ALHIJRAH AIR
..from ummah to ummah..
LATAR BELAKANG
Industri penerbangan (Airlines) di Asia Tenggara berkembang dengan
pesatnya akibat dari pertumbuhan ekonomi yang menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang berjumlah lebih dari 350 juta. Perusahaan penerbangan
sedang melayani hampir 30 juta penumpang setiap tahunnya. Jumlah ini akan
bertambah tinggi setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat (di atas 5.7 %) dan berkembangnya infrastruktur penerbangan
terutama di wilayah-wilayah baru mayoritas Muslim seperti Aceh Indonesia,
Mindanao Filipina dan Patani Thailand.
Pada saat ini penerbangan umumnya didominasi oleh perusahaan cost
rendah seperti AirAsia, Lion Air, Malindo, Batik Air dan lain-lainnya. Namun
hampir semua penerbangan cost rendah ini tidak melayani penerbangan
khusus yang berdasarkan kepada Syariat Islam dalam menjalankan operasinya
dan perusahaan bukan dimiliki oleh kaum Muslimin. Lebih khusus lagi belum
ada yang menghubungkan Asia Tenggara/Nusantara dengan Negara-negara
Arab di Timur Tengah seperti Jeddah ataupun Madinah yang menjadi
destinasi utama para Muslim yang melakukan ibadah Haji, Umrah ataupun
ziarah dan bisnis.
Padahal potensi penumpang Muslim yang melakukan perjalanan ke
Saudi Arabia sangat tinggi. Misalnya untuk pulau Sumatra saja Jamaah Haji
berjumlah tidak kurang dari 50.000 jamaah, dan yang melakukan perjalanan
Umrah, tidak kurang sekitar 1.000.000 jamaah pertahunnya. Ini belum lagi
ditambah dengan penumpang yang berprofesi sebagai pekerja ataupun
usahawan.
Demikian pula pengiriman barang dari Sumatra ke Timur Tengah atau
sebaliknya sangat tinggi. Hasil bumi Sumatera yang khas, terutama perikanan,
pertanian dan perkebunan dapat menjadi barang yang dikirim ke Timur Tengah
dengan menggunakan fasilitas cargo yang akan menambah pendapatan
operasional perusahaan penerbangan.
Walaupun realitasnya pada tahun 2014 telah diumumkan perusahaan
penerbangan seperti Garuda dan Malaysia Airlines termasuk Air Asia Thailand
mengalami kerugian yang besar, namun perusahaan penerbangan biaya
rendah seperti Air Asia (M) maupun Lion Air Group menjadi perusahaan yang
menguntungkan. Karena bisnis penerbangan adalah sebuah industri yang
padat tekhnologi dan modal, namun pada saat yang sama memiliki margin
keuntungan yang sangat rendah (antara 2 sd 3 %). Kata kunci untuk
keberhasilan dalam bisnis ini adalah efisiensi dan strategi unggul yang
didukung SDM yang professional serta sumber permodalan yang fleksibel.
2
PROSPEK
Untuk mendukung perkembangan Bandara SIM menjadi sebuah Bandara
transit internasional sebagai pusat operasi penerbangan cost rendah setingkat
Asia Tenggara adalah sangat memungkinkan. Karena Bandara SIM saat ini
mampu menampung lebih dari 20 pesawat dengan panjang landasan pacu
2500 m yang mendukung pendaratan pesawat besar seperti Air Bus A380 atau
Boing 787 atau seumpamnya. Di samping itu masih banyak tanah yang kosong
disekitar Bandara yang dapat dijadikan sebagai gudang, perkantoran, komplek
mall duty free, hotel ataupun property.
Demikian pula rencana pembangunan Pemerintah Aceh yang agresif
menghubungkan Aceh dengan dunia internasional sebagai amanah MOU
Helsinki pada tahun 2005, yang memberikan status otonomi kepada Aceh,
menjadi bagian strategis untuk mengembangkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat provinsi Aceh yang sekarang sebagai wilayah no 2 termiskin di
Indonesia. Termasuk dalam mengembangkan Bandara Internasional adalah
sangat diutamakan oleh Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Dr. Zaini
Abdullah dan Muzakir Manaf yang diharapkan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan baru yang mendorong kesejahteraan rakyat.
Apalagi secara historis, Aceh juga dikenal oleh kaum muslimin Nusantara
sebagai Serambi Mekkah. Dengan kedudukan ini, diharapkan Aceh akan
menjadi daya tarik para peziarah muslim untuk melakukan ziarah parawisata
relegius, mengingat di Banda Aceh masih terdapat makam-makam para ulama
besar Nusantara.
Dengan menjadikan Bandara Internasional SIM menjadi pusat
pendaratan internasional (ground landed centre) akan menjadikan Bandara
SIM sebagai bandara transit internasional yang secara otomatis meningkatkan
kesejahteraan rakyat Aceh. Demikian pula beberapa program strategis
Pemerintahan ZIKIR akan dapat terlaksana, seperti pemberangkatan haji
murah, pengiriman hasil perikanan dan perkebunan serta menjadikan Aceh
sebagai pusat budaya dan peradaban di Asia Tenggara. Demikian pula dengan
keindahan alam Aceh akan mendatangkan para wisatawan mancanegara
terutama dari Timur Tengah yang sejak dahulu kala memiliki hubungan dengan
Aceh.
Di masa depan, dengan berjalannya proyek ini maka Aceh akan menjadi
wilayah penghubung antara Nusantara, Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand
dan juga Mindanao dengan Negara-negara Muslim di Timur Tengah.