Anda di halaman 1dari 28

BULETIN

FORUM GEOSAINTIS MUDA INDONESIA


Indonesian Young Geoscientist Forum

September 2012

Edisi 1
FGMI Go Online

Divisi Informasi dan Teknologi


(Website & Webforum)

Halaman 7
FGMI Berkumpul&Berbagi

Halaman 10
Karya Geosaintis Muda

An Analogue Flume Model


and Stream Table
Experiments

Halaman 14
MSRK-2011

Dipublikasikan oleh:
FGMI

Gabung, Kunjungi dan Unduh E-Buletin di:

Webforum: http://forum.iagi.or.id
Website: http://fgmi.iagi.or.id

*PROLOG* FGMI#

SAMBUTAN PENGURUS

uji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga edisi perdana
ini dapat terbit. Tahun ini merupakan tahun yang
sangat berarti bagi Forum Geosaintis Muda Indonesia, hal ini
dikarenakan tahun ini merupakan tahun kelahiran Forum Geosaintis
Muda Indonesia, yang tentu saja diharapkan visi dan misi Forum
Geosaintis Muda Indonesia yaitu menjadi ajang berkumpulnya para
professional geosaintis muda yang bergerak di bidang geosaintis
dapat terwujud, sehingga Forum Geosaintis Muda Indonesia
bersama dengan para profesional geosaintis muda dapat berperan
aktif dalam kemajuan ilmu kebumian di bumi Indonesia.
Kami berharap
ini dapat menjadi media publikasi kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia,
tidak hanya berupa kegiatan aktivitas fisik akan tetapi juga menjadi
aktivitas diskusi yang terjadi di web Forum Geosaintis Muda
Indonesia (www.forum.iagi.or.id). Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak atas sumbangan pikiran dan tenaga
nya
demi
terbitnya
.Semoga
buletin
ini
akan
menjadi wadah komunikasi efektif antara tidak hanya bagi
profesional geosaintis muda tetapi juga masyarakat luas, sehingga
akan membuka tabir ilmu kebumian bagi seluruh masyarakat.

P en an g g u n g Jaw ab
Penanggung Jawab

Rovicky Dwi Putrohari,


Bhaskara Aji
Pimpinan Redaksi

Aldis Ramadhan

Anggota Redaksi

Prihatin S., Ratna W., Elok G.K.,


Kontributor

Bhaskara A., Agung B., Alfiady A.,


Ahmad A., Aveliansyah., Rizqi S.,
Syahrul K., Aldis R,. Gayuh P.,
Diky S.,

Jabat Erat,
Bhaskara Aji (Ketua Formatur Forum Geosaintis Muda Indonesia)

Forum Geosaintis Muda Indonesia

Gabung
di WebForum FGMI :
http://forum.iagi.or.id
Tempat Berdiskusi
dan Berbagi Ilmu

Edisi No.1-2012

Website Resmi FGMI :


http://fgmi.iagi.or.id

HALAMAN 1

#FGMI *SAMBUTAN KETUM IAGI*

Sambutan Oleh : Rovicky Dwi Putrohari , Ketua Umum - IAGI


emikiran tentang regenerasi di IAGI
muncul setelah adanya beberapa keluhan
sulitnya terjadi regenerasi yang mulus dalam
sebuah organisasi profesi. Dalam hal ini
IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia).
Namun permasalahan ini sepertinya tidak
hanya dialami IAGI saja. Hampir semua
organisasi pasti pernah mengalami krisis
regenerasi atau kaderisasi. Seperti yang
pernah diuraikan Mohammad Syaiful, Ketua
Bidang Humas, Pendidikan dan Pertemuan
Tahunan,Salah satu masalah IAGI adalah
kaderisasi. Mengapa di dalam kesan saya,
seolaholah hanya menjadi IAGI1 saja?
Mengapa tidak mulai membesarkan atau
membenahi sejak sekarang saja?. Selama ini
IAGI sebenarnya sudah melakukan program
kerja cukup banyak dan selalu melibatkan
generasi mudanya. Sebagai dosen pengajar,
Pak Lambok sudah mengajak semua
komponen IAGI untuk bersamasama
membesarkan IAGI, sebelumnya Pak Lutfi
pun juga banyak mengajak generasi muda
rekanrekan
sekantor
beliau
bahkan
mengadakan PIT pertama di luar pulau jawa
(Pekanbaru) sebagai ajakan langsung.
Apalagi Ketum sebelumnya, Pak Andang, yg
selalu dengan semangat saintisnya malah
masih melakukan hingga kini, dan juga Abah
Yanto dan Pak Koesoema saat ini pun masih
aktif berkiprah. Namun kenapa masih sering
terdengar bahwa proses regenerasi di IAGI
tidak berjalan ?
Coba kita runut saja organisasi yg diikuti
sejak mahasiswa hingga bekerja. Di
Lingkungan mahasiswa kita lihat ada
Himpunan yang menggodok para aktivis
organisasi, juga saat ini ada AAPG Student
Chapter yang tentu saja merupakan sebuah
kegiatan bergengsi di lingkungan kampus.
Apalagi di dukung pendanaan dari
organisasi profesi internasional dari luar.
HALAMAN 2

Dalam lingkungan profesi seperti IAGI juga


ada kegiatan berkumpul yang didalam IAGI
diikuti oleh para profesional yang sudah
kondang dalam dunia kerja dan juga dunia
riset sampai praktisi bahkan yang sudah
bergeser ke bisnis atau bahkan merambah
industri lain. Dengan demikian kita bisa lihat
bahwa diujung awal (ketika masih
mahasiswa) dan diujung akhir (ketika
memasuki masa kegiatan profesi) IAGI
sudah
memiliki
dua
kegiatan,
nah
bagaimana ditengah ?
Setelah seorang aktivis ini lulus kuliah dan
bertungkuslumus mencari pekerjaan,
kegiatan
organisasi
sering
terlupakan.
Bagi
yang
beruntung
akan
dengan mudah
masuk
kelingkungan
kerja.
Seringkali juga
setelah terengah
engah
mendapatkan kursi
meja
kerja
yang
diperebutkan
ribuan
pelamar kerja. Sebagai
info
bahwa
program
rekrutmen Pertamina BPS
kemarin diikuti puluhan ribu
pencari kerja dan hanya
menerima ratusan (walaupun
bukan hanya geosaintis). Artinya
perbandingannya 1:200300 doh!
Tentu saja mereka sudah sangat
kecapaian ketika menduduki posisi meja
kerja.
Selama 15 tahun pertama boleh dibilang
masa yang sibuk buat geosaintis muda ini.
Mungkin dengan alasan inilah mengapa
Edisi No.1-2012

*SAMBUTAN KETUM IAGI* FGMI#

hanya sedikit sekali yang akhirnya masih


meneruskan hobinya dalam berorganisasi.
Entah di IAGI, HAGI atau JSC atau MGEI
atau FOSI ,dll. Sehingga terkesan bahwa
yang ada di organisasi IAGI ini 4L (lu lagi lu
lagi).
Karena
memang
kesempatan
berorganisasi profesi ini menduduki rentang
cukup lebar.

For

um
Geosaintist
Muda
Indonesia
(Young
Geoscientist Forum )

Salah satu cara menggaet


generasi muda dalam
kegiatan
organisasi
profesi
adalah
memberi
wadah
kepada
mereka
untuk
berkiprah
sesuai
dengan
masanya.
Mereka
sedang
dalam
masa
belajarbe
kerja.
Tentu saja perlu
adanya
training
khusus bagi mereka yang
dikelola oleh organisasi profesi
sekaligus
untuk
menjaring
organisatoris handal di masa depan.
Alhamdulillah saat ini IAGI sudah memiliki
FGMI. Salah satu pertanyaan selanjutnya,
bagaimana bentuk dan sepak terjangnya ?.
Generasi Pendiri IAGI merupakan generasi
kumpul fisik serta generasi suratmenyurat
dengan
pos
kilat
khusus,
generasi
selanjutnya adalah generasi telepon dan fax
yang jarang bertemu tetapi komunikasi
Edisi No.1-2012

elektroniknya sudah berjalan, dan juga


dimulainya generasi sms. Sedangkan
generasi masa kini adalah generasi Facebook
dan Kaskuser (iyakan, gan ?)

Salah satu masalah IAGI


adalah kaderisasi.
Mengapa di dalam kesan
saya, seolaholah hanya
menjadi IAGI1 saja?

Generasi geosaintis saat ini sudah terbiasa


dengan surel (email) atau bahkan bbm.
Tanpa bertemupun mereka sangat akrab.
Saya mengikuti kaskus dan dapat melihat
bagaimana generasi ini sangat akrab dan
saling tolong menolong didalam forum
Kaskus maupun Facebook. Pingin tahu
mereka dan bagaimana mereka berinteraksi
? Tanpa mengerti bagaimana generasi
penerus kita menjalani cara hidup yang
berbeda dengan kita, maka proses regenerasi
akan terputus ditengah jalan. Modal kita
untuk regenerasi sudah ada, tinggal
bagaimana
kita
bersama
IAGI
menjalankannya dalam sebuah program
kerja yang matang.
Dan seperti uraian yg sudah ditulis Pak
Saiful diatas, bahwa regenerasi bukan berarti
harus ada di pucuk pimpinan IAGI1 saja.
Regenerasi dan pengkaderan itu dimulai
sejak masih mahasiswa hingga setelah
bekerja.
Rovicky Dwi Putrohari adalah Ketua Umum
IAGI Periode 2012 2014. Menyelesaikan
studinya pada tahun 1986 dari Teknik Geologi
Universitas Gadjah Mada. Beliau memiliki
pengalaman dalam Industri Perminyakan
selama 20 tahun dalam bidang eksplorasi
maupun pengembangan lapangan. Sekarang
bekerja di HESS Amerada.

HALAMAN 3

#FGMI *KONTEN*

#FGMI *PROFIL*

"Forum Geosaintis Muda Indonesia"


Mengulas Visi dan Misi serta Syarat Untuk
menjadi Anggota FGMI,Serta Mengenali
Program Kerja yang Ada di FGMI

#FGMI
*EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE*
Salah Suatu Program Kerja dari FGMI yang
Telah Dilaksanakan Dua Kali. Dan Akan Terus
Diadakan yang Mengundang Geosaintis Muda
maupun Geosaintis Senior. Dari Dua ESK yang
Telah Diadakan, Selalu Terjadi Diskusi dan
Sharing Ilmu yang Seru.

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

#FGMI *GEOPANORAMA*
Jepretan Apik Geosaintis Muda, perpaduan dari
Sisi Geologidan Sisi Estetika. Dua Hal yang Tidak
Bisa Dipisahkan.
#FGMI *GALERI*
Kumpulan Foto Sisi Lain dari KegiatanKegiatan
FGMI
#FGMI *KISAH*
Beliau Pensiunan Mudlogger di Perusahaan
Kelas Dunia. Secara kebetulan beliau ikut
mendaftar di Acara ESK II. Beliau Meresume
Kegiatan tersebut, Dikemas dengan Apik serta
Melibatkan Pengalamannya sebagai Mudlogger.

HALAMAN 4

Edisi No.1-2012

*PROFIL* FGMI#

Forum Geosaintis Muda


Indonesia
Visi Forum Geosaintis Muda
Indonesia
Menjadi forum yang dapat berperan aktif dalam
dalam pengembangan kompetensi dan karakter
geosaintis muda Indonesia sehingga dapat
diaplikasikan dan membawa manfaat bagi
seluruh masyarakat Indonesia.

Misi Forum Geosaintis Muda


Indonesia
Berperan
kompetensi
Indonesia.

aktif
dalam
pengembangan
dan karakter geosaintis muda

Latar belakang Pendirian Organisasi


Menghadapi tantangan zaman global saat ini,
mengharuskan kita untuk mempersiapkan
individu yang memiliki kompetensi baik teknis
maupun softskill. Oleh karena itu diperlukan
beberapa aspek pokok atau pendukung yang
tidak hanya diperoleh melalui pendidikan
pelatihan teknis di tempat bekerja. Menjawab
tantangan itu, Ikatan Ahli Geologi Indonesia
(IAGI) membentuk sebuah organisasi yaitu
Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) yang
dianggotai oleh profesional geosaintis (ahli
geologi dan ahli geofisika) muda.
Pembentukan organisasi ini diperuntukan bagi
para
geosaintis
muda
untuk
dapat
mengeksplorasi potensi diri. Pengembangan
kompetensi ini diharapkan dapat menjadi proses

Edisi No.1-2012

pembentukan
individu
yang
memiliki
kompetensi baik teknis maupun softskill serta
siap dan mampu menghadapi tantangan zaman
global.

Tujuan Organisasi
Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI)
bertujuan untuk proses kaderisasi dan regenerasi
pengurus IAGI diberbagai bidang, meningkatkan
partisipasi geosaintis muda dalam organisasi dan
kegiatankegiatan kegeosaintisan di Indonesia
serta wadah untuk mendekatkan mahasiswa
geosaintis dengan para professional geosaintis.

Kegiatan Organisasi

Experience Sharing Knowledge

Experience Sharing Knowledge adalah sebagai


ajang sharing oleh expert geosaintis / geosaintis
muda yang didapatkan berdasarkan pengalaman
kerja yang pernah dilakukan. Sharing ilmu ini
akan meliputi berbagai macam aspek seperti
ilmu teknis kebumian dan softskill. Target
peserta kegiatan ini rencananya adalah para
geosaintis muda dan mahasiswa geosaintis.
Kegiatan ini rencananya akan dilakukan 10 kali
dalam 1 tahun. FGMI hingga saat ini sudah
melakukan 2 kali kegiatan ini yaitu pada Bulan
Juni 2012 dan Bulan Juli 2012
WebForum FGMI
Saat ini FGMI telah memiliki web forum FGMI
dengan alamat http://forum.iagi.or.id. Web
forum tersebut diharapkan dapat menjadi wadah

HALAMAN 5

FGMI *PROFIL*
sharing online tidak hanya bagi para geosaintis
muda dan mahasiswa geosaintis akan tetapi juga
bagi masyarakat umum yang tertarik terhadap
ilmu kebumian. Saat ini anggota web forum yang
telah aktif mendaftar di web tersebut sudah
mencapai 270 anggota. Sehingga dengan
semakin bertambahnya user dan lalu lintas
informasi, maka diperlukannya penyempurnaan
dan pengelolaan dari web forum yang ada.
Website FGMI
Saat ini FGMI telah memiliki website resmi
dengan alamat http://fgmi.or.id yang nantinya
akan dikelola dan diupdate dengan infoinfo
kegiatan terbaru FGMI.
Pembuatan ebulletin FGMI
ebulletin FGMI merupakan salah satu metode
publikasi yang diadopsi untuk akan diisi dengan
berbagai macam tulisan ilmiah dan informasi
non ilmiah yang disusun oleh anggota FGMI dan
melibatkan expert geosaintis sebagai QC teknis.
Penerbitan bulletin ini rencananya akan
dilakukan 4x dalam 1 tahun.
FGMI Goes to Community
Penyelenggaraan acara FGMI Goes to
Community diharapkan agar dapat menjadikan
ilmu
kebumian
dapat
menjadi
lebih
memasyarakat. Kegiatan ini rencananya akan
dilakukan 4 x dalam 1 tahun.

Keanggotaan
Syarat Anggota FGMI adalah
*Ahli Geologi dan atau Geofisika
*Anggota IAGI
*Mahasiswa Teknik Geologi
Geofisika

yaitu ahli geologi dan atau geofisika yang sudah


lulus kuliah dan berumur < 30 tahun.
B. Anggota mahasiswa, mahasiswa S1 dengan
jurusan / prodi ilmu kebumian (geologi dan
geofisika). Anggota Mahasiswa ini berlaku hanya
pada saat YBS sedang menempuh pendidikan S1.
Jika mahasiswa aktif S1 yang sudah berumur >
23 tahun, pada saat pendaftaran dapat
menunjukan kartu mahasiswa S1 yang masih
aktif.
Pembiayaan keanggotaan:
Anggota profesional sebesar 120rb/tahun
Anggota mahasiswa sebesar 60rb/tahun
Pembayaran dialamatkan pada rekening FGMI
Bank Mandiri KCP UGM
1370005775149
A/N Bhaskara Aji
Keuntungan menjadi anggota FGMI:
#Anggota profesional FGMI berhak memilih
ketua FGMI pada saat pemilihan Ketua FGMI,
sedangkan anggota mahasiswa tidak diberikan
hak untuk memilih.
#Info lowongan pekerjaan secara berkala dari
FGMI melalui email yang didaftarkan.
# Menjadi prioritas ketika diadakan kegiatan
FGMI.
#Diskon/CashBack untuk setiap produk dari
perusahaan yang bekerjasama dengan FGMI.
#Dapat mendonlod ebulletin.
#Networking
*Bhaskara Aji (Ketua Formatur FGMI)*

atau

Teknik

*Anggota FGMI dibagi menjadi 2:


A. Anggota profesional, anggota utama FGMI,

FORUM GEOSAINTIS MUDA INDONESIA

Gedung Mineral dan Batubara Lantai 6


Jalan Prof Dr Supomo SH 1 0, Menteng Dalam, Tebet,
Jakarta -1 2870
Telepon :(021 ) 83702577 - (021 ) 83702848
Fax
:(021 ) 83702848

HALAMAN 6

Edisi No.1-2012

Divisi Informasi dan


Telekomunikasi FGMI

Pendahuluan
Sesuai dengan bentuk organisasi ini adalah
FORUM, bukan Persatuan atau Ikatan atau
Himpunan atau Partai. Forum artinya literally
adalah sebuah tempat bertemu publik untuk
berdiskusi atau sebuah media diskusi terbuka
dan pengekspresian ideide. Jadi intinya adalah
tempat komunikasi yang interaktif dan
produktif. Di era global village yang diperikan
Thomas Friedman sebagai the world is flat,
komunikasi
sudah
tidak
pantas
untuk
dipisahkan oleh jarak dan media.
Oleh karenanya, di tahapan awal berdirinya
organisasi ini, Divisi IT mengemban tugas untuk
membangun suatu media dan sistem komunikasi
untuk para anggotanya termasuk pengurus dan
stake holder yang lainnya. Maka dibentuklah
mediamedia
komunikasi
tersebut dalam
bentuk:
1.Mailing list (pengurus dan anggota)
2.Media jaringan sosial (facebook dan twitter)
3.Forum online
4.Website
Setting up mediamedia tersebut hanyalah
langkah awal. Hal yang terpenting adalah
komunikasi yang interaktif (dan harus produktif)
dan berkesinambungan di dalam media tersebut.
Satu lagi, teknologi komunikasi dan informasi
terus akan berkembang pesat. Dan oleh
karenanya, Divisi IT ini akan terus mengupdate
kemampuan dan media komunikasiinformasi

Edisi No.1-2012

*PROFIL* FGMI
untuk kepentingan para anggota FGMI.

Yang telah dilakukan


1. Merancang Forum Diskusi Online di
http://forum.iagi.or.id (Admin Paulus T.A.,
Gayuh P., Rizqi S.)
2. Mailing list fgmi@iagi.or.id (Admin Paulus
T.A., Gayuh P.)
3. Mailing list untuk internal formatur FGMI :
formatur_fgmi@googlegroups.com
(admin
Gayuh P.)
4. Merancang Website Resmi FGMI :
http://fgmi.iagi.or.id (admin Aksin dan Gayuh)
5.
Membuat
Grup
Facebook
FGMI
(http://www.facebook.com/groups/FGMI.IAGI/
) dan Twitter (http://twitter.com/fgmindo) .
Keduanya dikelola oleh Gayuh P., dan Rizqi S.

Program Kerja
1.Mengelola Website
a.Posting rutin di website, dipimpin oleh tim
redaksi (tidak harus IT Div)
b.Kontrol, Mengelola, dan Memperbaharui
website
c.Pendataan untuk keanggotaan baru, bekerja
sama dengan Divisi Keanggotaan
2.Mengelolag Forum Diskusi online
a.Kontrol, Mengelola, dan Memperbaharui
forum online
b.Menyelenggarakan online 1 jam bersama
tokoh di forum diskusi secara rutin
c.Bekerja
sama
dengan
divisi
lain
menyelenggarakan gathering (kopi darat)
anggota forum online
3.Mempromosikan website dan forum secara
online
4.Bekerja sama dengan sponsor FGMI untuk
memasangkan iklan/thread/banner di website
dan forum online
*Gayuh Putranto (Divisi IT FGMI)*

HALAMAN 7

#FGMI *LOGO*

LOMBA LOGO FORUM


GEOSAINTIS MUDA
INDONESIA

ogo ,yang lebih familiar dikenal sebagai


lambang, merupakan suatu identitas yang
mewakili visi dan misi suatu lembaga
ataupun organisasi. Oleh karena itu sudah
seharusnya setiap komponen dari logo suatu
organisasi mewakili semangat serta tujuan
tujuan dibentuknya organisasi tersebut. Begitu
pula FGMI, organisasi yang baru terbentuk pada
25 Maret 2012. Barubaru ini melaunching
kegiatan Lomba Logo dengan hadiah Rp. 2 juta.
Kegiatan Lomba Logo ini di lakukan FGMI
sebagai wujud langkah agresif sosialisasi FGMI

Rapat Penentuan Pemenang Lomba Logo

kepada rekanan profesional geosaintis dan


mahasiswa geosaintis.
Lomba logo ini mendapat respon positif mulai
dari mahasiswa geosaintis hingga profesional.
Hal ini ditandai dengan jumlah karya yang
masuk sangat banyak. Hingga pada saat
pemilihannya pun diwarnai dengan proses
diskusi yang cukup panjang, hal ini dikarenakan
kualitas logo yang dikirimkan kepada FGMI
seluruhnya sangat bagus hingga pada akhirnya
pemenang lomba logonya selesai.
Akhirnya setelah dilakukan diskusi
diputuskan Mas Akhmad Aksin
Geo
Data
(Seismologist,
Processing Division PT. Elnusa,
Tbk) merupakan pemenang dari
lomba logo FGMI. Adapun logo
dan filosofi lomba logo nya
adalah sebagai berikut

3. Komposisi warna : dodominasi warna merah


dan biru.
4. Makna Logo:
A. Tulisan FORUM GEOSAINTIS MUDA
INDONESIA dan 25.03.2012
merupakan
akronim dan tanggal terbentuknya FGMI.
Komposisi warna perpaduan warna merah dan
putih menggambarkan semangat yang ada dalam
setiap diri anggota FGMI dalam membela serta
memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Diharapkan setiap kegiatan FGMI memiliki andil
yang nyata bagi kemajuan bangsa dan negara,
terutama dalam bidang geosain.
B. Palu geologi dan Geophone: menggambarkan
bidang keahlian para anggota FGMI yaitu geologi
dan geofisika.
C. Sketsa dua pemuda:
menggambarkan
kebersamaan seluruh komponen pemuda
anggota
FGMI.
Sketsa
warna
kuning
menggambarkan sikap optimis dan warna
oranye menggambarkan semangat yang tinggi
dari kaum muda anggota FGMI dalam
berkontribusi positif bagi bangsa dan negara.
Bayangan pada sketsa menunjukkan bahwa
setiap angoota FGMI diharapkan selalu terdepan
dalam melakukan perubahan positif dimanapun
dia berada.
D. Gambar peta Indonesia yang berwarna hijau
dengan latar berwarna biru, menggambarkan
daratan Indonesia yang kaya akan sumber daya
alam, serta bahtera lautan terdampar luas. Sabuk
geologi berwarna merah menunjukkan deretan
pegunungan yang ada di Indonesia. Semua itu
menjadi tanggungjawab para pemuda Indonesia
untuk menjaga dan memajukannya.
E. Tulisan FGMI berwarna hitam merupakan
singkatan dari Forum Geosaintis Muda
Indonesia.
Pemakaian lomba logo ini rencananya
akan diresmikan bersamaan dengan
peresmian FGMI pada PIT IAGI 17
19 Sept 2012.
Selamat untuk pemenang !!

1. Bentuk Dasar Logo : Bulat.


2. Jenis Huruf : Arial.

HALAMAN 8

Edisi No.1-2012

** FGMI#

i tengah era tahun 2010 ke atas, media


sosial menjadi wahana baru bagi para
penikmat dunia maya, apalagi dukungan
gadgetgadget yang didukung oleh sistem
operasi seperti Android, RIM, Apple, dan
berbagai operasi sistem lainnya membuat dunia
ini makin sempit. Mungkin rekanrekan juga
sudah tak asing dengan dongeng geologi, blog
yang di tulis oleh ketua IAGI saat ini yang isinya
meliputi dongengan geologi dengan bahasan dan
tulisan yang santai namun tepat sasaran. Lalu
apa hubungannya dengan judul Mengeologikan
Teknologi Informasi, saya rasa tulisan ini
terlalu basi, tapi tak henti hentinya saya ingatkan
bahwa saat ini teknologi informasi akan terus
meningkat seiring teknologi dan kebutuhan.
Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan
yang di pisahkan oleh lautan dengan 8 Pulau
besar dan 10000 ribu lebih pulau kecil lainnya.
Sangat sulit tentunya bila dipikirkan bagaimana
menyatukan halk tersebut, namun dengan
cakupan teknologi informasi yang sudah cukup
maju saya rasa, sudah saatnya juga organisasi
professional geologi juga harus menyelaraskan.
Ya saat ini tentu perlu melakukan digitalisasi
keilmuan geologi dan memanfaatkan media
sosial sebagai media informasi yang sangat
penting apalagi di tengah isu kebencanaan yang
tak lepas dari tatanan geologi Indonesia, maka
teknologi informasi juga harus di lakukan.
Ambillah cerita bagaimana detik.com (Situs
berita online) yang dahulu di buat oleh pemilik
situsnya dimana kondisi saat itu Internet dan
kemudahan Internet Mobile melalui smartphone
tak semudah sekarang, namun dengan
kepercayaan dan tekad yang kuat maka
Detik.com saat ini sudah menjadi salah satu
situs berita online tentunya yang tak ingin di
lewatkan, lalu bagaimana dengan Geologi????

yang melihat sepintas lembaga kegeologian


ataupun IAGI sendiri. Jadi perlu tampaknya
dipikirkan untuk membuat komunikasi yang
interaktif melalu media sosial dan tentunya
mengupdate kondisi geologi Indonesia, dengan
harapan masyrakat awam mengerti garisgaris
besar positif dan negatifnya berada di kondisi
geografis Indonesia dengan wilayah yang
terbentang sepanjang 3.977 mil di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas
daratan Indonesia adalah 1.922.570 km dan
luas perairannya 3.257.483 km. serta gunung
api yang aktif 127 gunung yang siap kapan saja
melontarkan laharnya dan 95.181 km garis
pantai yang punya potensi tsunami yang sulit
untuk diprediksi.
Tentunya mengikuti perkembangan teknologi
sudah menjadi suatu keharusan, apalagi saat ini
ada sekitar 4500 orang professional IAGI yang
terdaftar mempunya sharing informasi yang luar
biasa yang tulisan dan opininya bias di nikmati
khalayak umum. FGMI sebagai biro geosaintis
muda di bawah IAGI, juga tak akan lepas untuk
meningkatkan komunikasi melalui dunia maya,
lambat laun tapi pasti, keberadaan media media
sosial akan menjadi jalan terbaik untuk saling
berbagi, di tengah kepadatan waktu yang
tentunya tak semua orang bias melakukan
pertemuan
kapan
saja.
Melalui
http://forum.iagi.or.id saya mengajak para
pembaca untuk aktif dan ikut berbagi opini dan
pengetahuannya, nantinya bila ini terus
berlanjut dan berkembang, bukan tak mungkin
forum ini akan menjadi pioneer pioneer organisa
professional lainnya untuk ikut membagikan
sharing informasi.
Menggeologikan teknologi informasi juga akan
berdampak positif sebagai media mitigasi
bencana tentunya dengan bahasa yang khalayak
mudah mengerti, selain itu juga menggeologik
melihat keadaan di pulaupulau lainnya, serta
meningkatkan perekonomian negeri ini, karena
kemudahan
akses
komunikasi,
membuat
informasi yang berkembang dapat beredar lebih
cepat dan tentunya akan banyak manfaat
manfaat lainnya. *Rizqi Syawal (Divisi Humas FGMI)*

Coba sebutkan berapa banyak media komunikasi


dunia maya geologi yang banyak orang ketahui ?,
mungkin hanya beberapa saja yang bisa
disebutkan seperti http://ensiklopediseismik
.blogspot.com/ , http://rovicky.wordpress.com,
tetapi itu hanya blog pribadi tetapi jarang orang

Edisi No.1-2012

HALAMAN 9

#FGMI *EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE*

EXPERIENCE SHARING
KNOWLEDGE

orum Geosaintis Muda


Indonesia
(FGMI)
merupakan
organisasi
dibawah IAGI yang anggotanya
terdiri
dari
profesional
geosaintis muda Indonesia,
memiliki beberapa kegiatan
yang telah berjalan. Salah satu
kegiatan yang telah dilakukan
dan berjalan dengan baik yaitu
FGMI
Experience
Sharing
Knowledge (ESK), kegiatan ini
direncakan diadakan tiap satu
bulan sekali. Bentuk program
ini adalah berbagi pengetahuan
berdasarkan pengalaman teknis
maupun
nonteknis
dari
geosaintis muda dan senior
geosaintis kepada geosaintis
muda
lainnya.
Tujuannya
sebagai
media
silaturahmi,
berbagi
pengetahuan
dan
informasi, serta secara tidak
langsung
menjadi
media
geosaintis muda untuk belajar
menyiapkan
dan
mengasah
kemauan diri dalam berbagi
pengetahuan di bidang ilmu
kebumian ke siapapun yang
membutuhkan guna kemajuan
ilmu kebumian di Indonesia.

Media Silaturahmi
Geosaintis Muda
Indonesia
Berdasarkan data keanggotaan
yang didapat dari sekretariat
IAGI tahun 2012, angota IAGI
yang berusia kurang dari 30
tahun atau dapat disebut
geosaintis
muda
adalah
berjumlah 476 orang. Itu belum
termasuk geosaintis muda yang
belum
mendaftar
menjadi
anggota IAGI, disamping itu
pula di dunia kampus banyak
yang sedang berjuang untuk
mencapai kelulusannya serta
yang baru saja lulus. Dari
jumlah itu kita bisa melihat
sebetulnya kita mempunyai
segitu besar potensi pemuda

HALAMAN 10

untuk mengembangkan ilmu


dan organisasi kebumian di
Indonesia.
Melalui
acara
bulanan
FGMI
Experience
Sharing Knowledge ini, para
geosaintis
muda
dapat
menjadikan acara ini menjadi
media
silaturahmi
dan
memperkuat jaringan. Dengan
silaturahmi dan komunikasi
yang baik,
semoga
dapat
membantu
terwujudnya
persatuan geosaintis yang kokoh
serta ideide yang segar, yang
kemudian dapat menjadi modal
besar dalam mengembangkan

sampai dengan 13.00. Kegiatan


ini berlangsung santai dan
interaktif ini dihadiri oleh 23
peserta dan disajikan tiga tema
diskusi oleh tiga geosaintis
muda Indonesia.
Diskusi ini
diikuti dengan antusias oleh
peserta diskusi dan terjadi tanya
jawab yang alot pada setiap
tema yang disampaikan oleh
para pemateri. Tema diskusi
yang pertama adalah Overview
and
Scope
of
Work
Geochemistry In Geothermal
Energy oleh Alfiady (Pertamina
Geothermal Energy), kemudian

Foto Peserta FGMI Experience Sharing Knowledge I

ilmu dan organisasi kebumian di


Indonesia.

Berbagi Ilmu Teknis dan


Non Teknis
Kegiatan
FGMI
Experience
Sharing Knowledge (ESK) yang
diadakan secara santai dan
murah biaya namun tetap
mengedepankan
pencapaian
manfaat ini telah diadakan dua
kali sejak launching FGMI pada
bulan April 2012. Pada tanggal
23 Juni 2012 diadakan ESK I di
Wisma Mulia dari pukul 09.00

sharing
berikutnya
oleh
Bhaskara Aji (BP MIGAS)
dengan tema Fisika Batuan
dan Implikasi Terhadap Respon
Seismik dan yang terakhir
disampaikan presentasi dan
diskusi dengan tema Coalbed
Methane Challenge oleh Ratna
Widiarti (ExxonMobil).
Pada tanggal 28 Juli 2012,
FGMI
Experience
Sharing
Knowledge
(ESK)
II
dilaksanakan. Dalam acara ini
dipresentasikan
dan
didiskusikan tiga tema diskusi
yaitu Pore Presure Analysis

Edisi No.1-2012

*EXPERIENCE SHARING KNOWLEDGE* FGMI#


belajar kepada senior geosaintis yang
gemar membagi atau mengajarkan
ilmunya kepada yang membutuhkan
tanpa pamrih. Dengan semakin
seringnya geosaintis muda mengikuti
acara FGMI Experience Sharing
Knowledge ini dapat terasah dan
terbentuk jiwajiwa pemuda yang
gemar membagi ilmunya guna
kemajuan
ilmu
kebumian
di
Indonesia.

Suasana tukar ilmu pada Experience Sharing Knowledge II

yang disampaikan oleh Diky Setiawan (HESS),


kemudian diskusi yang kedua bertema
Quantitative Experimental Flume Modeling:
Basin Fill Analogue in Growth Faulted Mahakam
Delta System dipresentasikan oleh Agung
Budiman (GPRG Indonesia), dan diskusi yang
terakhir disampaikan oleh Rizqi Syawal (ETTI)
dengan tema Coal Character in Mahakam
Delta. Diskusi yang berlangsung dari pukul
9.00 sampai dengan 13.00 di Wisma Mulia ini
diikuti oleh 27 peserta dan terlaksana secara baik
dan interaktif dengan diskusi serta tanya jawab
yang mengalir. ESK II ini dihadiri juga oleh
seorang senior geosaintis, beliau tertarik dengan
tema yang dibahas dalam acara ini. Semboyan
beliau yang perlu para geosaintis muda tiru
berkaitan dengan pencarian ilmu adalah usia
boleh tua, tapi dalam belajar tidak ada tua dan
muda, yang ada adalah dalam spesialisasi
tertentu saya lebih dulu tahu daripada anda para
pemuda, dan jangan berhenti untuk mencari dan
berbagai ilmu dan pengalaman

Belajar untuk Mengajarkan

Untuk
kedepannya,
guna
mempertahankan kelangsungan dan
kesinambungan acara Experience
Sharing Knowledge dari dan untuk
geosaintis
muda
ini,
FGMI
mengundang para geosaintis muda
untuk ambil bagian dalam acara ini
sebagai pemateri ataupun peserta
diskusi, dan tentunya kami juga

Diskusi pada Experience Sharing Knowledge II

berharap ada beberapa senior geosaintis


bersedia untuk dapat berbagi pengalamannya
ataupun
sekedar
membantu
membakar
semangat generasi muda untuk lebih mencintai
profesinya dan mengembangkan ilmu kebumian
Indonesia. Viva Geosaintis Muda Indonesia!!
*Prihatin T.S (Divisi Pengembangan Keahlian FGMI*

Dari kegiatan ini diharapkan dapat terwujud


pembelajaran tentang nilai pentingnya kita
dapat mengajarkan ilmu kebumian kepada
sesama. Pra geosaintis muda dapat belajar dari
sesama geosaintis muda dan juga utamanya mau

Edisi No.1-2012

HALAMAN 11

#FGMI *KISAH*
waktu, uang, pikiran untuk menulis topik ilmiah
agar bisa dicerna oleh umat manusia lainnya.
Pekerjaan yang saya kagum dibuatnya. Mudah
mudahan kita selalu banyak stok anak muda kita
seperti Jeruk Mandarin menjelang Sincia yang
banyak berlimpah dan herannya selalu murah
tidak seperti...Kedelai ..Upss..

Tua itu adalah sebuah kepastian, sedangkan


dewasa itu pilihan, begitu anekdot yang sering
kita dengar ketika merujuk kepada seseorang
yang belum bisa bijak dalam menjalani
permasalahan kehidupannya, walaupun secara
umur dia sudah tidak muda lagi. Jika bertemu
dengan orang seperti itu maka halhal positif
sulit didapatkan dari dirinya. Berbanding
terbalik dengan kondisi tersebut, ada pula orang
yang secara umur sudah tidak bisa dikatakan
muda lagi, akan tetapi semangat mudanya tetap
membara, dan kedewasaan tetap keluar dari
tingkah laku serta perkataannya, dialah Pak
Mimbar Bambang Saputro, seorang geolog
senior
yang
menyempatkan
diri
untuk
bersilaturahmi ke FGMI dalam acara sharing
FGMI.
Seperti apa kisahnya? Berikut saya kutip tulisan
apik beliau mengenai kesannya selama
mengikuti acara Experience Sharing Knowledge
FGMI :

"

Lantai 35 BPMIGAS
Dalam anggaran dasarnya komunikasi anak
muda ini menyebut usia anggota dibawah 30
tahun, lalu disyaratkan bagi yang baru lulus
sekolah, lalu secara bergilir setiap anggota harus
menjadi pembicara sebuah rumus rahasia
kepingin menonjol dalam sebuah organisasi
harus kental gandengrenteng dengan PPT
Power Point Presentation. Tapi jujur saja saya
baru tahu setelah kesasar enak di Wisma
Mulia lantai 22 kemudian naik ke 35.
****
Pagi itu anak saya bilang mau mengikuti seminar
mengenai Pore Pressure Prediction dan Coal Bed
Methane dua topik yang sopasti menghipnotis
saya sehingga tanpa sadar minta untuk
didaftarkan. Janji kepada anggota keluarga
mbak Liena Wijaya dengan berat hati terpaksa
minta di reschedule. Terbayang duduk manis
diruang AC, mendengarkan anakanak muda
cerdas dari Indonesia yang telah membuang

HALAMAN 12

Pertama tentunya kami berdua harus menjalani


proses pendaftaran ke lantai 35, tukar badge, lalu
turun kelantai 22. Masuklah saya ke ruang Tunu,
lalu bersalaman dengan mbak Elok yang
berjilbab tapi masih sudi salaman, lantas dengan
ketua panitianya mas Koko (Bhaskara AJi) yang
memang berbaju Koko Coklat. Nggak kebayang
saya berada di ruang BPMIGAS, nama yang
mampu memveto apakah sebuah proyek
pengeboran bisa dilanjutkan atau tidak, Baru
masuk aku telah melihat daftar tunggu
perusahaan minyak dan CBM yang harus
presentasi di ruang ini.
Sudah barang tentu panitia bingung melihat
seorang lanjut usia nanaknunuk tapi main
selonong saja kekelompok mereka. Usia Pepabri
hati AKABRI kali ya. Tapi sekali lagi, ilmu kalau
tidak bisa baikbaik diminta ya direnggut. Pukul
sembilan belum nampak banyak peserta, saya
mengisi daftar hadir di laptop. Seorang
pembicara yang kemudian saya tahu namanya
mas Diky mencoba presentasi kelayar putih .
Tapi..
Ruang ini zonder proyektor. Hendak dibawa
kemana presentasi tanpa proyektor. Maka
gaduhlah panitia sesaat, sampa iditemui jalan
keluar yang tidak disangkasangka. Kami pindah
tempat yaitu ke ruang keramat MINAS di
lantai 35, ada beberapa spot dimana para
menteri yang terkait kebijakan dengan energi
kebutuhan bangsa duduk disana. Mas Koko
bilang begitu jam 13:00 otomatis AC akan distop.
Kalau ndak ada anak muda ini kapan sih saya
bisa duduk disana. Tidak lama datang para
peserta. Saling salaman dan atmosfir
pembicaraan jadi ramai para geosaintis kalau
sudah berkumpul ya seperti umumnya anak
muda. Sesaat saya seperti di dunia Teletubbies
serba sempurna. Di dunia nyata yang saya alami
adalah "Chromatograph sudah dikalibrasi, kabel
RPM kok putus?".
Kemudian acara dibuka oleh mbak Elok. Setelah
berbasabasi yang menurut saya perlu dan enak
sebab aku baru ngeh, mereka anak muda sehat
dan cerdas yang merasa organisasi induknya
sudah kelewat besar dan mapan sehingga
cenderung menggencet aspirasi arus bawah.
Sayapun kebagian memperkenalkan diri. Kalau

Edisi No.1-2012

*KISAH* FGMI#
semua bicara sambil berdiri,
saya sambil duduk. Berbangga
mencatat 4 kali pensiun (dalam
hati sedih juga siapa yang tahu).
Usia mengaku 25 tahun keriting
gondrong.
Dan
mudah
mudahan beberapa joke tua
saya mencairkan suasana lebih
secair dan seasliaslinya.
Sesi pertama diisi mas Diky,
mengenai
Pore
Pressure

masa ke masa, mengapa ukuran


butir pasir disatu tempat
berbeda ditempat lain dibahas
secara ciamik.. lagilagi aku
menghayal kalau mudlogger ku
ada disana.

Sebuah organisasi yang lahir di


Solaria April lalu ini nampaknya
akan berkembang pesat dan
perlu diikuti terus. Profisiat buat
Forum
Geosaintis Muda
Indonesia

Pembicara ketiga, mas Rizqi,


berbicara mengenai seluk beluk
Coal bed Methane. Ada batubara
Chungky,ada batubara tipistipis
macam arang batok dibelah

WismaMulia lt.35
Sabtu 28Juli 2012

Pak Mimbar (tanda panah) Berpose Bersama Peserta ESK II

Prediction
sehingga
saya
berhayal
kalau
saja
para
mudloggerku ikut mendengar
seminar gratis ini, tentunya
bermanfaat karena suasananya
lebih santai. Giliran memasuki
detail gas detection, mas Diky,
yang tadi mendengar saya
pensiunan sebuah perusahaan
menyediakan
tenaga
Geopressure Analysis ini, lalu
meminta pendapat saya. Saya
memberikan komen dengan
jargon khas mudlogger seperti
connection gas, swab gas dan
background gas.
Pembicara kedua, juga bikin
saya gelenggeleng kepala. Mas
Agung, menjelaskan bagaimana
melipat perjalanan sejarah bumi
6 jutaan tahun di Delta sungai
Mahakam cukup dengan 6
jam lebih sedikit. Ia bercerita
mengatur
air
dalam
bak
percobaan
buatannya
guna
mensimulasi proses pasang
naik, pasang turun. Di lift saya
dengar beliau keluar dari kocek
"2 Jeti" untuk eksperimen luar
biasa ini. Struktur geologi yang
dikenal Channel berpindah dari

Edisi No.1-2012

tujuh. Ia jelaskan satu per satu.


Ada arang batu yang kualitetnya
super yakni Antrasit, tapi kalau
harus mengebor diatas 1000
meter sudah tidak ekonomis.
Kedalaman batubara 500 meter
itu
ekonomis
sekalipun
kualitetnya agak KW. Kalau
batubara tersingkap roknya
sampai keatas, harus ditepiskan
sebab air meteorit bakal antak
habishabisnya
nggerojogi
singkapan ini sementara proses
CBM
yang
mahal
adalah
dewatering batubara.
Ia
melakukan
pemetaan
permukaan lalu ada dia tulis
Pulau Balangan dan satu lagi
tempat bernama Lunch Stop.
Keruan saja ada peserta lama di
Kalimantan pada bertanya
tanya nama daerah tersebut. Eh
Rizqi enteng bilang "Secara gue
makan siang di situ loh". Agak
keteteran
saya
mencatat
presentasi yang berjalan begitu
cepat. Apalagi ini hari ada crew
MOB anggota ke Prabumulih
yang saya belum tahu dimana
mereka berada sehingga tilpun
sanasini.

MimbarSaputro
Jiwa Geologi yang terjebak
dalam Petroleum Engineer

"
Ada banyak inspirasi dan
nilainilai positif yang bisa
kami ambil dari perjumpaan
kami dengan bapak yang satu
ini, dan tulisan diatas juga
merupakan bentuk apresiasi
terhadap FGMI yang bisa
dijadikan pemicu semangat
bagi kawankawan FGMI
untuk
bisa
memberikan
kontribusi yang lebih baik
lagi
untuk
kemajuan
geosaintis Indonesia.
Tua itu adalah sebuah
kepastian, sedangkan berjiwa
muda dan tetap bijaksana itu
adalah
pilihan
yang
mengasyikkan. *Aveliansyah*
Mimbar Mambang Saputro
merupakan lulusan sarjana
muda di Teknik Perminyakan
UPN
Veteran
Yogyakarta.
Bekerja sebagai mudlogger di
berbagai
perusahaan
mudlogging. Sebelum pensiun,
beliau bekerja di Baker Hughes
Inteq.

HALAMAN 13

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

An Analogue Flume Model And Stream Table Experiments : Introduction


to Fluvial Deltaic Morphology And Basic Of Sequence Stratigraphy
Iqbal Fardiansyah & Agung Budiman*; Octavika Malda & Ferry Andika Cahyo**; Isnianto Saputra***
*GeoPangea Research Group (GPRG)

**Sedimentology Lab., Dept. of Geology, UPNVeteranYogyakarta


***Department of Geology, UPNVeteranYogyakarta

Corresponding author : iqbalfardiansyah@gprgindonesia.com, agungbudiman@gprgindonesia.com

Introduction
Physical sequence stratigraphic
reconstructions of a particular
sedimentary system is important
to
better
understand
the
stratigraphic
architectures,
successions, and stratal patterns.
Analogue
studies
are
predominantly qualitative in
nature and based on the Figure 1. Stratal geometry of each system tract in depositional sequence II
similarity of process principle (Posamentier et al., 1988).
(Hooke, 1968 Posamentier et al.,
1992 Wood et al., 1993 Koss et
al., 1994Milana, 1998).
The purpose of this study is to
introduce flume and stream table
experiments in order to model
the
sequence
stratigraphic
framework of fluvial deltaic
environment (any examples of
particular
area?).
Several
sequence stratigraphic models
have been proposed by Nystuez
et al.,(1998) and Catuneanu et
al.,
(2002),
including
the
depositional sequence model
(e.g., Mitchum et al., 1977 Vail et
al., 1977 Haq et al., 1987
Posamentier and Vail, 1988 Van
Wagoner et al., 1988, 1990
ChristieBlick, 1991), the genetic
stratigraphic sequence model
(Frazier, 1974 Galloway, 1989),
the
transgressiveregressive
sequence model (Curray, 1964
Embry, 1993 2003), and the
forced
regression
sequence
model (Hunt and Tucker, 1992
1995
HellandHansen
and
Gjelberg,
1994
Plint
and
Nummedal, 2000). Practically,
the
fundamental
of
this
experiment
is
depositional
sequence II (Haq et al, 1987
Posamentier et al., 1988) (Figure
1).

HALAMAN 14

Figure 2. (a) Schematic plan view and (b) cross section of stream table
experimental setup.

Experimental Method

This study used the flume tank


and stream table experimental
facilities
located
in
the
Sedimentology Laboratory, UPN
Veteran Yogyakarta. The tools
can model not only fluvial
dominated deltaic environment,
but also other different systems,
depending on geology data
availability.

A. Stream Table
The stream table is a 1.8 X 0.8
X0.16 msizedbox with an
inclined base at the lower end, to
simulate
the
depositional
environment, as seen in Figure 2.
The experiment materials consist
of polymodal very fine to coarse
quartz sands (74 >300 m) as
the sediment supply and water.
The water depth in the basin is
controlled by adjustingthe base
level of the standpipe. The
sediment
supply,
water
discharge, and subsidence in the

Edisi No.1-2012

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#

Figure 3 . (a) Schematic plan view and (b) cross


section of the flume experimental setup.

Figure 4. (a) Meandering stream in the


experimental landscape (b) Detail landscape shows
higstand delta morphology and (c) Lowstand delta
formation during base-level fall.

tools are constantly setup,


except the baselevel.Ultimately,
this tool canprovide morphology
and sedimentology model in
various types of fluvial and
deltaic
formations
deposition,
(e.g.,conformable
erosion, and river system).
B. Flume Tank
The flume tank is designed to
represent growthfaults, coastal
plain, shelf, slope and basin
configuration. The tank is a 1.95
X 0.07 X 0.24 msized open
topped glass to analogue the
depositional basin (Figure 3).
The dimension of fault window is
0.18 X 0.07 X 0.12 m. A glass
sheet at the right side of the
window represents a hanging
wall block moved by an
aluminum plate. A water pump
circulates water from the pool to
the flume tank, and a sediment

Edisi No.1-2012

Figure 5 . Braided stream simulation yields braided


channel, longitudinal and side bars morphology.
Experimental landscape both in (a) plane and (b)
perspective views.

feeder controls the sediment


supply
rate.
The
applied
sediments are polymodal very
fine to coarse quartz sand (74
>300 m), mixed by medium to
fine of coal (149 300 m). The
mixing sediments consist of 80%
of quartz sand and 20% of coal
powder, respectively. The various
grain sizes and density of quartz

sand and coal represent the


analogue
of
sediment
heterogeneity in the real system.
A very lowdensity coal powder
makes a surrogate for suspended
load transportation of fine
grained materials (e.g., clay,
shale, silt, mud & carbonaceous
sediments).
Water
supply,
sediment supply and spatial

HALAMAN 15

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

Figure 7. A-B stratigraphic section showing clinoform patterns


resulted by flume experimental model (top) and its
chronostratigraphic interpretation (bottom). The interested
feature of the updip pinch-out of strata is highlight in detail line.

Figure 6. (a) Slug model reconstruction during HST Figure 8. C-D stratigraphic section showing clinoform patterns
2 to LST 3 example from sequence 4 (b) run time of resulted by flume experimental model (top) and its
base level change and system tract modeled samples chronostratigraphic interpretation (bottom). The detail line of
(noted by various color). Base level is defined from the section showing lowstand-channel fill features.
regional eustatic curve with amplitude of sea level
change 80m =80 mm in model (Haq et al, 1998) and
system tracts referring to depositional sequence II
(Haq et al., 1987 Posamentier,1985).

pattern were not changed during


experiment,
except
the
subsidence and the baselevel.
Regional
subsidence
and
accommodation space of the
basinare
independently
controlled
by
water
and
sediments inputs, while the
growthfault is additional factor,
which influences the local
subsidence.
Results
of
Modeling

Experimental

The experiment was conducted


in various geological settings,
with (flume) and without (stream
table) fault involved. The results
of the modeling were evaluated

HALAMAN 16

in two different views: landscape


view and crosssectional view.
The stream table experiment has
successfully displayed several
fluvial
deltaic
morphologies
(e.g.,distributary channel, incised
valley, fluvial point bar, fluvial
meandering channel, highstand
& lowstand delta, longitudinal &
side bar, braided channel) as
shown in Figure 4 and Figure 5.
Preliminary results of this 3
hours experiment demonstrate
that the distribution of the
morphology
is
dominantly
controlled by basin slope in
response to base level changes.
The slug model of each sediment
packages during the experiment
provides a better understanding
of
chronostratigraphy

reconstruction and its system


tract development (Figure 6a).
The flume experiment was
operated about 6 hours of 4
sequences experiment. All of the
sequence boundaries in the
model were generated while the
base level dropping as followed
the type1 of sequence boundary
formation (Figure 6b). The cross
sectional views in right and left
sides of flume tank in Figure 7
and Figure 8 display various
sedimentary successions at the
both sides of the growthfault,
whereas
the
hangingwall
succession is characterized by
lowstand, early transgressive,
and highstand deposits, while the
footwall succession, in contrast,

Edisi No.1-2012

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI#


dominantly composes
transgressive deposit.

of

late controlled by basin slope and


response of baselevel changes.
3. The slug model of each
sediment packages during the
Discussion
flume experiment provides a
better
understanding
of
The
physical
experimental chronostratigraphy
modeling hints a critical role to reconstruction and its system
establish the fundamental of tract development.
sedimentologyand stratigraphy
4. The flume experiment display
model by acknowledging the
a difference of sedimentary
sediment materials, the basin
successions on both sides of
models,
the
structural
hanging and footwall blocks in
complexities, and the driving
growthfaulted delta settings.
mechanisms. The advantage of
using experimental workisable to
answer
the
sedimentary Acknowledgement
processes from a small scale in
the laboratory applied to a The authors would like to
basinal scale.
thankSedimentology Laboratory,
Dept. of Geology, UPN "Veteran
Applied experimental model are Yogyakarta which provides the
GPRG
very
useful
in
petroleum experimental tools,
industry, especially for seismic member whoever to help for
stratigraphy interpretation to settingup the apparatus, FOSI to
this
article
and
identify significance plays such publish
numerous
others
unmentioned
as reservoir facies, hydrocarbon
traps that possible exist in fluvial to help with the enormous task of
deltaic environment and growth running these experiments.
faulted delta settings. Therefore,
we should develop this method References
and its tools by supporting it with
a high computation technology to
Catuneanu, O., 2006, Principle
avoid human error risks, since
of
Sequence Stratigraphy, 1st
the tools are still operated
Edition, Elsevier, Oxford, UK.
manually and rare to date in
Heijst, M.W.I.M.V., Postma, G.,
Indonesia.
Meijer,
X.D.,
Snow,
J.N.,Anderson,
J.B.,
2001,
Conclusion
Quantitative Analogue Flume
Model
Study Of RiverShelf
:
Principles
And
1. The stream table experiment System
has been successful to display Verification Exemplified By The
several
fluvial
deltaic Late Quaternary Colorado River
Delta Evolution, Basin Research
morphology.
2. Distribution of the fluvial Journal, Volume. 13, pp. 243
deltaic morphology in stream 268.
table experiment was dominantly Heijst, M.W.I.M.V., Postma, G.,

Edisi No.1-2012

2001, Fluvial Response To Sea


Level Change : A Quantitative
Analogue,
Experimental
Approach,
Basin
Research
Journal, Volume. 13,pp. 269292.
Heijst, M.W.I.M.V., Postma, G.,
Kesteren, W.P.V., Jongh, R.G.D.,
2002,
Control
Of
Syndepositional Faulting On
System Tract Evolution Across
GrowthFaulted Shelf Margins :
An Analog Experimental Model
Of The Miocene Imo River Field,
Nigeria, AAPG Bulletin, Volume.
86, No. 8, pp. 13351366.
Martin, J., Paola, C., Abreu, C.,
Neal, J., Sheets, B., 2009,
Sequence
Stratigraphy
Of
Experimental
Strata
Under
Known
Conditions
Of
Differential Subsidence And
Variable Base Level,
AAPG
Bulletin, Volume. 93, No.4, pp.
503533.
Strong, N., Paola, C., 2006,
Fluvial
Landscapes
and
Stratigraphy in a Flume, The
Sedimentary Record, SEPM,
Volume.4, No. 2, pp. 47.

HALAMAN 17

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*

Fenomena Gas Beracun Puncak Mahameru


Mohammad Syahrul Romadhon Kamil

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Kampus UNDIP Tembalang, Semarang, 50275, Telepon : 024 - 76480786, Fax : 024 76480786

Pendahuluan
Gunung Semeru merupakan
puncak tertinggi di pulau Jawa
yang
terletak
pada
posisi
geografis 8o 06 30 LS dan
112o 55 BT dan secara
administratif masuk kedalam
Wilayah Kabupaten Lumajang
dan Malang, Jawa Timur .
Semeru
memiliki
puncak
tertinggi Mahameru (3676 mdpl)
dan Kawah Jonggring Seloko
yang
tak
pernah
berhenti
meletus. Tipe erupsi yang umum
terjadi di Semeru adalah tipe
strombolianvulkanian
lemah
yang terjadi dengan interval
antara 5 menit sampai 15 menit,
yang merupakan karakteristik
aktivitas
gunungapi
Semeru
sejak 1967 (Wahyudin, 2010).

gunungapi raksasa ini dipisahkan


dari Gunungapi Jembangan di
utara dan dari Pegunungan
Selatan di Selatan oleh terumbu
yang khas berkedudukan timur
barat. Dilihat dari selatan
gunungapinya
menunjukan
kerucut yang sempurna. Namun
puncaknya rumit disebabkan
perpindahan
kawahnya
dari
barat laut ke tenggara. Pematang
puncak Kawah Mahameru yang
paling tinggi (3676 mdpl) kini
menjulang di atas kawah tertua.
Setelah melalui berbagai stadia
kawah yang sekarang, Jonggring
Seloko yang lahir pada tahun
1973 dan sejak 1946 diisi oleh
suatu kubah lava. Tinggi kubah
ini di akhir November 1973
pernah
melebihi
puncak
Mahameru setinggi 68,80 m,
mejadi 3744, 5 mdpl (Hadian

Gambar 1. Peta Geologi Gunungapi Semeru dan sekitarnya (Solikhin et al


(2010) berdasarkan Situmorang, 1989 Wahyudin, 1991 Simkin and Siebert, 1994
Sutawidjaja drr., 1996 Siswowidjoyo dr., 1997 Carn 1999 Thouret et al., 2007,
dan TOPO-DEM). (Insert : Lokasi Gunung Semeru)

Menurut Van Bemmelen (1937,


h. 170), Gunung Semeru terletak
pada rusuk selatan geantiklin
Jawa, di bagian yang tenggelam,
yang setempat amblas lebih dari
3 m. Dengan demikian kaki dari

HALAMAN 18

dan Mitrohartono, 1972) dan


pada saat itu masih giat
beraktivitas. Di sebelah selatan,
kubah ini telah mendobrak tepi
kawah yang menyebabkan aliran
lava mengalir ke arah ini (Data

Dasar
1979)

Gunungapi

Indonesia,

Geologi Gunungapi
Sutawidjaja drr., (1986 dan 1996)
dan Wahyudin (1991), telah
menguraikan
litologi
yang
menyusun kompleks vulkanik
Gunung Semeru yang terdiri dari
aliran lava, endapan piroklastik
(jatuhan dan aliran) dan kerucut
skoria sebagai endapan primer.
Endapan vulkanik Kompleks
Gunung
Semeru
umumnya
berkomposisi basaltik sampai
andesitik. Endapan vulkanik
sekunder seperti guguran puing
(longsoran vulkanik) dan lahar
juga ditemukan pada beberapa
bagian di Kompleks Vulkanik
Gunung Semeru. Penamaan
satuan
batuan
terutama
didasarkan pada sumber/lubang
letusan, jenis litologi dan posisi
stratigrafi.
Berdasarkan jenis litologi, posisi
stratigrafi dan sumber letusan,
Sutawidjaja drr., (1996) membagi
batuan
Kompleks
Gunung
Semeru
menjadi
beberapa
kelompok batuan, dari tua ke
muda adalah endapan vulkanik
Gunung Mahameru (Semeru
Tua), dan endapan vulkanik
Gunung
Semeru
(Muda)
(Gambar 1). Gunung Semeru
terdiri dari dua kerucut yaitu
Mahameru (Semeru Tua) dan
Semeru (Muda). Terdiri dari
beberapa
aliran
piroklastik,
jatuhan piroklastik, dan endapan
lahar. Batuan Semeru muda
dihasilkan dari lubang letusan
pusat (puncak) dan 5 lubang
letusan samping, yang terletak
pada kelurusan di lereng selatan
dan utara kerucut Semeru.
Produk dari lubang letusan pusat
(puncak) tersusun dari satuan
batuan aliran lava, beberapa
aliran
piroklastik,
beberapa

Edisi No.1-2012

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI


satuan
batuan
jatuhan
piroklastik,
serta
beberapa
satuan batuan endapan guguran
dan lahar sebagai endapan
sekunder. Produk dari letusan
samping terdiri dari empat aliran
lava dan satu kerucut sinder,
yaitu aliran lava Tawonsongo,
aliran lava Leker, aliran lava
Wonorejo, aliran lava Bantengan
(lava 1941), dan endapan kerucut
sinder
Totogan
Malang
(Sutawijaya drr., 1996). Di
sekitar gunung Semeru terdapat
paling sedikit tiga buah kawah,
yaitu Kawah Kepolo, Mahameru Gambar 2. Sket Struktur Geologi Kompleks Gunung Semeru, Jawa Timur
dan Jonggring Seloko. Kawah
Kepolo
dan
dan
Kawah
Mahameru tidak aktif lagi,
sedangkan Kawah Jonggring
Seloko
merupakan
pusat
kegiatan vulkanik Semeru saat
ini. Selain itu terdapat dua buah
maar (kawah berisi air) di lereng
selatantenggara Gunung Semeru
yaitu Ranu Pakis dan Ranu
Darungan
yang
merupakan
bekas
lubang/pusat
letusan
samping (Wahyudin, 2010).
Struktur Geologi
Struktur
geologi
Kompleks
Gunung Semeru ditandai dengan
adanya sesar, kaldera, kawah,
dan maar (Wahyudin 1991)
(Gambar 2). Tidak kurang dari 4
sesar atau struktur kelurusan
terdapat di Kompleks Gunung
Semeru. Struktur sesar ini
berarah
baratlauttenggara,
timurbarat
dan
timurlaut
baratdaya
dan
umumnya
memperlihatkan
adanya
pergeseran litologi dan dianggap
sesar normal. Dua buah kaldera
di Kompleks Gunung Semeru
yaitu Kaldera Jembangan dan
Kaldera Ajekajek antara 3 km
dan 6 km. Tidak kurang 5 buah
maar terdapat di Kompleks
Gunung
SemeruJambangan,
yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo,
Ranu Kumbolo (Gambar 6),
Ranu Pakis dan Ranu Darungan.
Semua maar diisi oleh air dan
mempunyai diameter antara 200
m dan 1000 m.

Edisi No.1-2012

Gambar 3. A. Gambar dari IKONOS pada 10 April 2008 dan B. Gambar dari
IKONOS pada 20 Agustus 2009 menunjukan daerah sekitar Puncak
Mahameru, Jonggring Seloko dan bukaan utama berarah tenggara. Stratifikasi
pada dinding kawah menunjukkan tumpukan lava yang dipisahkan oleh
endapan jatuhan piroklastik dan endapan aliran piroklastik. Patahan pada
cincin kawah terlihat dalam gambar ini. C. Peta sketsa berdasarkan gambar
IKONOS 20 Agustus 2009 menunjukan bentukan-bentukan struktur dan
geomorfologi kerucut Puncak Semeru.

Struktur geologi Gunung Semeru


dan
sekitarnya
juga
telah
diidentifikasi
oleh
Solikhin
(2009) dengan menggunakan
metode remote sensing melalui
image
resolosi
tinggi
dari
IKONOS.
Dari
hasil
penelitiannya terdapat struktur
sesar yang diperkirakan terdapat
di sekitar Kompleks Vulkanik
Gunung Semeru (Gambar 3).
Tipe Erupsi Semeru

erupsi yang dikemukakan oleh


Escher (1952). Akan tetapi
penentuan tipe erupsi suatu
gunungapi
ditentukan
berdasarkan ciri khas jenis erupsi
yang umum terjadi pada suatu
gunungapi tersebut. Sejak tahun
1967, tipe erupsi Gunung Semeru
adalah
Tipe
Strombolian
Vulkanian Lemah (Gambar 9)
dengan interval letusan 5
samapai 15 menit.

Tipe erupsi ini merupakan


Setiap
gunungapi
dapat gabungan dari dua jenis tipe
mengalami berbagai macam tipe erupsi, yaitu Tipe Strombolian
erupsi yang ada, seperti tipe dan Tipe Vulkanian Lemah. Tipe

HALAMAN 19

#FGMI *KARYA GEOSAINTIS MUDA*


Strombolian
pertama
kali
dipamerkan
di
Gunung
itulah
Stromboli
(Italia),
sebabnya
disebut
Tipe
Strombolian, ciri khasnya adalah
semburan lava pijar ke arah
vertikal yang terjadi susul
menyusul dalam selang waktu
singkat (setiap 2 10 detik). Bila
malam hari terlihat bagaikan
kembang api. Sedangkan Tipe
Vulkanian adalah ciri khas dari
Mt. Vulcanian (Italia), ciri
khasnya adalah asap erupsinya
dihembuskan ke atas dan pada
puncaknya
mengembang
bagaikan bunga kol atau mirip
cendawan.
Gunungapi
yang
mempertunjukan
tipe
ini
biasanya sudah memiliki pipa
kawah yang sudah terbuka Gambar 5. Morfologi Kompleks Semeru dari digital elevation map (DEM)
menunjukan keberadaan Kalimati pada saddle antara Puncak Mahameru
(Wittiri, 2007).
dengan Gunung Kelopo.

tewasnya Soe Hok Gie dan Idhan


Dhanvantari Lubis di Puncak
Gas yang muncul dari gunungapi Mahameru pada tahun 1969
tidak selalu didahului oleh akibat menghirup asap beracun
letusan, tetapi dapat keluar (Gambar 5).
dengan sendirinya melalui celah
bebatuan yang ada, meskipun Gas CO2 yang sifatnya berat dan
kerap kali diawali oleh letusan. tidak terlihat memang sangat
bagi
Gas utama yang biasa muncul membahayakan
keselamatan
para
pendaki,
dari celah bebatuan gunungapi
adalah CO2, H2S, HCl, SO2 dan terlebih intensitas erupsi di
CO. yang paling kerap ditemukan Puncak Mahameru yang terjadi
dan sering menjadi penyebab pada setiap interval 5 hingga 15
kematian adalah CO2. Sifat gas menit, karena gas CO2 yang
jenis ini lebih berat dari udara keluar di Puncak Mahameru
sehingga cenderung menyelinap tersebut diperkirakan keluar
dengan
erupsi,
ke dasar lembah atau cekungan berbarengan
namun
tidak
semua
erupsi
terutama bila malam hari, cuaca
disertai
dengan
gas
tersebut,
gas
kabut atau tidak berangin.
Karena dalam suasana temaram yang keluar tidak dibarengi
tersebut konsentrasinya akan dengan erupsi akan cenderung
bertambah besar (Wittiri, 2007). langsung mengarah ke bukaan
Kawah Jonggring Seloko yang
Gas beracun yang muncul di mengarah ke tenggara. Apabila
Puncak
Mahameru
dan gas tersebut keluar berbarengan
sekitarnya diperkirakan berasal dengan erupsi, maka gas tersebut
dari erupsi yang dihasilkan dari akan dilontarakan ke udara dan
Kawah
Jonggring
Seloko. jatuh mengikuti arah angin. Ada
Fenomena yang berkembang anggapan, saat menjelang siang
angin
diperkirakan
sejak dahulu di kalangan pendaki arah
mengarah
ke
utara,
dimana
jalur
gunung adalah Sebelum pukul
pendakian
menuju
Puncak
9.00 WIB para pendaki harus
sudah
turun
dari
Puncak Mahameru berada. Jika memang
Mahameru, dikarenakan bahaya arah angin pada siang hari selalu
gas beracun, fenomena ini menuju ke arah utara, maka jika
diperkirakan berkembang sejak pernah keluar gas CO2 dalam
Fenomena Gas Beracun

HALAMAN 20

konsentrasi tinggi pasti sudah


menewaskan banyak orang yang
kemping di sekitar Pos Kalimati
(2700 mdpl), karena Kalimati
terletak pada sebuah saddle
antara Puncak Mahameru dan
Gunung Kepolo.(Gambar 15),
anggapan tersebut tidak valid,
karena justru apabila ada angin
mengarah ke utara gas tersebut
akan larut dan terbawa oleh
angin, sifat gas CO2 lebih berat
dari udara sehingga cenderung
menyelinap ke dasar lembah atau
cekungan terutama bila malam
hari, cuaca kabut atau tidak
berangin. Yang berbahaya adalah
jika terjadi erupsi berbarengan
dengan keluarnya gas CO2 pada
kondisi tidak berangin dan gas
tersebut jatuh tepat di Puncak
Mahameru.
Namun demi keselamatan para
pendaki di Puncak Mahameru,
fenomena tersebut sebaiknya
dibiarkan tetap berkembang
untuk
menghidari
jatuhnya
korban jiwa. Fenomena tersebut
juga dinilai masih efektif, karena
di pagi hari memang selalu
banyak angin berhembus yang
tentunya akan membawa jauh
jauh gas CO2 dari Puncak
Mahameru,
sehingga
para
pendaki tidak berada di puncak

Edisi No.1-2012

*KARYA GEOSAINTIS MUDA* FGMI

Gambar 6. Panorama keindahan alam Kompleks Gunungapi Tengger dari


Puncak Mahameru.

pada siang hari, dimana angin


berhembus tidak sebesar di pagi
hari. Dengan demikian masih
cukup aman bagi para pendaki
untuk
berada
di
Puncak
Mahameru sebelum pukul 09.00
WIB untuk menikmati indahnya
panorama
alam
Kompleks
Pegunungan Tengger (Gambar
6).
Kesimpulan
Gunung Semeru adalah puncak
tertinggi di Jawa (3676 mdpl),
banyak
kalangan
pendaki
gunung
mendaki
Gunung
Semeru dan di kalangan tersebut
telah berkembang fenomena
mengenai gas beracun (CO2) di
Puncak Mahameru. Gas CO2
merupakan gas beracun yang
memiliki sifat lebih berat dari
udara sehingga cenderung lebih
menyelinap ke dasar lembah atau
cekungan terutama bila malam
hari, cuaca kabut atau tidak
berangin. Selain itu gas tersebut
tidak
berwarna
sehingga
menyulitkan para pendaki untuk
mengidentifikasinya.
Gas
tersebut
keluar
ke
permukaan tidak selalu dibarengi
dengan erupsi, dan
apabila
angin
mengarah
ke
jalur
pendakian menuju puncak, gas

Edisi No.1-2012

tersebut akan langsung terbawa


oleh angin dan tidak mengenai
jalur pendakian. Yang berbahaya
adalah gas yang keluar disertai
erupsi dan jatuh tepat di bawah
Puncak Mahameru karena tidak
ada angin yang membawanya.
Di pagi hari angin masih banyak
berhembus, maka fenomena
tersebut dinilai masih cukup
efektif
untuk
menghindari
jatuhnya korban jiwa, sehingga
para pendaki tidak berada di
puncak pada siang hari, dimana
angin berhembus tidak sebesar
di pagi hari. Dengan demikian
para
pendaki
masih
bisa
menikmati keindahan panorama
alam
Kompleks
Gunungapi
Tengger dengan aman.
Daftar Pustaka
Aris, 2012, Foto Koleksi Pribadi
Kawah Jonggring Seloko.
Escher, 1952, Tipe Erupsi
Gunungapi.
Kusumadinata, K., 1979, Data
Dasar Gunungapi Indonesia,
Direktorat
Vulkanologi,
Bandung.
Dokumentasi Patupala, 2001,
Foto erupsi Gunung Semeru.
Solikhin, A., 2009, Application of
Remote Sensing on Geological

Structure Study of Semeru


Volcano. Jurnal Gunung api &
Mitigasi Bencana Geologi, Vol 1.
No. 2, hal. 111.
Solikhin, A., Thouret, J.C.,
Gupta, A., Haris, A.J.L., and
Liew, S.C., 2012, Geology,
tectonics, and the 2002 2003
eruption of the Semeru volcano,
Indonesia: Interpreted from
highspatial resolution satellite
imagery,
Journal
of
Geomorphology 138, 364 379.
Sutawijaya, I.S., Asmoro, P.,
Rachmat, H., Abdurachman,
E.K., Suparman dan Effendi, W.,
1986,
Laporan
Pemetaan
Geologi Gunungapi Semeru,
Direktorat
Vulkanologi,
Bandung, Tidak diterbitkan.
Sutawijaya, I.S., Wahyudin, D.,
dan Kusdinar, E., 1996, Peta
Geologi Gunung api Semeru,
Jawa
Timur,
Direktorat
Vulkanologi, Bandung.
Van Bemmelen, R.W., 1937, The
volcano tectonic and structure
of
the
Residency
Malang
(Eastern Java), De Ingenieur in
Nederl. Ind,, v. 4, n. 4, p. 159
172.
Voskuil, Robert, 2006. Volcano
Hazard
Assessment
And
Mitigation. ITC.
Wahyudin,
D.,
1991,
Volcanology and petrology of
Mt. Semeru volcanic complex,
East Java, Indonesia. Dipl. App.
Sc thesis, Victoria University of
Wellington, New Zealand.
Wahyudin, D., 2010, Aliran lava
produk letusan celah Tahun 1941
serta kemungkinan terjadinya
letusan samping baru di Gunung
Semeru Jawa Timur. Jurnal
Lingkungan
dan
Bencana
Geologi, Vol. 1 No.3, 199 211.
Wittiri, S. R., 2007, Gunungapi
Indonesia, Pusat Vulkanologi
Dan Mitigasi Bencana Geologi,
Bandung.
Wormser,
C.W.,
1928Bergenweelde, N. V. MIJ.
Vorkink, Bandung.

HALAMAN 21

#FGMI *GEO-PANORAMA*

Tectonic Effect
(Alfiady)

HALAMAN 22

Relief Marapi
(Alfiady)

Edisi No.1-2012

*GEO-PANORAMA* FGMI#

Serpihan Cangkang
(Alfdiady)

Gunung Sumbing-Sondoro
(Syahrul Kamil)

Edisi No.1-2012

HALAMAN 23

#FGMI *OPINI*

Di saat energi nasional bergantung kepada energi BBM konvensional, masih adakah peluang
pengembangan energi lainnya untuk memenuhi kebutuhan energi di negeri ini? Beberapa tahun
belakang sedang marak dikembangkan diversifikasi energi yang dimaksudkan agar negeri ini tidak
hanya bergantung pada energi konvensional (minyak bumi). Sebut saja Coal Bed Methane, gas yang
dihasilkan dari batubara ini sedang banyak dilakukan eksplorasi dan pengembangannya di beberapa
cekungancekungan dengan kuantitas batubara yang besar. Dan sepertinya pemerintah kembali
mencoba energi alternatif nonkonvensional lainnya untuk dikembangkan, yaitu gas yang
terperangkap dalam shale atau yang sering disebut Shale Gas.

eberapa dekade terakhir, Amerika Serikat


telah berhasil memproduksi gas secara
masif dari shale gas walaupun sebenarnya
upaya dalam memproduksi shale gas ini telah ada
sekitar tahun 1820. Namun pada saat itu belum
adanya teknologi yang cukup baik untuk dapat
memproduksi shale gas menjadi kendala, maka
dengan ditemukannnya metode yang tepat dan
canggih untuk memproduksi gas alam dari shale
ini , telah terjadi peningkatan recovery dari initial
gas inplace dari 2% menjadi 50%. Barnett shale
(cekungan Fort Wort) merupakan role model
shale gas play serta lapangan yang berhasil
diproduksi gasnya (Gambar.1). Dengan jumlah gas
yang berlimpah menyebabkan adanya penurunan
harga gas yang cukup signifikan. Dengan harapan
dapat mendongkrak produksi gas di Indonesia
maka pendekatan modelmodel ekplorasi yang
digunakan di Barnet shale coba diterapkan di
Indonesia.

Ro) dan kemungkinan mengandung biogenik


dan/atau termogenik komponen. Diperlukan
kematangan yang telah masuk dalam zona gas
pada kerogen tipe I dan kerogen tipe II (oilprone)
untuk menghindari keberadaaan minyak pada
poripori shale tersebut. Tingkat kematangan
dalam rentang zona minyak diperlukan pada
kerogen tipe III (gasprone) untuk menghasilkan
gas secara termogenik maupun biogenik, karena
jika terlalu matang maka mikroba tidak dapat
cukup makanan untuk hidup.Biasanya kedalaman
shale yang berpotensi untuk dapat menghasilkan
gas dengan kedalaman > 7000 kaki.

Gambar 2. Integrasi Data Log Sumur, Data Batuan Inti,


Data Komposisi MIneral serta Data FMI (Prof Roger
Slatt Hand Out)

Gambar 1. Aktivitas produksi di Barnet Shale (Prof Roger


Slatt Hand Out)

Karakteristik Shale Gas

Secara geokimia shale merupakan batuan sedimen


berbutir halus dengan kandungan organik yang
tinggi dengan nilai total organic carbon minimum
sekitar 0.5 wt %, sedikit matang (0,40,6 % Ro)
hingga matang atau lewat matang (0.6 >2,0 %

HALAMAN 24

Secara geomekanik, keberadaaan mineralogi


penyusun formasi yang akan diproduksi gasnya
sangat menentukan kelaikan dari formasi
pembawa shale. Litologilitologi yang bersifat
brittle sangat penting untuk membuat rekahan
rekahan pada shale tersebut. Biasanya dilakukan
analisa XRD (XRay Diffraction) atau FTIR (Infra
Red Spectoscopy) untuk menentukan proporsi
mineral kuarsa, karbonat, serta lempung pada
formasi tersebut. Nilai brittle index yang baik
sekitar >40% kandungan mineral kuarsa. Maka
dari itu dibutuhkan data batuan inti yang cukup

Edisi No.1-2012

*OPINI* FGMI#
banyak untuk menganalisis komponen ini. Tetapi
nantinya akan diintegrasi dengan data log Gamma
Ray yang memungkinkan analogi komposisi
mineralogi dengan corak kurva log (Gambar 2).
Organoporosity (poripori skala mikro dan nano
dalam material organic pada shale) sangat penting
dalam penyimpanan serta migrasi dari gas. Tipe
tipe pori yang berbeda akan memberikan jumlah
gas yang tersimpan yang beda pula. Prof. Roger
Slatt telah melakukan studi tipe pori ini pada
Barnett dan Woodford Shale. Permeabilitas
matriks shale yang kecil yaitu hanya sekitar 1
1000 nanodarcy mengharuskan adanya rekahan
yang ekstensif (alami ataupun yang dibuat) untuk
memproduksi kuantitas gas yang komersial.
Dengan permeabilitas yang kecil ini, maka dapat
dilakukan perekahan dengan hydrofracturing
atau metode lainnya. Biasanya sumur yang
bersifat directional digunakan karena dapat
mencakup luasan yang lebih besar.

formation di cekungan Salawati (Gambar.3).


Dengan banyaknya cekungan yang berpotensi,
diharapkan hal ini meningkatkan semangat
eksplorasi pada sumber energi nonkonvensional
ini.
Perkembangan Eksplorasi Shale Gas

Beberapa tahun belakangan mulai dilakukan


studistudi shale gas yang melibatkan universitas,
Dirjen Migas serta investor. Ada 4 joint study
perusahaan yang disetujui oleh Dirjen Migas yaitu
PT.Pertamina di Sumatera bagian utara,
konsorsium PogiBukit Energy di Sumatera bagian
utara, konsorsium Central Sumatra Energy
Indrillco Bakti di Sumatera Tengah, dan PT.MIT
Ivel GeoscienceCentral Sumatera Energy di
Sumatera Tengah. Tantangan dalam eksplorasi
shale gas di Indonesia adalah kurangnya datadata
pendukung (seperti data batuan inti, data log
sumur dari sumursumur yang menembus
kedalaman lebih >7000 kaki, seismic 3D, dll) serta
Gas
yang
telah
pengalaman baru yang
terbentuk
nantinya
harus
menanggalkan
disimpan secara insitu
teoriteori hidrokarbon
sebagai absorb gas (pada
konvensional (hal ini
material
organik)
masih dengan cepat
maupun free gas pada
dapat diatasi). Datadata
ruang pori atau rekahan
sumur yang yang minim
yang terbentuk oleh
pada kedalaman >7000
dekomposisi
material
kaki disebabkan selama
organic atau diagenesis
ini pihak KKKS hanya
lain atau prosespreoses
mengebor
kedalaman
tektonik.
reservoir yang notabene
Gambar 3. Potensi Shale Gas di Indonesia
(Dirjen Migas,2011)
memang lebih dangkal.
Dan studistudi analogi
Potensi Shale Gas di Indonesia
sangat diperlukan dalam pengembangan shale gas
Keberadaan shaleshale tebal batuan induk di Indonesia. Selain itu, kerogen tipe yang selama
sebagai penghasil minyak dan gas di cekungan ini terbukti menghasilkan shale gas play adalah
cekungan profilik tidak diragukan lagi sebagai kerogen tipe II yang merupakan marine source
potensi shale gas play di Indonesia. Berdasarkan rock (Barnet Shale), tetapi di cekungan Sumatera
hasil identifikasi yang dilakukan pemerintah, Tengah memiliki kerogen tipe I (Brownshale) yang
hingga saat ini terdapat 7 cekungan di Indonesia bersifat lacustrine source rock. Maka diperlukan
yang mengandung shale gas. Cekungan terbanyak studi lebih lanjut untuk mengetahui jumlah
berada di Sumatera yaitu berjumlah 3 cekungan, absorbed gas pada kerogen tipe I ini berdasarkan
seperti Baong Shale yang terdapat pada cekungan kandungan material organiknya serta apakah
sumatera utara. Kemudian Telisa Shale untuk material organic tipe ini dapat dioptimalisasi
shale gas play dengan biogenik gas, serta formasi pengambilan gasnya.
Brownshale dengan shale gas play dengan Jika melihat prospek shale gas yang sangat baik
termogenik gasnya serta
Gumai Shale yang kedepan, sepertinya shale gas akan memainkan
terdapat pada cekungan Sumatera Selatan. peran yang semakin penting ke depan. Tinggal
Sedangkan di cekungan Jawa Barat Utara bagaimana pemerintah dan kita (para geosaintis)
diharapkan shale gas play pada formasi Talang bersamasama bersinergi untuk mempersiapkan
Akar, sedangkan pada cekungan Jawa Timur salah satu sumber energi masa depan negeri ini.
*Aldis Ramadhan (Divisi Pengembangan Keahlian FGMI)*
Utara pada Ngimbang Shale. Di Kalimantan,
cekungan yang berpotensi menghasilkan shale gas Referensi :
Roger Slatt Multi Scale Characterization Hand Out
yaitu pada cekungan Barito dan cekungan Kutai Prof
http://www.esdm.go.id/berita/323energibarudanterbarukan/4758eiapotensishale
dengan shale gas play pada formasi Tanjung, gasdidunia6622tcf.html
sedangkan di Papua, shale gas play pada Klasafet http://m.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=5540

Edisi No.1-2012

HALAMAN 25

#FGMI *GALERI*

Tim Formutar Forum Geosaintis Muda Indonesia


(Jakarta, 25 Maret 2012)

Buka Bersama Forum Geosaintis Muda Indonesia


(Pasar Festival, Kuningan)

Bersiap-siap Foto setelah ESK I


(Wisma Mulia)

HALAMAN 26

Edisi No.1-2012

Disponsori oleh

Bunga Mas International Company

alatgeologi.com

ranseloke.com

tandike.com

park hotel

FGMI

FGMI
Sekretariat
Gedung Mineral dan Batubara Lt 6
Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH No 10
Jakarta 12870 Indonesia
Phone : 62-21 837 02848 Fax : 62-21 837 02577
e-mail: geosaintismuda@gmail.com
webforum: http://forum.iagi.or.id
website : http://fgmi.iagi.or.id

Anda mungkin juga menyukai