Anda di halaman 1dari 8

Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih

Joshua Tjantoso
Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : joshua.tjantoso@yahoo.com
Abstrak
Seorang dokter melakukan praktek berdasarkan kaidah dasar bioetik yang didasarkan dari
konteks pasien. Pada kasus ini, seorang dokter melakukan praktek sesuai dengan kaidah dasar
bioetik, khususnya beneficience karena pasien tersebut dalam keadaan yang umum, tidak
darurat. Dokter melakukan prakteknya sesuai dengan sumpah dokter dan berdasarkan Kode
Etik Kedokteran Indonesia. Dokter berhasil mengobati pasien hingga sembuh sempurna.
Kata kunci : praktek, pasien, kaidah dasar bioetik
Abstract
A doctor did a practice based on basic rules of bioethic that based on the context of the
patient. In this case, a doctor doing the practice that corresponding to the basic rules of
bioethic, specifically beneficience because the patient was in a general condition, not in an
emergency condition. The doctor did the practice that corresponding to the Doctors Vow
and based on Indonesias Doctor Code of Ethic. The doctor success on treating the patient
until totally healed.
Keywords : pratice, patient, basic rules of bioethic

Pendahuluan
Seorang dokter dalam melakukan prakteknya menerapkan kaidah dasar bioetik atau yang
disingkat dengan KDB. Kaidah dasar bioetik sendiri dibagi menjadi 4 berdasarkan konteks
pasiennya, yaitu beneficience, non maleficence, autonomy, dan justice. Ketika seorang dokter
berinteraksi dengan pasien, maka dokter tersebut harus bertindak secara profesional. Untuk
mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien, maka dokter harus melakukan anamnesa ,
yaitu suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan dan penerima bantuan
dengan tujuan untuk mengumpulkan keterangan yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang
dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.1

Etik
Tindakan dokter harus berdasarkan etik. Etik (ethics) berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut

Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, etika adalah:
a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
b. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.2
Dalam bidang kedokteran, digunakan kaidah dasar bioetik (KDB). Menurut F. Abel, Bioetika
adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang
biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya
terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang.
Kaidah dasar bioetik berdasarkan Childress & Beauchamp, dibagi menjadi 4 prinsip dasar
berdasarkan konteks pasien, yaitu beneficience, non maleficence, autonomy, dan justice.
a. Beneficience lebih kepada untuk kepentingan pasien yang wajar, contohnya penjelasan
aturan makan obat, pemberian saran, pasien-pasien pada praktik keseharian, dan lainnya.
Beneficience menyangkut harkat dan martabat manusia, maksudnya pasien harus
diberlakukan sebagaimana manusia. Pasien memiliki hak-haknya, yaitu mendapat
informasi, mengetahui penyakit, second opinion (bertanya ke dokter yang lain), dan
menolak/menerima tindakan dari dokter.
b. Non maleficience lebih kepada untuk pasien yang emergency, maksudnya pasien yang
terancam jiwanya, contohnya pasien yang kecelakaan, mengalami pendarahan, sehingga
harus segera diberi tindakan.
c. Autonomy lebih kepada hak pasien, yaitu hak pasien untuk memutuskan suatu tindakan.
Untuk KDB autonomy, tidak sembarang pasien yang bisa melakukan autonomy, pasien
tersebut harus dewasa, maksudnya tidak sakit jiwa, kompeten, sudah bisa mengambil
keputusan secara rasional. Tetapi untuk pasien yang merupakan anak-anak, dapat
diwakili oleh orang tuanya.
d. Justice lebih kepada keadilan, maksudnya adalah membagi rata porsi antara pasien
dengan dokter, atau pasien dengan keluarga, atau yang lainnya.

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)


Kode Etik Kedokteran Indonesia atau disingkat KODEKI pertama kali disusun tahun 1969
dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran di Jakarta. Secara umum, pasal-pasal pada
KODEKI dibedakan atas 5 bagian, yaitu

a.
b.
c.
d.
e.

Kewajiban umum seorang dokter


Kewajiban dokter terhadap penderita
Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Penutup

Pasal 1 : Setiap dokter harus menjujung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.
Pasal 2 : Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.
Pasal 3 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4 : Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri
sendiri.
Pasal 5 : Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.
Pasal 6 : Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 : Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya.
Pasal 8 : Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang
menyeluruh (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Pasal 9 : Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
Pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan semua ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit
tersebut.
Pasal 11 : Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 12 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13 : Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan lebih
mampu memberikan.
Pasal 14 : Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15 : Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16 : Setiap dokter harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17 : Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/kesehatan.
Jika seorang dokter melakukan pelanggaran atas etik, maka konsekuensinya adalah teguran,
skorsing, atau dikeluarkan dari keanggotaan perkumpulan profesi.

Sumpah Dokter
Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan
menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi. Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas
Deklarasi Jenewa (1948) yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates. Lafal Sumpah
Dokter Indonesia pertama kali digunakan pada 1959 dan diberikan kedudukan hukum dengan
Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1960. Sumpah mengalami perbaikan pada 1983 dan 1993.
Lafal Sumpah Dokter :

1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan


2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
keilmuan saya sebagai dokter.
6. Saya akan tidak mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian, atau
kedudukan sosial, dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.

10. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima
kasih yang selayaknya.
11. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung
12. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
13. Saya ikrarkan sumpah saya ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.4
Profesionalisme
Menurut Robin Downie (1990) menyatakan, seorang profesional haruslah memiliki 6 (enam)
ciri, berdasarkan apa yang dia kerjakan:
1. Seorang profesional memiliki keterampilan atau keahlian berdasarkan pendidikan yang
dijalaninya,
2. Seorang profesional menyediakan pelayanan yang didasari adanya hubungan khusus
terhadap orang yang dia beri layanan. Hubungan ini meliputi tingkah laku yang tidak
merugikan, jujur dan terbuka. Hubungan tersebut didasari pula pada hak dan kewajiban
yang sesuai dengan hukum dan etik, serta izin yang sah dari institusi profesi serta
pengakuan dari masyarakat,
3. Otoritas profesional juga mencakup fungsi sosial dalam memperjuangkan keadilan dan
kebijakan publik, selain kewajiban terhadap kliennya,
4. Agar fungsi tersebut bisa berjalan, seorang profesional harus independen dari pengaruh
penguasa dan komersialisasi,
5. Seorang profesional harus terdidik bukan hanya terlatih, artinya memiliki kemampuan
teoritis yang digunakan dalam pekerjaannya selain ketrampilan teknis. Seorang
profesional juga dituntut terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahliannya agar
hasil pekerjaannya menjadi lebih baik,
6. Seorang profesional harus memiliki otoritas yang telah dilegitimasi. Bila sebuah profesi
ingin memiliki kepercayaan di mata masyarakat, profesi tersebut harus independen,
memiliki asosiasi profesi yang mampu menertibkan anggota, mengembangkan secara aktif
pengetahuannya dan peduli pada peningkatan kemampuan anggotanya. Jika semua syarat
telah terpenuhi, profesi tersebut telah memiliki moralitas yang sepadan dengan legitimasi
legalnya dan kebijakannya akan didengar dan dihormati.
Pembahasan Skenario
Pada skenario , seorang pasien datang dengan keluhan beberapa hari demam, sering buang air
kecil sedikit-sedikit, dan setiap buang air terasa nyeri. Berdasarkan kondisi yang diberikan,

maka konteks pasien tersebut adalah pasien yang wajar, tidak dalam keadaan gawat ataupun
darurat, sehingga kaidah dasar bioetik yang digunakan adalah beneficience.
Kemudian, dokter melakukan anamnesa, yaitu mengumpulkan keterangan mengenai penyakit
yang diderita pasien. Dan dokter melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pasien agar
melakukan pemeriksaan di laboratorium. Setelah hasil laboratorium diketahui, diagnosa
dokter adalah infeksi saluran kemih, kemudian dokter memberi terapi dengan antibiotika dan
akhirnya pasien sembuh sempurna.
Tindakan dokter di atas adalah tindakan seorang dokter yang profesional , karena tindakan
dokter diatas memenuhi beberapa ciri profesionalisme (untuk ciri yang lain tidak diketahui
karena berdasarkan skenario tidak ada pemberitahuan mendetil), yaitu :
a. Seorang profesional memiliki keterampilan atau keahlian berdasarkan pendidikan
yang dijalaninya. Dokter di atas melakukan profesinya berdasarkan apa yang sudah ia
pelajari sebelumnya. Sehingga dia bisa memberikan obat yang tepat dan pasien pun
sembuh sempurna.
b. Hubungan ini meliputi tingkah laku yang tidak merugikan, jujur dan terbuka. Dokter
melakukan anamnesa, dan memberi tahu kepada pasien penyakit apa yang
dideritanya tanpa menutup-nutupi. Menganjurkan untuk pemeriksaan ke laboratorium
merupakan tindakan yang dimana keuntungan lebih besar daripada kerugiannya, jadi
tidak ada salahnya. Akibat dari dia melakukan hasil pemeriksaan laboratorium ,
dokter bisa mengetahui apa yang diderita pasien dan memberi obat yang tepat untuk
pasiennya.
Berdasarkan kolom check list (observation sheet), ada beberapa tindakan dokter yang sesuai
yaitu :
a. Memandangan pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter
Pada kasus, dokter memang benar-benar ingin menyembuhkan pasien tersebut, sehingga
dianjurkan untuk tes di laboratorium agar dokter bisa memberi pelayanan yang terbaik
agar pasien bisa sembuh.
b. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya.
Dokter tidak melakukan tindakan yang sangat merugikan, semua yang dilakukan dokter
terhadap pasien berdasarkan kasus lebih banyak tindakan yang menguntungkan
dibanding yang merugikan.
c. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.

Dokter berusaha agar pasien mendapatkan hasil yang terbaik, yaitu sembuh sempurna.
Dan pada kasus, ternyata dokternya berhasil menyembuhkan pasien hingga sembuh
sempurna.
d. Minimalisasi akibat buruk.
Pada kasus, tidak ada akibat buruk yang diderita pada pasien, justru pasien sembuh
sempurna tanpa akibat buruk sama sekali.
e. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.
Hak-hak pasien yaitu hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran, hak atas pendapat kedua (second opinion).3 Pada kasus, dokter menghargai
hak-hak pasien yaitu memberi informasi terhadap pasien, tetapi tidak keseluruhan karena
untuk hak-hak pasien yang lain tidak diketahui apakah sudah terpenuhi atau belum.
f. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. Dokter memberikan tindakan yang
terbaik, bahkan tidak ada keluhan pasien yang tertera pada kasus. Berarti pasien tersebut
merasa puas terhadap tindakan dokter.
Berdasarkan KODEKI dan kasus yang dipaparkan, dokter tersebut menaati KODEKI pasal 8.
Dokter tersebut mendidik masyarakat , dia menganjurkan pasien ke laboratorium karena ,
secara tidak langsung dokter tersebut mendidik pasien agar mengetahui langkah-langkah
dalam pengobatan, dan juga sekaligus memberitahukan kepada pasien penyakit apa yang
diderita oleh pasien tersebut.
Berdasarkan sumpah dokter ayat 7, dokter tersebut menjalani profesinya dengan sangat baik,
tidak ada reaksi keluhan yang diberikan oleh pasien. Berdasarkan ayat 8, dokter pun tetap
melayani masyarakat tanpa membedakan jenis penyakit yang diderita oleh pasiennya bahkan
hingga sembuh sempurna.
Kesimpulan
Dokter tersebut melakukan praktek secara profesional dan tidak melanggar sumpah dokter
beserta Kode Etik Kedokteran Indonesia.

Daftar pustaka
1. Jong, Wim de.Kanker, apakah itu? Pengobatan, harapan hidup, dan dukungan
keluarga. Jakarta.Arcan.2005.h.104.
2. Hanafiah, Jusuf dkk.Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan.Jakarta.EGC.2009.

3. YLBHI.Panduan Bantuan Hukum di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan


Menyelesaikan Masalah Hukum. Jakarta. YLBHI.2007.h.267..

Anda mungkin juga menyukai