Anda di halaman 1dari 10

SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDIA

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Diferensial diagnosis,


Terapi &Edukasi

Oleh :
Septian Dewi Periska/41100063
Januarius Hendra / 41100070
Andreson Kutani/ 41100073
Aditya Rivera Batlajery/41100074
Andreas Fendy Permana
Henry Laksmana/41100077
Roy Kristian Prasetya/41100079
Ferni/ 41100083
Marta Lisnawati Zaluku/41100086
Nadia Theresia Pardede/41100088

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana


Yogyakarta
2014

Kasus :
Pasien datang dengan keluhan jantung berdebar-debar sejak pagi hari sekitar 3 jam yang lalu
tanpa didahului aktivitas, tidak mereda saat beristirahat dan semakin nyeri saat beraktivitas.
Sudah meminum obat maag namun tidak mereda.

Anamnesis :
Riwayat Penyakit Sekarang :

Menanyakan sejak kapan gejala dimulai?


Apakah gejala utama hilang timbul atau persisten? Adakah faktor
pencetusnya? Bagaimana pola debarannya, konsisten atau tidak? hal ini
ditanyakan berkaitan dengan tujuan apakah gejala berdebar-debar disebabkan
oleh aktivitas misalnya olahraga, atau aktivitas berat lain yang menyebabkan
jantung berdebar-debar.

Adakah faktor yang memperingan maupun memperberat gejala? pada


keadaan fisologis debaran jantung akan semakin mereda jika beristirahat
namun pada SVT tidak dipengaruhi oleh aktivitas.

Adakah keluhan lain yang dirasa? Misalnya adakah nyeri dada? Atau nyeri
kepala? jika ada dilakukan penggalian riwayat nyeri dengan SOCRATES ,
hal ini ditanyakan misalnya untuk mengetahui kemungkinan adanya gejala
Miokard Infark.

Apakah ada kesulitan bernafas berkaitan dengan berdebar-debar? Atau adanya


batuk?, jika kesulitan bernafas/sesak nafas saat aktivitas apa? Apakah
memburuk saat tidur? Apakah pasien merasa sering terlihat pembengkakan
pada bagian tertentu dari tubuh? kesulitan bernafas maupun batuk misalnya
dapat terjadi pada seseorang yang telah mengalami gangguan pada jantung
berupa gagal jantung kiri, yang menyebabkan adanya kongesti pada pembuluh
darah pulmonal yang menyebabkan hipertensi pulmonal yang berakibat edem
pada parenkim paru yang dapat menimbulkan manifestasi sesak nafas. Atau
kesulitan bernafas diakibatkan oleh adanya pembesaran jantung.

Apakah sebelumnya pernah merasakan hal serupa? hal ini untuk


mengetahui seberapa sering pasien mengalami keluhan ini dan menyadarinya.
Dan tindakan apa yang perlu ditanyakan untuk meredakan keluhan?

Apakah keluhan mengganggu aktivitas? Sejauh mana mengganggu aktivitas


pasien?

Pasien dapat mengira bahwa itu berkaitan dengan masalah lambung, untuk
menepisnya ditanyakan yang berkaitan dengan kemungkinana gastritis yaitu
apakah sensasi seperti maag setelah makan semakin enakan atau tidak?

Riwayat Penyakit terdahulu :

Menanyakan apakah ada penyakit serius yang pernah diderita sebelumnya dan yang
sudah mendapatkan penanganan atau belum. Misalnya , penyakit jantung, stroke,
riwayat infeksi saluran pernapasan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
membantu mengarahkan diagnosis dan menapis hal-hal yang tidak berhubungan.

Apakah pernah atau sedang menderita penyakit serius seperti kencing manis, darah
tinggi atau penyakit jantung dan penyakit yang berkaitan dengan rongga dada? DM
dapat memberikan komplikasi yang menyerang organ-organ penting termasuk
jantung,seseorang dengan DM bisa saja mengalami kondisi hipoglikemia yang bisa
saja menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar. Kemudian tekanan darah tinggi,
tekanan darah tinggi berkaitan dengan semakin memberatnya kerja jantung. Jantung
berada di rongga toraks sehingga keluhan-keluhan yang muncul bisa saja bersumber
dari daerah sekitar jantung bukan hanya berasal dari jantung

Apakah sebelumnya pernah mengalami penyakit jantung atau stroke? hal ini perlu
ditanyakan berkaitan dengan apakah sebelumnya pernah memiliki permasalahan
dengan jantungnya. Kemudian untuk stroke, beberapa penelitian menyebutkan bahwa
Atrial fibrilasi yang adalah salah satu diferensial diganosis dari SVT merupakan salah
satu faktor resiko dari stroke.

Penting untuk ditanyakan pernah mondok atau tidak dan jika mengalami atau pernah
didiagnosis penyakit serius seperti DM, atau hipertensi ditanyakan sejak kapan

didiagnosis dan sudah diobati belum, dan menilai kepatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obat.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu untuk ditanyakan adakah keluarga yang memiliki gejala serupa atau adakah anggota
keluarga yang memiliki penyakit serius lainnya misalnya penyakit jantung, hipertensi
maupun diabetes.
Lifestyle :

Apakah merokok? Sudah berapa lama dan berapa batang per hari?

Minum minuman keras? Atau mengkonsumsi oba-obatan

Bagaimana dengan olah raga? Apakah rutin dilakukan? Berapa kali dalam seminggu ?
durasinya?

Aktivitas apa yang selama ini dilakukan, aktivita ringan, sedang atau berat dan
berkaitan degan gejala, apakah ada gangguan akibat gejala ini?

Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan umum dimulai dari inspeksi, dilihat mulai dari gerak gerik saat pasien datang,
berdebar-debar biasanya memperlihatkan pasien cemas dan tegang. Hal ini penting untuk
dinilai
Kemudian dilakukan pemeriksaan Vital sign, untuk menilai keadaan tanda-tanda vital dan
mengecek keadaan umum, pada pemeriksaan vital sign suhu, suhu yang tinggi disertai
dengan denyut nadi yang cepat mengindikasikan pasien mengalami infeksi yang mungkin
bisa mengarah ke sepsis, kemudian tekanan darah rendah yang mucul pada pasien SVT bisa
disebabkan oleh tidak adekuatnya jantung dalam memompa darah sehingga mempengaruhi
perfusi ke jaringan, jika dibiarkan berlanjut dapat mengarah ke syok. Dalam menilai denyut
nadi hendaknya dengan cara memegang kedua tangan pasien, kemudian membandingkan
kecepatan dan iramanya.Laju respirasi penting untuk dinilai, terutama ketika pasien
mengeluhkan adanya kesulitan bernafas.

Jika pasien mengeuhkan nyeri di tanyakan dengan menggunakan VAS.


Dilakukan pemeriksaan Toraks pada pasien meliputi pemeriksaan fisik jantung dan paru, dari
pemeriksaan fisik jantung paru akan dapat dinilai misalnya terdapat pembesaran
jantung,bunyi jantung abnormal, juga dapat didapatkan adanya penurunan atau peningkatan
fremitus, adanya ronki atau tidak dan adanya kelainan pada paru-paru misalnya paru-paru
berisi cairan pada kasus yang sudah mengarah ke gagal jantung kiri.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan EKG:
Pemeriksaan yang diminta meliputi pemeriksaan EKG, pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui aktivitas kelistrikan jantung. Ke-khas-an pada STV adalah Takikardi reguler
dengan kompleks QRS sempit tanpa gelombang P dan permulaan atau penghentian yang
tiba-tiba. Kecepatan melebihi batas atas takikardi sinus pada saat beristirahat (>120 hingga
130 per menit) , jarang < 150 per menit, seringkali hingga mencapai 250 per menit. Irama
reguler. Gelombang P jarang terlihat karena kecepatan yang cepat menyebabkan gelombang P
tersembunyi dalam gelombang T yang mendahuluinya atau sulit dideteksi karena aslinya
rendah didalam atrium. Kompleks QRS , normal, sempit (biasanya kurang dari sama dengan
0,10 detik). Hal di atas merupakan kekhasan STV, kompleks QRS sempit mengindikasikan
kelistrikan jantung yang terganggu sehingga dapat menyebabkan pasien akan masuk ke
keadaan Asistol, oleh karena itu pada STV penting untuk melihat bagaimana kompleks QRS
pada pasien.
Pemeriksaan Lab :
Pemeriksaan Enzim jantung diminta apabila pasien mengeluhkan nyeri dada , dan
pasien yang memiliki faktor resiko MI, dan pasien yang tidak stabil dan menunjukkan gejala
gagal jantung, hipotensi, dan edema pulmonal.
Pemeriksaan lain yang bisa diminta adalah pemeriksaan level Elektrolit karena abnormalitas
dari elektrolit bisa berkontribusi pada SVT.
Complete Blood Count , membantu menilai apakah ada anemia yang berkontribusi kepada
taikardi dan iskemia

Pada kasus jarang pemeriksaan bila adanya hipertiroidisme

Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan Pencitraan :
Pemeriksaan Rontgen Toraks. Untuk mengetahui ada tidaknya edema pulmona, ada
tidaknya cardiomegali, dan ada tidaknya kelianan lain pada rongga torak yang dapat
menimbulkan gejala yang bermanifest seperti keluhan pasien.
Foto Polos Thorax (PA) untuk menentukan adanya oedem paru maupun kardiomegali
o Interpretasi Hasil:
Oedem paru : Infiltrat pada basal paru atau central (Bats wing)
Cardiomegaly: Cardio Thoracic Ratio (CTR) > 50%
Rumus: a + b = c x 100%

Cara interpretasi CTR

Oedem Paru:
Infiltrat Basal Paru
Bats Wing Oedem (infiltrat
berbentuk sayap di cental
paru)

Diferensial Diagnosis :
1. Fibrilasi atrial
Fibrilasi atrial

memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan supraventricular

tachycardia, antara lain: palpitasi, nyeri dada, takikardi, napas pendek, pusing, dan bisa
mengalami penurunan kesadaran. Untuk fibrilasi atrial gejala diatas tidak terlalu berat,
sedangkan pada supraventricular tachycardia gejala yang lebih menonjol adalah palpitasi dan
rasa pusing, disusul dengan nyeri dada dan takikardi. Pada pemeriksaan vital sign, denyut
nadi pada fibrilasi atrial umumnya berkisar 110-140 jarang yang melebihi 160-170, akan
tetapi pada pasien hipotermi dan drug toxicity bisa terjadi bradycardic atrial fibrillation. Pada
pemeriksaan kepala dan leher, bisa ditemukan adanya eksoftalmus, thyromegaly, sianosis,
serta peningkatan tekanan vena jugularis yang juga ditemui pada supraventricular
tachycardia.

2. Atrial flutter

Atrial flutter merupakan salah satu bentuk aritmia kordis yang ditandai dengan denyut
atrial 240-400 kali/menit. Tanda dan gejala pada pasien atrial flutter muncul akibat penurunan
kardiak output yang menyebabkan denyut ventrikular juga semakin cepat. Tanda dan gejala
pada pasien dengan atrial flutter antara lain palpitasi, sesak napas ringan, penurunan
kesadaran ringan dan fatique. Namun demikian, pada beberapa pasien dapat timbul gejala
berat seperti angina, sesak napas berat, dan penurunan kesadaran berat. Pada pemeriksaan
vital sign dapat ditemukan denyut nadi sekitar 150 kali/menit dengan irama reguler maupun
ireguler, dan umumnya ditemukan tekanan darah yang normal meskipun pada beberapa kasus
dapat terjadi hipotensi. Jika dibandingkan dengan supraventricular tachycardia, keduanya
sama-sama memiliki gejala yang dominan yakni palpitasi dan sesak napas ringan. Akan
tetapi, pada supraventricular tachycardia biasanya disertai dengan rasa pusing yang cukup
mengganggu dan nyeri dada yang jarang ditemukan pada pasien atrial flutter.

Terapi:
Terapi didasarkan pada anamnesis juga dari pemeriksaan-pemeriksaan yang didapatkan,
pada pasien yang mengeluh sesak dan dari tampilan klinis menunjukkan adanya gangguan
perfusi jaringan atau pasien menunjukkan keadaan yang tidak stabil . dapat diberi oksigen,
antara 3-5 L. Kemudian dapat dilakukan terapi non farmakologi :
Non farmako:
Pijat sinus karotikus Pijatan pada arteri karotis untuk merangsang baroreseptor,
berfungsi menurunkan tekanan darah,heart rate, dan tahanan perifer
Valsava maneuver menaikkan tekanan intra thorax dan mempengaruhi baroreseptor
pada arkus aorta,dilakukan dengan cara menutup hidung dan menghembuskan napas kuat
- kuat

Supraventrikular takikardi sama halnya dengan atrial flutter dan atrial fibrilasi yang
merupakan keadaan kegawatdaruratan kardiovaskular. Yang terpenting adalah keadaan pasien
di stabilkan kemudian di lakukan perujukan ke dokter spesialis Jantung atau jika tidak ada
dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di suatu area tersebut dapat dirujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam . Pengobatan farmakologi yang bs diberikan:
Sotalol 160 mg 2 x 1/2 : Golongan beta - blocker,berfungsi ,menghambat tonus simpatis,

mengakibatkan berkurangnya konduksi AV,menurunkan heart rate dan kontraktilitas


Verapamil 80mg 3 x 1 : Ca2+ blocker khususnya pada miokard,memiliki efek
melambatkan konduksi AV dan melambatkan cetusan SA
Adenosine i.v : Menurunkan penjalaran impuls khususnya nodus AV,vasodilatasi
pembuluh darah

Edukasi :
Penting untuk memberikan Edukasi pada pasien bahwa SVT biasanya tidak
berbahaya, hal ini pertama diberitahu terutama dikarenakan debaran menyebabkan pasien
terlihat atau tampak cemas namun bukan berarti tidak membutuhkan penanganan lebih lanjut
jika terjadi aritmia. Kemudian pasien bisa diedukasi dengan mengajarkan untuk menurunkan
kecepatan denyut nadi, misalnya dengan vagal manuver (tahan napas 20-60 detik, kemudian
membatukan beberapa kali/mengejan). Jika vagal manuver tidak membantu, Pasien diminta
berbaring dan berelaksasi. Pasien menarik nafas dalam secara perlahan beberapa kali. Jika
gejala terus berlanjut, pasien diminta untuk kembali ke Rumah sakit.
Pasien diajari untuk memonitor respon tubuh. Pasien diajari menghitung denyut nadi dan
memberitahu

ketentuan

dan nilai normalnya.

Pasien juga diminta

secara aktif

mengkonsultasikan obat-obatan yang dikonsumsi, terutama jika pasien memiliki riwayat


hipertensi atau pernah mengalami SVT sebelumnya. Pasien di support untuk melakukan
Olahragalah secara teratur, olahraga disesuaikan dengan kemampuan tubuh dan dilakukan
secara rutin. Pasien dianjurkan berlatih relaksasi dan mengontrol stres, misalnya meditasi.
Kesadaran pasien untuk mengontrol penyakit lain yang diderita dengan obat-obatan dari
dokter dan perubahan gaya hidup merupakan hal penting untuk dianjurkan, misalnya semakin
parah seseorang dengan kencing manis dan tidak diobati akan mampu memnimbulkan
komplikasi ke berbagai organ vital tubuh. Pasien dianjutkan menghindari alkohol, rokok,
kafein, dan obat-obatan yang menstimulasi jantung seperti kokain dan amfetamim, hal ini
berkaitan dengan kemmpuan untuk berdampak pada jantung dan peningkatan denyut nadi.
Mengintrol berat badan dan Pasien disarankan untuk menjalani diet rendah kolesterol, rendah
lemak, rendah garam.

Anda mungkin juga menyukai