Anda di halaman 1dari 9

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN (P3HH)

TELAH MELAKSANALKAN PENELITIAN PEMBUATAN BIODIESEL


DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.)
(Tahun 2005-2008)

Sejarah
Pusat litbang hasil hutan telah memulai penelitian pembuatan biodiesel dari biji nyamplung
secara intensif sejak tahun 2005, dan pada tahun 2008 diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :
-

Biodiesel dari biji nyamplung telah diuji sifat-sifat fisiko-kimianya oleh Pusat Litbang
Minyak dan Gas Bumi (2008) dan semua sifat-sifatnya (sebanyak 17 sifat) telah
memenuhi standar nasional indonesia (SNI) untuk biodiesel, No : 04-7182-2006.

Biodiesel nyamplung telah diuji coba di jalan raya (road rally-test) sebanyak tiga
kali,mencapai jarak total 370 km. Dari seluruh uji coba yang dilaksanakan, diperoleh
hasil yang memuaskan tanpa masalah teknis permesinan. Kecepatan kendaraan
tertinggi yang dicapai adalah 120 km/jam .

Pengujian kinerja mesin dengan bahan bakar biodiesel nyamplung masih


dilaksanakan oleh Puspitek LIPI di Serpong. Setelah selesai, hasilnya akan
didaftarkan untuk sertifikasi di BSN (Badan Sertifikasi Nasional).

Sosialisasi
Hasil dari penelitian ini sangat penting secara global,

karena itu dilaksanakan

sosialisasi dalam berbagai kegiatan seperti penerbitan buku, presentasi dalam seminarseminar, demo dan uji coba. Lebih detailnya, kegiatan-kegiatan tersebut adalah:
1. Penerbitan buku berjudul Nyamplung, sumber energi biofuel yang potensial. Buku
ini telah disebarluaskan secara gratis di berbagai seminar.
2. Presentasi dalam Seminar Nasional Nyamplung, diadakan di Jakarta (Gd. Manggala
Wanabakti), tanggal 23 September 2008 oleh Prof. Sudradjat.
3. Presentasi dalam Workshop Asia Pasifik mengenai Bioenergi Berbasis Kayu di
Hotel Meridien Jakarta, Tanggal 14-17 Oktober 2008 oleh Prof. Sudradjat.
4. Presentasi dalam Diskusi mengenai Kebijakan Biofuel pada Workshop Asia
di Beijing, China, tanggal 24-27 September oleh Prof.Sudradjat.
5. Presentasi dalam Workshop Temu Nasional Desa Energi Mandiri tanggal 11-13
November 2008 di Sanur, Bali, oleh Prof .Sudradjat.

6. Presentasi dalam Pertemuan Bilateral Badan Litbang Kehutanan dengan FRIM


(Malaysia) tanggal 18 desember 2008 oleh Prof. Sudradjat.
7. Tiga kali uji coba:
a. Tanggal 7 November 2008, Bogor-Jakarta (PP), menggunakan

1 mobil

dengan bahan bakar biodiesel nyamplung 100% (B-100)


b. 28 November 2008, Bogor Cibinong (PP), menggunakan 2 mobil berbahan
bakar biodiesel nyamplung 100% (B-100)
c. Tanggal 23 Desember 2008, Jakarta-Bogor banten (PP), menggunakan
sebuah bus berukuran sedang bebahan bakar biodiesel nyamplung 100% (B100).

Keunggulan Jenis Pohon


-

Nyamplung merupakan tanaman pantai yang tumbuh di daratan dengan ketinggian


dari 0 hingga 400 mdpl, tersebar diseluruh kepulauan Indonesia, juga di beberapa
negara berpantai seperti negara- negara di Afrika, Madagaskar, India, Thailand,
Vietnam, Malaysia, dan Cina.

Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap lingkungan. Jenis ini ditemukan dalam
jumlah populasi yang besar, dengan kisaran umur yang lama (1-50 tahun), memiliki
biji yang banyak, berbuah sepanjang tahun terutama pada bulan SeptemberNopember.

Produktivitas biji keringnya tinggi, 10 ton dari jarak tanam 5 x 10 m dan 20 ton dari
jarak tanam 5 x 5 m. Kadar minyak berkisar dari 60 hingga 65% dari kapasitas total
dan 45 40 % minyak yang diekstrak .

Selain minyak, kayu pohon nyamplung telah lama menjadi kayu komersial, terutama
sebagai bahan baku pembuatan kapal, karena kayu ini memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap organisme penggerek kayu di laut.

Pohon nyamplung memiliki produk samping seperti Coumarine (getah yang


berkhasiat sebagai obat HIV/AIDS), stearin, briket arang dan arang aktif dan lain
sebagainya.

Pengolahan
Proses pengolahan biodiesel dari nyamplung hampir sama dengan pengolahan minyak
sawit, kelapa dan jarak pagar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif yang
tinggi, maka pada proses pengukusan lebih lama dan pemisahan getah (degumming)
dilakukan pada konsentrasi tinggi

Tahapan pengolahan biji nyamplung hingga menghasilkan minyak nyamplung:


1.

Penyimpanan biji
Dilakukan pada biji yang telah dikuliti (daging biji dipisahkan dari tempurung) dan

telah dikeringkan dan mencapai kadar air 8-12%. Biji dimasukan kedalam karung goni dan
ditutup rapat. Karung berisi biji nyamplung di simpan didalam gudang dengan suhu 26-27 oC
dan kelembapan sekitar 60-70%.
2.

Pengeringan biji
Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

Dikeringkan di bawah sinar matahari

Digoreng tanpa minyak (sangrai)

Pengeringan dengan mesin

Pengeringan dilakukan sampai biji nyamplung berwarna coklat kemerahan. Pengeringan yang
tepat akan menentukan rendemen minyak yang dihasilkan
3.

Pengepresan biji
Bisa dilakukan dengan dua macam mesin pres, yaitu :

Mesin pres hidrolik manual dan mesin pres ekstruder (sistem ulir). Mesin pres hidrolik
memerlukan energi listrik yang kecil (1000 watt) karena produksi minyaknya dalam satu hari
juga kecil yaitu 10 liter. Sedangkan mesin pres ekstruder memerlukan energi listrik hingga 5
KVA dengan produksi minyak 100 liter/hari.
Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap karena mengandung
kotoran dari kulit dan senyawa kimia seperti : alkoloid, fosfatida, karotenoid, khlorofil, dll.
Proses selanjutnya adalah pemisahan getah (dugemming terhadap minyak nyamplung yang
dihasilkan oleh mesin pres.
4.

Degumming
Degumming dilakukan pada suhu 80 oC selama 15 menit, sampai terjadi endapan.

Endapan dipoisah kan, kemudian dicuci dengan air hangat (suhu 60 oC) hingga jernih.
Selanjutnya air dipisahkan/diuapkan dari minyak dengan pengeringan vakum pada suhu 80 oC
agar tidak terjadi reaksi oksidasi.

Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari getah/lendir yang terdiri dari
fostatida, protein, karbohidrat, residu, air dan resin. Proses degumming dilakukan dengan
penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b) minyak,sehingga akan terbentuk
senyawa fosfasida yang mudah terpisah dari minyak. Hasil dari proses degumming akan
memperlihatkan perbedaan warna yang jelas dari minyak asalnya, yaitu berwarna jernih
kemerah-merahan.
Selanjutnya proses yang dilakukan adalah pengolahan minyak nyamplung menjadi
biodiesel. Namun hasil penelitian terbaru dengan tahapan pengolahan yang berbeda dari
tahapan di atas, memberikan standar kualitas minyak nyamplung yang lebih baik. Tahapan
pengolahan dari penelitian terbaru adalah sebagai berikut :
a. Pemipilan/pemisahan daging biji dengan tempurungnya.
b. Pengukusan biji tanpa tempurung dilakukan selama dua jam.
c. Degumming dilakukan untuk mengendapkan asam fosfat teknis pada konsentrasi 1%.
Proses pengolahan yang baru ini menghasilkan minyak yang standarnya sesuai dengan
SNI hingga 100% karena semua parameter standar telah terpenuhi.
5. Pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel dilakukan dengan tahapan :
a. Esterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis HCL 1%, selama 1 jam.
b. Transesterifikasi menggunakan metanol, dengan katalis Na OH 1%, selama
c. Bila bilangan asam dari minyak yang dihasilkan melebihi standar, diperlukan

satu jam
proses

netralisasi sesuai dengan FFA (asam lemak bebas) yang tersisa


Kualitas minyak yang telah dihasilkan dari proses ini telah mencakup parameter
Densitas, Viskositas Tititk Kabut, Residu Karbon dan Bilangan asam, oleh karena itu 100%
telah kualitasnya memenuhi SNI.

Tabel 1. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung dibandingkan dengan standar SNI 04- 71822006
Biodiesel
No.
Parameter
Satuan
Metode Uji
Nilai
Nyamplung
1. Massa jenis pada 40o C
kg/m3
2. Viskositas kinematik
mm2 /s(cSt)
o
pada 40 C
3. Bilangan setana
o
4. Titik nyala
C
(mangkok tertutup)
o
5. Titik kabut
C
6. Korosi kepingan tembaga
(3 jam pada 50o C)
7. Residu karbon dalam : % massa
- Contoh asli
- 10% ampas distilasi
8. Air dan sedimen
% volume
o
9. Suhu distilasi 90%
C
10. Abu tersulfatkan
% massa
11. Belerang
ppm-m
(mg/kg)
12. Fosfor
ppm-m
(mg/kg)
13. Bilangan asam
mg KOH/g
14. Gliserol total
15. Kadar ester alkil
16. Bilangan iodium

ASTM D1298
ASTM D445

850-890
2,3-6,0

880,6
5,724

ASTM D613
ASTM D93

Min. 51
Min. 100

71,9
151

ASTM D2500 Maks. 18


ASTM D130 Maks.no 3

38
1b

ASTM D4530 Maks.0,05


Maks.0,30

0,04

ASTM D1796
ASTM D1160
ASTM D874
ASTM D1266

Maks.0,05
Maks. 360
Maks.0,02
Maks. 100

0
340
0,026
16

ASTM D1091 Maks. 10

0,223

AOCS
Cd 3d-63
% massa AOCS
Ca 14-56
% massa SNI04-71822006
% massa AOCS
(g I2 /100 g) Cd1-25

Maks. 0,8

0,76

Maks.0.24

0,222

Min. 96,5

96,99

Maks. 115

85

Gambar 1. Pohon, kayu, bunga, daun, buah dan biji nyamplung

Gambar 2. Minyak nyamplung

Gambar 3. Mesin press dan reaktor estrans

Gambar 4. Uji coba pertama Bogor-Jakarta (pp) dengan Jeep Daihatsu


berbahan baker biodiesel nyampung 100% (B-100)

Gambar 5. Uji coba kedua Bogor-Cibinong menggunakan Jeep Daihatsu dan


Daihatsu Strada berbahan baker biodiesel nyamplung 100% (B-100)

Gambar 6. Uji coba ketiga Jakarta-Bogor-Banten menggunakan bis


ukuran sedang berbahan bakar biodiesel nyamplung 100% (B-100)

PETA SEBARAN INDIKATIF TEGAKAN ALAM NYAMPLUNG DI INDONESIA

keterangan :
1 spot minimal seluas 500 ha, dengan
bentang(lebar tutupan) 200m ke arah darat

1 spot minimal seluas 500 ha, dengan bentang(lebar tutupan)

SUmber : (1). Peta Dasar Tematik Kehutanan ;


(2). Peta Penutupan Lahan Citra Satelit Landsat7 ETM+ masing-masing provinsi (2003)

Anda mungkin juga menyukai