjauan dari segi wilayah, konsumsi BBM bersubsidi diserap 59%
di Jawa-Bali, 22% di Sumatra, 7% di Kalimantan, 2% di NTB-NTT,
dan 10% di kawasan barat dan timur Indonesia
Sumber : BEM ITS 2013/2014

APAKAH SUBSIDI
TIDAK TEPAT SASARAN?

ntingnya tingkat elastisitas su


BBM terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat

Berdasarkan kamus Oxford tahun 2007 disebutkan apabila subsidi


merupakanmoney grantedatau semacam pemberian uang tunai oleh
negara atau swasta ke atas harga komoditi. Definisi tersebut mirip
dengan definisi subsidi dariThe Economistyang lebih menitikberatkan
pada pengertian kebijakan publik. Definisi berbeda pula diterapkan
berdasarkan pendekatan lingkungan sebagai bentuk kerusakan yang
tidak dikompensasikan atas adanya insentif terhadap komoditi yang
tidak ramah lingkungan. Dari sudut pandangan perdagangan
internasional atau ekonomi internasional, subsidi diartikan sebagai
bentuk insentif harga atas barang-barang maupun jasa di dalam negeri
yang bertujuan untuk menaikkan tingkat persaingannya terhadap
barang-barang
impor.
Dari keseluruhan
definisi tersebut, kita batasi pada aspek konsumsi,
yaitu subsidi merupakan bentuk insentif yang ditujukan pada aktivitas
konsumsi masyarakat. Dengan demikian, subsidi dalam konteks ilmu
ekonomi dan produksi ditujukan sasarannya pada aktivitas ekonomi,
yaitu konsumsi dan produksi. Konotasi salah sasaran pada
pengertian subsidi berupa individu atau kelompok adalah tidak tepat.
Seharusnya sasaran yang dimaksudkan dalam subsidi terletak pada
aktivitas ekonominya, bukan status sosial dari pelaku ekonomi.

Jika saja hendak dibentuk pendapat berupa subsidi BBM salah sasaran,
maka seharusnya tidak menitikberatkan pada status ekonomi individu
maupun kelompok individu. Misalnya yang disebut bentuk subsidi salah
sasaran seperti pemberian subsidi untuk kondominium. Disebut salah
sasaran, karena hanya segelintir orang tertentu mau membeli ataupun
menyewa kondominium. Ekses dari transaksi kondominium pun sangat
sempit atau tidak banyak menciptakan manfaat positif bagi
perekonomian. Lagipula, tanpa harus diberikan subsidi pun tidak akan
merubah ketertarikan segmen tertentu yang umumnya golongan
sangat mampu. Contoh lain bentuk subsidi salah sasaran seperti
subsidi untuk roti. Tidak semua orang di negeri ini yang terbiasa makan
roti sebagai makanan pokok. Ada cukup banyak alternatif konsumsi
karbohidrat yang jauh lebih murah ketimbang roti, serta memiliki
kandungan gizi yang lebih tinggi.

Berikut ini parameter yang dipertimbangkan dalam penerapan subsidi


yang saya sadurkan ringkasannya dari pendapat Mankew (2004).
Kapasitas Pengguna Barang/Jasa
Subsidi diterapkan berdasarkan pertimbangan banyaknya pengguna
barang maupun sa yang dikonsumsi. Semakin tinggi penggunanya,
maka akan semakin tinggi pula dampak maupun eksternalitas ekonomi
yang diciptakan dari aktivitas konsumsi tersebut.
Dampak Ekonomi dan Eksternalitas
Pemberian subsidi hendaknya pula mempertimbangkan besarnya
dampak ekonomi Maupun eksternalitasnya. Aktivitas konsumsi yang
disubsidi tersebut hendaknya pula harus mampu menciptakan
munculnya aktivitas perekonomian lainnya yang mendukung atau
masih berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang disubsidi.
Pandangan kriteria subsidi dari Mankew (2004) cukup sejalan dengan
pendekatan yang digunakan oleh Shin dan Kim (2010) yang
menitikberatkan
dampak
subsidi
tersebut
terhadap
kinerja
perekonomian. Selain harus bisa menciptakan dampak ekonomi
maupun eksternalitas yang positif, kebijakan subsidi pula harus dapat
memberikan manfaat perekonomian berupa kemampuan untuk
mendorong laju pertumbuhan ekonomi

Kita sepakat bahwa pengertian salah


sasaran dimaksudkan pada aktivitas
ekonominya, bukan pada identitas
sosial dari individu maupun kelompok
individu.

ISU BBM MERUUPAKAN ISU LAMA


YANG DIANGKAT KEMBALI.

BAGAIMANA KABAR
KEBIJAKAN ?

Dimana salah satu sasarannya ialah mewujudkan bauran energi


primer: minyak bumi
19,65%, gas bumi 25,58 %, batubara 33,81%, Tenaga Air 2,02%,
Panas Bumi 5,15%, uklir 1,72%, Biofuel 5,13%. Energi baru dan
terbarukan lainnya 0,54%. Hingga tahun 2013, bauran energi nasional
pada tahun 2013 ialah minyak bumi 44 persen, gas bumi 21 persen,
batubara 32 persen, dan energi baru dan terbarukan 3 persen.
Mengingat tahun 2025 adalah sekitar 10 tahun mendatang,

mampukah Indonesia
menggapai visi energi
mix tersebut?

Kenaikan Harga BBM Dari Tahun Ke Tahun


Soeharto :
1991: Rp 150 naik jadi Rp 550
1993: Rp 550 naik jadi Rp 700
BJ Habibie :
1998: Rp 700 naik jadi Rp 1.200
Abdurrahman Wahid :
1998: Rp 1.200 turun ke Rp 1.000
1999: Rp 1.000 turun jadi Rp 600
2000: Rp 600 naik ke Rp 1.150
Megawati Soekarnoputri :
2001: Rp 1.150 naik ke Rp 1.450
2002: Rp 1.450 naik jadi Rp 1.550
Susilo Bambang Yudhoyono :
2004: Rp 1.500 naik jadi Rp 1.810
2005: Rp 1.810 naik jadi Rp 2.400
2005: Rp 2.400 naik jadi Rp 4.500
2008: Rp 4.500 naik jadi Rp 6.000
2008: Rp 6.000 turun ke Rp 5.500
2008: Rp 5.500 turun ke Rp 5.000
2009: Rp 5.000 turun ke Rp 4.500
2013: Rp.4.500 naik jadi Rp.6.500

KEMANA
DANA
APBN apa
pengaruhn
ya dengan
ekonomi

APBN 2015
Anggaran Pendapatan Negara Tahun
Anggaran 2015
direncanakan sebesar
Rp1.793.588.917.577.000,00
Anggaran Belanja Negara Tahun
Anggaran 2015 direncanakan sebesar
Rp2.039.483.607.639.000,00
Berarti Perkiraan defisit APBN 2015
berkisar 245 T
38

APBN 2015
pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2015
diperkirakan mencapai sekitar 5,8%
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada
kisaran Rp11.900,00/Dollar Amerika
laju inflasi diperkirakan dapat dikendalikan pada
tingkat 4,4%
rata-rata hargaminyak mentah Indonesia
(Indonesia Crude Price/ICP) di pasar internasional
dalam tahun 2015 diperkirakan akan berada pada
kisaran
US$105,0 per barel
39

Alokasi Subsidi Dalam APBN


Program Pengelolaan Subsidi dalam
Tahun Anggaran 2015 direncanakan
sebesar Rp414.680.552.641.000,00
Yang dialihkan untuk Subsidi BBM
sebesar Rp 291,111 T dengan kuota
46 juta Kilo Liter

40

Dilihat dari pos anggaran tersebut,


cara termudah agar terhindar dari
defisit adalah mencabut subsidi BBM.
Tapi, yang menjadi pertanyaan
adalah. Apakah itu cara terbaik?

41

PENGALOKASIAN
APBN 2009 - 2014

2/5/15

42

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin

43

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin

44

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin

45

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin

46

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin

47

Pengalokasian Dana APBN tahun-tahun


kemarin
Dari data-data di atas dapat kita lihat
bahwasannya tidak ada peningkatan signifikan
dari tahun ke tahun. Walaupun BBM di naikkan
beberapa kali dalam periode tersebut. Bahkan
dalam APBN 2015 pun pengalokasian danapun
tidak terjadi kenaikan signifikan. Seperti contoh :
Pendidikan masih tetap berkisar di angka 20%.
Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk
subsidi pupuk sebesar Rp35,7 triliun. Jumlah
tersebut
lebih
tinggi
Rp14,7
triliun
bila
dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2014
sebesar Rp21,0 triliun.
48

TINGKAT INFLASI

2/5/15

49

Kenaikan BBM tahun-tahun


sebelumnya
Harga
BBM
No Tahun/bul sebelumn Harga BBM inflasi inflasi/tahun
. an
ya
Baru
(%)
(%)
Rp1.150
Rp1.450
12001/6
1.67
12.55
Rp1.450
22002/2
Rp1.550
1.50
10.03
Rp1.810
32003/3
Rp1.500
0.15
5.06
Rp1.810
Rp2.400
4 2005/5
0.5
17.11
Rp2.400
Rp4.500
5 2005/10
8.70
17.11
Rp4.500
Rp6.000
6 2008/5
2.46
11.06
Rp6.000
Rp5.500
7 2008/12
11.07
-0.04
Rp5.500
Rp5.000
8 2008/12
11.08
-0.04
Rp5.000
Rp4.500
9 2009/1
2.78
-0.07
50
Rp.4.500
Rp.6.500
10 2013/7
3.29
8.38

Kenaikan BBM tahun-tahun


sebelumnya
Dari data diatas dapat kita ketahui
bahwasannya tiap kenaikan harga
BBM meningkatkan inflasi/ tahun
menembus 5 %. Padahal target
pemerintah pada APBN 2015 4.4%.

51

Dari tinjauan asumsi ekonomi makro APBN harga


minyak 105 USD/barrel. Padahan harga minyak
tengah merosot 77 USD/barrel.
Target mempertahan inflasi berkisar 4.4%.
Padahal setiap harga kenaikan BBM inflasi/
tahunnya menembus 5%.
APBN defisit sekitar 245 T, asumsi termudah
untuk menutup defisit tersebut adalah dengan
menarik subsidi BBM yang berkisar 291 T
Tapi, pengalokasian APBN pada bidang-bidang
selain energi tidak ada perubahan signifikan,
walaupun tahun-tahun sebelumnya BBM telah di
naikkan
52

APBN Defisit
Defisit APBN adalah pengeluaran
belanja pemerintah yang nominalnya
lebih besar daripada pendapatan
yang diperoleh negara.
Pemerintah menggunakan kebijakan
defisit anggaran, karena dengan
kebijakan itu diharapkan dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi
negara

Dari tinjauan asumsi ekonomi makro APBN harga


minyak 105 USD/barrel. Padahan harga minyak
tengah merosot 77 USD/barrel.
Target mempertahan inflasi berkisar 4.4%.
Padahal setiap harga kenaikan BBM inflasi/
tahunnya menembus 5%.
APBN defisit sekitar 245 T, asumsi termudah
untuk menutup defisit tersebut adalah dengan
menarik subsidi BBM yang berkisar 291 T
Tapi, pengalokasian APBN pada bidang-bidang
selain energi tidak ada perubahan signifikan,
walaupun tahun-tahun sebelumnya BBM telah di
naikkan
56

Mengapa Harga BBM Harus


Naik?
APBN defisit
Ruang fiskal pemerintah terbatas
Konsumsi BBM yang tidak tepat
sasaran

APBN Defisit
Defisitnya APBN bukan karena akibat
besarnya subsidi APBN saja,
melainkan itu merupakan bentuk
strategi kebijakan keuangan
pemerintah yang memang sengaja
APBN dibuat defisit agar dapat
merangsang pertumbuhan ekonomi.
Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa
subsidi BBM mengakibatkan
defisitnya APBN

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


(LKPP) 2013 Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) mengungkapkan
porsi belanja pegawai daerah sejak
1994 hingga 2012 tercatat naik 36,5
kali menjadi Rp 255,83 triliun dari
sebelumnya hanya Rp 7 triliun

Ruang Fiskal Terbatas


Pada RAPBN 2015 meski secara
nominal
anggaran
untuk
BBM
bersubsidi naik yang awalnya pada
2014 sebesar 244,6 T menjadi 291,1
T
pada
2015,
namun
secara
persentase terhadap APBN turun.
Dari awalnya 38,7% pada 2014
menjadi hanya 21% pada 2015

Mengapa harga BBM harus


naik?
Dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)
Economic Leaders' Meeting ke 22 yang
diselenggarakan di Beijing, Tiongkok, Jokowi
menyebutkan
sebagian
besar
anggaran
infrastruktur berasal dari pemotongan subsidi
BBM
Menurut Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas),
Dedy
S
Priatna,
anggaran
infrastruktur yang tersedia saat ini sebesar Rp
169 triliun. Sementara kebutuhannya mencapai
Rp 320 triliun pada tahun depan

Dampak Ekonomi
Menurut politisi PDIP, Rieke Diah Pitaloka,
jika BBM naik Rp1000/liter, akan tercipta
inflasi 1,43%, kemiskinan naik 0,61%, yaitu
sekitar 1.525.000 juta orang. Setiap
kenaikan BBM senilai Rp500/liter diperlukan
tambahan penghasilan baru setiap rumah
tangga sebesar Rp100 ribu/bulan
Menurut
pakar
ekonomi
Ichsanuddin
Noorsy, kenaikan BBM sebesar Rp 2000,akan menaikkan angka kemiskinan 1-2%
atau sekita 4.900.000

Konsumsi BBM bersubsidi tiap


tahunnya

Konsumsi BBM yang tidak tepat


sasaran

Konsumsi BBM yang tidak tepat


sasaran
Menurut Kementerian ESDM, 77%
BBM bersubsidi justru dinikmati
kalangan menegah ke atas

Namun, pemakai terbesar BBM


bersubsidi saat ini masyarakat
menengah ke bawah

Penjualan Sepeda Motor (dalam ribu)


8200
8000
7800
7600

Penjualan
Sepeda
Motor
(dalam
ribu)

7400
7200
7000
6800
6600

2010

2011

2012

2013

Konsumsi BBM akan terus naik selama penjualan


kendaraan bermotor terus naik
Sedangkan produksi minyak RI terus menurun tiap
tahunnya, menyebabkan kita harus impor
Kebijakan konversi BBM ke BBG yang telah digaungkan
sejak 2013 tidak berjalan. Menurut Dahlan Iskan,
apabila konversi berjalan dapat menghemat anggaran
subsidi 50 T
Program RFID yang dialokasikan ratusan miliar tahun
2013 tidak berjalan
Diverisfikasi energi dengan mencampurkan bahan
nabati pada BBM terus menurun, dengan capaian 2014
hanya 2 juta KL, dari target 10% dari konsumsi BBM

Kesimpulan
1. Maksimalkan penerimaan pajak. Hanya pada tahun 2004
dan 2008 target penerimaan pajak tercapai
2. Maksimalkan potensi penerimaan pajak karena saat ini
baru tergarap 30% dari 61 juta wajib pajak
3. Nasionalisasi perusahaan migas karena dari 45
perusahaan migas sekitar 70% milik asing
4. Perketat masalah regulasi pajak dan royalti karena ada
sekitar Rp 7.200 T yang hilang akibat ketidaktegasan
pemerintah dalam mengatur regulasi
5. Segera laksanakan konversi BBM ke BBG
6. Jalankan program RFID untuk mengontrol pembelian BBM
bersubsidi
7. Efisiensikan belanja nonproduktif pemerintah

UDAH ITU AJAH !!!

Anda mungkin juga menyukai