Anda di halaman 1dari 4

Penerapan Konstruktivisme dalam Kelas

Meskipun konstruktivisme memiliki definisi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id
yang beragam, pandangan umumnya kebanyakan membantah bahwa pengetahuan menetap
hanya dalam diri pembelajar dan bahwa kita tidak dapat mengajar representasi artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id yang akurat mengenai kebenaran. Kita hanya dapat
menegosiasikan makna-makna bersama (shared meaning) dengan para siswa dan memberikan
mereka kesempatan untuk membangun pemahaman artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang bermakna saat mereka terlibat dalam aktivitas artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id yang dilakukan dengan sengaja (Jacobsen, 2003a).
Meskipun pandangan radikal mengenai kontruktivisme ini begitu diapresiasi oleh para
akademisi, pandangan tersebut sering kali gagal menerapkan realitas praktis artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id yang dih artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adapi
guru dalam ruang kelas saat ini. Meskipun banyak bukti mengindikasikan bahwa para
pembelajar sesunguhnya membangun pemahaman, tidak semua bentuk pemahaman valid
seluruhnya, dan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada sebuah realitas artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang bebas dari pemahaman individu (Eggen &
Kauchauk, 2007). Jika hal ini tidak benar, para guru akan memiliki peran kecil dalam
pendidikan, dan akibatnya, konstruktivisme akan muncul begitu saja. Tentu saja, kondisi ini tidak
sesuai dengan kenyataan bahwa para guru saat ini makin dibebani oleh tangung jawab untuk
menfasilitasi perolehan pengetahuan kognitif konkret artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang diukur berdasarkan penilaian artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang terstandarisasi dan berpatokan tinggi.
Lingkungan pembelajaran konstruktivis mengutamakan dan menfasilitasi peran aktif siswa.
Lingkungan pembelajaran konstruktivis mengubah fokus dari penyebaran informasi oleh guru,
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mendorong peran pasif siswa, menuju
otonomi dan refleksi siswa, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mendorong
peran aktif siswa. Strategi - strategi pembelajaran aktif menganjurkan aktivitas - aktivitas
pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang di dalamnya siswa diberikan
otonomi dan control artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang luas untuk
mengarahkan aktivitas-aktivtas pembelajaran. Aktivitas-aktivitas pembelajaran aktif meliputi
pemecahan masalah, bekerja dalam bentuk kelompok kecil, pembelajaran kolaboratif, kerja
investigative, dan pembelajaran eksperiential. Sebaliknya, aktivitas-aktivitas pembelajaran pasif,
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang di dalamnya siswa hanya menjadi
penerima informasi, melibatkan peran siswa hanya dalam aktivitas mendengarkan (listening) apa
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang dikatakan oleh guru dan tak jarang mereka
diberi pertanyaan-pertanyaan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang kurang
berkualitas. Pergeseran paradigma pembelajaran konstruktivis ini didasarkan p artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id ada gagasan bahwa secara alamiah para pembelajar sebenarnya
sudah memiliki sikap aktif dan rasa ingin tahu, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id
yang kedua sifat ini kemudian menjadikan metode ceramah (lecture) dan buku ajar (textbook)
bukan sebagai penekanan utama dalam pembelajaran kelas. Pergeseran semacam ini bukan
berarti bahwa guru tidak perlu menjelaskan materi pelajaran p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id ada siswa; sebaliknya, ia justru menyiratkan bahwa kita -sebagai guruseharusnya curiga mengenai seberapa banyak pemahaman artikel ini disalin dari website

http://blog.tp.ac.id yang telah dikembangkan oleh para pembelajar dari penjelasan-penjelasan


artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang telah kita berikan dan sejauh mana
rekaman atau catatan mereka tentang pengetahuan tersebut. Meyakini bahwa para pembelajar
membangun darip artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada sekedar
mencatat/merekam pemahaman memiliki implikasi artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang penting p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada cara-cara
kita m engajar. Selain beberapa peringatan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
telah terinci sebelumnya, sebagai para pendidik, kita seharusnya melakukan hal-hal berikut ini
(Eggan & Kauchak, 2007):

Menyediakan beragam contoh dan representasi materi pelajaran p artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id ada para pembelajar.

Mendorong tingkat interaksi artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang tinggi
dalam pembelajaran kita.

Menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata.

Meskipun tidak artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada satu pun teori konstruktivis
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang memerinci berikut ini, banyak pendekatan
konstruktivias artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang merekomendasikan p
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kita (Ormrod, 2000):

Lingkungan-lingkungan pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id


yang menantang dan rumit, dan tugas-tugas artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang autentik.

Negosiasi sosial dan tangungjawab bersama (shared responsibility) sebagai bagian dari
pembelajaran.

Representasi-representasi materi pelajaran berganda.

Pemahaman bahwa pengetahuan dapat dibangun.

Pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berpusat p artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada siswa.

Selain konstruktivisme, pembelajaran artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
berpusat p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada siswa memiliki fokus atau
perhatian artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang juga beragam. Pertama, saat
siswa membangaun pemahaman mereka mengenai suatu materi pelajaran, mereka

mengembangkan perasaan personal bahwa pengetahuan artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id adalah milik mereka. Kedua, pemusatan siswa menekankan artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id adanya penelitian dan pembelajaran berbasis masalah dan kerja
kelompok. Aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dalam ruang kelas semacam ini, beserta
dengan komponen-komponen teori konstruktivis lain artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang berpusat p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada siswa,
dibangun berdasarkan filsafat John Dewey (1906, 1938), seorang filsuf dari Amerika artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang paling berpengaruh. Sebelumnya Dewey, pendidikan
di Amerika Serikat masih bertujuan untuk menfasilitasi perolehan pengetahuan siswa. Namun,
seiring dengan munculnya teori-teori Dewey dan metode reflektif, para pendidik kemudian
sangat tertarik p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kemampuan siswa dalam
berpikir mengenai informasi dan melibatkan diri mereka dalam pemecahan masalah artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang nyata. Para guru artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang menerapkan teori-teori Dewey lebih menekankan kurikulum artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berpusat p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id ada siswa dan berorientasi p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id
ada aktivitas (a student-centered, activity-oriented curriculum) di setiap pembelajaran kelas
mereka (Jacobsen, 2002b). Dewey lebih jauh percaya bahwa aktivitas-aktivitas seperti ini
seharusnya berguna dan bernilai praktis, bahwa aktivitas-aktivitas pembelajaran artikel ini disalin
dari website http://blog.tp.ac.id yang efektif bagi siswa p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id ada akhirnya dapat melibatkan mereka untuk belajar dengan tindakan
(learning by doing), dan bahwa pembelajaran seharusnya menjadi pengalaman seumur hidup
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang berkelanjutan dimana otak/pikiran artikel
ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang aktif dapat berorientasi dengan dunia terbika
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang luasuntuk memecahkan masalah-masalah
nyata artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang terus menerus muncul bersama
dengan pengalaman sebelumnya meski dalam bentuk artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang berbeda. (Reed & Johnson, 2000: 91).
Teori-teori konstruktivis mengenai pembelajaran juga dipengaruhi oleh teori-teori
pengembangannya Piaget (1952, 1959) dan teori-teori pembelajaran sosialnya Vygotsky. Kajian
Piaget fokus p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pengalaman-pengalaman
individu langsung artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang menggerakkan
pembelajaran secara berurutan p artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada periode
waktu tertentu untuk membangun pengetahuan perseptual, konkret dan p artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id ada akhirnya abstrak. Kajian Vygotsky menekankan pentingnya
interaksi socsal saat siswa berpartisipasi dalam tugas tugas pembelajaran. Para pembelajar
meningkatkan pemikiran mereka sendiri dengan bersikap terbuka p artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id ada pandangan-pandangan dan wawasan-wawasan orang lain. Salah
satu strategi pembelajaran kerja kelompok artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
paling umum diimplementasikan artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adalah
pembelajaran kooperatif artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang di dalamnya
guru berperan mendorong pembelajar dengan menekankan p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id ada kerja team/kelompok sebagai lawan dari pendekatan kompetitif dalam
pembelajaran. Dengan peran ini, guru dapat menfasilitasi usaha siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan.
Namun, kata artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang penting untuk diperhatikan p

artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada kalimat sebelumnya artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id adalah kata dapat. Secara khusus, pandangan bahwa interaksi sosial
menfasilitasi konstruksi pemahaman merupakan prinsip artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang menggaris bawahi teori pembelajaran konstruktivis. Hal ini terk artikel
ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id adang dimaksudkan p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id ada tujuan bahwa seorang guru artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang menerapkan pembelajaran kooperatif artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id adalah seorang konstruktivis, p artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id adahal seseorang artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
mengandalakan aktivitas-aktivitas pembelajaran berkelompok besar bukanlah seorang
konstruktivis. Sebenarnya, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada guru artikel ini
disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang mungkin mendasarkan pembelajaran mereka p
artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pandangan-pandangan konstruktivis,
namun artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id ada pula artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang tidak. Pembelajaran berkelompok besar, artikel ini disalin dari website
http://blog.tp.ac.id yang dilakukan secara efektif, dapat mendorong konstruksi pemahaman,
sementara pembelajaran kooperatif, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang
dijalankan dengan kurang maksimal, tidak dapat mendorong konstruksi pemahaman (Eggen &
Jacobsen, 2001). Oleh karena itu, artikel ini disalin dari website http://blog.tp.ac.id yang perlu
digarisbawahi bukanlah bagaimana para guru mengajar, tetapi lebih p artikel ini disalin dari
website http://blog.tp.ac.id ada apa dan bagaimana para siswa belajar. Efektivitas suatu strategi
pembelajaran dapat kita capai tidak dalam hal bagaimana strategi tersebut diimplementasikan,
tetapi dalam hal apakah strategi dapat mendorong perolehan dan pemahaman personal siswa
akan pengetahuan. Hal ini menyiratkan bahwa selama proses-proses perencanaan, para guru
seharusnya tidak hanya mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan tradisional mengenai
pembelajaran bagaimana mengatur dan menerapkan aktivitas aktivitas pembelajaran,
bagaimana memotivasi siswa, dan bagaimana mengevaluasi pembelajaran- tetapi juga
menganalisis semua hal tersebut dalam bentuk-bentuk pembelajaran siswa (Eggen & Kauchak,
2007).
Posted 16 Aug 2011 03:22 PM by admin in
Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/penerapan-konstruktivisme-dalamkelas#ixzz1oqotT2RD

Anda mungkin juga menyukai