Misterigadistengahmalam PDF
Misterigadistengahmalam PDF
com/
Bab 1
SEJAK tadi suara itu mengganggunya. Suara seorang
perempuan yang penuh desah kemanjaan itu, seakan
memanggil Norman beberapa kali. Dahi Norman berkerut,
hatinya bimbang dengan pendengarannya. Menurutnya, tak
Dewi KZ
Dewi KZ
"Apakah kapas ini milik Kismi?" pikirnya sambil mengamatamati segumpal kapas yang kurang dari satu genggaman.
Ada aroma bau harum yang keluar dari kapas itu. Bau
harum itu mengingatkan Norman pada jenis parfum yang baru
sekali itu ia temukan. Parfum yang dikenakan pada tubuh
Kismi.
"Aneh?! Mengapa Kismi tidak muncul lagi?" pikirnya setelah
setengah jam lewat tak terdengar suara Kismi maupun
ketukan pintu. "Mengapa ia hanya meninggalkan kapas ini?
Lalu, kapas untuk apa ini? Apakah Kismi sakit? Apakah ia
hanya bermaksud mengingatkan kenangan semalam?"
Norman tertawa sendiri. Pelan. Ia kembali berbaring
dengan jantung yang berdebar takut menjadi berdebar indah.
Kapas itu diletakkan di samping bantalnya, sehingga bau
harum yang lembut masih tercium olehnya. Pikiran Norman
pun mulai menerawang pada satu kenangan manis yang ia
peroleh kemarin malam. Kisah itu, sempat pula ia ceritakan
kepada Hamsad, teman baiknya satu kampus, dan Hamsad
sempat tergiur oleh cerita tentang Kismi.
***
"Siapa yang mengajakmu ke sana?" tanya Hamsad waktu
itu.
"Pak Hasan! Mungkin dia ingin men-service aku, supaya
buku pesanannya cepat kukerjakan. Wah, tapi memang luar
biasa, Ham," ujar Norman berseri-seri. "Perempuan itu
cantiknya mirip seorang ratu!"
"Kau yang memilih sendiri?" Hamsad tampak bersemangat.
"Bukan. Dia datang sendiri ke motel-ku. Kurasa, Pak Hasan
yang memesankan cewek itu untukku. Atau, barangkali
memang service dari motel itu sendiri, entahlah. Yang jelas,
dia datang di luar dugaanku. Tak lama kemudian, setelah kami
berbasa-basi sebentar, datang juga perempuan lain. Tapi,
kutolak. Aku lebih memilih perempuan pertama. Mulus dan
sexy sekali dia. Namanya, Kismi. Antik, kan?!"
"Terus...? Terus bagaimana?" desah Hamsad tergiur.
Dewi KZ
10
Dewi KZ
11
12
13
14
Dewi KZ
15
16
17
18
19
Bung mau, bisa saja. Di sana juga ada kipas angin, kalaukalau AC tidak berfungsi."
"Oke!" jawab Hamsad tanpa meminta persetujuan Denny.
Tapi, kami perlu teman. Kalau ada... tolong panggilkan yang
bernama Kismi."
"Kismi...?!" petugas itu bingung. "Di sini tidak ada yang
bernama Kismi. Mungkin Bung salah nama."
***
Bab 3
Jawaban petugas dianggap hal yang wajar. Pada umumnya
mereka saling berlagak tidak mengenal perempuan panggilan,
tidak menyediakan hostes, tidak menyediakan wanita
penghibur, dan semua itu hanya kamuflase saja. Den-ny dan
Hamsad sudah tidak heran lagi. Mereka tetap menempati
kamar-kamar yang telah dipesan. Kamar-kamar itu merupakan
sebuah bangunan tersendiri, berbentuk semacam rumahrumah penduduk yang satu dengan yang lainnya terpisah.
Bangunan-bangunan tersebut tidak memakai nomor,
melainkan memakai nama bunga. Dalam setiap rumah motel,
terisi beberapa perabot rumah tangga, terdiri dari satu ruang
tamu, satu ruang tidur berukuran besar, dapur, dan kamar
mandi.
"Kau di kamair mana? Melati atau Seruni?" tanya Hamsad
kepada Denny.
"Aku di Seruni saja. Tapi, bagaimana dengan Kismi? Kalau
mereka tidak bisa menyediakan perempuan itu, kita sia-sia
bermalam di sini!"
"Bisa kita atur lewat telepon, nanti. Biar aku yang bicara."
"Kau sendiri mau pakai dia?" tanya Denny.
"Pakai dan tidak itu urusan nanti. Tapi, kalau Kismi sudah
datang, segera kau telepon aku melalui kamarmu. Kita akan
bicara bertiga, siapa tahu bisa menyimpulkan sesuatu yang
berguna. Aku sendiri tidak perlu perempuan lain. Aku hanya
Dewi KZ
20
21
22
23
24
25
sementara bibir dan lidahnya sibuk menghisap-hisap jarijemari Kismi yang sengaja bermain di mulut DennyTangan Kismi yang kiri berusaha melepas tali gaun yang
terikat di pundak kanan-kirinya. Simpul tali itu hanya
ditariknya satu kali, lalu gaun terlepas sebelah. Yang satu
ditariknya kembali simpul talinya, dan kini gaun lembut itu
terlepas dari tubuh Kismi. Ia ternyata tidak mengenakan bra di
balik gaun. Hanya sebentang kepolosan yang halus mulus
yang ada di balik gaun. Dan kepolosan itu sangat
menghentak-hentakkan jantung Denny karena kepadatan
dadanya yang menonjol dalam keindahan yang ideal. Padat,
besar dan menantang.
Denny merayapkan tangannya ke leher, terus ke bawah.
Kepala Kismi terdongak ke atas sambil mendesiskan erangan
serak-serak manja. Matanya membeliak sayu. Ia masih
berlutut di hadapan Denny yang duduk di kursi empuk itu.
Tangan kiri Kismi segera melepas sanggulnya dengan gerakan
tangan gemulai, maka tergerailah rambut hitam yang punya
kelembutan bagai benang-benang sutra. Rambut itu ternyata
sepanjang punggung dan berbentuk lurus tanpa I gelombang.
Gerakan kepalanya yang mendongak makin ke belakang
seakan memberi kesempatan Denny untuk mengecup
lehernya. Denny tak sabar, kemudian ia melepaskan tangan
kanan Kismi yang masih bermain di mulutnya. Kini bibir dan
mulut Denny mulai merapat ke leher Kismi, membuat suatu
kecupan kecil yang membuat Kismi semakin mengerang
panjang.
"Ouuuh...! Dennyyy...!"
Ucapan kata dalam bentuk desah serak memanja itu begitu
mempengaruhi jiwa Denny. Ia makin dibuai oleh suara yang
memancing api birahi itu. Denny pun akhirnya memburu tanpa
bisa menahan diri. Tak ada niat untuk menunda sedikit pun.
Tak ada hasrat untuk berucap kata apa pun. Denny telah
mabuk dan lupa segala-galanya.
Sementara itu, tangan Kismi pun tak mau tinggal diam. Ia
pandai menyusupkan jemarinya ke lekuk-lekuk tubuh yang
Dewi KZ
26
27
28
Bab 4
Hamsad menggeragap ketika menyadari dirinya tertidur di
kursi dapur. Ternyata saat itu matahari telah memancarkan
sinar paginya yang menghangat di ruang dapur.
"Astaga...?! Sudah pagi?!" Hamsad segera bergegas ke
meja di kamar tidur, ia mengambil arlojinya di sana.
"Busyet! Pukul 7 kurang 10 menit? Apa-apa-an ini?
Bagaimana dengan Denny?!'
Tanpa cuci muka. tanpa menyisir rambutnya, Hamsad
langsung keluar dari kamarnya, menyeberang jalan kecil, dan
segera mengetuk pintu kamar Denny,
Beberapa kali pintu kamar itu diketuknya, tapi tidak ada
jawaban. "Ada apa Denny? Kenapa tidak segera membukakan
pintu? Apakah ia tertidur seperti aku? Ah.seharusnya tadi
kutelepon saja dari kamar. Pasti ia terbangun, karena meja
telepon dekat sekali dengan ranjang."
Baru saja Hamsad ingin kembali ke kamarnya untuk
menelepon Denny. Tiba-tiba pintu kamar itu terdengar dibuka
seseorang dari dalam. Denny muncul dengan mata menyipit
dan ta-ngan melintang ke atas, ia menahan sorot matahari
yang mengenai matanya.
"Brengsek lu gerutu Denny sambil bersugut-sungut. Ia
masuk, membiarkan Hamsad terbengong. Kemudian Hamsad
juga turut masuk dan mengikuti Denny. Denny
menelentangkan tubuhnya di ranjang empuk dengan satu
hempasan yang lemas.
"Ya, Tuhan...! Mengapa kamu menjadi seperti mayat
begini. Denny? Hamsad memandang Denny tak berkedip,
sedikit tegang. Denny meraih guling dan mendesah.
"Kamar ini menjadi bau sperma! Brengsek' Apa yang telah
kau lakukan semalam. Denny? hei, ? apakah Kismi datang
kemari?!"
"Hem... Denny hanya menggumam, membenarkan dugaan
Hamsad
Dewi KZ
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
Dewi KZ
69
Hamsad kelihatan mengeluh kecil. Ia kurang menggebugebu. Namun, ia membiarkan pelayan itu meneruskan
promosinya tentang Gea. Setelah itu, baru Hamsad bertanya,
"Pak Kosmin bisa mencarikan perempuan yang bernama
Kismi?!"
Pak Kosmin tampak terperanjat sekalipun berusaha
disembunyikan. Hamsad mengetahui hal itu, dan ia segera
mengusap tengkuk kepalanya yang sejak tadi bergidik bulu
romanya. Sejak tadi! Hanya saja, Hamsad tadi bisa menahan
diri untuk bersikap biasa-biasa saja.
"Bagaimana, Pak? Kok malah melamun?" tegur Hamsad
setelah mengetahui lelaki itu melamun. Wajahnya yang tua
dan sedikit berkeriput itu kelihatan pias. Ia jadi tidak
bersemangat lagi, seperti tadi. Ada senyum yang dipaksakan
untuk tetap ramah. Dan, Hamsad membiarkan perubahan
tersebut, seakan tidak mengetahuinya.
"Kalau Pak Kosmin bisa mencarikan atau memanggilkan
perempuan yang bernama Kismi, saya berani kasih tip banyak
kepada Pak Kosmin," tantang Hamsad sambil berlagak
berseloroh. Pak Kosmin tersenyum hambar.
"Mengapa harus Kismi?" tanyanya tiba-tiba. Pertanyaan itu
mempunyai arti lain bagi Hamsad, maka ia pun buru-buru
bertanya,
"Jadi, Pak Kosmin sudah mengenal Kismi, kan? Sudah
pernah melihat Kismi, bukan? Nah, type wanita seperti itulah
yang saya sukai, Pak. Kalau tidak Kismi, saya tidak mau
ditemani oleh siapa pun!"
Lelaki berseragam biru-biru, sebagai seragam pelayan
motel ini, tampak termenung beberapa saat. Lalu, tiba-tiba ia
mengajukan pertanyaan yang membuat Hamsad sedikit
terpojok,
"Apakah Tuan sudah pernah bertemu dengan Kismi?"
"Hem... anu... bertemu sih belum pernah, tapi ketiga
temanku pernah bermalam dengan Kismi. Aku mengetahui
kecantikannya dari ketiga temanku itu, Pak."
Dewi KZ
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
dalam keadaan sakit. Ilmu bisa dicari sampai tua, tapi nyawa
seseorang tidak bisa dicari lagi. Sekali hilang, akan selamanya
hilang."
Setelah bertemu dengan temannya yang punya urusan
sama, Hamsad juga dianjurkan untuk pulang. Justru temannya
kelihatan cemas dan berkata, "Kau benar-benar seperti mayat,
Ham. Aku kuatir kau akan mengalami naas di sini! Pulanglah.
Biar aku yang mengurus masalah kita ini."
Hamsad tidak langsung pulang, melainkan langsung ke
kantin menemui Ade. Di pintu kantin ia berpapasan dengan
Yoppi. Yoppi pun terkejut melihat Hamsad berwajah pucat
sekali, ia menegur,
"Gila kau, Ham! Kau kemanakan darahmu? Kau seperti
manusia tanpa darah setetes pun, tahu?!"
"Aku sedang tak enak badan," ujarnya seraya langsung
menemui Ade. Yoppi menguntit dari belakang. Begitu Hamsad
duduk, Yoppi ikut duduk di sampingnya, tapi langsung
berkata,
"Demi Tuhan, aku jadi merinding melihat kau berjalan,
Hamsad! Kau.... Wah, celaka! Kurasa saat ini bukan waktumu
untuk ngobrol di sini!" Yoppi kelihatan cemas sekali.
Sedangkan Ade hanya memandang Hamsad dengan
kecemasan yang disembunyikan.
"Aku.... Oke-lah, aku akan pulang dan beristirahat. Tetapi,
sebelumnya ada yang ingin kuta-kakan kepada kalian," kata
Hamsad. "Tapi, kumohon kalian bisa merahasiakan. Kumohon
sekali!"
Yoppi dan Ade menggumam. Yoppi kelihatan lebih tegang
dari Ade. Ia juga yang bertanya.
"Tentang apa itu, Ham?!"
Hamsad berkata pelan, "Aku telah bertemu dengan Kismi."
"Hah...?!" Kini, bukan Yoppi saja yang terpekik kaget,
melainkan Ade pun jadi tersentak. Duduknya yang semula
bersandar santai, kali ini bergerak maju dan mata memandang
Hamsad penuh kecemasan.
Dewi KZ
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
"Aneh. Beberapa jam yang lalu pot ini ada di dekat pintu,
kok sekarang ada di sini lagi? Siapa yang memindahkan?" Ia
memperhatikan pot besar berisi tanaman sejenis palm yang
daunnya mirip daun mangga. Dahinya berkerut ketika
memperhatikan tanaman tersebut. Jelas tadi ia sempat curiga,
karena tanaman itu ada di dekat pintu. Sekarang ia semakin
curiga, karena tanaman itu ada di sudut, dekat dengan sofa
Tangan Hamsad secara tak sadar mematahkan ujung daun
tersebut. Dan, ia terbelalak kaget, karena yang keluar dari
ujung daun itu bukan getah putih, melainkan getah merah.
Ketika diciumnya, getah itu berbau amis darah.
Merinding seketika itu juga tubuh Hamsad. Ilerdebar-debar
hatinya, dan mulai gemetar jari-jemarinya. Satu daun ia
patahkan lagi dari tangkainya. Klak...!
"Astaga...?!" Hamsad nyaris memekik keras, karena tangkai
daun itu mengucurkan getah merah yangberbau amis darah.
Hamsad sempat terlonjak mundur dengan mata membelalak
lebar.
Tetesan darah dari tempat bekas tangkai daun itu
menjatuhi tanah di bawahnya. Dan, Hamsad teipaksa
mengerutkan dahi tajam-tajam, mempertegas penglihatannya,
karena tetesan darah itu jatuh pada sebuah benda yang
mencuat dari kedalaman tanah pot. Rasa ingin tahunya
bergumul dengan perasaan takut. Hamsad mendekatkan
wajah, memperhatikan benda kecil itu.
"Astaga...?! In... ini., ini ujung kuku...!" Hamsad mencoba
mengorek tanah itu sedikit-sedikit, maka semakin berdebarlah
ia, karena kini tampak jelas di kedalaman tanah pot itu
terdapat jari kelingking manusia yang berkuku panjang, tapi
indah dan serasi.
"Ya, ampun...! Pasti di sini tangan Kismi ditanam oleh
pembunuhnya...!" kata Hamsad dalam hati.
Maka, segera ia mengorek tanah dalam pot besar itu
dengan kedua tangannya. Makin dalam semakin jelas
bentuknya. Sepotong tangan perempuan yang masih utuh,
tanpa kebusukan. Di jari manisnya melingkar cincin berbatu
Dewi KZ
110
111
Plokkk...!
Tiba-tiba potongan tangan itu melesat dan menempel pada
leher belakang Hamsad.
"Aaah... hah...! Hiiih...!" Hamsad meronta-ronta,
berjingkrak-jingkrak ketakutan dengan tubuh semakin
merinding. Kuku pada potongan tangan itu terasa menggores
perih di kulit lehernya, seakan hendak mencekik dari belakang.
Dengan sekuat tenaga Hamsad menarik tangan itu dan
membuangnya ke arah pintu. Namun, kali ini tangan tersebut
tidak mau terlepas dari genggaman Hamsad. Tangan itu justru
menggenggam tangan Hamsad kuat-kuat, bagai berpegangan.
Celaka! Hamsad mengibas-ngibaskan dengan gerakan cepat,
tetapi tangan itu masih lengket pada tangan Hamsad.
Lalu. dengan menggunakan tangan kanannya, Hamsad
menarik punggung potongan tangan yang masih berlumur
tanah itu. Ia berhasil, dan membuangnya ke arah pintu.
Plokkk...!
Tangan itu jatuh ke lantai. Mata Hamsad masih mendelik
memandanginya penuh rasa takut dan jijik. Potongan tangan
itu bergerak-gerak jarinya, kemudian bagai sebuah mainan ia
mampu melarikan diri dengan menggunakan jari-jemarinya
itu. Hamsad segera melompat ke ruang tidur menghindari
kejaran potongan tangan tersebut. Gerakannya begitu cepat,
sehingga sewaktu Hamsad hendak haik ke atas ranjang,
benda menjijikkan itu berhasil melompat dan mencengkeram
betis Hamsad.
"Waaaow...!" Hamsad memekik ketakutan. jPotongan
tangan itu bagai menempel pada celana Hamsad, dan ketika
hendak dipegang, ia bisa bergerak naik ke paha dengan cepat,
lalu merambat merambat terus ke punggung. Hamsad
kebingungan untuk memegang potongan tangan itu. Ia
berguling-gulingan sambil berteriak ketakutan. Potongan
tangan itu tidak mau terlepas. Kini justru merayap sampai ke
leher samping dan mencengkeram lagi.
"Setaaan...! Hhhah...!" Dengan menggunakan kedua
tangan, Hamsad berhasil lagi menarik potongan tangan Kismi
Dewi KZ
112
113
114
115
116
117
118
Dewi KZ
119