Anda di halaman 1dari 6

PENGURANGAN RISIKO BENCANA

Oleh Rosaria Indah


(staf di Medical Education Unit, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Peneliti di Tsunami and Disaster Mitigation
Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh)
Email: rosariaindah@tdmrc.org

Inspirasi
Sangat menarik mengkaji pentingnya langkah-langkah pengurangan risikio bencana dalam
kehidupan kita sebagai seorang warga negara dan sebagai seorang muslim. Sering kita dengar
kalimat pasrah terhadap bencana yang menimpa, misalnya: Memang malang tak dapat ditolak untung
tak dapat diraih. Memang sudah musibah mau apa lagi?
Saat kita membaca Islam dalam literatur (bukan dalam praktek sehari-hari), ada sebuah kisah
yang cukup menarik. Pada suatu hari Rasulullah Muhammad SAW bertemu seorang laki-laki suku
badui yang meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Rasulullah SAW lalu bertanya: Mengapa
engkau tak mengikat untamu? Dia akan lari dan menimbulkan musibah bagimu. Sang badui
menjawab: Aku bertawakkal pada Allah, aku serahkan semua urusanku pada-Nya. Rasulullah SAW
tidak serta merta menyetujui ketawakkalan laki-laki itu, bahkan Beliau SAW bersabda: Ikatlah dahulu
untamu, lalu bertawakkallah pada Allah (Hadits Riwayat Tirmidzi).
Islam memang agama yang komprehensif. Memandang bencana dalam kacamata Islam
adalah menerapkan tawakkal pada tempatnya. Prinsip Tie your camel first, then put your trust in
Allah inilah yang patut kita terapkan dalam Pengurangan Risiko Bencana.

Definisi Pengurangan Risiko Bencana (PRB)


Pengurangan risiko bencana (Disaster risk reduction) didefinisikan sebagai konsep dan praktik
mengurangi risiko-risiko bencana melalui upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola
faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman
bahaya, pengurangan kerentanan penduduk dan harta benda, pengelolaan lahan dan lingkungan
secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap peristiwa-peristiwa yang merugikan (The
concept and practice of reducing disaster risks through systematic efforts to analyse and manage the
causal factors of disasters, including through reduced exposure to hazards, lessened vulnerability of
people and property, wise management of land and the environment, and improved preparedness for
adverse events. (Anonimous, 2004)).
PRB adalah sebuah pendekatan yang komprehensif untuk mengurangi risiko bencana diatur
dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa-disahkan Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framawork of
Action/HFA), yang diadopsi tahun 2005 (Pasca Tsunami 2004), yang diharapkan hasilnya adalah
"Penurunan secara berarti atau hilangnya risiko bencana, dalam kehidupan dan aset-aset sosial,
ekonomi dan lingkungan masyarakat dan negara-negara ". Salah satu lembaga PBB yang dinamai
Strategi Internasional untuk Bencana (UN-ISDR) didirikan untuk menjalin kerjasama antara pemerintah,
organisasi dan masyarakat sipil untuk membantu dalam pelaksanaan Kerangka Aksi Hyogo tersebut.

Perhatikan bahwa sementara istilah "pengurangan bencana" kadang-kadang digunakan berganti-ganti


dengan istilah "pengurangan risiko bencana". Istilah terakhir memberi pemahaman yang lebih baik,
lebih berkelanjutan dan terkait dengan potensi yang sedang berlangsung untuk mengurangi risiko
bencana.

Tujuan PRB
PRB tentu saja bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian yang terjadi akibat bencana. Oleh karena
itu langkah-langkah PRB perlu diintegrasikan ke dalam pembangunan. Sejak akhir dekade 1990-an
banyak kalangan kian menyadari perlunya mengarusutamakan pengurangan risiko bencana ke dalam
pembangunan yakni memasukkan pertimbangan-pertimbangan risiko bencana alam ke dalam
kerangka strategis jangka menengah dan struktur-struktur kelembagaan, ke dalam kebijakan dan
strategi negara dan sektoral serta ke dalam perancangan proyek di negara-negara rawan bahaya.
Upaya pengarusutamaan risiko bencana harus mencakup analisis bagaimana potensi bahaya dapat
mempengaruhi kinerja kebijakan, program dan proyek, dan analisis bagaimana kebijakan, program dan
proyek tersebut berdampak pada kerentanan terhadap bahaya alam. Analisis ini harus ditindaklanjuti
dengan mengambil tindakan yang perlu untuk mengurangi kerentanan, dengan menempatkan
pengurangan risiko sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan dan bukan sebagai
tujuan itu sendiri.
Perubahan dari cara pandang lama yang telah mengakar bahwa bencana adalah sesuatu yang tidak
dapat diprediksi sebelumnya, tak terhindarkan dan harus ditangani oleh para ahli tanggap darurat,
sedikit banyak mencerminkan meningkatnya pemahaman akan bencana sebagai masalah
pembangunan yang masih harus diatasi. Program pembangunan tidak dengan sendirinya mengurangi
kerentanan terhadap bahaya alam. Sebaliknya, program pembangunan tanpa disadari dapat
melahirkan bentuk-bentuk kerentanan baru atau memperburuk kerentanan yang telah ada, terkadang
dengan konsekuensi yang tragis. Peningkatan pemahaman ini berjalan seiring dengan meningkatnya
kesadaran akan pentingnya penanggulangan kemiskinan. Telah lama diakui umum bahwa salah satu
dimensi kemiskinan yang mendasar adalah keterpaparan terhadap risiko dan kemungkinan hilangnya
pendapatan, termasuk yang diakibatkan oleh bahaya alam. Pemahaman akan hal ini telah mendorong
adanya perhatian yang lebih besar pada analisis bentuk-bentuk dan penyebab mendasar kerentanan
dan kegiatan-kegiatan terkait yang dapat memperkuat ketangguhan dalam menghadapi bahaya
(Benson & Twigg, 2007).

Beberapa kerugian akibat mengabaikan PRB


Di kota Hue, Vietnam, perluasan pembangunan infrastruktur termasuk jembatan, jalan kereta api dan
jalan-jalan raya, telah menciptakan penghalang di tengah lembah di tempat kota tersebut berdiri.
Akibatnya, air hujan yang berlebih tidak dapat mengalir dengan cepat dan menimbulkan banjir yang
kian lama kian parah. Permasalahan yang sama juga dialami beberapa desa di Gujarat, India, setelah
selesainya pembangunan sebuah jalan raya yang dibiayai donor.

Melalaikan PRB juga merugikan pelayanan di Karibia. Pada tahun 1989, setelah kehancuran hebat
yang diakibatkan oleh Badai Hugo, dengan dana bantuan dibangun sebuah rumah sakit di kaki gunung
berapi di Pulau Montserrat yang termasuk gugusan kepulauan Karibia. Pada pertengahan tahun 1995
rumah sakit tersebut hancur diterjang aliran lava setelah gunung berapi tersebut aktif kembali.
Di daerah kita sendiri, setelah kehancuran yang ditimbulkan oleh tsunami Samudera Hindia pada tahun
2004, beberapa perumahan di Aceh dibangun di daerah rawan banjir, sehingga banyak keluarga yang
menjadi rentan terhadap bahaya banjir di masa mendatang (Benson & Twigg, 2007).

Keuntungan PRB dalam pembangunan


Ada beberapa contoh keuntungan yang dinikmati masyarakat yang sadar terhada PRB. Misalnya ada
sebuah program penanaman bakau yang dilaksanakan Palang Merah Vietnam di delapan provinsi di
Vietnam. Progam ini dilakukan untuk melindungi penduduk yang tinggal di daerah pantai dari topan
dan badai menghabiskan biaya rata-rata 0,13 milyar dolar AS per tahun selama kurun waktu antara
tahun 1994 sampai 2001, tetapi mengurangi biaya tahunan untuk pemeliharaan tanggul sebesar 7,1
juta dolar AS. Program ini juga membantu menyelamatkan jiwa warga, melindungi penghidupan dan
menciptakan peluang-peluang penghidupan baru.
Di Karibia, menurut para ahli teknik sipil di wilayah tersebut, tambahan biaya sebesar satu persen dari
seluruh nilai bangunan untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang dapat mengurangi kerentanan
bangunan dapat mengurangi kerugian maksimum yang mungkin timbul bila terkena badai sampai
sekitar sepertiganya.
Menurut sebuah studi tentang dana-dana hibah yang disalurkan oleh FEMA (Badan penanggulangan
bencana Amerika serikat), setiap satu dolar AS yang dikeluarkan FEMA untuk kegiatan-kegiatan
peredaman bahaya (termasuk untuk peremajaan, proyek-proyek mitigasi struktural, peningkatan
kesadaran dan pendidikan publik serta penyusunan aturan-aturan baku untuk mendirikan bangunan)
dapat memberi kemanfaatan di masa yang akan datang rata-rata sebesar 4 dolar AS.
Grenada juga menikmati hasil kegiatan PRB dalam infrastrukturnya. Setelah dilanda Badai Ivan pada
bulan September 2004, hanya ada dua sekolah yang masih berdiri di Grenada. Kedua bangunan ini
telah diperkuat konstruksinya melalui sebuah program Bank Dunia. Setelah badai, salah satu sekolah
ini dimanfaatkan untuk menampung para warga yang kehilangan tempat tinggal.
Badai Luis dan Badai Marilyn menerpa mulai tanggal 27 Agustus hingga 18 September 1995,
menghancurkan 876 unit perumahan di Dominika, menimbulkan kerugian total sejumlah 4,2 juta dolar
AS. Rumah-rumah kayu kecil yang hancur dulunya dibangun tanpa berpedoman pada aturan-aturan
pembangunan setempat yang baku. Namun, semua bangunan yang konstruksinya telah diperkuat
dengan modifikasi-modifikasi sederhana pada teknik-teknik konstruksi setempat melalui Program
Konstruksi yang Lebih Aman dari Proyek Mitigasi Bencana Karibia yang didukung oleh Badan Amerika
Serikat untuk Pembangunan Internasional (United States Agency for International
Development/USAID) tetap berdiri walau diterjang badai (Benson & Twigg, 2007).

Langkah-langkah PRB
1. Meningkatkan kesadaran dan penilaian terhadap risiko termasuk peningkatan kemampuan
analisis terhadap bahaya, analisis kerentanan dan analisis kapasitas;
2. Memberikan pengetahuan dalam proses pembangunan termasuk dalam bidang pendidikan,
penelitian, pelatihan dan informasi;
3. Menguatkan komitmen masyarakat umum dan kerangka kelembagaan, termasuk organisasi ,
lembaga legislatif, pemegang kebijakan dan pemerintah
4. Penerapan tindakan PRB dalam manajemen lingkungan, penggunaan lahan dan perencanaan
kota, perlindungan fasilitas kritis, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemitraan dan
jaringan, dan instrumen keuangan;
5. Memberdayakan sistem peringatan dini (early warning system/ EWS) termasuk peramalan,
penyebarluasan peringatan, tindakan-tindakan kesiapan dan kapasitas reaksi (anonimous,
2009).

Contoh pemberdayaan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/ EWS)


Salah satu EWS yang menggunakan teknologi canggih adalah Sistem peringatan Dini Tsunami
Indonesia atau Indonesia Tsunami Early Warning System yang disingkat InaTEWS. Sistem ini
merupakan proyek nasional yang melibatkan berbagai institusi dalam negeri di bawah koordinasi
RISTEK termasuk BNPB untuk melaksanakan peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
masyarakat. Pembangunan InaTews juga didukung bantuan dari Negara dan Organisasi donor seperti:
Pemerintah Jerman, Cina, Jepang, Amerika, Perancis, Unesco, UNDP, UNOCHA, ISDR, dll. Kita
harusnya bangga dan ikut menjaga semua peralatan EWS ini, yakni ada 160 unit seismograph, 500
unit akselerograph, dan 140 unit ranet yang dikelola oleh BMKG. Melengkapai hal tersebut BPPT telah
memasang 23 pelampung pemantau di laut yang beroperasi di lokasi rawan tsunami di Indonesia.
Sistem ini bekerja dengan merekam gerakan tanah menggunakan seismograph lalu mengirimkan
informasinya setiap 5 menit ke BMKG. Jika gempa terjadi di laut, seismograph yang diletakkan di
dasar laut akan mengirimkan data ke pemancar di permukaan pelampung pemantau di laut, dan
dipancarkan ke satelit menuju BMKG. Lima (5) menit pertama setelah gempa besar, informasi adalah
milik BMKG, yang bertugas untuk menyiapkan dan mengeluarkan warning tsunami. Selanjutnya
menjadi urusan berbagai instansi terkait untuk menyampaikan kepada masyarakat yang daerahnya
terancam (Gah, 2010). Namun amat disayangkan sering terjadi pencurian dan perusakan perangkat
pemancar pelampung oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Pemancar dijual sebagai besi kiloan,
padahal harganya sangat mahal.

PRB sektor kesehatan


Semua institusi di sektor kesehatan, baik pemerintah (Kementrian Kesehatan, dinas kesehatan,
Universitas) maupun non pemerintah (LSM, seperti Palang Merah dan Bulan Sabit Merah) harus ikut
serta dalam program PRB.

Dalam aspek kesehatan ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan, Menkes menginstruksikan kepada
100 RS di Indonesia agar:
1. Semua dokter, perawat dan petugas kesehatan di RS wajib mengenali potensi bahaya di
wilayahnya, seperti banjir, gempa, dsb.
2. Melakukan perencanaan yang matang termasuk infrastruktur yang kuat, pintu/tangga darurat,
aliran, jalur dan tempat evakuasi.
3. Meningkatkan kewaspadaan, seperti melakukan latihan simulasi bencana minimal sebulan
sekali.
4. Ada Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas dan sistem kewaspadaan dini.
5. SOP response, bila terjadi bencana, bagaimana kesiapan RS menerima pasien, pengiriman
tim bantuan ke daerah bencana, dan mekanisme rujukan bila RS tidak bisa menangani pasien
korban bencana.
6. Kesiapan sistem informasi internal dan eksternal bila terjadi, baik itu petugas maupun
peralatan telekomunikasinya (Anonimous, KAMPANYE 1 JUTA SEKOLAH DAN RUMAH
SAKIT AMAN, 2009).

Kesimpulan

PRB merupakan aktivitas yang mencakup analisa risiko sampai tindakan kesiapsiagaan untuk
mengurangi kerusakan akibat bencana.

PRB merupakan tugas dari seluruh elemen masyarakat.

PRB di bidang kesehatan mencakup tindakan yang amat luas dan melibatkan seluruh institusi
kesehatan baik pemerintah maupun non pemerintah.

Daftar Pustaka
anonimous. (2009, november 30). Disaster Risk Reduction programming. Dipetik december 9, 2010,
dari OCHA Disaster Response Preparedness Toolkit:
http://ocha.unog.ch/drptoolkit/PDisasterRiskReduction.html
Anonimous. (2009, 12 9). KAMPANYE 1 JUTA SEKOLAH DAN RUMAH SAKIT AMAN. (Pusat
Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.) Dipetik 12 9, 2010, dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:
http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/1158-kampanye-1juta-sekolah-dan-rumah-sakit-aman.html
Anonimous. (2004, march 31). United Nation International Strategy for Disaster Reduction. Dipetik
december 9, 2010, dari UNISDR: http://www.unisdr.org/eng/library/lib-terminology-eng
%20home.htm
Benson, C., & Twigg, J. (2007). Perangkat untuk Mengarusutamakan Pengurangan Risiko Bencana:
Catatan Panduan bagi Lembaga-Lembaga yang bergerak dalam bidang Pembangunan. 1 . (T.
P. Indonesia, Penerj.) Jakarta, Indonesia.

Gah, A. R. (2010, 12 9). InaTews, Konsep dan Implementasi PRB Tsunami di Indonesia. Dipetik 12 9,
2010, dari Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana Indonesia:
http://www.planasprb.net/berita/inatews-konsep-dan-implementasi-prb-tsunami-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai