PENGERTIAN PIPELINE
Jalur pemipaan adalah sebuah proses untuk menghantarkan fluida (dalam hal ini bisa
minyak mentah atau gas) dari sumur pengeboran hingga ke konsumen, yang diperlengkapi
dengan fasilitas pendukung. Pipa biasanya berbentuk silinder dan digunakan untuk
menghantarkan fluida cair atau gas dan dalam penggunaannya sudah dispesifikasi dan
distandarisasi. Yang termasuk dari sistem pemipaan ini adalah pipa, sambungan, katup,
pompa dan peralatan lain yang terkait.
Stasiun untuk pompa dan kompresor: stasiun pompa dan kompresor diperlukan
untuk mengalirkan fluida melalui pipa ( agar fluida dapat terus bergerak maka
tekanan di dalam jalur pemipaan harus ditingkatkan ) untuk meningkatkan tekanan
digunakan pompa dan kompresor. Biasanya minyak mentah sudah distabilkan (
kandungan gas sudah dihilangkan ) sebelum diterima oleh stasiun ini. Stasiun
pompa yang kecil memiliki satu sampai tiga tangki pengumpul dan lebih dari satu
pompa yang memiliki daya 200 500 HP, untuk stasiun pompa yang lebih besar
memiliki 20 buah tangki pengumpul dan memiliki lebih dari satu pompa yang
masing-masing memiliki daya 1000 HP. Untuk pipa gas tekanan yang dihasilkan
lebih dari 50 Psi.
o Stasiun pompa pendorong ( Booster pump stations ). Stasiun ini
memiliki lebih dari satu pompa, inlet and outlet headers, dan mungkin
memiliki alat penerima dan peluncur pigs. Stasiun ini digunakan untuk
meningkatkan tekanan di dalam pipa ketika jalur pipanya lebih tinggi dari
sebelumnya atau ketika tekanan di dalam pipa turun akibat friksi dari fluida
yang bergerak. Stasiun ini tidak memiliki fasilitas tangki penyimpanan dan
biasanya antar stasiun pompa pendorong berjarak 50 100 mill.
namun kurang bagus jika digunakan untuk pipa yang berdiameter kurang
dari 12 inchi.
1.1.2
Pipa: Pipa biasanya berbentuk silinder dan digunakan untuk menghantarkan fluida
cair atau gas dan dalam penggunaannya sudah dispesifikasi dan distandarisasi
Ruang control: Ruangan ini diperlukan untuk mengefisienkan pengoperasian fluda
dan mengatur system pemipaan dalam satu lokasi.
Meter / Regulatng stations ( MRS ), disebut juga dengan stasiun penerima,
fasilitas ini merupakan titik penjualan gas bumi atau minyak mentah dari jaringan
transmisi ke jaringan distribusi. Disinilah debit aliran dan tekanan fluida dari jalur
transmisi disesuaikan agar bisa dialirkan ke jalur distribusi
Bagian-bagian pendukung dalam pemipaan.
Flens.
Siku 90 o, 45 o, 22.5 o: Sambungan antar pipa yang memiliki sudut tertentu.
Sambungan T: Sambungan antar pipa yang berbentuk seperti huruf T
Reducer:
Jembatan pipa: Jembatan khusus untuk pipa
Penyangga: Biasanya digunakan untuk pipa yang diletakan di atas tanah.
Bahan insulator untuk pipa: Bahan isolasi yang memiliki kriteria anti korosif, bias
menahan panas serta materialnya tergantung kebutuhan dari pipa itu. Ada dua jenis
isolasi yang biasa dipakai:
o Metal jackets, biasanya tipe ini digunakan untuk pipa, alat penukar panas,
dan bentuk silider yang lain.
o Balnket, biasanya digunakan untuk bagian sambungan dan bagian lain yang
sulit untuk diisolasi oleh metal jackets.
Tanda / rambu jalur pipa: Suatu bagian dari system keamanan jalur pipa.
JENIS-JENIS PIPELINE
1.1.3 Jenis Pipa Berdarsarkan Fabrikasinya (berdarsarkan API 5L)
(a) Seamless pipe: sebuah proses dari membentuk pipa dari plat panas dan tidak
menggunakan proses las.
(b) Continuous welding: adalah sebuah proses pembentukan plat lembaran dengan
proses pemanasan dan penekanan ujung masing-masing plat kemudian kedua ujung
plat itu dilas memanjang.
(c) Electric welding: adalah sebuah proses pembentukan pipa dengan induksi
elektromagnetik dari las. Dimana kedua ujung plat yang akan dilas terlebih dahulu
dilakukan proses penekan.
(d) Laser welding : adalah sebuah proses pengelasan yang menggunakan sinar laser
untuk menyambung ujung-ujung plat yang akan dibuat menjadi pipa.
(e) Submerged-arc welding : adalah sebuah proses pengabungan plat menggunakan
pengelasan bunga api listrik.
(f) Gas metal-arc welding : adalah sebuah proses pengabungan plat dengan
memanaskan plat tersebut dengan busur api listrik diantara konsumsi elektroda
yang terus berlangsung.
1.1.4 Berdarsarkan Jalur Pemipaannya
(a) Jalur pengumpul: jalur pipa untuk menyalurkan fluida atau gas dari sumur-sumur
pengeboran ke stasiun pengumpul, biasanya beroperasi dengan tekanan rendah.
(b) Jalur Transmisi: jalur untuk menyalurkan fluida atau gas dari stasiun pengumpul ke
fasilitas pemrosesan atau tangki pengumpul dan mempunyai tekanan antara 16 bar
s/d 75 bar.
Jalur transmisi ini juga meliputi fasilitas pipa, valve, pompa, kompresor,
tangki, kilang minyak.
Material pipa dari jalur ini adalah dari baja dan ukurannya mulai dari
beberapa inch sampai beberapa feet tergantung dari produk yang akan
ditransmisikan.
Jalur transmisi ini juga dapat didesain mulai dari tekanan rendah sampai
dengan tekanan 1000 psi.
Panjang jalur ini juga dapat diklasifikasikan mulai dari ratusan feet sampai
ratusan miles.
(c) Jalur distribusi: jalur untuk menerima fluida atau gas dari jalur transmisi dan
mendistribusikannya ke konsumen dan mempunyai tekanan antara 0,3 s/d 16 bar.
Ukuran pipa jalur distribusi secara umum lebih kecil dari pada jalur pengumpul dan
transmisi, serta dioperasikan pada tekanan yang lebih rendah. Untuk fluida dalam
bentuk gas biasanya pipa terbuat dari material polimer dan ditanam di dalam tanah.
terbagi menjadi :
1. distribusi tegangan tinggi : 4 16 bar
2. distribusi tegangan menengah : 0,3 4 bar
Pipa instalasi, merupakan bagian dari jalur distribusi yang mengalirkan fluida dari
jalur distribusi langsung kekonsumen. kriteria pipa instalasi seperti di bawah ini:
mempunyai tekanan antara 0,3 bar s/d 16 bar
menyambung antara mr/s atau m/s ke peralatan pelanggan
sumber gas dari offtake station
MATERIAL PIPA
Kondisi-kondisi yang harus diwaspadai oleh desainer:
(a) Desainer harus memberi perhatian lebih pada temperatur lokasi / lingkungan sekitar
jalur pipa karena perubahan temperatur yang drastis sangat mempengaruhi
performa dari material pipa jika pipa berada di atas permukaan tanah.
(b) Pemilihan material harus sesuai dengan code & standard yang berlaku dan hal ini
menjadi tanggung jawab desainer untuk memilih material yang tepat untuk pipa.
Berikut ini contoh code & standard untuk material:
(a) ASME SA-106
: Specification for seamless carbon steel pipe for hightemperature service
(b) ASME SA-333
: Specification for seamless and welded steel pipe for lowtemperature service
(c) ASME SA-312
: Specification for seamless and welded austenitic stainless
steel pipes
(d) API 5L
: Specification For Line Pipe
o
o
o
o
(d) API STD 600 : Steel gate valves-flanged & but welding ens.
o design
o wall thickness
o flanged ends
o butt-welding ends
o gate
o bolting
o materials
o testing, inspection and examination
o marking
2.1.3 Pengujian dan servis
(a) API 570
: Piping inspection code (inspection, repair, alternation &
rerating)
o owner/user inspection organization
o
o
o
o
o
test procedure
line fill and cleaning
pressurization
the test period
pressure test records
2.1.6 Pengelasan
(a) ASME IX QW V - standard wps
o standard welding procedure specifications (swpss)
o production use of swpss
(b) ASME IX QW II - Welding Procedure Requirements
o general
welding procedure specification (wps).
contents of the wps.
changes to the wps.
format of the wps.
availability of the wps.
o procedure qualification record
resistance welding
laser beam welding (lbw)
(c) ASME IX QW III - Welding Performance Qualifications
o tests
qualification tests.
identification of welders and welding operators.
record of tests.
o type of test required
mechanical tests.
radiographic examination.
test coupons in pipe.
visual examination.
o limits of qualified positions and diameters
groove welds
fillet welds
special positions.
stud-weld positions.
o welders
failure to meet radiographic standards.
o qualification test coupons
test coupons.
welding groove with backing.
welding groove without backing.
o retests and renewal of qualification
immediate retest using visual examination.
immediate retest using mechanical testing.
immediate retest using radiography.
o expiration and renewal of qualification
expiration of qualification.
renewal of qualification
(d) ASME IX QW I - Welding General Requirements
o test positions for groove welds
o plate positions
o pipe positions
o test positions for fillet welds
Plate Positions
Pipe Positions
o types and purposes of tests and examinations
Mechanical Tests
Tension Tests
Tension Test Procedure
Acceptance Criteria Tension Tests
Guided-Bend Tests
Guided-Bend Test Procedure
Acceptance Criteria Bend Tests
Notch-Toughness Tests
Acceptance.
o Laporan
(d) JIS G 3456 ( 1988 ): carbon steel pipes for high temperatur service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
Kimia
Tensile
Bending
Tes hidrostatik
o Laporan
(e) JIS G 3457 ( 1988 ): Arc welded carbon steel pipe
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
Kimia
Tensile
Bending
Tes hidrostatik
o Laporan
(f) JIS G 3460 (1988 ): steel pipe for low temperature service
o Komposisi kimia
o Sifat-sifat mekanikal
o Karakteristik hidro tes dan tes tanpa merusak
o Dimensi, berat, toleransi
o Metode pembuatan
o Inspeksi
Kimia
Tensile
Bending
Tes hidrostatik
o Laporan
2.1.8 Pengelasan
(a) JIS Z 3601 ( 1980 ) : Latihan manual Arc welding untuk plat lembaran
o Mesin las
o Peralatan pengelasan
o Elektroda / kawat las
o Pengelasan
Persyaratan umum
Persiapan pengelasan
Prosedur pengelasan
1) Butt join
2) T join
3) Lap join
Fillet
Plug
4) Joggled join
5) Corner join
6) Edge join
2.1.9 Pengujian
(a) JIS Z 3050 (1978) : Jenis-jenis metode non-destruktif tes untuk pemipaan
o Inspeksi visual
o Radiografi tes
Peralatan
Metode
Kondisi standar
o Tes cairan penetran
Peralatan
Metode
Standar kondisi
o Ultrasonik tes
Peralatan
Metode
Kondisi standar
o Partikel magnetik tes
Peralatan
Metode
Kondisi standar
o Kriteria diterima inspeksi visual, radiografi, cairan penetran, ultrasonik,
partikel magnetik.
(b) JIS Z 2343: (1982) : metode kerja tes cairan penetrasi dan klasifikasi indikator.
o Tujuan
o Metode
Klasifikasi metode
o Urutan kerja
Pembersihan awal
Cara melakukan penetrasi
Emulsifikasi
Pembersihan dan pemindahan
Pengeringan
Tes penetrasi
Pengamatan
Pengulangan tes jika diperlukan
Pembersihan setelah pengamatan
o Peralatan dan jenis cairan tes
o Pengecekan dan pemeliharaan cairan tes
o Pengklasifikasian indicator
o Penilaian dan pencatatan hasil tes
o Pengarsipan
(c) JIS Z 3104 (1968) : Metode Radiografi tes dan penglasifikasian untuk pengelasan
baja.
o Metode radoigrafi tes
Mengalibrasi peralatan tes
Penyetelan arah radiasi
Pengecekan ketebalan benda yang akan diuji
Mempersiapkan Image Quality Indicator ( IQI ) dan kontrasmeter
Mengatur alat uji pada benda uji
Melakukan tes dan pencatatan hasil
o Pengklasifikasian radiografi
o Pencatatan hasil tes
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI PIPELINE
(a) Fixtures : elemen yang digunakan untuk mendukung stuktur pipa termasuk termasuk
didalamnya adalah: hanger rods, spring hangers, sway braces, counterweights,
turnbuckles, struts, chains, guides and anchors, and bearing type fixtures such as
saddles, bases, rollers, brackets, and sliding supports.
(b) Structural attachments: elemen yang termasuk untuk mendukung struktur pipa
termasuk didalamnya mesin las & alat-alat clamping untuk las.
MACAM-MACAM KONSTRUKSI PIPELINE
Ada dua macam konstruksi pipeline yaitu di dalam tanah atau di atas tanah, namun masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangannya, namun yang harus disadarai oleh para
desainer dan kontraktor adalah:
(a) Peraturan daerah setempat, lebih baik menggunakan bantuan konsultan.
(b) Pipa yang di atas permukaan tanah memiliki keuntungan dari segi maintanance,
inspeksi, perbaikan.
(c) Untuk pipa di atas tanah menjadi penghambat untuk akses keadaan darurat.
(d) Modifikasi lebih mudah dilakukan untuk pipa di atas tanah.
(e) Hal yang harus diperhatikan untuk pipa di atas tanah adalah akan lebih banyak terkena
radiasi panas dari matahari, jadi harus dibuat pelindungnya agar panas dari luar tidak
masuk ke dalam dan sebaliknya.
(f) Pipa diatas permukaan tanah lebih fleksibel dari segi pengadaan peralatan pendukung,
pembuatan pondasi, pergeseran tanah, gempa bumi, perubahan temperatur yang bisa
menyebabkan korosif.
(g) Pipa yang berada di bawah permukaan tanah perlu dilengkapi dengan fasilitas anti
korosif.
(h) Pipa yang berada di bawah permukaan tanah lebih sedikit terkena kerusakan yang
disengaja akibat ulah manusia, lalu lintas kendaraan, kebakaran. Tetapi tetap harus
diberi tanda agar menghindari kerusakan ketika ada pekerjaan galian.
3.1.1 Macam-macam konstruksi pipa dan modifikasinya.
(a) Diatas permukaan tanah di desian dengan vertical support yang ditempatkan di
lobang dalam tanah untuk menopang pipa diatasnya. Khusus pada daerah yang panas
ada didesain khusus dengan memasang aluminium radiator yang di dalamnya dialirkan
anhydrous ammonia dan diletakkan diatas pipa agar panas tidak masuk ke dalam pipa.
Termasuk jika melewati sungai / jurang.
(b) Di dalam permukaan tanah pipa ada di bawah permukaan tanah dan dilindungi
dengan gravel padding yang kedalaman normalnya berkisar antara 8 ft sampai 16 ft.
serta dilengkapi dengan peraltan anti karan yang dipasang pada pipa.
Kegiatan Survey
Yaitu pekerjaan yang pertama kali dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dimulai agar
diperoleh data-data pendukung bagi basic design dsb.
Hasil yang diperoleh :
- Koordinat jalur pipa
- Pematokan kilo meter point
- Data basic design
Rambu ukur
Aktivitas clearing
Aktifitas grading
4. Kegiatan Stringing
Yaitu pekerjaan penjajaran pipa disepanjang ROW (Right Of Way). Selama kegiatan
pembongkaran untuk mencegah kerusakan coating pipa diletakkan diatas balok & sand
bag.
Kegiatan stringing
5. Kegiatan Welding
Yaitu pekerjaan pengelasan atau penyambungan antara pipa meggunakan manual welding
(SMAW) dan harus memenuhi kriteria-kriteria seperti di bawah ini:
Sebelum pengelasan terlebih dahulu dibuat WPS (Welding Procedur Specification)
sebagai bahan acuan pengelasan dilapangan.
Setiap tukang las (Welder) harus lulus pada ujian las yang dilakukan oleh Dirjen
MIGAS.
Sertifikat yang dimiliki harus valid sebelum mulai pekerjaan.
Setiap pengelasan perbaikan atau repair harus mendapat ijin tertulis dari seorang
Welding Inspector.
Pengelasan overhead
9. Kegiatan Trenching
Yaitu penggalian parit untuk tempat masuknya pipa setelah pekerjaan pengelasan selesai.
Lebar minimum parit selebar diameter luar pipa ditambah 300mm dasar parit harus rata
dan bebas dari meterial atau bebatuan yang keras agar tidak merusak coating pipa.
Kegiatan penggalian
Hasil penggalian
Gbr 20. Kegiatan treching
Side boom
Gbr 21 Kegiatan lowering
kegiatan urukan
hidro tes, adalah pengujian sistem perpipaan untuk mengetahui kekuatan pipa
dengan cara pengisian air sepanjang jalur pipa.
B-Directional Pig
Chart Recorder
1. Kegiatan Survey
- Untuk menentukan posisi jalur
sesuai dengan gambar rencana.
- Menentukan kondisi aktual dari lingkungan sekitar jalur misal : kedalaman seabed,
profile, utilitas lain dan aktivitas nelayan
- Koridor yang disurvey untuk laut dalam dan sedang adalah 200 m dengan interval
50 m dan 25 m untuk cross section
Peralatan yang digunakan :
- DGPS, Echo Sounder, Survey Barge
Hasil yang dicapai
:
- Drawing, data arus laut, keadaan seabed.
Swamp Backhoe
Spud Barge
Gbr 27. Kegiatan pre-trenching
Pengecekan pipa dilakukan oleh petugas QA/QC dari kontraktor disaksikan oleh QA/QC
klien dan Third Party.
4. Kegiatan Beveling
Yaitu pekerjaan pembuatan bevel ( J Bevel ) pada kedua ujung pipa di daerah incoming
rack sebelum dapat dilakukan pengelasan.
5. Kegiatan Welding
Yaitu proses penyambungan pipa dengan mengelas single pipe (12 mtr). yang di dalamnya
termasuk:
Preheat, adalah pemanasan dengan menggunakan Torch yang bertujuan untuk
memanaskan permukaan pipa agar menghasilkan pengelasan yang sempurna.
Cleaning, adalah pembersihan pipa dari kotoran yang tidak diinginkan dengan
menggunakan blow machine/air compressor.
tahapan pengelasan yaitu
- Root Pass (layer 1)
- Hot Pass (layer 2)
- Filler 1 (layer 3)
- Filler 2 (layer 4)
- Capping (layer 5)
Pengelasan otomatis
Pengelasan bevel
Gbr 31. Kegiatan Welding
6. Kegiatan Radiography Test, aktifitas radiography test sama dengan kegiatan onshore.
7. Kegiatan Joint Coating
Yaitu proses pelapisan disetiap sambungan pipa dengan menggunakan wrapping, sebelum
pelapisan pipa terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran/splatter yaitu kotoran hasil
pengelasan.
kegiatan grouting
Rock dumping yaitu: Penimbunan pipa dengan batu belah yang mempunyai besaran
tertentu untuk melindungi pipa dari faktor eksternal seperti jangkar kapal atau daerah
dangkal dan lalu lintas laut yang padat.
Peralatan yang digunakan Vessel Rock Dumping
: - GPS
- Echo Sounder
Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena korosi dari lingkungan?
o Pipa harus dilindungi dengan menambahkan lapisan anti korosi pada bagian
luar pipa.
o Fabrikasi pembuat pipa harus menerapkan standar yang baik pada bagian
QC agar meminimalkan kerusakan lapisan pelindung pipa.
o Operator menggunakan metode katodik proteksi untuk melindungi pipa dari
korosi eksternal. Salah satu tipenya adalah menentukan voltase yang sangat
rendah, dengan arus searah ( DC ) untuk melawan korosi dari luar. Tipe
yang lain adalah menghubungkan anoda yang ditanam di dalam tanah
dengan pipa, di mana anode tadi yang akan menarik korosi sehingga pipa
tidak terkena korosi.
2. Incomplete Fusion adalah peleburan elektroda yang tidak sempurna pada benda kerja
Penyebab:
o Teknik mengelas yang kurang benar
o Arus listrik yang lebih rendah dari WPS
o Benda kerja yang kotor
o Proses fit-up yang tidak sesuai WPS
o Type elektroda yang tidak sesuai WPS
4. Undercut adalah pengurangan ketebalan pipa karena proses pengelasan & biasanya
terletak pada ujung alur.
Penyebab:
o Arus yang lebih tinggi dari WPS
o Teknik mengelas (weaving) yang kurang baik.
6. Offset atau mismatch adalah kondisi di mana dua benda yang akan dilas tidak sempurna
kesejajarannya.
Penyebab:
o Ketidaksejajaran pada saat melakukan proses Fit-up & aligment
7. Inadequate weld reinforcement adalah ketebalan capping lebih rendah dari benda kerja.
Penyebab:
o Arus lebih tinggi dari WPS
o Kecepatan pengelasan lebih rendah dari WPS
8. Crack adalah penyusutan tegangan yang terjadi ketika masa pendinginan setelah
pengelasan.
Penyebab:
o Pendinginan hasil pengelasan yang lebih cepat dari WPS
o Pemilihan kawat las yang tidak sesuai dengan WPS
o Teknik mengelas yang kurang baik
o Sudut bevel yang lebih kecil dari WPS
o Meskipun kerusakan jenis ini jarang terjadin namun ketika terjadi akan
merugikan sekali dari segi biaya maupun korban jiwa yang bisa
ditimbulkannya, apalagi jika jalur pipa tersebut sekat dengan populasi.
Yang harus dilakukan untuk mencegah kerusakan karena pihak luar?
o Konstruksi jalur pipa dan desain harus juga mencakup keamanan karena
pihak luar. Peraturan yang dibuat harus melindungi fasilitas pemipaan dari
kerusakan karena pihak ketiga, penambahan fasilitas keamanan seperti
kamera, patroli pihak keamanan, dll.
side boom
Metode kerja pengelasan
Eksternal klamp
Metode kerja road crossing (boring): Boring, cangkul, side boom, rambu-rambu keamanan.
rangkaian anode
PIG launching
PIG receiving
Gbr 58. Pigging
KONSTRUKSI TANGKI
Minyak mentah, Liquid Natural Gas (LNG), Liquid Petroleum Gas (LPG) dan produkproduk industri perminyakan lainnya disimpan di dalam tangki penyimpanan.
Berdasarkan lokasi, tangki penyimpanan terbagi menjadi dua:
Tangki penyimpanan di atas tanah
Tangki penyimpanan di dalam tanah
Berdasarkan tekanan terbagi menjadi dua:
Non pressure
Pressure storage tanks
Tangki penyimpanan berada pada akhir jalur pengumpul (gathering lines yang
mengalirkan minyak mentah dari berbagai sumber sumur pengeboran), pada kilang
minyak.
Gbr 61. Contoh oil storage tank
PENEMPATAN MATERIAL
Forklift 5 Ton, Balok kayu dan marker.
PEMOTONGAN MATERIAL
Oxy-fuel gas cutting, Plasma cutting untuk Stainless steel, Mesin gerinda potong
PEKERJAAN PENGELASAN
Genset 195 Kva, kompresor, baking & holding oven, mesin las 400 a, kabel & stang las,
kedok dan sarung tangan las, kawat las E 6013 dan E 7016 untuk Carbon Steel., kawat las
ER 308 dan ER 309 untuk Stainless Steel, kawat gouging dia. 6 mm, tang ampere (Clamp
Meter), welding gage, mesin dan Batu Gerinda 4, wire Brush, dye Penetrant
LEAKAGE TEST
Engine Pump, Peralatan Oiling:
2 buah Rakit yang terbuat dari batang pisang 6 buah.
Ban mobil truk, 8 buah yang digunakan sebagai:
Pelampung orang : 6 buah
Pelampung CPO didalam kaleng : 2 buah
Papan untuk diletakan diatas rakit sebagai pijakan orang dan diatas ban untuk
meletakan kaleng CPO
PEKERJAAN PENGECATAN
Roll, cat.
3.4 STASIUN
3.4.1 Stasiun Pompa Dan Compresor
stasiun pompa atau kompresor digunakan untuk mentransportasikan minyak mentah,
produk minyak bumi, LNG melalui jalar pemipaan.minyak mentah, produk-produk minyak
bumi, dan gas alam ditransportasikan melalui jalur pipa ke pengguna, karena jalur pipa ini
biasanya membutuhkan jarak yang panjang maka untuk memenuhi tujuan ini diperlukan
suatu system agar dapat membuat fluida di dalam pipa dapat terus berggerak.
suatu fluida di dalam pipa dapat bergerak dikarenakan adanya perbedaan tekanan, ketika fluida
bergerak maka tekanan turun jadi untuk mempertahankan agar fluida dapat terus mengalir maka
tekanannya harus dinaikan dan dijaga. Untuk meningkatkan tekanan sepanjang jalur pipa
digunakan pompa dan compresor, prinsip kerja pompa dan kompresor pada dasarnya adalah sama
yaitu untuk meningkatkan tekanan di dalam pipa, Namur perbedaannya pompa digunakan untuk
fluida cair dan compresor digunakan untuk fluida gas.
gas atau fluida cair bergerak melalui impeller di dalam kompresor atau pompa, keluar melaui nosel
sehingga tekanannya meningkat. Biasanya stasiun pompa berjarak setiap 20 s/d 100 mil, tergantung
kepada karakteristik fluida yang dihantarkan serta kondisi lahan dan stasiun kompresor berjarak
setiap 40 s/d 100 mil.
o Sifat korosi dari material baja, material produk yang disimpan, kandungan kimia
fluida, material yang terkandung dalam fluida..
o Lapisan gas pelindung.
o Temperatur dan standar level fluida.
o Desain sambungan las.
tegangan yang terjadi pada tangki:
longitudinal stress, terjadi karena tekanan di dalam tangki
circumferential stress, terjadi karena tekanan di dalam tangki
Residual Weld stress, terjadi karena pemanasan setempat akinbat pengelasan
tegangan yang terjadi karena pengaruh angin, salju, alat bantu dan beban impact
tegangan yang terjadi karena perubahan temperatur
Dalam mendesain tangki harus mengacu kepada standar internasional yang berlaku, yaitu
standar API 650 (welded steel tank for oil storage).
Desain tangki berukuran kecil dan menengah (Tangki Produksi)
Tangki ukuran menengah dan kecil dengan fondasi rata yang biasa disebut tangki
produksibiasanya difabrikasi dari plat baja dengan ketebalan yang sama, desain untuk
bentuk ini telah distandarkan oleh industri minyak dan gas bumi (100, 101) dengan
kriteria:
Ketebalan: 3/16 inchi atau inchi
lebar plat baja: maksimal 60 inchi
Material plat baja: ASTM A-7, ASTM A-283 Grade C or Grade D
Desain sambungan las: double butt joints, single butt joint dengan backing
Gbr 70. Standar desain untuk tangki ukuran kecil dan menengah (rekomendasi API standar 12 D)
Gc = (
x D 2 x H ) ( x D 2 x Hb) .........{m 3 }
4
12
Menentukan maksimum desain liquid level
Nc = (
Menentukan ketebalan shell menurut metoda satu kaki dalam unit amerika
2,6 x D x ( H 1) x G
td =
+ CA
Sd
2,6 x D x ( H 1) x G
tt =
St
Di mana:
td
= ketebalan desain dinding, dalam inci
= ketebalan dinding dalam uji hidrostatis, dalam inci
tt
D
= diameter nominal tangki, dalam feet
H
= tinggi permukaan desain cairan, dalam feet
(ketinggian dari dasar tangki hingga di puncak shell / badan tangki termasuk siku
atas / top angle, atau dari dasar ke dasar saluran luberan / overflow yang
membatasi ketinggian pengisian tangki atau dari dasar ke level yang ditetapkan
oleh pihak pembeli yang terhalang oleh tutup terapung internal atau dikendalikan
G
CA
Sd
St
ketebalan total dari plat dinding harus lebih tebal dari daftara di bawah ini:
Dimana:
l = panjang (inchi)
d = diameter dalam (inchi)
pd
P =
4
a = area
= t d
f = stress
P
f= =
a
atau t =
pd 2
4 = pd = induced stress
td
4t
pd
4f
Circumferential stress
Circumferential stress hanya disebabkan oleh tekanan dalam (internal pressure)
P = Force
= pdl
a = area
= 2tl
f = stress =
t=
pd
2f
P pdl pd
=
=
a 2tl 2t
t=
pd
+c
4 fE
pd
+c
2 fE
dengan :
t = ketebalan plat (inchi)
p = tekanan dalam (Psi)
d = diameter dalam (inchi)
f = gaya yang diijinkan (Psi)
E = efisiensi sambungan (dalam tabel)
c = toleransi krosi yang diijinkan
H 1 = 9,47 t (t / D) 3
di mana:
H1 = jarak vertikal antara penopang angin (intermediate wind girder) dengan top angle
dari dinding tangki, atau antara penopang angin dengan penopang angin puncak
(top wind girder) dari tangki tanpa tutup (open roof tank), dalam (m)
t
= tebal ring dinding teratas yang diminta, kecuali apabila ditentukan lain, dalam (m)
D
= diameter nominal tangki, dalam (m)
Desain pondasi tangki
Desain pondasi tangki untuk tangki penyimpanan biasanya dibuat dari plat baja yang
memiliki ketebalan yang lebih kecil dari plat baja yang digunakan untuk lapisan selubung
dan untuk mendapatkan hasil pengelasan yang maksimal maka ketebalan plat baja yang
digunakan minimal inchi, hal ini dimungkinkan karena pada bagian pondasi disangga
oleh lapisan pasir atau batu kerikil yang diletakkan di atas permukaan tanah.
Berdasarkan API Spec 12 B, desain pondasi tangki ada tiga jenis, yaitu:
desain pondasi konus: untuk tangki yang memiliki ukuran diameter dalam lebih
kecil dari 29 ft 8 5/8 inch, mengikuti ukuran di bawah ini.
desain pondasi rata (flat), untuk desain pondasi yang rata harus mengikuti standar
di bawah ini.
Tb
= ketebalan plat pondasi, di mana menurut referensi API 650 harus memiliki
ketebalan minimum 6 mm (70 kPa (10.2 lbf/in2), dalam (mm)
Berat dari annular plate:
Wa = 0,7854 x (OD 2 ID 2 ) x (Ta / 12) x 64,2 x 7,85 dalam (Kg)
Di mana:
OD
= diameter luar anular, dalam (mm)
ID
= diameter dalam annular, dalam (mm)
Ta
= ketebalan plat annular, dalam (mm) harus mengikuti table API 650 seperti di
bawah ini.
Berat total
Wt = Wb + Wa
Desain atap
Bentuk atap yang paling umum dari sebuah tangki penyimpanan adalah konus, kubah,
seperti payung.
desain sudut atap harus mengikuti tabel sesuai standar API 650
Diameter
Top angles
(mm)
(Ft)
(mm)
(Inch)
11
35
51 x 51 x 4,8
2 x 2 x 3/16
11 s/d 18
35 s/d 60
51 x 51 x 6,4
2 x 2 x 1/4
18
60
76 x 76 x 9,5
3 x 3 x 3/8
Beban Angin
= titik buhul
yaitu beban angin yang bekerja di titik buhul dan arahnya tegtak lurus titik buhul /
sejajar arah melintang jembatan
Kombinasi pembebanan untuk jembatan
kombinasi pembebanan yang dipakai dalam standar perhitungan struktur adalah:
1,4 DL ....................................................... Kombinasi 1
1,2 DL + 1,6 LL ........................................ Kombinasi 2
1,2 DL + 1,0 LL + 1,3 WL ........................ Kombinasi 3
di mana:
DL = beban mati
LL = beban hidup
WL = beban angin
Yang perlu diperhatikan juga dalam mendesain jembatan adalah melakukan analisa
terhadap ukuran profil baja apakah aman untuk dipakai dan dk apakah lendutan yang
terjadi masih aman, untuk mengecek lendutan yang terjadi memakai persamaan di bawah
ini:
lendutan yang terjadi < L/25 ..... (berdasarkan Pedoman Perancangan Bangunan Baja)
di mana L adalah panjang bentang
hal lain yang perlu diperhatkan adalah perhitungan tiang pancang, Perhitungan kapasitas
tiang pancang mini pile menggunakan data uji sondir dan rumus yang dipakai sebagai
berikut:
JHP x O q c x Ab
Qa =
+
5
3
di mana:
JHP = kumulative dari sleeve friction sampai pada kedalaman yang diinginkan
O = keliling tiang
qc = tahanan konus pada kedalaman yang diinginkan
Ab = penampang tiang pancang
contoh pondasi jembatan
Tipe cremona
Tipe girder
Tipe suspension
Truss bridge
Gbr 81. Jenis-jenis jembatan
METODE KERJA
Catatan:
Jika material pipa lewat jalur laut:
1. Metode kerja handling material di pelabuhan internasional
a. Kapal Merapat di Pelabuhan nasional
b. Pipa diturunkan dari kapal menggunakan crane kapal dan di tumpuk di
dermaga
c. Pengurusan bea & clerence
d. Pipa diangkat keatas trailer dengan crane kemudian dibawa ke tempat
penyimpanan sementara di dermaga / pabrik.
2. Metode kerja handling material di pelabuhan domestik
a. Pipa dari Pabrik / pelabuhan nasional di bawa dengan trailer ke pelabuhan
domestik.
b. Material dari atas trailer di muat ke Barge / Tongkang dengan menggunakan
crane.
c. Setelah selesai muat, tongkang / barge berlayar ke pelabuhan tujuan
3. Metode kerja handling material di pelabuhan tujuan pipa
a. Tongkang/barge merapat dipelabuhan tujuan.
b. Pipa di bongkar dengan menggunakan crane, dan ditumpuk sementara di
dermaga.
c. Pipa diangkut dengan menggunakan truck crane ke stock yard.
d. Material di tumpuk di stock yard.
Jika material pipa langsung dari pabrik:
1. metode kerja handling dari pabrik ke tempat pengumpul
a. Setiap material datang harus dilengkapi dengan Surat jalan atau nota
pembelian.
b. Untuk menjaga material dari kemungkinan kerusakan maka penataan
material di stock yard menggunakan alat Bantu.
c. Setiap tempat penyimpanan mempunyai identifikasi posisi (kode lokasi).
d. Material titipan milik owner akan diberlakukan sesuai dengan penanganan
material milik sendiri, disimpan terpisah dan diberi identifikasi Barang
Titipan/Nama Pemilik.
e. Kartu stock digunakan untuk material yang ditempatkan di gudang tertutup,
untuk material di gudang terbuka identifikasi material dan jumlah dituliskan
pada materialnya atau label yang ditempatkan didekat material tersebut
f. Material di gudang terbuka (stock yard) ditempatkan sesuai dengan lay out
material dan diberi kode lokasi untuk penempatannya
g. Semua jenis material yang datang harus diperiksa oleh QC dan disahkan
dengan membubuhkan tanda tangan pada Berita Acara Penerimaan Barang
(BAPB).
h. Hanya material yang telah lulus QC yang dapat diterima oleh gudang dan
disimpan pada tempat yang telah direncanakan.
Catatan:
Pengeceran pipa
Loading pipa ke atas Truck Crane:
a. Pasang lifting belt
b. Angkat pipa ke atas Truck Crane
c. Setelah penuh ikat pipa menggunakan sabuk agar pipa tidak lecet, dan beri
tanda pada ujung belakang truck.
Loading Material ke Side Boom
a. Pasang lifting belt
b. Kaitkan hock ke lifting belt
c. Angkat perlahan lahan.
Mobilisasi
a. Pastikan driver / operator tahu persis lokasi yang akan di ecer
b. Selama perjalanan driver / operator harus mentaati peraturan yang berlaku
Penurunan / pengeceran
a. Siapkan balok landasan
b. Turunkan pipa perlahan lahan ke atas balok landasan.
c. Perhatikan jarak antar pipa, usahakan sedekat mungkin.
pengelasan
a. Setiap ujung pipa di-swab sebelum dilas untuk membersihkan dari kotoran,
cat, minyak, hewan atau lainnya. Daerah yang dibersihkan minimal 1 inch
dari ujung pada kedua sisi (dalam dan luar)
b. Pengelasan pada flange dilakukan NDT (Radiography) 100 %
c. Setiap ujung pipa yang akan dilas harus di bevel dengan sudut sesuai
dengan ANSI B.16.25 But Welding Ends
d. Gap antar material harus diset sesuai dengan WPS
e. Penyetelan dan Pengelasan fitting meliputi :
Penyambungan pipa ke Fitting
Penyambungan Fitting ke Fitting
f. Alat pelindung diri yang digunakan :
Safety shoes
Kedok las
Appron / jaket kulit
Sarung tangan kulit
Sarung tangan kain
inspeksi pengelasan
a Inspeksi Penyetelan.
a.1 Pemerikasaan hasil penyetelan sesuai gambar dan WPS.
Catatan:
Metode kerja joint coating.
a. Bersihkan semua permukaan joint pipa dari karat dan minyak menggunakan
wire brush & kain majun.
b. Lakukan pemasan pada joint pipa dengan burner hingga suhu dikisaran 60o
c
c. Panaskan joint coating (heat srinkable) lalu tempelkan hingga seluruh joint
pipa tertutup
d. Panaskan joint coating (heat srinkable) yang telah menempel hingga
menyatu dengan pipa
e. Pastikan joint coating telah menyatu dengan pipa.
f. Setiap sambungan pipa harus dilakukan joint coating, pekerjaan ini harus
dilakukan dengan segera sebelum pipa diturunkan kedalam galian.
g. Joint coating dilakukan sampai material pipa lolos QC.
h. Setiap penyimpangan pada pelaksanaan joint coating harus mendapatkan
persetujuan dari Pelaksana Utama.
i. Joint coating meliputi :
Surface cleaning (pembersihan permukaan).
Aplikasi Heat Shrink Sleeves.
Metode kerja Inspeksi join coating
a. Setiap pipa harus dilakukan Inspeksi Joint Coating, pekerjaan ini harus
dilakukan dengan segera sebelum pipa diturunkan ke dalam galian.
b. Inspeksi Joint Coating dilakukan sampai material pipa lolos QC.
c. Periksa secara visual kondisi joint coating.
d. Lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Holiday Detector 10 kV.
e. Berikan status pada joint coating sesuai dengan hasil inspeksi.
Catatan:
Metode kerja katodik proteksi
a. Lakukan pengeboran sumur, secara bertahap dimulai dari dia 2 sampai
dengan 10
b. Masukan pipa casing 10 kedalam sumur
c. Lakukan pengecoran terhadap pipa casing yang menonjol diatas permukaan
tanah
d. Rangkaikan anode, PVC Cable, Kabel, PVC ventilasi dan anode
Chintraliser
e. Setelah pengecoran kering masukan rangkaian diatas kedalam sumur
f. Pastikan ujung kabel anode berada di luar sumur
g. Letakanan Transformer Rectifier diatas permukaan tanah yang telah di Cor.
h. Letakan anode detector diatas pipa Galvanis yang sudah di cor.
i. Hubungkan kabel anode dari sumur dengan anode detector dan transformer
rectifier
j. Letakan zink reference cell didalam galian tanah , kemudian timbun
k. Hubungkan kabel anode dari zink reference cell melalui bagian dalam pipa
Galvanis yang sudah di cor dengan kepala tes box.
l. Las ujung kabel anode dari kepala test box ke rangkaian pipa
1. Besarnya arus untuk area permukaan efektif pipa menurut NACE
Corrosion Engineers Reference Book :
: 30 mA / sq.m
a. Fresh water
b. buried (onshore) : 20 mA / sq.m
c. Faktor kerusakan coating untuk system pipa dan coating adalah :
mean
i. Hot coal tar enamel system :
condition 5% bare, final condition 7% bare.
ii. Two or three layer polyethylene: mean
condition 0,5% bare, final condition 2% bare.
d. Tegangan maksimum pipa untuk system coating ini
Hot tar enamel system -2.0 V vs Cu/CuSO4
Two layer or three layer polyethylene -1,5 V vs
Cu/CuSO4
Lembar Corrosion Monitoring System harus dipasang untuk memantau
korosi, erosi atau kekurangan material lainnya dalam jaringan pipa.
Metode kerja Holiday Tes
a. Setiap pipa dan joint pipa harus dilakukan Inspeksi Holiday Test.
b. Holliday Test dilaksanakan untuk memastikan kondisi coating pipa dan coating
joint pipa dalam keadaan baik
b.1 Lakukan inspeksi pelaksanaan Holliday Test.
b.2 Lakukan inspeksi pelaksanaan pemeriksaan menggunakan Holiday
Detector 10 kV.
b.3 Berikan status pada Holliday Test sesuai dengan hasil inspeksi.
b.4 Buat Laporan hasil Inspeksi Holliday Test.
Catatan:
Metode kerja road crossing (boring)
a. Pelaksanaan pekerjaan Road Crossing dilaksanakan dengan metode Auger
Boring dan terlebih dahulu telah mendapat izin dari instansi yang berwenang.
b. Sebelum melakukan penggalian terlebih dahulu harus disiapkan rambu rambu
lalu lintas.
c. Setiap pipa yang melintas jalan harus dilindungi dengan pipa selubung (pipe
sleeve).
d. Sebelum ditimbun pipa harus sudah lulus tes radiograpi dan holiday test.
e. Pipa ditimbun dengan kedalaman 1,5 m dari Top of Pipe Pipa selubung.
f. Setiap pekerja harus menggunakan APD yaitu :
Safety shoes.
Sarung tangan kain
Helm
g. Setiap pekerja harus menerapkan 5R
Traffic Management: Metode kerja Road Crossing Auger Boring tidak
h.
menggangu lalu lintas sehingga tidak diperlukan Traffic Management dan
rambu-rambu Lalu-lintas yang digunakan adalah :
Hati Hati Ada Pekerjaan Road Crossing = 2 buah
Rambu ada orang kerja
=2 buah
otary Lamp
= 2 buah
Barikade
= 2 buah
Bendera merah / flash light
= 2 buah
Catatan:
Metode kerja road crossing (open-cut)
a. Pelaksanaan pekerjaan Road Crossing dilaksanakan dengan metode open
cut dan terlebih dahulu telah mendapat izin dari instansi yang berwenang.
b. Sebelum melakukan penggalian terlebih dahulu harus disiapkan rambu
rambu lalu lintas.
c. Setiap pipa yang melintas jalan provinsi harus dilindungi dengan pipa
selubung (pipe sleeve).
d. Sebelum ditimbun pipa harus sudah lulus tes radiography dan holiday test.
e. Penggalian sisi pertama
f. Memasang jembatan sementara
g. Penggalian sisi ke-dua
h. Memasukan pipa
i. Menyambung dengan pipa yang lain
j. Menutup galian lubang
k. Pipa ditimbun dengan kedalaman 1,5 m dari Top of Pipe Pipa selubung.
l. Alat pelindung diri yang digunakan :
Safety shoes
Safety helmet
Sarung tangan
m. Setiap pekerja wajib melaksanakan 5 R.
n. Traffic Management.
Pengaturan lalu lintas pada saat pekerjaan Road Crossing dilakukan
dengan menggunakan system penutupan satu lajur jalan dan
mengalihkan lalu lintas ke lajur lainnya dengan cara bergantian (kecuali
pada saat penurunan pipa semua lajur jalan ditutup sementara).
Pada saat pekerjaan Road Crossing berada pada lajur 1, lajur jalan
tersebut ditutup dan lalu lintas menggunakan lajur 2 dengan cara
bergantian antara kendaraan yang akan ke lajur 1 dan yang akan ke lajur
2, begitu juga sebaliknya.
Petugas :
Traffic Supervisor
Flag man
o. Rambu-rambu lalu lintas yang digunakan adalah :
Hati-hati ada pekerjaan Road Crossing = 2 buah
Kurangi kecepatan
= 2 buah
Rambu kecepatan 40 km/jam
= 2 buah
Rambu kecepatan 30 km/jam
Rambu kecepatan 20 km/jam
Rambu kecepatan 10 km/jam
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
= 2 buah
Barikade
Mendera merah / flash linght
= 2 buah
= 2 buah
Catatan:
Metode kerja flushing dan PIG
a. Rangkaiakan pompa dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan filling pump
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Flushing dan pigging dilakukan sebelum/sesudah dilakukannya hydrostatic
test dengan tujuan untuk membersihkan bagian dalam pipa dari semua
kotoran.
g. Flushing dan pigging dilakukan dengan mengunakan media air yang
ditekan.
h. Sebelum memasukkan pig kedalam pipa lakukan filling water dan tunggu
minimal 2 (dua) jam setelah air keluar dari ujung pipa
i. Masukan rubber pig dan langsung diikuti oleh pekerja untuk memastikan
pig tersebut berjalan dan dimana posisi pig.
j. Setiap penyimpangan pada pelaksanaan flushing dan pigging harus
mendapatkan persetujuan dari Pelaksana Utama.
k. Flushing dan pigging meliputi :
Filling water (15 m H2O).
Pigging.
Metode kerja intelligent pigging
a. Rangkaikan pompa dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan Cleaning pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan filling pump
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Lakukan langkah C sampai dengan E dengan mengganti jenis pig: cleaning
pig, Geometri pig, MFL pig.
Catatan:
Metode kerja tes Hidrostatik
a. Lepaskan rangkaian pipa utama dari pipa bypass & scrapper L/R
b. Pasang blind flange, gasket & studbold pada ujung pipa yang terbuka.
c. Lepaskan valve yang menghubungkan pipa utama dengan pipa bypass
d. Pasang temporary connection diantara pipa utama & Pipa bypass
e. Hubungkan pipa utama dengan pipa bypass
f. Pasang pompa isi dan pompa tekan pada temporary connection
g. Pasang indikator & recorder
h. Lakukan pengisisan air dengan pompa isi
h.1
Proses pengisian (Filling water).
k.1
Pasang temporary connection dan peralatan filling pump
kecuali peralatan ukur dan instrumentasinya.
k.1
Pastikan semua koneksi pada temporary connection dan
koneksi pada jalur pipa sudah dilengkapi gasket untuk joint
flange ke flange dan seal tape untuk fitting ke nipple dan
nipple ke instrument dan terpasang erat.
k.1
Pasang filling pump ke temporary connection dan pastikan
terpasang erat.
k.1
Letakkan filling pump sedekat mungkin dengan sumber air
seperti sungai /kali atau disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Air akan dites untuk mengetahui kadar keasaman
dan kandungan organik sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
k.1
Lakukan pengisian air dalam kondisi air vent terbuka.
k.1
Tutup air vent setelah air keluar selama jam.
k.1
Isolasi hubungan filling pump dengan temporary
connection dengan menutup gate valve.
k.1
Ganti filling pump dengan pressure pump.
i. Setelah air penuh lakukan penekanan dengan pompa tekan
j. Penekanan.
Proses penekanan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
j.1 Besarnya penekanan maksimum 14,5 psi/menit sampai 95% dari test
pressure, 5% terakhir dari test pressure tekanan pengisian diturunkan secara
linier 1,5 psi/menit. Selama penekanan sambungan pipa diperiksa untuk
kebocorannya. Ketika mencapai test pressure yang ditentukan, katup
pengisi akan ditutup dan jaringan pengisian dilepas dari katup.
j.2 Lakukan penekanan dengan pompa tekan secara perlahan-lahan dan terus
menerus sampai 30% dari testing pressure dan ditahan selama 1 jam.
j.3 Periksa seluruh valve dan koneksi dengan jalur pipa, jika tidak ada
kebocoran teruskan penekanan sampai 50% dari testing pressure dan
ditahan selama 1 jam.
j.4 Periksa seluruh valve dan koneksi dengan jalur pipa, jika tidak ada
kebocoran teruskan penekanan sampai 100% dari testing pressure dan
ditahan selama 24 jam.
j.5 Tekanan harus dijaga selama satu periode waktu untuk kestabilan tekanan
(kondisi stabil). Lamanya periode waktu tergantung beberapa factor
misalnya ; besarnya tekanan stabil, waktu dari pengisian sampai penekanan,
perbedaan temperatur air pengisi dengan sekitarnya, jenis dan ketebalan
coating, kedalaman air di tiap bagian akhir pengujian.
j.6 Jika terjadi penurunan tekanan dari kestabilan temperatur dan tekanan, maka
harus ditekan ulang sampai tekanan tertentu sebelum shut down dan
penghentian untuk pengujian. Penambahan air harus harus diukur dan
dicatat secara tepat.
j.7 Setelah penekanan stabil, tekanan pengujian (test pressure) harus ditahan
minimal selama 24 jam. Batas minimum tekanan pengujian harus minimal
1,4 kali dari MOP (Maximum Operating Pressure / tekanan maksimum
operasi) dan maksimum 95% dari SMYS (Specified Minimum Yield
Strength) material terlemah.
j.8 Setelah kondisi stabil, isolasi pompa tekan dari temporary connection dan
tahap holding time pada Hydrostatic Test selama 24 jam dimulai.
k. hidrostatik test
k.1 Selama waktu pengujian, pencatatan seluruh pembacaan pada instrument
dilakukan setiap 30 menit.
k.2 Variasi tekanan selama hydrostatic test dapat diterima jika (sama atau lebih
kecil) 0.2 % test pressure.
k.3 Catat pembacaan pada pressure measurement (tekanan) dari dead weight
tester, ambient temperature (temperature ambient) dan barometric pressure
(tekanan barometer).
k.4 Jika terjadi penurunan tekanan lebih besar, pengujian tidak dapat diterima
dan jaringan pipa akan dites ulang atau waktu pengujian ulang diperpanjang
selama 24 jam.
k.5 Setelah selesai dan hydrotest diterima, jaringan pipa akan ditekan pada
tekanan maksimum 43,5 psi/menit.
k.6 Grafik tekanan dan daftar pengujian dari dead weight tester harus
ditandatangani semua pihak dan dibuat 2 salinan untuk kelengkapan
laporan, juga termasuk :
- Pressure and temperature recorder charts.
- Log of pressure and temperatures
- Calibration certificates for instruments and test equipment.
- Calculation of pressure and temperature relationship and justification for
acceptance.
- Endorsed test acceptance certificate.
- Detailed description of test equipment with diagram of test hook-up.
l. Alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan baik dan dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang :
a.1.1 Pressure and temperature gauge
Catatan:
Metode kerja dewatering
a. Rangkaiakan kompresor dengan scrapper launcher
b. Pasang selang pembuangan di scrapper receiver
c. Masukan foam pig kedalam scrapper launcher
d. Lakukan pigging dengan menggunakan kompresor
e. Keluarkan pig dari scrapper receiver.
f. Alat yang digunakan pada proses dewatering ini adalah Kompresor dengan
tekanan minimal 10 Bar dan foam pig.
g. Deretan pig minimum harus 4 pig. Setiap pig harus dipisah dengan sejumlah
air bersih. Contoh air akan diambil dari antara deretan pig untuk uji kadar
garam. Sahnya de-watering dilihat dari air pada bagian dereten terakhir.
Kandungan garam pada air deretan terakhir harus kurang dari 200 ppm. Jika
kandungan garam mencapai 200 ppm maka harus di flush ulang dengan
penambahan sejumlah air bersih/segar
h. Peletakan kompresor diupayakan pada daerah yang jauh dari pemukiman
penduduk.
i. Pada ujung pipa dimana tempat keluarnya foam pig harus diberikan
pengaman sedemikian rupa untuk meminimalisasi kecelakaan dan
kerusakan akibat ledakan dari tekanan kompresor yang tinggi
Catatan:
Metode kerja tie-in
a. Siapkan temporary pit pada ujung pipa eksisting yang akan di tie in.
b. Shut down instalasi pipa
c. Tutup aliran minyak dengan cara menutup valve
d. Lepaskan stud bold pada flange dengan hati-hati untuk melepas tekanan sisi
dalam pipa, lepaskan flange.
e. Alirkan sisa minyak yang tersedia kedalam pit.
f. Pasang rangkaian pipa dengan memasang flange dan gasket ke valve pada
ujung pipa eksisting.
g. Pastikan tidak ada bahaya combustible gas dengan gas detector.
h. Tie-in yang dimaksud adalah flange to flange
i. Pipa exsisting tidak dalam keadaan beroperasi.
j. Pipa exsisting sudah tidak ada tekanan
k. Pastikan sambungan pipa baru dengan pipa eksisting sudah terangkai
dengan baik.
4.2 METODE KERJA TANGKI
PEKERJAAN PENGELASAN
PERSIAPAN
o Melakukan penyambungan material dengan menggunakan proses las sesuai dengan
Prosedur Pengelasan (WPS) yang telah diuji (dapat dibuktikan dengan adanya
Procedure Qualification Record atau PQR).
o Bagian material yang akan dilas harus dibevel dulu sesuai dengan persyaratan
dalam gambar kerja, dengan menggunakan potong api dan mesin gerinda.
o Lakukan fit up terhadap material yang akan dilas.
o Permukaan yang akan dilas harus bersih dari minyak, grease, karat dan kotoran lain
serta harus dalam keadaan kering.
Komponen-komponen accessories seperti flange, pipa niple dan atau pelat yang
telah dipotong atau diroll dirangkai dengan cara Tack Welding (Fit Up).
Setelah diperiksa dimensi dan surface/ edge preparation-nya, accessories tersebut
dilas mengikuti prosedur pengelasan yang berlaku.
Hasil pengelasan diperiksa secara visual dan pengukuran dimensi.
Accessories CPO Storage Tank meliputi :
Manhole Atas dan Bawah
Nozzle-nozzle
Steam Coil
Lader
Air Vent
Centre Drum
Rafter
Sounding Pipe
Level Indicator Float
Annular plate
bottom plate
proses alignment
Primer Coating
Intermediate Coating
Finish Coating.
PENGUJIAN
Katodic Proteksi
Hydrostatic Test
Holiday Test
Inspeksi
pengelasan
pipa:
untuk
memeriksa
hasil
penyetelan
dan
pengelasan
NDT (Non Destructive Test) adalah Tes
tanpa merusak.
Alat uji harus dipastikan dalam kondisi
sudah dikalibrasi.
Radiography test
PENDAHULUAN
Pengertian pengelasan: penyambungan logam dimana ikatan antar atomnya kembali seperti
keadaan semula. Dalam pekerjaan struktur bermacam-macam sambungan las digununakan
, tetapi semua variasi sambungan las itu memiliki empat sambungan dasar yaitu:
butt joints.
tee joints.
lap joints.
corner joints
Sambungan las terbentuk karena penyatuan benda kerja dengan kawa las dalam keadaan
mencair sepanjang jalur pengelasan.
Seperti pada gambar dibawah ini, panas yang dialirkan dari kawat las menyebar ke material
benda kerja sehingga temperaturnya meningkat sampai pada titik cairnya, kemudian
mengalami pendinginan dan proses penyatuan antar molekul atom terjadi.
Untuk menghasilkan pengelasan yang sempurna diperlukan waktu yang cukup bagi
material untuk mencair dan memerlukan waktu juga untuk proses penyatuan. Pada
praktiknya untuk mencapai titik cair suatu logam atau kawat las maka digunakan bantuan
panas dari luar. Panas yang digunakan biasanya bersumber dari voltase yang rendah (15
35 volt) dengan arus yang tinggi (50 1000 ampere), atau biasa disebut panas busur (arc).
Seperti pada gambar dibawah ini.
hasil pengelasan seperti gambar diatas dapat dimasuki oleh oksigen atau nitrogen dari
udara bebas, dimana oksigen tersebut dapat mengakibatkan porositas sehingga mengurangi
nilai kekuatan hasil pengelasan. Untuk mengatasinya digunakan beberapa metode antara
lain dengan menyelubingi material kawat las dengan flux seperti pada pengelasan
ShieldedMetal Arc Welding (SMAW) dan Submerged Arc Welding (SAW),
Untuk Metal Active Gas (MAG) welding, menghindari porositas dengan cara
menggantikan oksigen yang masuk dengan gas yang tidak reaktif sebagai pelindung.
STRUKTUR PENGELASAN
Hasil pengelasan memiliki struktur karakteristik seperti baja yang dilas, namun memiliki
perbandingan yield dan ultimate strength yang lebih tinggi dari struktur baja. Material dari
hasil las adalah campuran dari logam (benda kerja) yang mencair dengan kawat las yang
mencair juga karena panas yang dialirkan ketika dilakukan proses pengelasan. Dalam
pekerjaan struktur komposisi dari kawat las biasanya telah ditentukan, biasanya mengacu
pada standarisasi dari American Welding Society (AWS) A5.01 Filler Metal Procurement
Guidelines. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi khusus baik pada material
benda kerja maupun pada pemilihan kawat las yang tepat, contoh ketika ingin mengelas
material stainless steel dengan carbon-manganese steel, dibutuhkan kawat las campuran
yang tinggi untuk menghindari retak yang terjadi pada hasil pengelasan.
Hasil pengelasan yang telah menyatu dan sedang dalam proses pendinginan, biasanya
mengalirkan panasnya ke luar dari area pengelasan menuju ke benda kerja, kemudian
disekitar benda kerja yang dilas mengalami kenaikan temperature sehingga bagian benda
kerja itu butuh perlakuan pendinginan juga, biasanya struktur dari benda kerja yang terkena
efek panas ini akan berubah. Fenomena ini disebut heat affected zone.
Panas yang diterima benda kerja dari sumber panas (energi dari busur).
Tipe dari joint.
Ketebalan dari benda kerja.
Pemanasan awal sebelum pengelasan.
Sebuah metode yang digunakan untuk menetukan interaksi antara factor-faktor diatas agar
menghindarkan retak yang terjadi pada daerah heat affected zone adalah seperti gambar
dibawah ini:
6.1
Untuk menghilangkan kadar hidrogen dari hasil pengelasan dan area yang terkena
ekspansi panas, karena kadar hydrogen dapat meningkatkan resiko dari keretakan
ketika proses pendinginan berjalan. Secara teori hidrogen berasal dari flux kawat
las, oleh sebab itu pemilihan kawat las yang bener dan penyimpanan elektroda yang
baik dapat mengurangi resiko keretakan karena pengaruh hydrogen.
Untuk menghilangkan kandungan uap air pada permukaan benda kerja.
Menaikan temperatur benda kerja sampai temperatur normal pengelasan (20oC).
PEMBUATAN BEVEL UNTUK BUTT WELD
Dalam pengelasan kedalaman dari cairan kawat las yang masuk ke dalam benda kerja biasa
disebut kedalaman penembusan ( lihat gambar xx). Kedalaman penembusan biasanya
memiliki ukuran 1 mm per 100 ampere. Untuk SMAW arus yang digunakan biasanya
tidak lebih dari 350 ampere, yang biasa digunakan 150 200 ampere, hal ini berarti bagian
ujung dari benda kerja yang akan dilas harus dibuat alur yang tidak terputus sepanjang
jalur pengelasan (lihat gambar xx ). Alur yang sudah dibuat itulah yang akan menampung
lelehan dari elektroda (lihat gambar xx). Terdapat beberapa variasi dari bentuk alur,
masing-masing memiliki kegunaannya masing-masing dan untuk membentuk alur ini dapat
menggunakan flame cut.
proses pengelasan
Posisi pengelasan
Akses untuk sumber panas
Volume dari hasil pengelasan yang dibutuhkan.
Harga untuk pembuatan alur
Factor penyusutan dan penyimpangan.
6.2
PROSEDUR PENGELASAN
Terdapat tiga prinsip dasar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan untuk pengelasan,
yaitu:
Oxygen acetylene.
Perubahan arus listrik.
Busur listrik.
Setiap hasil pengelasan dengan menggunakan sumber-sumber diatas harus dilindungi dari
masuknya oksigen atau nitrogen dari udara luar ke area pengelasan. Metode yang
digunakan untuk melindungi area pengelasan dari oksigen atau nitrogen disebut teknik
prelindungan (shielding technique), teknik ini sangat memberikan dampak pengaruh yang
besar terhadap karakteristik dari proses pengelasan, untuk pekerjaan konstruksi proses
pengelasan yang digunakan biasanya menggunakan sumber panas dari busur listrik.
6.3
A. Proses pengelasan
Pemilihan Proses pengelasan harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap hasil
pengelasan, ada tiga proses pengelasan yang biasa digunakan untuk pengelasan pipa:
1. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW): biasa dikenal dengan nama TIG, kecepatan
pengelasan rendah, panas yang keluar dari sumber biasanya tinggi & membutuhkan
operator yang terampil, biasanya hanya root pass untuk material X70, X80 atau
stainless steel.
2. Gas Metal Arc Welding (GMAW): biasa dikenal dengan nama MIG, kecepatan
pengelasan lebih cepat dari TIG, sumber panas sulit untuk dikontrol, peleburan tidak
selalu 100%, membutuhkan operator yang terampil.
3. Shielded Metal Arc Welding (SMAW): biasa dikenal dengan stick welding, biaya
pengadaan mesin las paling murah, membutuhkan welder yang terampil, memiliki
masalah tersendiri yaitu pekerjaan sering terhenti karena menukar elektroda.
Hal yang diperhatikan adalah material benda kerja, area kerja dan bentuk sambungan.
Sebaiknya untuk pengelasan pipa gas menggunakan proses pengelasan SMAW untuk butt
joint, fillet, valve, flanges & fittings karena: mobilisasi peralatan las mudah, terlebih lagi
untuk mengelas pipa di bawah permukaan tanah, arus listrik yang konstan dari mesin las,
mudah dioperasikan, mesin las lebih murah dari TIG & MIG, jika rusak mesin las mudah
diperbaiki, elektroda dari SMAW lebih cepat mengalami pendinginan, SMAW
menyediakan elektroda yang sesuai dengan jenis material benda kerja.
B. Material pipa
Pemilihan material pipa sebaiknya sesuai dengan standar API 5L / ASTM serta spesifik.
Yang harus diperhatikan adalah identifikasi dari material pipa, kondisinya serta ketebalan
pipa harus sesuai standar. Pemilihan material pipa termasuk hal yang esensial
C. Diameter dan Ketebalan Pipa
memperhatikan pembagian grup, seperti di bawah ini:
1. grup I : diameter pipa < 2-3/8 dengan ketebalan kurang dari 0,188
2. grup II : diameter antara ( 2-3/8) s/d (12-3/4) dengan ketebalan kurang dari
0,188
3. grup III : diameter antara (2-3/8) s/d (12-3/4) dengan ketebalan antara 0,188 s/d
0,75
4. grup IV : diameter > 12-3/4 dengan ketebalan antara 0,188 s/d 0,75
menurut API 1104, berdasarkan nilai Yield strength dapat dibagi menjadi tiga grup yaitu:
a. nilai spesifik yield strength minimumnya kurang atau sama dengan 42.000 Psi (290
MPa)
b. nilai spesifik yield strength minimumnya antara 42.000 Psi ( 290 MPa) s/d 65.000
psi ( 448 Mpa)
c. nilai spesifik yield strength minimumnya lebih besar atau sama dengan 65.000 Psi
(448 MPa)
D. Desain Sambungan
Toleransi desain sambungan las yang diijinkan harus ditampilkan dan toleransi harus
ditampilkan untuk semua ukuran. Bentuk ukuran bevel harus mengikuti gambar di atas.
Untuk membuat bevel di lapangan harus menggunakan mesin atau atau gas cutting dan
grinda.
Fillet joint
Pengelasan fillet dapat berbentuk cembung sampai cekung, ukuran dari fillet didefinisikan
sebagai panjang dari bagian yang paling pendek dari dua sisi yang saling tegak lurus dan
ukuran dari fillet tidak boleh lebih kecil dari ketebalan pipa dua material yang akan
disambung.
Pemilihan kawat las berdasarkan bentuk joint (contoh untuk butt joint):
- untuk jenis kawat E 60XX / E70XX (berbeda untuk root / hot pass / filler /
caping )
- diameter kawat (berbeda untuk root / hot pass / filler / caping )
Jarak pegelasan adalah: jarak antara ujung kawat las dengan benda kerja yang akan dilas,
jarak yang dianjurkan untuk melakukan pengelasan adalah:
- untuk diameter kawat (1/16) (3/32) jarak pengelasan yang dianjurkan
adalah 1/16 ( 1,6 mm ).
- Untuk diameter kawat (1/8) (5/32) jarak pengelasan yang dianjurkan adalah
1/8 ( 3 mm ).
H. Posisi Pengelasan
Pengelasan harus dilakukan searah sumbu pipa dengan deviasi maksimum 30o dari posisi
horizontal untuk meminimalkan terjadinya distorsi, serta pipa harus dalam posisi tidak
bergerak sampai pengelasan selesai. Posisi pengelasan pada PQR harus tertulis secara
spesifik. Setiap welder bisa mengelas pada posisi 6G untuk pengelasan sambungan pipa.
Ruangan untuk mengelas diatas tanah:
1. Seleluasa mungkin bagi welder, membuat tenda untuk melindungi welder dari terik
matahari pada musim kemarau dan hujan pada musim hujan, serta melindungi dari
angin kencang yang dapat mengganggu konsentrasi welder.
2. Tempat pengelasan harus kering, jika dalam kondisi berawa maka harus diusahakan
mengelas diatas balok+sand bag, dengan jarak minimum 45 cm diatas permukaan
rawa.
I. Arah Pengelasan
Arah pengelasan sebaiknya Turun dari atas ke bawah (downward), dimulai dari atas pipa (
untuk root pass, hot pass, filler, caping )
J. Waktu Jeda
Waktu jeda minimum harus ada setelah pengelasan satu lapisan selesai untuk
membersihkan slag dan pendinginan udara untuk hasil pengelasan sebelum melakukan
pengelasan lapisan selanjutnya. Pengelasan harus selesai pada hari yang sama untuk
memulai pengelasan untuk meminimalkan kerusakan pengelasan
K. Proses Fit-Up
Eksternal klem harus digunakan untuk mengelas semua butt joint untuk
meminimalkan kesalahan akibat salah seting seperti, penyimpangan kemiringan
yang melebihi toleransi, timbul posisi high low antar dua pipa.
Eksternal klem dapat dilepas setelah pengelasan root selesai.
Untuk pipa yang memiliki ketebalan yang sama maka toleransi kemiringannya
tidak boleh lebih dari 1/16.
Dianjurkan untuk seminimal mungkin menggunakan palu untuk membantu proses
fit-up untuk menjaga lapisan pipa agar tidak rusak serta menjaga kesilindrisan pipa.
Metode kerja fit-up:
1. membersihkan karat pada permukaan bevel dengan gerinda tangan.
2. membersihkan bagian dalam pipa dengan sablon.
3. menaikan pipa dengan tripod minimal 45 cm dari permukaan tanah dan
diganjal dengan balok & sandbag untuk melindungi pelapis pipa (coating)
4. gunakan eksternal klem untuk mengatur kesejajaran antar dua pipa agar
sesuai WPS.
5. cek gap, kesejajaran pipa dengan welding gauge dan kebersihan permukaan
dan bagian dalam pipa dengan pemeriksaan visual.
Butt joint:
Faktor non-teknis
1. Membuat kriteria untuk subkon konstruksi 1. Sebaiknya dalam satu grup pengelasan
ada welder & fitter yang sudah saling
pemipaan
kenal agar komunikasi pada saat fit-up
tidak bermasalah
2. Melakukan tes pada welder sesuai standar
3. Melakukan kontroling terhadap proses fit-up 2. Sebaiknya satu welder untuk satu mesin
las yang tetap
& alignment
4. Mengatur jarak antara permukaan tanah 3. Membuat lokasi pengelasan yang cukup
luas, aman dan nyaman untuk pengelasan
dengan pipa minimal 50 cm agar leluasa
di dalam tanah
mengelas posisi overhead
5. Melakukan kontroling terhadap kondisi 4. Mengingatkan welder agar jangan tidur
terlalu malam agar kondisi badan fit
mesin las.
keesokan harinya
6. Mengingatkan welder untuk menggunakan
5. Pemilihan Welder untuk pengelasan pipa
wire brush untuk membersihkan slag
di bawah tanah harus memperhatikan
faktor psikologis welder selain faktor
7. Menggunakan kawat las yang kondisinya
keahlian, contoh: sebaiknya dipilih
kering & tidak rusak.
welder yang memiliki karakter sabar &
teliti
8. Menggunakan eksternal klem pada fit-up &
alignment
L. Pemilihan Welder
Hal hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan welder adalah:
1. memiliki sertifikat mengelas.
2. dalam jangka waktu 6 bulan masih aktif mengelas dengan proses yang sesuai sertifikat.
3. lulus tes (berdasarkan WPS yang telah diuji oleh badan yang berwenang).
Pihak kontraktor melakukan pengawasan dengan ketat ketika tes dilakukan.
M. Pembuatan WPS
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat WPS adalah:
1. Orang yang membuat WPS adalah mereka yang telah memiliki sertifikat Welding
Engineer.
2. Dalam membuat WPS harus mengacu kepada standar:
a) ASME sec IX QW V: standard WPS atau
b) AWS D 1.1 : Structural Welding Code Steel.
c) API 1104 : Welding of pipelines.
3. WPS di sertifikasi oleh badan yang berwenang.
N. Pemilihan mesin las
Pemilihan mesin las didasarkan kepada:
1. Aplikasi pekerjaan pengelasan, dengan mengajukan pertanyaan:
a) Ingin menggunakan proses apa?
b) Besar atau kecilnya proyek?
c) Jenis material apa yang ingin dilas?
2. Memilih tipe mesin las berdasarkan bahan bakarnya ( diesel / bensin / LPG ),
berpengaruh kepada kemudahan mencari suplai bahan bakar di lokasi proyek,
kemurahan biaya bahan bakar.
3. Kemudahan membawa mesin ke lokasi proyek, berhubungan dengan efisiensi waktu
pendatangan mesin las.
4. sumber listrik, generator AC, normalnya 3000 Watt (selain untuk proses pengelasan,
digunakan juga sebagai sumber tenaga untuk gerinda, wire brush, penerangan jika
pengerjaan pada malam hari).
Untuk pekerjaan pengelasan pipa biasanya dipilih proses SMAW dengan bahan bakar
diesel dan generator AC 3000 Watt, dengan memperhatikan kebutuhan arus dan ukuran
diameter elektroda. Contoh mesin las dari produk: Lincoln, Miller.
O. Syarat-syarat Subkontraktor
Untuk memenuhi standar mutu yang sesuai spesifikasi dari owner, maka salah satu cara
untuk memenuhinya adalah dengan mencari subkontraktor yang mampu mengerjakan
proyek pipanisasi, untuk itu subkontraktor harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
kontraktor, standar-standar untuk subkon adalah:
1. dari segi finansial memiliki surat jaminan penawaran, minimal sebesar penawaran yang
diajukan.
2. dari segi teknis:
a) Memiliki metode kerja yang sesuai dengan pekerjaan.
b) Memiliki urutan kerja yang sesuai dengan pekerjaan.
c) Memiliki PIC yang berpengalaman dibidang konstruksi pipeline.
d) Perusahaan memiliki pengalaman dalam mengerjakan proyek konstruksi pipanisasi.
e) Memiliki sertifikasi yang diperlukan sesuai dengan pekerjaan.
Lampiran I
Product
Aviation
(Avgas)
Anhydrous
Ammonia
Bitumen
flammable or combustible.
Butane
Carbon Dioxide
Compressed
Natural Gas
Condensates
Uses Distillate fuel oils include diesel fuel and fuel oils. Diesel fuel
is a light hydrocarbon mixture for use in diesel engines. Diesel
engines are used to power the hundreds of thousands of tractor &
trailer trucks that cross our nations highways daily. Diesel engines
are also used in passenger cars and light trucks and in marine
applications. Refined fuel oil comes in two grades: Number 1
distillate (kerosene) which is used in many home heating
applications, and a heavier Number 2 fuel oil used in many industrial
heating and burner applications.
Properties/Hazards - Exposure to kerosene and other distillate fuel
oils may occur via inhalation, ingestion, skin absorption and skin or
eye contact.
Distillate fuel oil vapors are moderately irritating to the eyes and to
the respiratory passages. Ingestion may result in vomiting. Aspiration
of vomitus into lungs as small quantities may result in aspiration
pneumonitis. These fuel oils may be absorbed by skin contact.
Prolonged immersion of skin in the liquid may lead to chemical
burns. If distillate fuel oil liquid is accidentally aspirated into the
lungs it can cause a severe inflammation of the lung.
Ethane
Gasoline
Gas Oil
headaches, dizziness,
disturbances.
nausea
and
central
nervous
system
Hydrogen
Hydrogen Sulfide
Uses When extracted from crude oil and natural gas, hydrogen
sulfide yields elemental sulfur, which is then sold to chemical plants
and often used in the production of sulfuric acid.
Properties/Hazards - Hydrogen sulfide is a toxic, corrosive
contaminant found in natural gas and crude oil. Exposures to
relatively low levels of hydrogen sulfide can cause death.
Jet Fuels
Uses Jet fuels are highly refined kerosene petroleum distillates. Jet
fuels are refined in several grades for use in both commercial and
military aviation. Millions of gallons of jet fuel are used daily in
thousands of commercial airline flights and in support of our armed
forces as they carry out their mission to serve and protect our country.
Properties/Hazards Exposure to jet fuels and other distillate fuel
oils may occur via inhalation, ingestion, skin absorption and skin or
eye contact.
Distillate fuel oil vapors are moderately irritating to the eyes and to
the respiratory passages. Ingestion may result in vomiting. Aspiration
of vomitus into lungs as small quantities may result in aspiration
pneumonitis. These fuel oils may be absorbed by skin contact.
Prolonged immersion of skin in the liquid may lead to chemical
burns. If distillate fuel oil liquid is accidentally aspirated into the
lungs it can cause a severe inflammation of the lung.
Kerosene
Liquefied
Gas
Natural Uses When chilled to very cold temperatures (-260F) natural gas
changes into a liquid. In this form, liquefied natural gas (LNG) takes
up only 1/600th of the space that natural gas would in its gaseous
state and thus can be stored and transported more efficiently. LNG
can be loaded onto specially built tankers (large ships with several
domed and thermally insulated tanks) and moved across the oceans to
deliver gas to other countries. When LNG is received, it is warmed
and changed back to its gaseous state. It can then be injected into
natural gas transmission pipelines for further transportation. LNG can
also be shipped by truck or stored until it is needed for regasification
and use.
Properties/ Hazards As noted, LNG takes up only 1/600th of the
space that natural gas would in its gaseous state. If released from its
Natural Gas
Natural Gas Liquid Uses Natural gas liquids (NGLs) have a variety of different uses,
including enhancing oil recovery in oil wells, providing raw materials
for oil refineries or petrochemical plants, and as sources of energy.
Nitrogen
Oxygen
Paraxylene
birth defects.
Cancer: Paraxylene can cause cancer in laboratory animals, but the
available information is inadequate to determine if this material can
cause cancer in humans.
Target Organs: Repeated inhalation of this material at concentrations
above the recommended exposure limit may cause damage to the
auditory system
Petroleum
Distillates
Produced Water
Propane
Propylene
Synthetic
Crude Uses Synthetic crude oils are suitable feedstocks for refineries,
Oils
Tertiary
Alcohol
Xylene
which will process them into refined products like gasoline and diesel
fuel.
Properties/ Hazards Synthetic crude oils are lighter crude oils
produced by upgrading. Upgrading is the process of breaking large
hydrocarbon molecules (such as bitumen) into smaller ones by
increasing the hydrogen to carbon ratio.
Butyl Uses Tertiary butyl alcohol (TBA) is used as a denaturant for
ethanol, in the manufacturing of floatation agents, flavors, and
perfumes (especially in the preparation of artificial musks); as a
solvent, in paint removers; and, as an octane booster in gasoline.
TBA is also used as a solvent for pharmaceuticals and as a
dehydrating agent. TBA is a raw material used in the production of
isobutylene, which may be used to produce Methyl-Butyl Ether
(MTBE), a common gasoline additive, or to produce butyl elastomers
used in the production of automobile tires. TBA may be formed in
the environment through oxidation of MTBE in the atmosphere
followed by hydrolysis or through microbial oxidation of MTBE in
impacted aquifer materials.
Properties/ Hazards TBA is a fuel oxygenate and is also an impurity
in, and a breakdown problem of (MTBE). TBA is a significant
potential groundwater contaminant due to its mobility, recalcitrant
nature, and potential toxicity. Exposure to TBA can lead to irritation
of mucous membranes, nausea, defatting of the skin, and intoxication.
There is currently no federal drinking water standard for TBA,
although some states have drinking water action levels for TBA.
Uses Xylene is a petrochemical that occurs naturally in petroleum
and coal tar and is formed during forest fires. It is used as a solvent
and in the printing, rubber, and leather industries. Xylene is used as a
feedstock in the production of terephthalic acid (TPA), which is used
as the main raw material for most polyester fiber. It is also used as a
cleaning agent, a thinner for paint, and in paints and varnishes. It is
found in small amounts in airplane fuel and gasoline.
Properties/ Hazards Xylene is a colorless, flammable, sweetsmelling liquid. It is one of the top 30 chemicals produced in the
United States in terms of volume.
Exposure to xylene affects the brain. High levels from exposure for
short periods (14 days or less) or long periods (more than 1 year) can
cause headaches, lack of muscle coordination, dizziness, confusion,
and changes in one's sense of balance. Exposure of people to high
levels of xylene for short periods can also cause irritation of the skin,
eyes, nose, and throat; difficulty in breathing; problems with the
lungs; delayed reaction time; memory difficulties; stomach
discomfort; and possibly changes in the liver and kidneys. It can
cause unconsciousness and even death at very high levels. Studies are