Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA

Disusun Oleh:
Suraya Binti Mazlan

090100393

Pembimbing:
dr. Juliandi Harahap, MA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU


KEDOKTERAN PENCEGAHAAN/ILMU KEDOKTERAN KOMONITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

DAFTAR ISI
Halama
n
DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................

1.1.Latar Belakang..............................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kusta..

2.2 Program Pemberantasan Penyakit Kusta.....

BAB 3 KESIMPULAN...

18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Penyakit Kusta adalah penyakit menular, menahun disebabkan oleh kuman

kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya kecuali susunan saraf pusat.1 Penyakit ini dapat berdampak pada kecacatan
yang permanen jika tidak ditangani dengan baik. Tidak hanya bagi segi medis saja,
kusta juga berpengaruh terhadap masalah sosial dan ekonomi.2
Menurut WHO pada awal tahun 2010 diketahui sebanyak 213.036
penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 249.007 kasus terdeteksi selama
tahun 2008. Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang
berbeda-beda. Berdasarkan jumlah tersebut, Indonesia menempati urutan ketiga
terbanyak di dunia yaitu sebanyak 14.912 penduduk setelah India sebanyak 114.613
penduduk dan Brazil sebanyak 33.234 penduduk. Jumlah kasus baru kusta di
Indonesia tahun 2010 adalah 17.260 kasus terdiri dari tipe Pauci Baciller (PB) 2.589
kasus dan tipe Multi Baciller (MB) 14.671. Jumlah kasus kusta nomor tiga di
Indonesia yaitu 1.584 kasus.2
Hasil pencatatan di Indonesia pada tahun 2009, tercatat 17.260 kasus baru
kusta di Indonesia (rate: 7,49/100.000) dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026
orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010,
jumlah kasus baru tercatat 10.706 (Angka Penemuan kasus baru/CDR: 4,6/100.000)
dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan prevalensi: 0,86 per
10.000 penduduk. Tetapi selain itu Indonesia juga mampu mengeliminasikan kusta
pada tahun 2000 di 19 propinsi dan sekitar 300 kab/kota. Eliminasi yaitu
menurunkan angka kesakitan lebih kecil dari 1 per 10.000 penduduk.
Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan
permasalahan yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan
seutuhnya. Masalah yang dihadapi pada penderita bukan hanya dari medis saja
tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan
ini warga masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah-

masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa
dan negara, karena masalah-masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta
menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk
melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya
penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat
buruk lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang masih
merupakan masalah nasional kesehatan masyarakat, dimana beberapa daerah di
Indonesia prevalens rate masih tinggi dan permasalahan yang ditimbulkan sangat
komplek. Masalah yang dimaksud bukan saja dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta secara terintegrasi
dengan unit pelayanan kesehatan (puskesmas sudah dilakukan sejak pelita I).
Adapun sistem pengobatan yang dilakukan sampai awal pelita III yakni tahun 1992,
pengobatan dengan kombinasi (MDT) mulai digunakan di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kusta
A. Definisi
Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushta yang berarti
kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus
Hansen,sesuai dengan nama yang menemukan kusta yaitu Dr. Gerhard Armauwer
Hansen pada tahun 1872 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (Zulkifli,
2003)
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang sifatnya
menahun dan disebabkan oleh adanya kuman Mycobacterium leprae yang
menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat.
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tropis yang masih menjadi suatu
masalah kesehatan di dunia, khususnya di Negara-negara berkembang seperti
Indonesia.
B. Klasifikasi Tipe Kusta
Penyakit kusta terdiri dari bermacam-macam tipe, berikut klasifikasi kusta menurut
Ridley Jopling (Dirjen PPM & PLP, 1998)
1. Kusta tipe interminate (I)
2. Kusta tipe tuberkuloid (TT)
3. Kusta tipe Borderline
4. Kusta Borderline Tuberculoid (BT)
5. Kusta Borderline (BB)
C. Gejala Penyakit
Bakteri penyebab kusta memiliki kemampuan yang lambat dalam menginkubasi,
maka gejala tidak akan muncul pada 1 tahun setelah seseorang terinfeksi bakteri
ini. Rata-rata gejala akan muncul pada kurun waktu 5 th 7 th
Tanda-tanda dari penyakit kusta secara umum:

1.Lesi di kulit, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/ tubuh manusia. Bercak
putih ini mulanya hanya sedikit tetapi lama-lama akan melebar dan banyak.
(warna kulit lebih terang dari yang normal seperti panu)
2. Mati rasa
(kulit yang berada di sekitar lesi menjadi kaku dan mati rasa yang disebabkan
karena kerusakan saraf tepi)
3. Kaku otot
(disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang otot, sehingga menyebabkan otot
kaku)
4. Ada bagian tubuh yang tidak berkeringat karena kelenjar keringat tidak kerja
sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilap.
5. Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka. Muka berbenjolbenjol dan tegang disebut Facies Leomina( Muka Singa)
6. Alis mata rontok.
Gejala gejala umum pada lepra/Kusta:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil


Anoreksia
Nausea, kadang-kadang vomitus
Chepalgia
Kadang-kadang disertai iritasi
Kadang-kadang disertai dengan nephrosis, nepritis, hepatomegali
Neuritis.

D. Cara Penularan
Cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih menjadi sebuah tanda tanya,
yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yaitu
selaput lendir hidung, tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta
melalui:
1. Sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam (2-7hari)
2. Kontak kulit dengan kulit. Syaratnya dibawah umur 25 tahun karena anakanak lebih peka daripada orang dewasa, keduanya harus ada lesi baik

mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan


berulang.
3. Kontak dekat dan penularan dari udara (droplet)
4. Faktor tidak cukup gizi
5. Kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat dalam jangka
waktu yang lama
6. Lewat luka
7. Saluran pernafasan/ inhalasi
8. Air susu ibu (kuman kusta dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar
keringat dan air susu).
E. Penyebab penyakit
Penyakit kusta disebabkan oleh suatu jenis bakteri yang disebut Mycobacterium
leprae yang ditemukan pada tahun 1874, oleh GA Hansen. Kuman penyebab
penyakit ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 dan lebar 0,2-0,5 yang
biasanya hidup dalam sel secara berkelompok membentuk blobus atau ada yang
tersebar satu-satu serta memiliki sifat tahan asam (BTA) karena tidak mudah
diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau
alkohol.

BAB 3
KESIMPULAN

Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang sulit diketahui awal


penyakitnya, maka para medis dan medis hendaknya perlu informasi yang lebih
banyak tentang penyakit kusta ini. Agar terhindar dari penyakit kusta ini perlu
dilakukan pencegahan penyakit dengan tiga tahap pencegahan penyakit yaitu
primary prevention, secondary prevention, tertiery pervention.
Pada umumnya penyakit kusta terdapat di negara yang sedang berkembang, dan
sebagian besar penderitanya adalah dari golongan ekonomi lemah. Hal ini sebagai
akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang
memadai di bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada
masyarakat.
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga
menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita
sendiri, tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari
konsep perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi
ini penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit
menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan
menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa
putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Penderita penyakit kusta bisa sembuh
dengan melakukan pencegahan dan pengobatan yang teratur.Penderita kusta tidak
perlu dijauhi karena dukungan masyarakat perlu untuk usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusta. Diunduh dari http://scribd.makalah-kusta-2013. 12 April 2013.


2. Penderita
kusta
di
dunia.
Diunduh

dari

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1 /134/jtptunimus-gdl-andrifirma-66532-babi.pdf, 12 April 2013.


3. Angka Kejadian Kusta di Karawang. Diunduh dari http://www.radarkarawang.com

/2013/03/karawang-peringkat-pertama-penderita.html,

12

April 2013
4. Profil Puskesmas Cikampek Tahun 2012
5. Kandun IN. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2007.
6. Kosasih A, Wisnu I.M, Daili E.S, Menaldi S.L, Kusta. Kusta. Dalam:
Djuanda, Adhi dkk. (ed.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5 Cetakan
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2008; 73-88.
7. Kementrian kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit.
Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit. 2012
8. Zulkifli, Penyakit Kusta dan Masalah Yang Ditimbulkannya, available from
http://www.library.usu.ac.id . Accesed January 7th 2014
9. Hiswani. Kusta Salah Satu Penyakit Menular yang Masih di Jumpai di
Indonesia.

Available

at:

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-

hiswani2.pdf. Accesed January 7th 2014


10. Lewis, S, Leprosy. Update Feb

4,

2010.

Available

at:

http://emedicine.medscape.com/article/1104977-overview . Accesed January


7th 2014

Anda mungkin juga menyukai