Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FULMINAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok
1.Fardah fardila azmi
2.Mana Magdalena
3.Jefri simanulang
4.Erwin yanto hulu
5.Frislianti sinaga
hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah sebagai berikut
a.
d. Manifestasi Hepatitis ?
e.
f.
f.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat
atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
B.
Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan
insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a)
Hepatitis A (HAV)
b)
Hepatitis B (HBV)
c)
Hepatitis C (HCV)
d)
Hepatitis D (HDV)
e)
Hepatitis E (HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus
DNA
2.
a)
Alkohol
Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
C.
c)
d)
MASA
15-150 hari
35 hari
14-63
INKUBASI
(+/- 28 hari)
(+/= 75 hari)
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Kontak seks
WATER
BORNE
hari
CARA
PENULARAN
FEKAL
ORAL
PARENTERAL
Akhir
ini Kontak
bisa ?
kontak
Kontak
Kontak
WATER
serumah
serumah
serumah
BORNE
Transmisi
BERVARIASI
BIASANYA
Biasanya
AKUT
akut
LAIN LAIN
Vertikal
TIPE
BIASANYA
PENYAKIT
AKUT
BERVARIASI
(FULMINAN)
CARRIER
TIDAK
5-10%
80%
70-80%
Tidak
TIDAK
50%
YA
YA
Tidak
SIROSIS
20%
20%
HEPATOMA
YA
KRONIK
CAH
MORTALITAS
0.1-0.2%
0.5-2%
30%
PADA 15-20%
TANPA
PASIEN
PADA
KOMPLIKASI
KRONIS
WANITA
HAMIL
D. Manifestasi klinik
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik
dapat dibedakan berdasarkan stadium.Adapun manifestasi dari masing amsing stadium adalah
sebagai berikut.
a)
Fase Inkubasi
merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
b)
Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah, gejala
Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau
epigastrikum
c)
Fase icterus
Ditandai dengan :
I.
II.
III.
3.
Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani
Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
Masa tunas
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas
(ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise,
lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3.
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh
badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
4.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
G. Penatalaksanaan medis
a)
Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b)
c)
Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di
Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e)
Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan
penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan
apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
f)
Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-
Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.
H.
1.
Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
2.
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut
kanan atas
3.
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan
perawatan rumah sakit.
4.
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
2.
Pemeriksaan Fisik
1.
a.
Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O 2, tidak ada ronchi,
whezing, stridor.
c.
Abdomen :
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b)
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual
muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c)
Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d)
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas
tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya,
e)
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,
atralgia, sakit kepala dan puritus.
f)
g)
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas
untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h)
j)
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k)
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari
Allah SWT.
3.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan
jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan.
3.
Leukopenia
Alkali phosfatase
Feses
Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena
itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.
Gula Darah
Anti HAVIgM
Analisa Data
No
Data
Etiologi
hepar
Masalah
Gangguan
rasa
nyaman (Nyeri)
Do :
P : Nyeri pada saat ditekan
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri pada kuadran kanan
atas
S : Skala : 6-8
T: Menetap
Do
2 : pasien mengatakan mual tidak Anoreksia
nafsu makan
kekuatan / ketahanan
tubuh
Do : Tonus Otot 4
4 4
-
Aktivitas
sehari
hari
Intoleransi Aktivitas
memerlukan bantuan
-
Ds
4
: pasien
mengatakan Gatal
dengan
sekunder Resiko
akumulasi terhadap
tinggi
kerusakan
jaringan
Ds
5 :Pasien mengatakan bahwasering Mual muntah
Resiko
muntah
tinggi
kekurangan volume
cairan
Do
38,50 C
: suhu
tubuh
pasien sirkulasi
sekunder
darah
terhadap
inflamasi hepar
4.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
5.
Intervensi Keperawatan
36,5- 37,50.C ).
-
Intervensi
1)
Rasional
metode
yang
hati,
kepada
individu
perubahan
melalui
yang
pendekatan
mengalami
kenyamanan
nyeri
Observasi TTV
2)
3)
klienlah
yang
meyakinkan
harus
pemberi
mencoba
pelayanan
a)
b)
4.
klien
disiapkan
untuk
yang
yang
sesungguhnya
akan
klien
yang
penjelasan
5)
dengan
teknik
untuk
mengurangi nyeri.
RASIONAL
Mandiri
1.
Berikan makan sedikit dalam frekuensi bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling
sering dan tawarkan makan pagi paling buruk
besar
selama
siang
hari,
membuat
2.
3.
4.
Dorong
pemasukan
sari
jeruk,
4.
minuman karbonat dan permen berat dapat lebih mudah dicerna / toleran bila
sepanjang hari
Kolaborasi
5.
contoh
KH :
-
Tonus otot 5 5
RASIONAL
Mandiri
1.
lingkungan
tenang;
Meningkatkan
istirahat
dan
digunakan
untuk
penyembuhan.
3.
4.
bantu melakukan latihan rentang gerak kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan
aktivitas
yang
contoh
relaksasi
Meningkatkan
progresif, penghematan
relaksasi
energi,
perhatian,
dan
memusatkan
dan
dapat
penyakit,
memerlukan
toksik
dapat
membatasi
antiansietas,
contoh
Membantu
dalam
manajemen
berbiturat
dan
Compazine
tranquilizer
dan
dikontraindikasikan
seperti
Thorazine,
sehubungan
9.
Membantu
menentukan
kadar
pada
potensial
risiko
berulang
Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder
dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien
hilang.
KH :
Rasional
1.
Istirahat
menurunkan
kebutuhan
Gosokan punggung
Air hangat
pada hepar.
dengan
dan
peningkatan
berkeringat
saat
4.
Isolasi
dapat
menyebabkan
5.
Gunakan soda kue atau tepung sagu dan sagu membantu menetralkan asam
pada air
meningkatkan
rasa
gatal.
Losion
benadryl
yang
keasaman
juga
permukaan
menetralkan
kulit,
dan
Instruksikan
menggunakan
menggaruk
bantalan
kulit
atau
untuk
menggunakan
36,5- 37,50.C ).
-
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.
Awasi
masukan
dan
haluaran,
1.
Memberikan
informasi
tentang
kapiler,
turgor
kulit,
dan
membran
mukosa
3.
Periksa
asites
atau
pembentukan
3.
Menurunkan
kemungkinan
koagulasi
memanjang
bila
Kolaborasi
6.
Na+ albumin,
dan
Menunjukkan
hidrasi
dan
pembekuan
kadar
protein
menimbulkan
yang
dapat
pembekuan
edema.
Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
-
Rasional
sebagai indikator untuk mengetahui
status hypertermi
sehingga
terjadi
4.
kondisi
kulit
yang
mengalami
memicu
timbulnya
pertumbuhan
jamur.
Juga
mengurangi
kenyamanan
akan
klien,
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).
b) Etiologi
a.
b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
c) Klasifikasi dan penyebab
Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral
4.2. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah
agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa
keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito. 2009 Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta :
EGC
Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3
Dienstag, 1990
Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990
Bradley,1990; Purcell, 1990
Sujono Hadi, 1999
Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145
Smeltzer, 2001
Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131
Sebagian besar obat masuk melalui saluran cerna, dan hati terletak diantara permukaan absorbsi
dari saluran cerna dan organ target obat dimana hati berperan sentral dalam metabolisme obat.
Hepatotoksiksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada
setiap obat yang diberikan, karena hati meruoakan pusat disposisi metabolik dari semua obat dan
bahan bahan asing yang masuk tubuh. Kejadian jejas hati karena obat mungkin jarang terjadi
namun akibat yang dapat ditimbulkan bisa fatal.
Sebagian besar obat bersifat lipofilik sehingga membuat mereka mampu menembus membran sel
intestinal. Obat kemudian diubah lebih hidrofilik melalui proses proses biokimiawi di dalam
hepatosit, menghasilkan produk produk larut air di ekskresi ke dalam urin atau empedu.
Biotransformasi hepatik ini melibatkan jalur oksidatif utamanya melalui enzim sitokrom P-450.
Zat zat kimia tertentu memiliki efek pada hati dan bila diberikan per oral atau secara parenteral
menimbulkan nekrosis sel hati yang akut atau hepatitis toksik. Zat kimia yang paling sring
terlibat dalam kelainan ini adalah karbon tetraklorida, fosfor, kloroform dan senyawa emas.
Semua substansi ini merupakan hepatotoksin sejati.
Banyak obat yang menimbulkan hepatitis meskipun lebih bersifat sensitisasi ketimbang
toksik. Akibatnya adalah hepatitits yang disebabkan oleh obat ,serupa dengan hepatitits virus
yang akut, meskipun demikian, kerusakan parenkim hati cenderung lebih luas. beberapa contoh
obat yang dpat menimbulkan hepatitis adalah inzoniasid, halotan, asetaminofen, dan antibiotik
tetentu, antimetabolit serta obat- obat anestesi.
1.2
a.
Overdosis acetaminophen dapat merusak hati. Kemungkinan kerusakan serta keparahan dari
kerusakan tergantung pada dosis acetaminophen yang dikonsumsi ; lebih tinggi dosisnya, lebih
mungkin akan ada kerusakan dan lebih mungkin bahwa kerusakan akan menjadi lebih berat /
parah. Reaksi pada acetaminophen adalah tergantung dosis dan dapat diprediksikan, bukan
idiosyncratic. Luka hati dari overdosis acetaminophen adalah hal yang serius kerana kerusakan
dapat berat / parah dan berakibat pada gagal hati dan kematian.
b.
Statins
Statins adalah obat obat yang paling luas digunakan untuk menurunkan kolesterol LDL dalam
rangka mencegah serangan serangan jantung dan stroke. Yang menjadi pertimbangan adalah
peninggian yang ringan pada tingkat tingkat darah dari enzim hati ( ALT dan AST ) tanpa
gejala. Studi studi klinik telah menemukan peninggian sebanyak 0.5 % sampai 3 % dari pasien
yang mengkonsumsi statins. Kelainan ini biasanya membaik atau menghilang sepenuhnya atas
penghentian statins atau pengurangan dosis. Tidak ada kerusakan hati yang menetap.
c.
Niacin telah digunakan untuk merawat tingkat tingkat kolesterol darah yang tinggi serta tingkat
tingkat triglyceride yang tinggi. Niacin dapat menyebabkan peninggian peninggian ringan
yang sementara pada tingkat tingkat darah dari AST dan ALT, jaundice dan pada kejadian
kejadian yang jarang, gagal hati. Keracunan hati dengan niacin adalah tergantung dosis; dosis
dosis yang beracun biasanya melebihi 2 gram per hari. Pasien dengan penyakit hati yang
mempunyai kebiasaan meminum alcohol sebelumnya berada pada resiko yang lebih tinggi
menghasilkan keracunan niacin.
d.
Amiodarone ( Cordaronez )
Amiodarone ( Cordarone ) adalah obat yang penting digunakan untuk aritmia seperti atrial
fibrillation dan ventricular takikardia. Amiodarone dapat menyebabkan kerusakan hati yang
berkisar dari kelainan kelainan enzim hati yang ringan sampai ke gagal hati akut lalu sampai ke
tahap akhir yaitu sirosis. Kelainan kelainan tes darah yang ringan adalah umum dan secara
khas menghilang berminggu minggu sampai berbulan bulan setelah penghentian obat.
Kerusakan hati yang serius terjadi pada kurang 1% dari pasien. Amiodarone berbeda dari
kebanyakan obat obat lain karena jumlah yang substansial dari amiodarone disimpan didalam
hati. Obat yang disimpan mampu menyebabkan perlemakan hati, hepatitis dan obat ini dapat
merusak hati walaupun obat ini telah lama dihentikan. Kerusakan hati yang serius dapat
menjurus pada gagal hati akut, sirosis dan keperluan untuk transplantasi.
e.
Antibiotik antibiotik
1.
Isoniazid telah digunakan berpuluh tahun untuk merawat pasien tuberculosis. Kebanyakan
pasien dengan penyakit hati yang diinduksi isoniazid hanya membuat peninggian yang ringan
dari enzim AST dan ALT dan tanpa gejala hanya 1-2 % pasien yang terjadi hepatitis. Resiko
terjadinya hepatitis lebih sering terjadi pada pasien yang sudah tua dibandingkan dengan yang
masih muda. Resiko terjadinya penyakit hati yang serius terjadi sekitar 0,3 % pada pasien
dewasa muda dan meningkat 2 % pada pasien yang berumur lebih dari 50 tahun. 5-10 % pasien
terjadi gagal hati dan memerlukan transplantasi hati. Resiko semakin meningkat jika ditambah
dengan mengkonsumsi alcohol.
2.
Rifampisin
Rifampisin adalah obat antituberkulosis. Rifampisin bisa merusak hati dengan 3 cara :
a)
Mengganggu proses metabolisme bilirubin dan asam empedu. Efeknya reversible dan
mekanismenya tidak diketahui, walaupun ada yang mengatakan efeknya merusak hepatosit.
b) Rifampisin menginduksi metabolisme obat di retukulum endoplasma yang mengganggu
biotransformasi dari zat zat yang hepatotoksik, apalagi jika digabung dengan isoniazid.
c)
Rifampisin sendiri bisa mengakibatkan efek seperti hepatitis akibat virus. Namun karena
rifampisin diberikan bersamaan obat antituberkulosis yang lain, maka hepatitis akibat
rifampisinnya sendiri masih belum dapat dipastikan.
3.
Nitrofurantoin
Nitrofurantoin adalah obat anti mikroba yang digunakan untuk infeksiinfeksi saluran kencing
yang disebabkan oleh banyak bakteribakteri gram negatif dan beberapa gram positif.
Nitrofurantoin disetujui oleh FDA pada tahun 1953. Ada tiga bentuk dari nitrofurantoin yaitu:
furadantin, macrodantin dan bentuk sustained realease. Nitrofurantoin dapat mengakibatkan
peninggian enzimenzim hati yang asimpomatik. Nitrofurantoin jarang mengakibatkan hepatitis.
f.
NSAID yang sering digunakan adalah aspirin, indometasin, ibuprofen, naproxen, piroksikam,
dan nabumeton. NSAID aman dikonsumsi jika sesuai dengan aturan. Pada pasien pasien
dengan penyakit hati kronik seperti hepatitis kronik dan sirosis harus menghindari penggunaan
NSAID karena obat obat ini dapat memperburuk fungsi hati. Secara statistik Sekitar 1-10 %
pasien menderita penyakit hati yang serius akibat penggunaan NSAID.
1.
Diclofenac
Dilaporkan lebih sering menyebabkan hepatitis pada kirakira 1-5 kasus per 100.000 orang
pemakai diclofenac. Hepatitis menghilang dengan menghentikan obat ini. Sirosis jarang terjadi
pada pasien pasien yang menggunakan diclofenac.
2.
Tacrine ( Cognex )
Tacrine adalah obat oral yang digunakan untuk merawat penyakit Alzheimer. FDA menyetujui
tacrine pada tahun 1993. Tacrine dapat menyebabkan peninggian enzim enzim hati. Pada
umumnya pasien mengeluh mual. Kasus hepatitis dan sirosis dilaporkan jarang terjadi. Pasien
akan membaik dengan menghentikan obat.
3.
Disulfiram
Disulfiram adalah obat yang adakalanya diresepkan untuk orang pecandu alkohol. Obat ini
menghilangkan keinginan untuk meminum alkohol dengan menyebabkan rasa mual, muntah dan
reaksi reaksi lain yang tidak menyenangkan. Disulfiram dilaporkan dapat menyebabkan
hepatitis akut.
4.
Pemasukan vitamin A yang berlebihan dan terjadi bertahun tahun dapat merusak hati. Lebih
dari 30 % populasi amerika memakai suplemen dari vitamin A. Penyakit hati yang diinduksi oleh
vitamin A pada awalnya hanya peningkatan enzim enzim hati namun dapat menjadi hepatitis
akut, hepatitis kronis sampai terjadinya sirosis. Gejala gejala dari keracunan vitamin A terdiri
dari nyeri sendi, nyeri tulang kulit menjadi kuning, lelah dan sakti kepala. Pada kasus lanjut
dapat terjadi pembesaran hatu dan limpa, jaundice dan asites apalagi pasien juga mengkonsumsi
alkohol tentu akan memperparah keadaan. Perbaikan terjadi secara berangsur angsur setelah
penghentian vitamin A.
1.3
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien
yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak
sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
1.4
Hepatitis toksik memiliki awitan yang menyerupai hepatitis virus. Mendapatkan riwayat pejanan
atau kontak dengan zat zat kimia, obat atau preparat lain yang bersifat hepatotoksik akan
membantu dalam memulai terapi dan menghilangkan penyebab secara dini.anoreksia, mual,
muntah merupakan gejala yang sering dijumpai, ikterus dan hepatomegali ditemukan pada
pemeriksaan fisik. Gejala akan lebih intensif bagi pasien toksik yang lebih berat.
Pemulihan dari hepatitis toksik yang akut berjalan cepat jika hepatoksin dikenali dan dihilagkan
secara dini atau jika kontak dengan penyebabnya terbatas. Namun demikian, pemulihan
cenderung tidak terjadi bila antara pejanan dan awitan gejala terdapat periode waktu yang
panjang. Antidot yang efektif tidak ada. Gejala panas bertambah; pasien sangat keracunan dan
lemah. Muntah dapat persisten dan mengandung darah. Kelainan pembekuan dapat berlangsung
hebat sehingga tampak perdarahan di bawah kulit. Gejala gastrointestinal yang berat dapat
menimbulkan kolps vaskuler. Delirium, koma serta kejang akan terjadi dan biasanya pasien
meninggal dalam waktu beberapa jam akibat gagal hati fulminan.
Selain transplantasi hati yang masih jarang dilakukan, tersedia beberapa pilihan terapi lain.
Terapi ditujukan kepada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan
serta elektrolit, penggantian darah, memeberikan perasaan nyaman dan tindakan pendukung.
Beberapa pasien pulih dari hepatitis toksik yang akut untuk kemudian mengalami penyakit hati
yang kronis. Jika hati mengalami penyembuhan, maka jaringan parut dapat tebentuk dalam hati
yang diikuti oleh serosisi pasca nekrotik. Manifestasi Hepatitis yang ditimbulkan oleh obat :
Manifestasi sensitivitas suatu obat dapat ditemukan pada hari pertama penggunaan obat
tersebut atau baru terjadi setelah beberapa bulan kemudian, sesuai dengan jenis obatnya.
Biasanya awitan hepatitis ini bersifat mendadak dengan gejala mengigil, panas, ruam,
[eruritis,atralgia,anoreksia, dan mual. Belakangan terjadi gejala ikterus serta urin yang berwarna
gelap dan hati yang membesar serta nyeri ketika ditekan. Apabila obat yang menyebabkan
hepatitis ini dihentikan maka gejala dapat mereda berangsur angsur. Walaupun begitu, reaksi
dapat berlangsung hebat dan bahkan fatal meskipun pemberian obatnya sudah dihentikan.
Apabila gejala panasa, ruam atau peruritis timbul karena obat apapun, maka penggunaanny harus
dihentikan dengan segera.
Meskipun setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati, namun obat dapat mempengaruhi funsi
hati. Namun obat yang paling berkaitan dengan cedera hati tidak hanya terbatas pada obat obat
anastesi tetapi juga mencakup obat obat yang dipakai untuk mengobati penyakit rematik serta
muskuloskeletal, obat obat antidepresan, psikotropik, antikonvulsan, dan antituberkulosa.
Halothan ( fluothan ), suatu preparat ansietas inhalasi nenoeksplosif yang sering digunakan,
dapat menimbulkan kerusakan hati yang serius dan kadang kadang fatal. Karena itu,
penggunaan obat ansietas ini merupakan kontraindikasi pada :
1.
2.
Kasus yang berulang, khususnya pada pasien yang tidak diketahui penyebabnya setelah
pemberian halothan untuk pertama kalinya
3.
Pasien dengan bukti adanya riwayat sensitasi akan tampak dalam minggu kedua
pascaoperasi dengan manifestasi seperti panas, ruam, eosinofilia, atralgia, atau ikterus.
3.5
Pemeriksaan Penunjang
A.
Laboratorium
1.
Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubun serum total
- Bilirubin urine
- Urobilinogen urine
- Urobilinogen feses
2.
Pemeriksaan protein
Waktu protombin
- Amonia serum
2.
Radiologi
Pemeriksaan tambahan
- Laparoskopi
- Biopsi hati
Tanda-tanda edema serabal adalah kenaikan tekanan intracranial dengan gejala dini
transpirasi, hiperventilasi, hiperrefleksi, opsistotonus, kejang-kejang, kelainan kedua pupil yang
berakhir dengan refleks negatif terhadap cahaya. Hilang refleks okulovestibular menunjukan
progniosis fatal
Penatalaksanaan
Pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Pengobatan yang spesifik tidak ada, hanya bersidat
suportif.
Edema serebral diobati dengan manitol iv 1 g/kg 4-6 jam dengan observasi osmolaritas serum
yang cermat. Bila melampaui 320 mOsmol/L harus dihetikan dan diulangi kembali bila telah
kembali normal. Pendarahan saluran cerna diturunkan dengan pemberian simetidin 300mg/6 jam
atau per infuse dengan dosis 50 mg/jam
Laktulosa diberikan untuk mengendalikan hiperamonia dengan dosis disesuaikan agar tidak
terjadi diare 2-3 kali/sehari. Ganguan elektrolit berupa hiponatremia akibat pemakaian laktulosa
yang berlebihan dapat terjadi
Hipoglikemia diobati secara agresif dengan larutan dexstrosa 10-25%. Packed red cell hanya
diberikan pada pasien dengan pendarahan aktif atau jika akan dilakukan tindakan invasive seperti
intubasi atau kanulasi vena sentral
Berikan diazepam bila pasien gelisah.
Dianjurkan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu 800 mg/hari atau 400 mg/hari
Transplantasi hati tidak praktis karena waktu terbatas dan donor tidak mudah didapat
Prognosis
Peningkatan feto protein (AFP) darah pada awal koma, dapat mencerminkan kapasitas
regenerasi hati yang baik dan harapan hidup lebih besar