Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
KASUS
Nama Penderita
Umur
Jenis Kelamin
Dokter Muda Pembina

:R
: 3,5 tahun
: Perempuan
: Revi Dinayanti, S.Ked

A. Anamnesis
(Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada Tanggal 12 Desember 2014)
Keluhan Utama
Batuk sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
Sesak napas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Puskesmas Sematang Borang bersama ibunya dengan keluhan
batuk sejak 3 hari yang lalu. Batuk berdahak berwarna putih kental, tidak bercampur
darah dan sulit untuk dikeluarkan disertai sesak nafas. Pada malam hari ketika tidur
dan menjelang pagi hari pasien mengeluh batuk semakin sering dan berdahak disertai
sesak nafas yang berbunyi ngik-ngik (mengi), demam (-).
Ibu pasien lalu membawa pasien berobat ke Poli MTBS Puskesmas Sematang
Borang Palembang.
Riwayat penyakit Keluarga
Riwayat keluarga pasien menderita penyakit dengan keluhan sesak napas ada
pada ibu dan kakak pasien.
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: Tidak dilakukan

Nadi

: 112 x/menit

Pernapasan

: 36 x/menit

Suhu

: 36,80C

Berat badan

: 16 kg

Tinggi Badan: 99 cm
Status Gizi

: Status gizi baik (CDC dan WHO)

Keadaan spesifik
Kepala
Kulit kepala

: tidak ada kelainan

Mata

: konjungtiva palpebra anemis tidak ada,


sklera ikterik tidak ada, pupil isokor.

Hidung
Telinga

: sekret tidak ada


: sekret tidak ada

Tenggorokan

: tidak ada kelainan

Mulut dan mukosa

: tidak ada lesi, dalam batas normal

Leher

: tidak ada pembesaran KGB

Thorax

: Inspeksi
Palpasi

: simetris, retraksi tidak ada.


:

Batas jantung

: d.b.n

Paru

: d.b.n

Auskultasi

Jantung

:
: bunyi jantung I-II reguler,

murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru

: suara napas vesikuler, ronkhi

tidak ada, wheezing ada


Abdomen

: Inspeksi

: Datar, simetris, lemas.

Palpasi

: hepar,lien; tidak teraba.

Auskultasi

: bising usus normal

Kulit

: tidak ada kelainan

Ekstremitas

: akral hangat, edema tidak ada

KGB

: tidak ada pembesaran pada KGB regio


coli, aksila dan inguinal.

C. Diagnosis Banding
Asma Bronkial
Bronkiolitis
D. Diagnosis Kerja
Asma Bronkial
E. Terapi

Umum :

Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa penyakit ini disebabkan


oleh inflamasi kronik

Menjelaskan efek dari sesak napas jika dibiarkan.

Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk meminum obat dan


menjelaskan mengenai pemakaian obat sistemik pada ibu pasien.

Menjaga kebersihan, mencuci sprei, sarung bantal, membersihkan


debu rumah tangga.

Khusus :

Sistemik

: - Salbutamol syr 3dd1 cth


- Paracetamol syr 3dd1 cth
- Ambroxol syr 3dd1/2 cth

F. Prognosis
Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad Functionam

: Bonam

Quo ad Sanationam

: Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Asma merupakan penyakit kronik tersering pada anak dan masih tetap merupakan
masalah bagi pasien, keluarga, dan bahkan para klinisi dan peneliti asma. 1 Asma
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat bersifat
menetap dan mengganggu aktivitas bahkan kegiatan harian. Produktivitas menurun
dan dapat menimbulkan disabilitas (kecacatan), sehingga menambah penurunan
produktivitas serta menurunkan kualitas hidup.
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan

napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.2
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun
negara sedang berkembang. Peningkatan tersebut diduga berkaitan dengan pola hidup
yang berubah dan peran faktor lingkungan terutama polusi baik indoor maupun
outdoor. Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%. Di Indonesia prevalensi
asma pada anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar, dan sekitar 6,5% pada usia
sekolah menengah pertama.2
Pada laporan kasus ini dilaporkan kasus asma bronkial agar dapat menjadi
pembelajaran dalam manajemen tatalaksana holistik pada pasien ini, yang dilakukan
oleh dokter layanan primer di puskesmas.

Selain itu, laporan ini juga dapat

memberikan informasi mengenai perilaku masyarakat setempat dalam menghadapi


penyakit asma.

B. Epidemiologi
Asma merupakan penyakit kronik yang paling umum di dunia, dimana terdapat
300 juta penduduk dunia yang menderita penyakit ini. Asma dapat terjadi pada anakanak maupun dewasa, dengan prevalensi yang lebih besar terjadi pada anak-anak.3
Prevalensi asma pada anak berkisar antara 2-30%. Di Indonesia prevalensi asma pada
anak sekitar 10% pada usia sekolah dasar dan sekitar 6,5% pada usia sekolah
menengah pertama.2

Pada tahun 2002, Kartasasmita di Bandung menemukan

prevalensi asma yang berbeda tergantung umurnya, yaitu 3% pada anak 6 7 tahun
dan 5,2% pada anak 13 14 tahun. Namun Rahajoe NN di Jakarta menemukan
prevalensi yang lebih tinggi, yaitu 6,7% pada anak 13 14 tahun.4
C. Tanda dan Gejala

Studi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia,


disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya
penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter. Diagnosis asma didasari oleh gejala yang
bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan
variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal
paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik. 4
Riwayat penyakit / gejala :
Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
Gejala timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari
Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
Respons terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :


Riwayat keluarga (atopi)
Riwayat alergi / atopi
Penyakit lain yang memberatkan
Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Jasmani
Gejala asma bervariasi sepanjang hari sehingga pemeriksaan jasmani dapat
normal. Kelainan pemeriksaan jasmani yang paling sering ditemukan adalah
mengi pada auskultasi. Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan
jalan napas. Pada keadaan serangan, kontraksi otot polos saluran napas, edema

dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas; maka sebagai kompensasi


penderita bernapas pada volume paru yang lebih besar untuk mengatasi.
menutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan kerja pernapasan dan
menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas, mengi dan hiperinflasi. Pada
serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun
demikian mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat
berat, tetapi biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar bicara,
takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu napas.
Faal Paru
Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala dan persepsi mengenai
asmanya , demikian pula dokter tidak selalu akurat dalam menilai dispnea dan
mengi; sehingga dibutuhkan pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain
untuk menyamakan persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai
berat asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai:
obstruksi jalan napas
reversibiliti kelainan faal paru
variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiperes-ponsif jalan
napas
Banyak parameter dan metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah
diterima secara luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE).
Spirometri
Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasiti
vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui
prosedur yang standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada kemampuan
penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas dan kooperasi
penderita. Untuk mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi dari 23 nilai yang reproducible dan acceptable. Obstruksi jalan napas diketahui dari
nilai rasio VEP1/ KVP < 75% atau VEP1 < 80% nilai prediksi.4

Klasifikasi Asma
1. Asma saat tanpa serangan
Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) mengklasifikasikan derajat asma
menjadi:
1) Asma episodik jarang
2) Asma episodik sering
3) Asma persisten6

Tabel 1. Klasifikasi asma menurut PNAA7

Frekuensi serangan
Lama serangan

Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paru asma


Asma episodik jarang
Asma episodik sering
Asma persisten
<1 kali/bulan
<1minggu

Intensitas serangan
Diantara serangan
Tidur dan aktifitas

Biasanya ringan
Tanpa gejala
Tidak terganggu

Pemeriksaan fisik
diluar serangan
Obat pengendali(anti
inflamasi)
Uji faal paru(diluar
serangan)
Variabilitas faal
paru(bila ada
serangan)

Normal (tidak ditemukan kelainan)

Tidak perlu
PEFatauFEV1>80%
Variabilitas>15%
>1 kali/bulan
>1minggu

Biasanya sedang
Sering ada gejala
Sering terganggu
Mungkin tergganggu
(ditemukan kelainan)
Perlu
PEFatauFEV1<60-80%
Variabilitas>30%
Sering
Hampir sepanjang tahun, tidak ada periode bebas serangan
Biasanya berat
Gejala siang dan malam
Sangat terganggu
Tidak pernah normal
Perlu
PEVatauFEV<60%
Variabilitas 20-30%.

10

Variabilitas >50%

Keterangan:
PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak),
FEV1=Forced expiratory volume in second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)
(DepKes, 2008).
2. Asma saat serangan
Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan
sedang dan asma serangan berat.6
Tabel 2. Klasifikasi asma menurut GINA5
Parameter klinis, fungsi faal paru, laboratorium
Ringan
Sedang
Berat
Ancaman henti napas
Sesak (breathless)
Berjalan
Bayi :
Menangis keras
Berbicara
Bayi :
-Tangis pendek dan lemah
-Kesulitan minum/makan
Istirahat
Bayi :
Tidak mau
makan/minum
Posisi
Bisa berbaring
Lebih suka duduk
Duduk bertopang
lengan
Bicara
Kalimat
Penggal kalimat
Kata-kata
Kesadaran

11

Mungkin iritabel
Biasanya iritabel
Biasanya iritabel
Kebingungan
Sianosis
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Nyata
Wheezing
Sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi
Nyaring, sepanjang ekspirasi inspirasi
Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop
Sulit/tidak terdengar
Penggunaan otot bantu respiratorik
Biasanya tidak
Biasanya ada
Ada
Gerakan paradok
torako-abdominal
Retraksi
Dangkal, retraksi interkostal
Sedang, ditambah retraksi suprasternal
Dalam, ditambah napas cuping hidung
Dangkal / hilang
Frekuensi napas
Takipnea
Takipnea
Takipnea
Bradipnea
Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar :
Usia (Frekuensi napas normal per menit)
< 2 bulan (<60 )
2-12 bulan (< 50)
1-5 tahun (< 40)
6-8 tahun (< 30)

12

Frekuensi nadi

Normal

Takikardi

Takikardi

Bradikardi

Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak


Usia (Frekuensi nadi normal per menit)
2-12 bulan (< 160)
1-2 tahun (< 120 )
6-8 tahun (< 110)
Pulsus paradoksus
(pemeriksaannya
tidak praktis)

Tidak ada
(< 10 mmHg)

Ada
(10-20 mmHg)

Ada
(>20mmHg)

PEFR atau FEV1


(%nilai dugaan/
%nilai terbaik)
Pra bonkodilator
Pasca bronkodilator

>60%
>80%

40-60%
60-80%

<40%
<60%, respon<2 jam

SaO2 %

>95%

91-95%

90%

PaO2

Normal (biasanya
tidak perlu
diperiksa)

>60 mmHg

<60 mmHg

PaCO2

<45 mmHg

<45 mmHg

>45 mmHg

Tidak ada, tanda


kelelahan otot
respiratorik

(DepKes, 2008)

D. Tatalaksana
Tujuan tata laksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. 5

13

Diagram 1. Algoritma Tatalaksana Asma6


Nilai Derajat
Serangan
Tata laksana awal:
* nebulisasi -agonis 1- 3x, selang
20 menit(2)
* nebulisasi ketiga + antikolinergik
* jika serangan berat, nebulisasi 1x

Serangan
Ringan
(nebulisasi 1x,
respons baik,
gejala hilang)
observasi 1-2 jam
jika efek bertahan,
boleh
pulang
jika gejala timbul
lagi

Serangan Sedang

Serangan Berat

(nebulisasi 2-3x,
respons
parsial)
berikan oksigen(3)
nilai kembali derajat
serangan, jika sesuai
dengan
serangan sedang,
observasi
di ruang rawat sehari

(nebulisasi 3x, respons


buruk)
sejak awal beri O2
saat/ di
luar nebulisasi
pasang jalur
parenteral
nilai ulang gejala
klinis, jika
sesuai dengan

RUJU
Boleh Pulang
Bekali dengan obat agonis
(hirupan/oral)
Jika sudah ada obat
pengendali, teruskan
Jika infeksi virus
sebagai
pencetus, dapat diberi
steroid oral
Dalam 24-48 jam,

Ruang Rawat
Sehari
Oksigen teruskan

Berikan steroid oral


Nebulisasi tiap 2 jam
Bila dalam 8-12 jam
perbaikan klinis stabil,
boleh pulang
Jika dalam 12 jam klinis
belum membaik, alih

Catatan:
1. Jika menurut penilaian serangan berat, nebulisasi
cukup 1x
langsung dengan agonis + antikolinergik
2. Jika tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti dengan
adrenalin
subkutan 0,01ml/kgBB/kali, maks 0,3ml/kali
3. Untuk serangan sedang dan terutama berat,

Ruang Rawat
Inap
Oksigen diteruskan
Atasi dehidrasi dan
asidosis jika ada
Steroid IV tiap 6 8
jam
Nebulisasi tiap 1 2
jam
Aminofilin IV awal,
lanjutkan rumatan
Jika membaik dlm 4
6x
nebulisasi, interval
jadi 4 6 jam
Jika dalam 24 jam
perbaikan
klinis stabil, boleh
pulang
Jika dengan steroid

14

Gambar 1. Tatalaksana Asma Berdasarkan Derajat Asma 6

Tabel 3. Obat Asma Jangka Panjang yang Beredar di Indonesia5


Fungsi
Obat
pereda
(reliever)
Obat
pengendali

Nama
generik
Golongan agonis (kerja
pendek)

Nama
dagang

Sediaan

Keterangan

Bricasma,

sirup, tablet,

0,05

15

(profilaksis)

terbutalin

salbutamol
.

orsiprenalin
heksoprenalin
fenoterol
trimetokuinol
Golongan
santin
teofilin
Bronsolvan,
Golongan
antiinflamasi
non-steroid
nedokromil
kromoglikat

Brasmatic,
Bintasma,
Fartolin,
Lasmalin, dll.
Ventolin,
Salbuven,
Suprasma
rotahaler,
Salbron,
Dilatamol,
diskhaler
Asmacel,
Librentin, dll
Alupent,
Ipradol
Berotec
Inolin

Amilex,
Bronchophylin
Kalbron

MDI
Turbuhaler

mg/kgBB/x
tablet 2,5 mg

Respolin,
sirup, tablet,
MDI,

tablet 2 mg

sirup, tablet,
MDI
tablet
MDI
ped.drop,
tablet
sirup, tablet

MDI
MDI
Intal-5
Tilade
,
MDI
MDI, Diskhaler

Golongan
antiinfalamasi
steroid
budesonid
Turbuhaler
flutikason
beklometason
Becotide

Pulmicort
Inflammide
Flixotide

Golongan agonis kerja


panjang
prokaterol
bambuterol

Meptin
Bambec
Serevent
Spiropent

MDI,
Rotahaler,
diskhaler

ijin di
indonesia
untuk
>12
tahun

16

salmeterol
klenbuterol
Golongan
obat lepas
lambat /
lepas
terkendali
terbutalin
salbutamol
teofilin

Golongan
antihistamin
ketotifen,
Astifen,

Asthmoprotec
t Retard
Volmax
Quibron SR,
Euphyllin
Retard,
Phyllocontin
continus

sirup, tablet,
MDI
tablet
MDI,
Disk
haler
sirup, tablet

kapsul
tablet
tablet salut

Zaditen,
Profilas
Intifen, dll

sirup,
tablet
<3 th: 2 x 0,5
mg
3 th: 2 x 1,0
mg

E. Prognosis
Beberapa studi kohort menemukan bahwa banyak bayi dengan mengi tidak
berlanjut menjadi asma pada masa anak dan remajanya. Proporsi kelompok tersebut
berkisar antara 45 hingga 85%, tergantung besarnya sampel studi, tipe studi kohort,
dan lamanya pemantauan. Peningkatan IgE serum dan uji kulit yang positif
khususnya terhadap tungau debu rumah pada bayi, dapat memperkirakan mengi
persisten pada masa anak. Adanya dermatitis atopik merupakan prediktor terjadinya
asma berat.5

17

BAB III
PENCEGAHAN/PEMBINAAN
A. Genogram Keluarga Tn. Herman Burnawi
Tn. M/ 50 tahun

Ny. Y/ 32 tahun

M/ 9 th

M/ 6th

R/ 3,5th

B. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)


1. Fungsi Holistik, merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis,
fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
Fungsi biologis : didalam kelurga ini terdapat penyakit yang menurun yaitu
Asma. Didalam keluarga ini tidak terdapat penyakit menular, maupun penyakit
kronis.
Fungsi psikologis : keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik, tidak
terdapat kesulitan dalam menghadapi setiap masalah yang ada pada keluarga,
serta hubungan antara anggota keluarga yang harmonis.
Fungsi sosial ekonomi; kondisi ekonomi keluarga ini terbilang kurang, ayah
bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu bekerja sebagai buruh cuci, namun

18

keluarga ini berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di
masyarakat.
2. Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
Adaptation : keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota
keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu
dengan yang lainnya.
Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut.
Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
Affection: interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
Resolve: keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan
kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga
lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 7,3, dengan interpretasi Cukup.
(data terlampir).
3. Fungsi Patologis dinilai dengan SCREEM score.
Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah cukup baik.
Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.

19

Economic, status ekonomi keluarga ini kurang.


Educational, tingkat pendidikan keluarga ini kurang, dimana ayah tamatan
SMA dan ibu tamatan SMA, anaknya sedang menjalani jenjang pendidikan
SD.
Medical, keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai.
4. Fungsi hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan baik.
5. Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas)
6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini belum cukup baik, sikap sadar
akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminan pola hidup sehat
belum dilakukan dengan baik.
7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan kurang sehat namun para tetangga menjalin kerjasama dengan
baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan,
jarak rumah dengan puskesmas tidak jauh.
8. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan dalam rumah belum memenuhi syarat-syarat kesehatan,
lantai dan dinding dalam keadaan kurang bersih, ventilasi, sirkulasi udara dan
pencahayaan kurang baik, sumber air bersih terjamin, jamban ada di dalam
rumah, pengeolaan sampah dan limbah belum cukup baik.

20

9. Fungsi outdoor
Gambaran lingkungan luar rumah belum cukup baik, jarak rumah dengan jalan
raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, jarak rumah dengan
sungai juga cukup jauh, dan tempat pembuangan umum jauh dari lokasi
rumah.

21

DAFTAR PUSTAKA
1. Akib, Arwin AP. 2002. Asma pada Anak. Jakarta: Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2,
September 2002: 78 82.
2. mki.idionline.org
3. www.ginasthma.org
4. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman Nasional Asma Anak. Indonesian
Pediatric Respiratory Meeting I: Focus on asthma, Jakarta; 2003.
5. UKK PIDAI. 2000. Konsensus Nasional Asma Anak. Jakarta: Sari Pediatri,
Vol. 2, No. 1, Juni 2000: 50-66.
6. www. Repository.usu.ac.id
7. Supriyatno, Bambang. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma
pada Anak. Jakarta: Maj Kedokt Indon, Volum: 55, Nomor: 3, Maret 2005.

22

Lampiran 1
Kondisi Rumah
k.
mandi

gudan
g

dapur

k.
tidur

k.
tidur

R.
keluarg

R.
tamu

Lampiran 2
Lokasi

Puskesmas Sematang
Borang

23

Lampiran 3
APGAR Score
0 : jarang/tidak sama sekali
1 : kadang-kadang
Variabe
Penilaian
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Resolve

APGAR
Ayah
2
2
1
1
1

APGAR
Ibu
2
1
2
1
2

APGAR
Anak 1
2
2
1
1
1

Total

2 : sering/selalu

Interpretasi : 5 : kurang, 6-7 (cukup), dan 8-10 (baik).


Rata-rata Apgar Score: 7,4 (cukup)

Lampiran 4

APGAR
Anak 2
2
2
1
1
2

APGAR
Anak 3
2
1
1
1
2

24

SCREEM score.
Variabel Penilaian

Penilaian

Social

interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah


cukup baik.

Culture

keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang


cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian

Religious

terhadap sopan santun.


keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai

Economic

dengan ajaran agama yang dianutnya.


status ekonomi keluarga ini kurang

Educational

tingkat pendidikan keluarga ini kurang, dimana ayah


dan ibu tamatan SMA, anaknya sedang menjalani
jenjang pendidikan SD.

Medical

keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan


kesehatan yang memadai

Lampiran 5
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Sematang Borang
Pimpinan Puskesmas
Dr. Hj. Dhanita Amir, M.Kes

25

Subbag. Tata Usaha


Titik Sandora, SE

Bendahara
Penerima
Kalsum, AM.Keb

Bendahara
Penerima
Kalsum, AM.Keb

Koordinator Pel. Kesehatan


Masyarakat
Dr. Herawaty

Pelayanan
Kesehatan
Wajib

Petugas Promkes
Yuniar, SKM
Petugas KesLing
Meilianti, AMKL
Petugas Gizi
Nurmalia, AMG

Petugas KIA
dan KB
Nuraijah, AmKeb

Petugas
P2p/P2TM

Pelayanan
Kesehatan
Pengembangan
Petugas
Perkesmas
Lisca Agususanti,
Petugas Usila
Sherly Molvinas,
AmKep
Petugas Kes.
Olahraga

Indriyati, AmKep
Petugas Kes.
Batra
Petugas UKK
Astuti, SKM

Petugas
Pengobatan

Petugas
UKS/UKGS
Maidah
Giyanti
Petugas Kes.
Jiwa

Lisca Agususanti,

Nurjannah, AmKeb,

H. Nasrul Efendi,
AmKep

Bendahara
Barang/Inventaris
Kalsum, AM.Keb

Koordinator Pel. Kesehatan


Perorangan
Drg. Lukman H. Silalahi

Pelayanan
kesehatan
wajib

Pelayanan
Kesehatan
Pengembangan
Petugas
Perkesmas
Lisca Agususanti,

Petugas Kesling
Meilianti, SKM

Petugas Indra
H. Nasrul Efendi,
AmKep
Petugas Gigi dan
Mulut
Hj. Jamilah Alwie
Petugas Kes. Jiwa
Nurjannah, AmKeb

Petugas Promkes
Yuniar, SKM

Petugas Gizi
Nurmalia, AMG
Petugas
Petugas
KesKes
Ibu
Nuraijah,
Ibu
AmKeb
Nuraijah, AmKeb
Petugas
MTBS/MTBM
Rohma
Petugas Kes
Remaja
Titik Sandora, SE
Petugas KB
Nurhayati

Petugas Usila
Sherly Molvinas,
AmKep

Petugas Kes
Batra
Petugas Kes.
Olahraga

Indriyati, AmKep
Petugas Labor

Petugas
P2M/P2TM
H. Nasrul Efendi,
AmKep

Titin Yeni

Petugas Kamar
Obat

Petugas
Pengobatan

Arsin, AMF

Lisca Agususanti,

Pustu Srimulya
Hj. Yuli Harwati,
PJ Poskeskel L.
Gajah
Hauriyah Rosita

Poskeskel Srimulya
Lusi Belawati, AmKeb

Kepegawai
an
Windriani,

Pustu Suka Mulya


Bareta Simbolon,
Poskeskel
Sukamulya
Emmawati, AmKeb

Poskeskel Karya
Mulya
Dyah Ayu Puspitasari,

Anda mungkin juga menyukai