Anda di halaman 1dari 7

Sehari Bersama Manusia Pawon

Oleh : Muhammad Malik Ar Rahiem (Teknik Geologi ITB)

Hari itu hari senang untuk Adit karena dia akan berwisata bersama teman-temannya.
Mereka akan berwisata ke kawasan perbukitan batukapur di Padalarang dipandu oleh
kakak-kakak dari jurusan Geologi ITB. Mereka berkumpul di Taman Ganesha dan akan
naik bus kesana. Perjalanannya seru sekali, lewat jalan layang Pasupati dan kemudian
lewat jalan tol, mereka bernyanyi dan gembira sekali.
Namun perjalanan mulai bosan ketika masuk ke Padalarang. Jalanan macet banyak
truk berlalu lalang. Sesekali Adit harus menutup hidungnya karena debu truk yang
lewat. Kemudian Adit terkagum-kagum melihat bukit-bukit batukapur yang tinggi
menjulang. Kakak-kakak geologi menjelaskan tentang batugamping yang Adit tak begitu
mengerti. Dulunya kawasan ini adalah laut katanya, Adit juga tak mengerti kenapa.
Kemudian bus berbelok ke jalan turunan yang sempit dan seram. Desa Gunung Masigit
namanya dan sampailah Adit di Gua Pawon. Adit senang sekali waktu itu, ia berlarian
dan bersorakan dengan teman-teman. Memang di Bandung sudah susah mencari
pemandangan. Hanya ada bangunan yang tentu membosankan bagi anak-anak.
Kak Malik menceritakan tentang Gua Pawon. Gua Pawon itu adalah gua yang berada di
Bukit Pawon. Artinya Pawon sendiri adalah dapur. Ini ada kaitannya dengan cerita
Sangkuriang. Ketika Sangkuriang mau mempersiapkan pernikahan dengan ibunya,
Dayang Sumbi, Bukit Pawon inilah dapurnya. Ada juga daerah yang namanya Bukit
Pabeasan yang artinya tempat beras. Bukit Manik yang artinya tempat perhiasan.
Katanya disini adalah rumah tinggal nenek moyang orang Sunda. Disini katanya dulu
nenek moyang Adit berteduh dan bertempat tinggal, karena dulu belum ada perumahan
seperti sekarang. Orang pun masih jarang katanya. Kak Malik dan teman-temannya
mengajak Adit masuk ke dalam goa. Guanya besar dan bau. Bau kotoran kelelawar.
Kata Kak Yusup itu kotoran kelelawar mengandung guano yang bisa jadi pupuk buat
tanaman. Makanya oleh warga suka diambil dan ditaburkan ke kebun mereka. Waktu
kami masuk kelelawar beterbangan karena kami menyoroti mereka pakai senter. Kami
pun berlarian ketakutan, takut digigit dan dihisap darah dan menjadi drakula. Kakakkakak tertawa katanya itu cuma cerita saja.
Kami masuk ke dalam gua. Guanya besar, tapi ada juga yang sempit. Kemudian ada
yang tinggi dan kami bisa melihat pemandangan bagus sekali. Tapi yang paling menarik
adalah adanya ruangan yang ada pagarnya. Disana kami melihat kerangka manusia
yang sedang meringkuk. Kak Malik bilang dialah nenek moyang orang Sunda. Orang
yang umurnya sudah 6000-10000 tahun yang lalu. Tua sekali, Adit bayangkan kalau dia
masih hidup setua apa ya.
Kemudian kami berfoto-foto di Gua Pawon dan kemudian naik ke atas mendaki Bukit
Pawon menuju ke puncak. Perjalanannya berat sekali. Lereng terjal dan beberapa

diantara kami kelelahan sekali. Tapi kakak-kakak dari geologi sudah menyiapkan
perjalanannya seaman mungkin. Kami pun akhirnya sampai, meskipun beberapa
temanku yang perempuan, Dini dan Laila sampai menangis karena kelelahan. Aku sih
kuat karena malu sama teman-teman.
Di atas kami dilarang kakak-kakak untuk berpisah-pisah. Banyak batu yang tajam yang
kalau tidak hati-hati kami bisa terluka. Kak Malik menjelaskan tentang puncak bukit itu.
Namanya Stone Garden alias Taman Batuan. Bagus sekali tempatnya, kamu harus
kesana. Disana banyak batu-batu tersebar dimana-mana. Acak tapi kelihatannya bagus
sekali. Bentuknya pun unik tidak seperti batu yang biasa kita lihat. Terus ketika Kak
Malik cerita, aku mengendap-ngendap keluar barisan. Aku melihat batu yang besar dan
berhadapan. Wiiih bagus sekali ku pikir, bentuknya seperti gerbang. Langsung aku
berlari kesana dan melewatinya.
Setelah aku kesana dan melewatinya, tiba-tiba suasana terasa aneh. Aku merasa takut.
Tiba-tiba menjadi dingin dan langit menjadi mendung. Aku lari kembali ke tempat
kelompokku berada tapi mereka tak ada. Aku melihat-lihat sekitar ternyata aku cuma
sendirian. Aku takut dan aku berteriak,TEMAN-TEMAAAN!!
KAK MALIIIIIKKKKK!!!
Tidak ada yang menyahutku. Aku mulai takut dan menangis. MAMAAAAAA!
Aku berjalan ke arah Gua Pawon. Turun menuruni lereng yang terjal mencoba kembali
ke tempat busku parker. Mungkin mereka kesana. Tapi waktu aku melihat ke bawah.
Tidak ada bangunan disana. Yang ada hanyalah hutan belantara. Aku semakin takut
jadinya dan menangis sejadi-jadinya.
Aku turun ke Gua Pawon. Ada asap disana, mungkin ada orang ku pikir.
Ada suara, orang-orang yang sedang bernyanyi. Namun nyanyiannya aku tak mengerti,
aneh sekali. Suaranya lantang, keras dan seram. Aku pun menghampiri. Betapa
kagetnya aku saat melihat mereka orang-orang yang besar sekali. Rambutnya panjang
kasar dan kotor sekali. Ada banyak mungkin belasan orang disana. Aku kebingungan
dan mencoba meminta tolong.
Tolong aku, aku dimana? Kataku
Mereka terkejut melihat orang asing yang datang dan sangat berbeda dari mereka.
Mereka langsung bergerak cepat sekali dan menangkapku. Tak lama mereka
memukulku dan aku jatuh pingsan. Waktu aku terbangun, aku mencium bau dedaunan
yang aneh sekali. Orang-orang itu mengerumuniku dengan muka kebingungan. Mukamukanya kasar dan menyeramkan. Mereka berbicara bahasa yang aku tak mengerti.
Mereka tidak memakai baju atasan. Memakai kalung-kalung dengan manik-manik yang
tak karuan.
Aku meminta tolong pada mereka,Aku Adit dari SD Cempaka. Tolong aku dimana
teman-temanku, aku mau pulang kataku sambil menangis. Aku menangis makin keras

dan mereka tampak tidak mengerti. Aku disimpan di ruangan tempat yang sama
dengan tempat kuburan manusia purba berada. Tapi tidak ada lubang disana. Aku tidak
tahu ada dimana. Mungkinkah aku terjebak di waktu yang berbeda, pikirku.
Aku mulai merasa lapar. Malam sudah mulai datang. Mereka memberiku keongkeongan. Aku tidak tahu untuk apa, namun melihat mereka memecahkan dan
memakannya, kukira aku ditawari makan. Aku tidak mau, aku tidak pernah makan
keong mentah. Aku mulai menangis. Mereka kemudian memberiku sejenis daging yang
hangat karena dibakar di atas api unggun. Aku pun terpaksa memakannya, lumayan
enak rasanya meski hambar tak ada bumbunya.
Aku tidak bisa tidur malam itu, karena dingin sekali disana dan banyak nyamuk. Orangorang itu tidur di dekat api unggun jadi tidak diganggu oleh nyamuk. Aku rindu sekali
mama. Mama dimana? Aku tersesat disini, Ma. Tolong aku. Dalam hati aku berdoa dan
kemudian aku tertidur.
Keesokan harinya, orang-orang sudah bangun dan bersiap-siap membawa tombak. Ku
kira mereka mau berburu. Aku diajak seorang yang ku pikir seumuran denganku.
Seorang bocah yang memberiku tombaknya. Dia berbicara dalam bahasa aneh, tapi ku
kira dia bermaksud mengajakku berburu. Aku mengiyakan meskipun setengah
ketakutan.
Mereka bergerak perlahan sekali. Di depan Gua Pawon mereka mengendap-ngendap.
Aku melihat ada banyak rusa yang berlewatan. Ku pikir mereka mengincar rusa untuk
ditangkap. Teman kecilku mengisyaratkan satu jari di atas mulutnya,sssshhtttt. Ku pikir
itu isyarat agar aku tidak ribut. Kemudian orang yang sudah dewasa berdiri dan
melemparkan tombaknya. Satu ekor rusa tertangkap mati, dan yang lainnya berlarian.
Satu ekor rusa berlari ke arahku. Dengan kalap ia berlari dan kemudian menendangku
keras sekali. Aku merasa sakit sekali. Panas kepalaku dan kemudian aku pingsan.
Lama sekali aku pingsan dan ketika terbangun aku berada di rumah sakit. Mamaku di
sampingku dengan kakak-kakak dari geologi. Semua mukanya cemas dan khawatir.
Kak Malik tak henti-hentinya memohon maaf atas keteledoran menjaga adik-adik
sehingga ada kecelakaan. Aku bangun dan bilang,Ma, aku kangen. Aku tadi ditendang
rusa Ma, sakit sekali.
Sudah tidur saja dulu Dit, kamu tadi jatuh di Stone Garden. Terus pingsan.
Ngga, Ma. Aku tadi ketemu manusia yang aneh. Ku pikir mereka manusia jaman dulu,
Ma. Aku menangis. Mana Kak Malik, Ma? Aku mau minta maaf pasti kakak-kakak
cemas sama aku
Sudah Adit tidur aja, Kakak disini kok. Maafkan kakak ya tidak jaga Adit tadi di atas.
Ternyata Kak Malik ada di samping mama dan bilang begitu.
Aku kemudian tertidur lagi.

Keesokan harinya Kak Malik dan teman-temannya cerita aku jalan sendirian melewati
gerbang batu. Kabarnya gerbang batu itu memang memiliki cerita yang cukup mistis.
Banyak warga sekitar yang mengeramatkan gerbang batu itu. Tapi Adit lewat situ terus
jatuh dan pingsan. Mungkin Adit bermimpi melihat manusia Bandung jaman dulu.
Maafkan Adit ya, Kak! Adit senang sekali ikut acara kemarin. Maaf Adit nakal jadi jatuh
dan bikin kakak repot. Nanti kalau ada acara lagi Adit mau ikut. Adit mau belajar jadi ahli
geologi kaya kakak!
Kak Malik tersenyum. Teman-temannya juga. Ya, nanti kakak ajak lagi ya. Dan kakak
aminkan juga doa Adit.

Tamat

Figure 1 Pemandangan Pasir Pawon, Pasir, Pabeasan, dan Gunung Masigit. Sketsa oleh Budi
Brahmantyo

Figure 2 Ilustrasi kehidupan manusia purba Pawon. Oleh Budi Brahmantyo

Figure 3 Sketsa gerbang batu di Stone Garden. Gerbang ini dipercaya merupakan gerbang mistis ke
alam lain. Oleh Eko Pramudyo

Profil Penulis:

Muhammad Malik Ar Rahiem, Geologist lulusan Institut Teknologi Bandung, sehari-hari


bekerja di Bogor menyelamatkan dunia dari ancaman pemanasan global. Hobi menulis
dan membaca, juga senang bercerita.

Profil Ilustrator:
Budi Brahmantyo, Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung. Hobi melukis dan
membuat sketsa. Aktif dalam pengembangan geowisata di Indonesia.

Eko Pramudyo. Geologist lulusan Institut Teknologi Bandung. Senang membuat sketsa.

Anda mungkin juga menyukai