Anda di halaman 1dari 22

Tremenza

Cefat

Kenacort
Tremenza

Cefat

Kenacort
Tremenza
Cefat

Kesimpulan: tidak ada interaksi antar obat dalam preskripsi


Tremenza
Selama pengobatan dengan Tremenza, hati-hati bila
mengendarai kendaraan bermotor atau menajlankan mesin.
Karena efek Tremenza pada bayi belum diketahui, maka
pemberian pada wanita hamil dan menyusui harus sesuai
petunjuk dokter.
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.

Bila gejala belum hilang atau timbul demam dalam waktu 2


hari, konsultasikan pada dokter.
Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun kecuali atas
petunjuk dokter.
Hentikan penggunaan obat bila terjadi sukar tidur, jantung
berdebar-debar atau pusing.
Bagi yang menerima injeksi allergen, tidak boleh
menggunakan obat ini.
Selama minum Tremenza, jangan minum minuman yang
mengandung alcohol, obat penenang, dan obat lain yang
menyebabkan rasa kantuk.

Cefat

Hati-hati bila Cefat diberikan pada penderita yang diketahui


alergi terhadap penisilin karena adanya kemungkinan rekasi
silang.
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kolitis.
Dapat memberikan reaksi positif semu pada reaksi Coombs
dan uji glukosa dalam urin bila digunakan larutan Benedict
atau Fehling.
Penggunaan antibiotic Cefat jangka panjang dapat
menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak
sensitif terhadap Cefat
Kenacort
Penghentian terapi secara mendadak dapat menimbulkan
depresi, kelelahan, nyeri sendi / otot (Lacy, dkk, 2009)
Perhitungan dosis
Skrining
Berdasarkan resep diatas daoat disimpulkan bahwa Tn. X
bermasalah pada saluran nafas, sehingga diberikan tremenza yang
merupakan obat untuk meringankan gejala flu, cefat yang merupakan
antibiotik untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan bagian

atas, kenacort yang merupakan obat untuk pengobatan alergi saluran


nafas atas, dan dosis yang diberikan dokter kepada Tn. X telah
sesuai.
Skrining
Rancangan cara pembuatan
a. Tahap Dispensing
1. Menerima
preskripsi:
check
legalitas
dan
kebenarannya. Pengecekan legalitas resep meliputi:
Data dokter, tanggal penulisan resep, data pasien dan
informasi obat.
- Data dokter (Nama, alamat, nomor registrasi, dan
lain-lain)
- Data pasien (Alamat, nama, umur, dan berat
badan)
- Data produk (Nama produk, bentuk sediaan,
kekuatan/potensi obat, jumlah yang didispens,
dosis dan cara penggunaan)
2. Melakukan pengecekan data klinis pasien, meliputi:
siapakah psiennya, kondisi pasien, riwayat pengobatan,
serta riwayat alergi pasien terhadap obat tertentu.
3. Periksa ketersediaan obat, apabila tidak tersedia pasien
harus diberitahukan dan bila memungkinkan untuk
penggantian obat dengan melakukan konfirmasi
terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan.
4. Lakukan compounding dan labeling/etiket.
5. Menyerahkan sediaan kepada pasien dan melakukan
konseling cara penggunaan obat. Check atau verifikasi
ulang bahwa pasien sudah tahu atau sudah mengerti
tentang apa yang dikonfirmasikan dan apakah ada yang
perlu ditanyakan.
b. Tahapan Compounding

1.

2.
3.

Disiapkan semua obat sesuai yang tertulis pada resep.


diperiksa kualitas obat (kemasan dan fisik obat, dosis,
tanggal kadaluarsa).
Diambil sebanyak 10 tablet tremenza, 10 tablet cefat
500 mg, dan 10 tablet kenacort.
Masukkan dalam wadah lalu diberi etiket putih yang
dilengkapi dengan nomor resep, tanggal, nama pasien,
dan aturan pakai.

Etiket
KIE pada pasien
1. Keluarga pasien diberitahukan bahwa obat yang diberikan
terdiri dari 3 macam obat, tremenza dan kenacort masingmasing diminum 3 kali sehari 1 tablet, cefat diminum 3 kali
sehari 1 kapsul.
2. Keluarga pasien diberitahukan agar pasien dianjurkan untuk
menggunakan pola hidup sehat dan makan yang teratur.
3. Bila obat sudah habis dan belum ada tanda sembuh maka
kembali kontrol ke dokter untuk melihat perkembangan.
4. Melakukan verifikasi untuk memastikan pemahaman
keluarga pasien akan apa yang telah kita konselingkan.
5. Keluarga pasien disarankan untuk menyimpan sediaan pada
tempat kering, terlindung cahaya dan pada suhu kamar (15 o30)oC serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Pembahasan
Pada preskripsi tidak tertulis signature sebelum atau sesudah makan
dari masing-masing obat, maka sebaiknya informasi penggunaan
obat sebelum dan sesudah makan pada saat KIE saja.
Resep diabetes
Glimepiride
Pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (BNF, 428)

Muntah, nyeri lambung, diare,


penglihatan kabur, hipoglikemia

gangguan

penglihatan

atau

Tidak cocok diberikan pada pasien diabetes type 1 (insulin


dependent), diabetes ketoasidosis, atau pada pasien koma
karena diabetes.
Hipersensitif terhadap glimepiride atau golongan sulfonil
urea, atau sulfonamide.
Wanita hamil (AHFS, 2008)

Gludepatic
Pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (Sweetman, 2009)
Ruam, muntah, nyeri abdomen, diare, ruam
Kerusakan hati, gangguan fungsi ginjal
Fardin
Glimepiride
penghambatan saluran kalium ATP-sensitif (Sweetman, 2011)
Glimepiride diserap dari saluran pencernaan. Konsentrasi plasma
puncak terjadi pada 2 sampai 3 jam. Waktu paruh adalah sekitar 9
jam. Sekitar 60% dari dosis dieliminasi dalam urin dan 40% dalam
feses. (Sweetman, 2011)
Gludepatic
Memperlambat penyerapan glukosa dari saluran pencernaan,
peningkatan sensitivitas indulin dan ambilan glukosa ke dalam sel,
dan penghambatan glukoneogenesis hepatic (Sweetman, 2011)
Bioavailabilitas mutlak dosis 500 mg sekitar 50-60%. Obat
diekskresikan tidak berubah dalam urin. Waktu paruh plasma sekitar
2 sampai 6 jam setelah dosis oral. Metformin melewati plasenta dan
didistribusikan ke dalam ASI dalam jumlah kecil (Sweetman, 2011)
Interaksi
Glimepiride

Chlorampenicol: dapat menimbulkan efek hipoglikemia


Thiazide: menurunkan efek hipoglikemi

Probenecid: mengurangi ikatan protein-glimepiride dan


mempotensiasi efek hipoglikemi (AHFS, 2008)
Gludepatic
Cimetidin menurunkan ekskresi dari metformin
Furosemid meningkatkan kadar konsentrasi plasma
metformin dan furosemid
Nifedipin meningkatkan absorpsi dan ekskresi urine dari
metformin (AHFS, 2008)
Kesimpulan: tidak ada interaksi antar obat dalam preskripsi
Peringatan
Glimepiride
Pada minggu awal penggunaan Glimepiride, kemungkinan
dapat terjadi hipoglikemia dengan gejala: bertambahnya
frekuensi berkemih, mudah haus, kulit menjadi kering.
Selama penggunaan Glimepiride, disarankan secara rutin
cek gula darah puasa dan kadar Hb glikosilat (biasanya
setiap 3 sampai paling lama adalah 6 bulan sekali), tidak
melewatkan jadwal makan, nutrisi harus cukup baik,
seimbang antara olahraga dan takaran karbohidrat yang
dimakan, meminimalisir konsumsi alcohol, gangguan
fungsi ginjal dan hati. (AHFS, 2008)
Gludepatic
Hindari penggunaan pada pasien dengan gangguan hati
Hentikan sementara pada pasien yang akan menjalani
operasi
Hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal (AHFS,
2008)
Dosis
Skrining terapetik

Berdasarkan resep diatas dapat disimpulkan bahwa Tn. X menderita


diabetes mellitus tipe 2 sehingga diberikan glimepiride yang
digunakan untuk penurun kadar gula darah pada diabetes mellitus
tipe 2 dan gludepatic yang digunakan sebagai kombinasi glimepiride
sebagai menurunkan kadar gula darah dan dosis yang diberikan telah
sesuai.
Rancangan cara pembuatan
a. Tahap Dispensing
1. Menerima
preskripsi:
check
legalitas
dan
kebenarannya. Pengecekan legalitas resep meliputi:
Data dokter, tanggal penulisan resep, data pasien dan
informasi obat.
- Data dokter (Nama, alamat, nomor registrasi, dan
lain-lain)
- Data pasien (Alamat, nama, umur, dan berat
badan)
- Data produk (Nama produk, bentuk sediaan,
kekuatan/potensi obat, jumlah yang didispens,
dosis dan cara penggunaan)
2. Melakukan pengecekan data klinis pasien, meliputi:
siapakah psiennya, kondisi pasien, riwayat pengobatan,
serta riwayat alergi pasien terhadap obat tertentu.
3. Periksa ketersediaan obat, apabila tidak tersedia pasien
harus diberitahukan dan bila memungkinkan untuk
penggantian obat dengan melakukan konfirmasi
terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan.
4. Lakukan compounding dan labeling/etiket.
5. Menyerahkan sediaan kepada pasien dan melakukan
konseling cara penggunaan obat. Check atau verifikasi
ulang bahwa pasien sudah tahu atau sudah mengerti
tentang apa yang dikonfirmasikan dan apakah ada yang
perlu ditanyakan.
b. Tahapan Compounding

1.

2.
3.

Disiapkan semua obat sesuai yang tertulis pada resep.


Diperiksa kualitas obat (kemasan dan fisik obat, dosis,
tanggal kadaluarsa).
Diambil sebanyak 60 tablet glimepiride 2 mg, dan 90
tablet gludepatic 500 mg.
Masukkan dalam wadah lalu diberi etiket putih yang
dilengkapi dengan nomor resep, tanggal, nama pasien,
dan aturan pakai.

KIE
1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.

Memberikan informasi pada pasien bahwa pasien tersebut


mendapatkan 2 macam obat: glimepiride 2 mg, diminum 2
kali sehari 1 tablet, 15 menit sebelum makan pada pagi dan
siang hari, dan gludepatic 500 mg, diminum 3 kali sehari 1
tablet, sesudah makan.
Pasien disarankan untuk menjaga pola makan dan
mengurangi untuk memakan yang manis-manis.
Bila terjadi efek semping: pusing pada pasien disarankan
untuk memakan permen dan duduk sejenak.
Bila obat sudah habis dan belum ada tanda sembuh maka
kembali kontrol ke dokter untuk melihat perkembangan.
Menanyakan kembali pada pasien mengenai cara meminum
obat-obat yang sudah diterima.
Keluarga pasien disarankan untuk menyimpan sediaan pada
tempat kering, terlindung cahaya dan pada suhu kamar (15o
30)oC serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Menyarankan kepada pasien untuk mengecek kadar gula
darah secara rutin.

Pembahasan resep
Pada resep tidak tertulis aturan pemakaian obat sebelum atau
sesudah makan, oleh karena itu diinformasikan pada waktu KIE saja
atau konfirmasi kepada dokter dan jika dokter telah acc maka dapat
dicantumkan di etiket.

Resep 3
Lanzoprazol
Hal ini digunakan dalam pengobatan penyakit ulkus peptikum dan
dalam kondisi lain di mana penghambatan sekresi asam lambung
mungkin bermanfaat. (Sweetman, 2011)
Sakit kepala, pusing, diare, mulut kering
Hipersensitif terhadap lansoprazole, diganti Benzimidazole (yaitu,
esomeprazole, omeprazole, pantoprazole), atau komponen lain dalam
formulasi (Lacy, dkk, 2009)
Zantac
pengurangan keasaman lambung bermanfaat (BNF)
sakit kepala, ruam kulit, pusing
hipersensitif terhadap ranitidine atau komponen lain dalam formulasi
(Lacy, dkk, 2009)
Anvomer
mencegah muntah-muntah setelah operasi, muntah-muntah pada
masa kehamilan dan muntah-muntah dalam perjalanan
Mengantuk
Hipersensitivitas
Fardin
Lansoprazol
inhibitor pompa proton. Ini menekan sekresi asam lambung dengan
menghambat sistem enzim hydrogen / kalium adenosine trifosfatase
(H + / K + ATPase), yang proton pump dari sel parietal lambung.
(Sweetman, 2011)
Lansoprazole cepat diserap setelah dosis oral, dengan konsentrasi
plasma puncak dicapai setelah sekitar 1,5 sampai 2 jam.
Bioavailabilitas sekitar 80% karena lansoprazole tidak stabil pada pH
asam. Makanan memperlambat penyerapan lansoprazole dan
mengurangi bioavailabilitas menjadi sekitar 50%. Metabolit
diekskresikan terutama dalam feses melalui empedu; hanya sekitar

15-30% dari dosis diekskresikan dalam urin. Waktu paruh plasma


sekitar 1 2 jam. Sekitar 97% terikat protein plasma. (Sweetman,
2011)
Zantac
histamine H2-antagonis dan menghambat tindakan histamin
dimediasi oleh H2-reseptor seperti sekresi asam lambung dan pepsin
keluaran. Hal ini digunakan di mana penghambatan sekresi asam
lambung mungkin bermanfaat, seperti pada penyakit ulkus peptikum,
termasuk stress ulkus (p.1702), gastro-oesophageal reflux disease
(p.1696) (MD 1719)
Ranitidin mudah diserap dari aluran pencernaan dengan konsentrasi
puncak dalam plasma terjadi sekitar 2 sampai 3 jam setelah dosis
oral. Makanan tidak signifikan mengganggu penyerapan.
Bioavailabilitas ranitidin setelah dosis oral adalah sekitar 50%.
Ranitidin cepat diserap pada injeksi intramuscular, dengan
konsentrasi plasma puncak terjadi dalam waktu sekitar 15 menit. Hal
ini lemah terikat, sekitar 15% protein plasma. Penghapusan paruh
adalah sekitar 2 sampai 3 jam dan meningkat pada gangguan ginjal.
Sebagian kecil dari ranitidin dimetabolisme di hati ke N-oksida, Soksida, dan desmethylranitidine; N-oksida adalah metabolit utama
tetapi menyumbang hanya sekitar 4 sampai 6% dari dosis. Sekitar
30% dari dosis oral dan 70% dari dosis intravena diekskresikan tidak
berubah dalam urin dalam 24 jam, terutama oleh sekresi tubular
aktif; ada beberapa eksresi dalam kotoran. Ranitidin melintasi
penghalang plasenta dan didistribusikan ke dalam ASI. (Sweetman,
2011)
Anvomer
bekerja secara sentral menghambat impuls reflex muntah di pusat
muntah (emetic centre) dan di trigger zone (Chemoreceptor trigger
zone CTZ).

Interaksi
Lansiprazol
Antasida dan sukralfat dapat mengurangi bioavailabilitas
lansoprazole. (Sweetman, 2011)
Zantac
Affinitas untuk sistem isoenzim CYP sekitar 10% dari cimetidine,
penghambatan sistem isoenzim CYP yaitu 2,4 kali lebih kecil dari
cimetidine dan Tidak menghambat isoenzim CYP pada dosis yang
direkomendasikan. Menghambat metabolism hepatic beberapa obat
atau mempengaruhi bioavailabilitas dengan mekanisme lain (AHFS,
2008).
Anvomer
Kesimpulan: tidak ada interaksi antar obat-obat dalam resep
Peringatan
Lansoprazol
Pediatirk: keamanan dan kemanjuran belum didirikan pada anak <1
tahun
Keganasan lambung: Bantuan gejala tidak menghalangi kehadiran
keganasan lambung
Infeksi saluran pencernaan (misalnya, Salmonella, Campylobacter):
Penggunaan proton pump inhibitor dapat meningkatkan resiko
infekasi ini.
Gangguna hati: Pasien dengan disfungsi hati yang berat mungkin
memerlukan pengurangan dosis (Lacy, dkk, 2009).
Zantac
Sebelum memberikan simetidin atau histamin H2-antagonis lain
untuk pasien dengan ulkus lambung kemungkinan keganasan harus
dipertimbangkan karena obat ini dapat menutupi gejala dan menunda

diagnosis. Mereka harus diberikan dalam dosis rendah pada pasien


dengan gangguan ginjal. (Sweetman, 2011)
Anvomer
Selama menggunakan obat ini jangan mengendarai kendaraan
bermotor.
Skrining terapi
Berdasarkan resep diatas dapat disimpulkan bahwa Tn. X mengalami
gangguan pada saluran pencernaan, sehingga diberikan lansoprazol
sebagai obat untuk menghambat sekresi asam lambung, zantac
digunakan untuk mengurangi asam lambung yang berlebih, anvomer
digunakan untuk mencegah terjadinya muntah, dan dosis yang
diberikan telah sesuai.
Rancangan cara pembuatan
a. Tahap Dispensing
1. Menerima
preskripsi:
check
legalitas
dan
kebenarannya. Pengecekan legalitas resep meliputi:
Data dokter, tanggal penulisan resep, data pasien dan
informasi obat.
- Data dokter (Nama, alamat, nomor registrasi, dan
lain-lain)
- Data pasien (Alamat, nama, umur, dan berat
badan)
- Data produk (Nama produk, bentuk sediaan,
kekuatan/potensi obat, jumlah yang didispens,
dosis dan cara penggunaan)
2. Melakukan pengecekan data klinis pasien, meliputi:
siapakah psiennya, kondisi pasien, riwayat pengobatan,
serta riwayat alergi pasien terhadap obat tertentu.
3. Periksa ketersediaan obat, apabila tidak tersedia pasien
harus diberitahukan dan bila memungkinkan untuk
penggantian obat dengan melakukan konfirmasi
terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan.

4.
5.

b.

Lakukan compounding dan labeling/etiket.


Menyerahkan sediaan kepada pasien dan melakukan
konseling cara penggunaan obat. Check atau verifikasi
ulang bahwa pasien sudah tahu atau sudah mengerti
tentang apa yang dikonfirmasikan dan apakah ada yang
perlu ditanyakan.
Tahapan Compounding
1. Disiapkan semua obat sesuai yang tertulis pada resep.
diperiksa kualitas obat (kemasan dan fisik obat, dosis,
tanggal kadaluarsa).
2. Mengambil tablet lansoprazol sebanyak 5 tablet, tablet
zantac sebanyak 6 tablet, dan tablet anvomer sebanyak
6 tablet.
3. Masukkan dalam wadah lalu diberi etiket putih yang
dilengkapi dengan nomor resep, tanggal, nama pasien,
dan aturan pakai.

KIE
1.

2.

3.

Keluarga pasien diberitahukan bahwa obat yang diberikan


terdiri dari 3 macam obat yaitu lansoprazol diminum 1 kali
sehari, pagi hari sebelum makan, zantac diminum 2 kali
sehari, siang dan sore hari sesudah makan, anvomer
diminum 1 kali sehari.
Keluarga pasien diberitahukan agar pasien dianjurkan untuk
menggunakan pola hidup sehat, makan makanan yang
bergizi, mengurangi makanan yang pedas dan asam serta
istirahat yang cukup.
Bila obat sudah habis dan belum ada tanda sembuh maka
kembali kontrol ke dokter untuk melihat perkembangan.

4.
5.

Melakukan verifikasi untuk memastikan pemahaman


keluarga pasien akan apa yang telah kita konselingkan.
Keluarga pasien disarankan untuk menyimpan sediaan pada
tempat kering, terlindung cahaya dan pada suhu kamar (15o
30)oC serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Pembahasan
Sebaiknya untuk signature pada anvomer dalam resep asli tidak ada
sebelum atau sesudah makan, maka diberikan informasi pada saat
KIE saja.
Anak
Asvex
Hibenzate Tipepidine adalah penekan batuk digunakan untuk batuk
non-produktif (p.1547) yang diklaim juga memiliki tindakan
ekspektoran (Sweetman, 2011)
Salbuven
Salbutamol dan salbutamol sulfat digunakan sebagai bronkodilator
dalam pengelolaan obstruksi saluran napas reversible, seperti pada
asma dan pada beberapa pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronik (Sweetman, 2011)
Keringat dingin dank ram otot
Hipersensitivitas terhadap salbutamol sulfat dan tidak boleh
diberikan pada ibu hamil trimester 1 dan 2
Pehacort
Pengobatan gangguan inflamasi dan alergi, asma (BNF)
Hipertensi, peningkatan nafsu makan, pertumbuhan terhambat
Hipersensitivitas terhadap komponen dari formulasi; infeksi jamur
sistemik; pemberian vaksin hidup yang dilemahkan atau hidup
dengan dosis imunosupresif prednisone (Lacy, dkk, 2009)
Tremenza

Pseudoefedrin HCl: decongestant (BNF, 206)


Triprolidin HCl: sebagai antihistamin sedative (Sweetman, 2011)
Mulut kering, pusing, susah tidur.
Pseudoefedrin HCl: hipersensitivitas terhadap pseudoefedrin, bayi
yang baru lahir, ibu menyusui
Triprolidin HCl: hipersensitivitas terhadap triprolidin. (Lacy, dkk,
2009)
Avil
Penenang antihistamin dengan sifat sedative antimuskarinik dan
moderat. Untuk mengurangi gejala-gejala kondisi alergi (Sweetman,
2011)
Mulut kering dan gangguan saluran cerna
Hipersensitif, hipertrofi prostat
EF
Asvex
Supresan batuk memiliki sebuah pusat perifer pada reflex batuk,
bertindak mengurangi sensitivitas reseptor pada saluran pernapasan.
(Sweetman, 2011)
Salbuven
Salbutamol adalah simpatomimetik langsung bertindak dengan
aktivitas terutama beta-adrenergik dan tindakan selektif pada
reseptor beta2, menyebabkan aksi bronkodilatasi. Salbutamol dan
salbutamol sulfat digunakan sebagai bronkodilator dalam pengobatan
saluran napas, seperti pada asma. (Sweetman, 2011)
Salbutamol mudah diserap dari saluran pencernaan. Salbutamol
mengalami metabolism lintas pertama di hati dan mungkin di
dinding usus; metabolit utaman adalah sulfat konjugat tidak aktif.
Salbutamol dengan cepat diekskresikan, terutama dalam urin,
sebagai metabolit dan obat tidak berubah; sebagian kecil

diekskresikan dalam tinja. Plasma paruh salbutamol telah


diperkirakan berkisar antara 4 sampai 6 jam. (Sweetman, 2011)
Pehacort
Bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul
hormone ini melintasi membrane plasma secara difusi pasif dan
membentuk kompleks reseptor-steroid dan menstimulasi transkrip
RNA dan sintesis protein spesifik dan menghasilkan efek fisiologik
steroid (F&T)
Prednison keduanya mudah diserap dari saluran pencernaan,
prednisone harus dikonversi dalam hati menjadi metabolit aktif,
prednisolon. Bioavailabilitas tergantung pada formulasi (Sweetman,
2011)
Trmenza
Pseudoefedrin HCl:
bekerja pada reseptor alfa-adrenergik dalam mukosa saluran
pernapasan sehingga menghasilkan vasokonstriksi
Triprolidin HCl: antagonis reseptor histamin H-1 dalam pengobatan
alergi pada sel efektor (Sweetman, 2011)
Pseudoefedrin HCl:
Mudah diserap di saluran cerna. Diekskresikan dalam bentuk tidak
berubah melalui urin. Waktu paruh sekitar 5-8 jam (Sweetman, 2011)
Triprolidin HCl:
Mudah diserap di saluran cerna, dieksresikan melalui urin, waktu
paruh sekitar 3-5 jam. Didistribusikan ke dalam ASI (Sweetman,
2011)
Avil
Histamin H1-antagonis menghalangi reseptor H-1 pada jaringan.
Reseptor histamin H1 bertanggung jawab atas vasodilatasi,

peningkatan permeabilitas kapiler, flare dan reaksi gatal di kulit, dan


sampai batas tertentu untuk kontaksi otot polos di saluran bronkus
dan pencernaan. (Sweetman, 2011)
Konsentrasi plasma puncak feniramine dicapai dalam 1 sampai 2,5
jam. Waktu paruh berkisar anatar 16 dan 19 jam setelah dosis oral.
Ekskresi dalam bentuk utuh dan metabolit dari urin adalah 70-83%
dari dosis oral (Sweetman, 2011)
IO
Asvex
Salbuven
Penggunaan salbutamol dan agonis beta2 lainnya dengan
kortokosteroid, diuretic, atau xantin meningkatkan risiko
hipokalemia, dan pemantauan konsentrasi kalium dianjurkan pada
asma berat. (Sweetman, 2011)
Pehacort
Penggunaan barbiturate, karbamazepin, fenitoin, primidone, atau
rifampisin dapat meningkatkan metabolism dan mengurangi efek
kortikosteroid sistemik. (Sweetman, 2011)
Tremenza
Pseudoiefedrin HCl:
Pseudoefedrin dan tramadol dapat menyebabkan efek pada saluran
pencernaan (Sweetman, 2011)
Triprolidin HCl:
Dengan obat antimuskarinik seperti atropine meningkatkan efek
muskarinik (Sweetman, 2011)
Avil
Antihistamin sedative dapat meningkatkan efek sedative dari
depresan SSP termasuk alcohol, barbiturate, hipnotik, analgesik

opioid, sedative anxiolitic, dan antipsikotik. Antihistamin sedative


memiliki tindakan antimuskarinik aditif dengan obat antimuskarinik
lainnya, seperti atropine dan beberapa antidepresan (trisiklik baik
dan MOAIs). (Sweetman, 2011)
Kesimpulan: Perlu diwaspadai penggunaan pehacort (kecuali
interaksi dengan salbuven) pada anak-anak karena dapat
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Peringatan
Asvex
Salbuven
Salbutamol dan agonis beta lainnya harus diberikan dengan
hati-hati pada hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia,
hipertensi, dan diabetes mellitus. (Sweetman, 2011)
Pehacort

Kortikosteroid sistemik harus digunakan dengan hati-hati


pada penderita gagal jantung, infark miokard, atau
hipertensi, pada pasien dengan diabetes mellitus, epilepsi,
glaucoma, hipotitoidisme, gagal hati, osteoporosis, peptic
ulserasi.
Penggunaan pada anak-anak dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan. (Sweetman, 2011)

Tremenza
Selama pengobatan dengan Tremenza, hati-hati bila
mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Karena efek Tremenza pada bayi belum diketahui, maka
pemeberian pada wanita hamil dan menyusui harus sesuai
petunjuk dokter.

Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.


Bila gejala belum hilang atau timbul demam dalam waktu 2
hari, konsultasikan pada dokter.
Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun kecuali atas
petunjuk dokter

Avil

Dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengemudi atau


mengoperasikan mesin, kehamilan

Dosis
Skrining
Dari resep diatas dapat disimpulkan bahwa an. X mengalami
gangguan saluran nafas, sehingga diberikan asvex digunakan untuk
pengobatan batuk, salbuven digunakan untuk pengobatan sesak
nafas, pehacort digunakan untuk pengobatan radang pada
tenggorokan, tremenza digunakan untuk pengobatan flu, dan avil
digunakan untuk pengobatan gejala alergi.
4511
Pembuatan serbuk dari tablet
Dilakukan penggerusan dari masing-masing tablet
Rancangan
KIE
1.

2.

Memberikan informasi pada pasien bahwa pasien tersebut


mendapatkan resep puyer : puyer tersebut untuk infeksi
saluran nafas diminum 3 kali sehari 1 bungkus sesudah
makan setiap pagi dan malam hari.
Keluarga pasien diberitahukan agar pasien dianjurkan untuk
menggunakan pola hidup sehat, makan makanan yang
bergizi serta istirahat yang cukup.

3.
4.
5.

Bila obat sudah habis dan belum ada tanda sembuh maka
kembali kontrol ke dokter untuk melihat perkembangan.
Melakukan verifikasi untuk memastikan pemahaman
keluarga pasien akan apa yang telah kita konselingkan.
Keluarga pasien disarankan untuk menyimpan sediaan pada
tempat kering, terlindung cahaya dan pada suhu kamar (15o
30)oC serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Pembahasan
Dalam peracikan serbuk bagi sebaiknya ditentukan terlebih dahulu
berat untuk 1 bungkus (anak-anak sekitar 200-350 mg setiap
bungkus), sehingga dapat ditentukan berapa equal yang dapat
ditambahkan dan dapat dilakukan keseragaman bobot dengan
pandangan mata pada saat pembagian serbuk.8

OWA
Keluhan pasien
Seorang pasien dewasa dating ke Apotek Pro-Tha Farma dengan
keluhan gigi merasa nyeri. Kemudian apoteker mengumpulkan
informasi dari pasien tersebut dengan cara menanyakan gejala apa
saja yang muncul, sudah berapa lama sakit tersebut diderita, dan
menanyakan obat apa saja yang sudah digunakan. Pasien tersebut
mengatakan bahwa setiap merasa nyeri diberikan mefinal dan pasien
tersebut ingin membeli mefinal. Apoteker memberikan obat yang
diminta dan memberikan KIE pada pasien tersebut.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pasien maka dapat
dilakukan patient assessment dengan metode WWHAM:
Pasien pria dewasa, umur skitar 32 tahun
Pasien mengeluh gigi terasa nyeri.
Sekitar 1 hari
Berkumur dengan obat kumur
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun dan belum melakukan
tindakan pengobatan medis apapun.

Tinjauan
Saya menyarankan obat dengan indikasi yang disesuaikan dengan
keluhan pasien, seperti obat yang mengandung asam mefenamat
yaitu Mefinal. Berikut penjelasan tentang Mefinal (Sanbe Farma):
Komposisi
Tiap kaplet mengandung asam mefenamat 500 mg.
Indikasi
Menghilangkan rasa sakit dan nyeri
Dosis
Untuk dewasa 500 mg, 3 kali sehari (Sweetman, 2011).
Farmakodinamik
Menghambat kerja cyclooxygenase-1 (COX-1) dan cyclooxygenase2 (COX-2) (AHFS, 2008).
Farmakokinetik
Asam mefenamat diserap baik di saluran pencernaan. Konsentrasi
puncak plasma terjadi sekitar 2-4 jam setelah konsumsi. Waktu paruh
plasma sekitar 2-4 jam. Terikta protein plasma sekitar 90%. Asam
mefenamat didistribusi ke ASI. Lebih dari 50% dari dosis
diekskresikan melauli urin dalam bentuk tidak berubah (Sweetman,
2011)
Efek Samping
Konstipasi, Diare
Interaksi Obat
Pemberian asam mefenamat bersamaan dengan antasida dapat
meningkatkan konsentrasi puncak plasma dan AUC dari asam
mefenamat (AHFS, 2008)

KIE pada Pasien


a. KIE Farmakologi
1. Diberikan penjelasan mengenai obat terpilih yaitu
Mefinal, meskipun pasien tersebut telah pernah
menggunakan Mefinal sebelumnya.
2. Diberikan penjelasan mengenai aturan pakai dari
Mefinal yaitu diminum 3 kali sehari, 1 tablet, sesudah
makan.
3. Memberikan informasi mengenai cara penyimpanan
obat, yaitu: simpan ditempat yang sejuk, terlindung dari
cahaya dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. KIE Non Farmakologi
1. Pasien dinasehati untuk menggosok gigi teratur, dan
menggunakan pasta gigi untuk gigi sensitive
Lakukan verifikasi akhir pada pasien untuk memasrikan bahwa
pasien telah mengerti dan memahami apa yang telah dikonselingkan.
Tindakan yang harus dilakukan oleh seorang apoteker dalam
pelayanan Obat Wajib Apotek
1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien
yang disebutkna dalam Obat Wajib Apotek yang
bersangkutan.
2. Membuat catatan pasien serta obat yang diberikan.
3. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya,
kontraindikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien (KepMenKes Nomor
347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek).

Anda mungkin juga menyukai