ITS Undergraduate 7134 2502109025 Proposal PDF
ITS Undergraduate 7134 2502109025 Proposal PDF
1. JUDUL PENELITIAN
UPAYA MENURUNKAN JUMLAH CACAT PADA MESIN DUAL D3E
DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA (Studi kasus : PT. FILTRONA
INDONESIA, Sidoarjo)
2. ABSTRAK
Kondisi saat penelitian dilakukan, terdapat beberapa jenis cacat yang dapat
membuat jumlah cacat akan semakin bertambah sehingga akan menyebabkan nilai
efisiensi mesin akan menurun. Beberapa jenis cacat yang sering terjadi pada mesin dual,
yaitu Jump, Segmen variasi, Circumference, Gap. Output produksi yang dihasilkan oleh
mesin dual tidak bisa melebihi target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebesar 147 tray.
Untuk meminimasi adanya cacat, digunakan metode failure mode and effect
analysis process (FMEAP). Dengan menggunakan metode tersebut dapat mengidentifikasi
dan mendeteksi bentuk kegagalan yang memiliki potensi untuk menyebabkan produk
menjadi cacat. Sehingga bentuk kegagalan potensial (potential failure mode) dapat
ditekan melalui langkah langkah antisipasi berdasarkan suatu prioritas. Diagram
fishbone dan measurement system analysis merupakan alat pendukung untuk
mengidentifikasi nilai Severity, Occurrence dan Detection yaitu Fish-bone Diagram dan
Measurement System Analysis (MSA) yang akan menghasilkan Risk Priority Number
(RPN). Nilai RPN akan menjadi acuan prioritas pengambilan tindakan perbaikan.
Dengan menggunakan metode failure mode and effect analysis process
(FMEAP) diharapkan nantinya nilai efisiensi mesin akan mensingkat dan target output
produksi perusahaan dapat terpenuhi.
Kata kunci : Cacat, efisiensi mesin, failure mode and effect analysis process
(FMEAP), risk priority number dan diagram fishbon
2. ABSTRACT
The condition when was researching, there are some defect type which can make
the amount cacat will progressively increase so that will cause the value of efisiensi
machine will be decreasing. Some defect type which often became of the machine dual,
that is Jump, variation Segment, Circumference, Gap. Output Production yielded by
machine dual cannot exceed the production goals specified by company that is equal to
147 tray.
To minimize the defect, it is use failure mode and effect analysis process
(FMEAP) method. This method could identify and detect potential failure mode that cause
produsct defect. So this potential failure mode could pressed through anticipation steps
based on priority. Fishbone diagram and measurement system analysis are supporting
devices to identify severity value, occurrence and detection is fishbone diagram and
Measurement System Analysis (MSA) that result the Risk Priority Number (RPN). Value of
RPN become the reference of improvement priority. Through this severity value,
occurrence and detection will obtain risk priority number. Where this risk priority number
used as reference for impovement action.
By using method of failure of mode of and effect analysis process ( FMEAP)
expected later assess the efisiensi machine will shorten and goals output produce the
company can be fullfiled.
Keywords : Defect, efficiency machine, Failure Mode And Effect Analysis
Process (FMEAP), Risk Priority Number and Fishbone Diagram.
3. TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. FILTRONA INDONESIA, yang berlokasi
di jl. Brebek Industri I no 18 20, Surabaya, Jawa Timur dengan obyek pengamatan dual
filter.
4. PENDAHULUAN
Persaingan antar perusahaan semakin ketat baik dibidang jasa maupun manufaktur.
Dengan adanya persaingan tersebut memaksa perusahaan mencari berbagai alternatif
untuk memenangkan persaingan, mendapatkan profit yang sebesar-besarnya dan
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus
dilakukan tinjauan ulang terhadap proses produksi yang terdapat pada perusahaan, apakah
didalam proses produksi terdapat problem atau tidak. Jika didalam proses produksi
terdapat problem maka indikator yang mudah dilihat adalah jumlah cacat yang dihasilkan
dalam proses produksi. Jumlah cacat yang besar menunjukkan bahwa didalam proses
produksi terdapat problem.
berbeda-beda. Ketika terdapat filter yang tidak sesuai dengan spesifikasi order maka
filter tersebut akan secara otomatis akan keluar dari mesin. Filter-filter yang lolos
dari proses inspeksi didalam mesin nantinya juga akan diinspeksi ulang setelah filter
dimasukkan kedalam tray dan sebelum filter akan dikirim ke konsumen. Proses
inspeksi yang dilakukan diluar mesin dilakukan secara manual (untuk mengetahui
cacat filter secara visual). Selain inspeksi secara manual, filter juga diinspeksi
dengan mesin QTM (Quality Tester Module). Pada mesin QTM ini nantinya akan
dapat diketahui secara detail tentang kadar PD (Preassure Droop) dan berat filter.
Proses inspeksi yang kedua ini dilakukan karena pihak perusahaan masih belum
mempercayai kinerja mesin. Proses pengiriman filter ke konsumen pada palet ada
yang dilakukan dengan sistem pressing palet, maksudnya palet yang sudah
diinspeksi akan di kemas dengan platik untuk meredam terjadinya goncangan (agar
filter tidak rusak) dan tanpa pembungkus plastik. Palet yang dibungkus dengan
menggunakan plastik hanya dilakukan pada pesanan-pesanan luar negeri.
Menurut John Moubry (1992) dalam bukunya yang berjudul reliability
centered maintenance II (RCM II), failure modes and effect analysis didefinisikan
sebagai metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang
mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh
kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan. Metode tersebut
diimplementasikan dengan harapan dapat menurunkan tingkat cacat dari output.
Cacat pada produk tidak hanya terjadi pada proses akhir saja melainkan bisa juga
terjadi pada awal maupun pada saat proses produksi sedang berlangsung. Melalui
metode failure modes and effect analysis process (FMEAP) diharapkan dapat
mengidentifikasikan setiap bentuk kegagalan yang ada pada proses produksi.
Dengan diidentifikasikannya setiap bentuk kegagalan tersebut maka dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan yang nantinya dapat diterapkan dalam mengantisipasi
terjadinya cacat produk.
Banyaknya jumlah cacat yang terjadi pada mesin dual D3E tentunya
merupakan problem yang harus diselesaikan oleh PT. FILTRONA INDONESIA.
Dengan meningkatnya jumlah cacat maka nilai dari efisiensi mesin akan turun. Hal
ini disebabkan, jika terjadi cacat maka material (dari produk cacat) akan terbuang
sia-sia, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan.
Semakin banyak jumlah cacat yang terjadi maka terdapat problem tentang efisiensi
mesin. Cacat yang dihasilkan oleh PT. FILTRONA INDONESIA ini tidak dapat di
rework sehingga jika terdapat kerusakan pada mesin atau mesin downtime seketika
maka cacat akan semakin bertambah. Ketika mesin mengalami downtime maka
mesin akan mengeluarkan produk cacat, operator akan dapat mengidentifikasi jenis
kerusakan yang terjadi pada mesin sampai mengakibatkan mesin berhenti
beroperasi. Kegiatan penanganan yang dilakukan oleh operator ini bersifat
sementara (mesin sewaktu-waktu akan mengalami kerusakan yang sama) maka perlu
dilakukan perawatan secara berulang-ulang kali.
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1
o Bagian 3
Guide to reliabilitypractice
o Bagian 5
Menurut John Moubray, definisi dari failure modes and effect analysis adalah
metode yang digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang
mungkin menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan
pengaruh kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan.
Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan. Dimana setiap
perubahan dalam variabel yang mempengaruhi proses akan menyebabkan proses itu
menghasilkan produk diluar batas-batas spesifikasi.
12. Tingkat Keparahan (Severity (S))
Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.
13. Klasifikasi (Classification)
Merupakan dokumentasi terhadap klasifikasi karakter khusus dari subproses untuk
menghasilkan komponen, sistem atau subsistem tersebut.
14. Penyebab Potensial (Potential Cause(s))
Adalah bagaimana kegagalan tersebut bisa terjadi. Dideskripsikan sebagai sesuatu
yang dapat diperbaiki.
15. Keterjadian (Occurrence (O))
Adalah sesering apa penyebab kegagalan spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi.
16. Pengendali Proses saat ini (Current Process Control)
Merupakan deskripsi dari alat pengendali yang dapat mencegah atau memperbesar
kemungkinan bentuk kegagalan terjadi atau mendeteksi terjadinya bentuk kegagalan
tersebut
17. Deteksi (Detection (D))
Merupakan penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi penyebab
potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan.
18. Nomor Prioritas Resiko (Risk Priority Number (RPN))
Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian Severity,
Occurrence, dan Detection
RPN =
S * O * D
19. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action(s))
Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai peringkat RPNnya, maka tindakan perbaukan
harus segera dilakukan terhadap bentuk kegagalan dengan nilai RPN tertinggi.
20. Penanggung jawab Tindakan yang Direkomendasikan (Responsibility (for the
Recommended Action))
Mendokumentasikan nama dan departemen penanggung jawab tindakan perbaikan
tersebut serta target waktu penyelesaian.
21. Tindakan yang Diambil (Action Taken)
Setelah tindakan diimplementasikan, dokumentasikan secara singkat uraian tindakan
tersebut serta tanggal effektifnya.
22. Hasil RPN (Resulting RPN)
Setelah tindakan perbaikkan diidentifikasi, perkiraan dan rekam Occurrence, Severity,
dan Detection baru yang dihasilkan serta hitung RPN yang baru. Jika tidak ada
tindakan lebih lanjut diambil maka beri catatan mengenai hal tersebut.
23. Tindak Lanjut (Follow Up)
Dokumentasi proses FMEA ini akan menjadi dokumen hidup dimana akan dilakukan
perbaikan terus menerus sesuai kebutuhan perusahaan.
5.7 Menentukan Severity, Occurrence,Detection dan RPN
Untuk menentukan prioritas dari suatu bentuk kegagalan meka tim FMEA
harus mendefinisikan terlebih dahulu tentang Severity, Occurrence, Detection, serta
hasil akhirnya yang berupa Risk Priority Number.
1.
Severity
Severity adalah langkah pertama untuk menganalisa resiko yaitu menghitung
seberapa besar dampak/intensitas kejadian mempengaruhi output proses. Dampak
tersebut diranking mulai skala 1 sampai 10, dimana 10 merupakan dampak terburuk.
Proses sistem peringkat yang dijelaskan pada tabel 2.1 sesuai dengan standar AIAG
(Automotive Industry Action Group) dibawah ini :
Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk Severity of Effects dalam FMEA
Process
Effect
Criteria : Severity of Effect for FMEA
Rank
Berbahaya
10
Dapat membahayakan operator mesin atau
tanpa adanya
operator perangkai
peringatan
Kegagalan
mempengaruhi
keamanan
operasional produk atau tidak sesuai
dengan peraturan pemerintah
Kegagalan akan terjadinya tanpa adanya
peringatan terlebih dahulu
Berbahaya
9
Dapat membahayakan operator mesin atau
dengan
operator perangkai
peringatan
Kegagalan
mempengaruhi
keamanan
operasional produk atau tidak sesuai
dengan peraturan
Kegagalan akan terjadi dengan didahului
peringatan
Sangat
8
Gangguan major pada lini produksi
Tinggi
100% produk harus dibongkar
Produk tidak terdapat dioperasikan dan
kehilangan fungsi utamanya
Tinggi
7
Gangguan minor pada lini produksi
Produk harus dipilah dan sebagian
dibongkar ulang
Produk dapat beroperasi, tetapi berkurang
performansinya
Sedang
6
Gangguan minor pada lini produksi
Sebagian produk harus dikerjakan ulang
(tanpa ada pemilahan)
Produk dapat beroperasi, tetapi sebagian
item tambahan tidak dapat berfungsi
Rendah
5
Gangguan minor pada lini produksi
100% produk harus dikerjakan ulang
Produk dapat beroperasi, tetapi sebagian
item
tambahan
beroperasi
dengan
performansi yang berkurang
Sangat
4
Gangguan minor pada lini produksi
Rendah
Produk harus dipilah dan sebagian
dikerjakan ulang
Fit & finish atau squeak & rattle tidak
sesuai
Pelanggan secara umum menyadari defect
tersebut
10
Minor
Sangat
Minor
Tidak Ada
tanpa
10
adanya
Gangguan minor
produsen
pada
lini
produksi
11
2.
Occurrence
Occurrence adalah kemungkinan bahwa penyebab tersebut akan terjadi dan
menghasilkan bentuk kegagalan selama masa penggunaan produk. Dengan
12
memperkirakan kemungkinan occurrence pada skala 1 sampai 10. Pada tabel 2.3
berdasarkan standar AIAG mendeskripsikan proses sistem peringkat. Karena peringkat
kegagalan jatuh antara dua angka skala. Standar menilai dengan cara interpolasi dan
pembulatan nilai Occurrence.
Tabel 2.3 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat untuk the Occurrence of Failure
dalam FMEA Process
Failure
Ran
Probability of Failure
Rates
Cpk
k
<
1 in 2
0.33
10
Sangat tinggi :
Kegagalan hampir tak bisa
dihindari
1 in 3
0.33
9
Tinggi : Umumnya berkaitan
dengan
1 in 8
0.51
8
proses terdahulu yang sering
kali gagal
1 in 20
0.67
7
Sedang: Umumnya berkaitan
dengan proses
1 in 80
0.83
6
terdahulu yang kadang
mengalami kegagalan
1 in 400
1.00
5
tetapi tidak dalam jumlah yang
besar
1 in 2000 1.17
4
Rendah: Kegagalan terisolasi
1 in
berkaitan
3
15,000
1.33
proses serupa
Sangat rendah: Hanya
1 in
kegagalan terisolasi
2
150,000
1.50
yang berkaitan dengan proses
hampir identik
Remote: Kegagalan mustahil.
Tak pernah ada
1 in
1
1,500,000
1.67
kegagalan terjadi dalam proses
yang identik
Sumber: Chrysler Corporation, Ford Motor Company, General Motors Corporation,
(Second edition, February 1995) Potential Failure and Effects Analysis (FMEA)
Reference Manual
3.
Detection
Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection adalah
pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan / mengontrol kegagalan yang dapat
terjadi. Proses penilaian ditunjukkan pada tabel 2.4 berdasarkan standar AIAG adalah
sebagai berikut :
13
Tabel 2.4 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat Untuk The Detection of a Cause of
Failure or Failure Mode dalam FMEA Process
Detection
Criteria:
% R & R % Repeatability Rank
Likelihood of
&
Detection by
%
Process Control
Reproducibility
Hampir
Tidak ada alat > 100 % % Repeatability
10
Tidak
pengontrol
yang
Mungkin
mampu mendeteksi
%
Reproducibility
Sangat
Alat
pengontrol > 100 % % Repeatability
9
Jarang
saat ini sangat sulit
<
mendeteksi bentuk
%
atau
penyebab
Reproducibility
kegagalan
Jarang
Alat
pengontrol > 80 % % Repeatability
8
saat
ini
sulit
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan
Sangat
Kemampuan
alat > 80 % % Repeatability
7
Rendah
kontrol
untuk
<
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan sangat
rendah
Rendah
Kemampuan
alat > 60 % % Repeatability
6
kontrol
untuk
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan rendah
Sedang
Kemampuan
alat > 60 % % Repeatability
5
kontrol
untuk
<
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan sedang
Agak
Kemampuan
alat 30 % % Repeatability
Tinggi
kontrol
untuk
mendeteksi bentuk
4
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan sedang
sampai tinggi
14
Tabel 2.4 Kriteria Evaluasi dan Sistem Peringkat Untuk The Detection of a Cause of
Failure or Failure Mode dalam FMEA Process (lanjutan)
Detection
Criteria:
% R & R % Repeatability Rank
Likelihood of
&
Detection by
%
Process Control
Reproducibility
Tinggi
Kemampuan
alat 30 % % Repeatability
3
kontrol
untuk
<
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan tinggi
Sangat
Kemampuan
alat < 30 % % Repeatability
2
Tinggi
kontrol
untuk
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan sangat
tinggi
Hampir Pasti Kemampuan
alat < 30 % % Repeatability
1
kontrol
untuk
<
mendeteksi bentuk
%
dan
penyebab
Reproducibility
kegagalan hampir
pasti
4.
BAHAN
METODE
KERJA
MUTU
PENGUKURAN
PERALATAN
........ (1)
7. METODOLOGI PENELITIAN
Tahap penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang dicapai.
Bab ini merupakan tahap-tahap dan tata cara penulisan laporan penelitian. Fungsinya
16
adalah sebagai kerangka utama yang menjaga arah tata cara penulisan laporan
penelitian untuk mencapai tujuan yng ditetapkan dan meminimalisasi kesalahan yang
mungkin timbul pada penulisan laporan.
Disajikan dalam gambar 3.1
7.1
Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan pengamatan awal pada perusahaan untuk melihat
kondisi sebenarnya dari perusahaan dan mencari permasalah yang dihadapi oleh
perusahaan, dalam hal ini adalah jumlah defect yang tinggi.
7.2
7.3
Studi Pustaka
Pada tahap ini dilakukan studi pustaka dengan tujuan untuk mendapatkan
konsep serta metode yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian
yang akan dicapai.
7.4
Studi Lapangan
Melakukan studi pada perusahaan dilakukan dengan pengamatan dan
orientasi di lantai produksi, untuk melihat kondisi nyata produksi filter rokok.
7.5
Pengumpulan data
Pada tahap ini dilakukan dilakukan pemgumpulan informasi yang
berhubungan dengan proses pembuatan dual filter, pengidentifikasian jenis cacat
secara visual yang terjadi pada dual filter, dan penentuan jenis cacat yang sering
muncul pada dual filter. Pengumpulan informasi dilakukan dengan melihat
langsung kondisi lantai produksi sebenarnya dan dan menanyakan secara
langsung kepada pihak supervasior tentang proses produksi dan jenis cacat yang
dapat di identifikasi secara visual.
7.6
Pengolahan data
Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap besarnya nilai severity,
occurance, dan detection pada proses pembuatan dual filter dengan
menggunakan mesil dual D3E. Penentuan nilai severity, occurance, dan
detection tersebut dilakukan dengan cara brainstorming dengan pihak
supervisior PT. FILTRONA INDONESIA. Hal tersebut dilakukan karena pihak
supervasior dipandang memiliki keahlian, pengalaman kerja dan mengenal
banyak tentang karakteristik dari mesin yang bersangkutan sehingga menjamin
suatu kepastian tentang keakuratan data yang diperoleh.
17
Identifikasi
Permasalahan
Perumusan dan
Tujuan Penelitian
Studi
Pustaka
Studi
Lapangan
RPN
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa Data
Gambar 3.1
7.7
7.8
7.8
18
7.10
8. DAFTAR PUSTAKA
Dhillon, B. S. 1992. System Reliablibity, Maintainability and Management.
Department of Mechanical Engineering University Of Ottawa.
19
9. JADWAL KEGIATAN
Penelitian Tugas Akhir ini akan dilaksanakan selama empat bulan dari periode
September sampai Desember 2006. Agar penelitian Tugas Akhir berjalan dengan baik,
maka diperlukan adanya jadwal penelitian. Adapun jadwal kegiatan secara umum
diiperlihatkan dalam gant chart di bawah ini :
No
Bulan
Kegiatan
Sept
Studi literature
Studi lapangan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Okt
Nov
Des
LEMBAR PENGESAHAN
Demikian proposal penelitian ini saya ajukan sebagai syarat pengerjaanTugas
Akhir. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
M. Fajar Hariadi P
NRP : 2501.109.025
20