Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN PROYEK

ALHIJRAH AIR
..from ummah to ummah..

ALHIJRAH SAMAA (M) SDN.BHD


PT. ALHIJRAH SKYLINE NUSANTARA
Corporate Office:
A-5-10 Empire Tower SS 16/1, 47500 Subang Jaya Selangor - Malaysia.
Address:
No 8 Jalan Layang-Layang 6/4A, 40000 Shah Alam Selangor, Malaysia.
Tel/Fax: 03-55233399, 03-55120468,.Tel: 0350219488. Email: alhijrahair@gmail.com
1

LATAR BELAKANG
Industri penerbangan (Airlines) di Asia Tenggara berkembang dengan
pesatnya akibat dari pertumbuhan ekonomi yang menciptakan kesejahteraan
masyarakat yang berjumlah lebih dari 350 juta. Perusahaan penerbangan
sedang melayani hampir 30 juta penumpang setiap tahunnya. Jumlah ini akan
bertambah tinggi setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat (di atas 5.7 %) dan berkembangnya infrastruktur penerbangan
terutama di wilayah-wilayah baru mayoritas Muslim seperti Aceh Indonesia,
Mindanao Filipina dan Patani Thailand.
Pada saat ini penerbangan umumnya didominasi oleh perusahaan cost
rendah seperti AirAsia, Lion Air, Malindo, Batik Air dan lain-lainnya. Namun
hampir semua penerbangan cost rendah ini tidak melayani penerbangan
khusus yang berdasarkan kepada Syariat Islam dalam menjalankan operasinya
dan perusahaan bukan dimiliki oleh kaum Muslimin. Lebih khusus lagi belum
ada yang menghubungkan Asia Tenggara/Nusantara dengan Negara-negara
Arab di Timur Tengah seperti Jeddah ataupun Madinah yang menjadi
destinasi utama para Muslim yang melakukan ibadah Haji, Umrah ataupun
ziarah dan bisnis.
Padahal potensi penumpang Muslim yang melakukan perjalanan ke
Saudi Arabia sangat tinggi. Misalnya untuk pulau Sumatra saja Jamaah Haji
berjumlah tidak kurang dari 50.000 jamaah, dan yang melakukan perjalanan
Umrah, tidak kurang sekitar 1.000.000 jamaah pertahunnya. Ini belum lagi
ditambah dengan penumpang yang berprofesi sebagai pekerja ataupun
usahawan.
Demikian pula pengiriman barang dari Sumatra ke Timur Tengah atau
sebaliknya sangat tinggi. Hasil bumi Sumatera yang khas, terutama perikanan,
pertanian dan perkebunan dapat menjadi barang yang dikirim ke Timur Tengah
dengan menggunakan fasilitas cargo yang akan menambah pendapatan
operasional perusahaan penerbangan.
Walaupun realitasnya pada tahun 2014 telah diumumkan perusahaan
penerbangan seperti Garuda dan Malaysia Airlines termasuk Air Asia Thailand
mengalami kerugian yang besar, namun perusahaan penerbangan biaya
rendah seperti Air Asia (M) maupun Lion Air Group menjadi perusahaan yang
menguntungkan. Karena bisnis penerbangan adalah sebuah industri yang
padat tekhnologi dan modal, namun pada saat yang sama memiliki margin
keuntungan yang sangat rendah (antara 2 sd 3 %). Kata kunci untuk
keberhasilan dalam bisnis ini adalah efisiensi dan strategi unggul yang
didukung SDM yang professional serta sumber permodalan yang fleksibel.
2

KEWAJIBAN MEMILIKI PENERBANGAN SYARIAH


Tidak diragukan bahwa Islam adalah agama mayoritas bangsa-bangsa di
Asia Tenggara. Lebih 300 juta bangsa Asia Tenggara adalah penganut Muslim
yang juga sebagai agama yang tumbuh berkembang di dunia modern dengan
sangat pesatnya. Perkembangan Islam dalam segala lini kehidupan telah
mendorong para pemimpin Muslim untuk memberikan konstribusi dalam
bidang sosial, pendidikan sampai bidang keuangan dan perbankan yang
berlandaskan kepada ajaran syariat Islam.
Sebagai komunitas Muslim, maka adanya sekelompok yang menggeluti
usaha pengangkutan udara ini adalah merupakan sebuah fardhu kifayah
artinya diwajibkan kepada sekelompok kaum muslimin yang mampu
menjalankannya. Karena tujuan sebuah usaha penerbangan adalah untuk
menyambung silaturrahim antara kaum muslimin sekaligus untuk menjadi
sarana pengangkutan dalam melaksanakan ibadah wajib seperti Haji dan
lainnya. Maka fardhu kifayah hukumnya untuk sekelompok kaum muslimin
yang memiliki kemampuan untuk membentuk sebuah lembaga perusahaan
yang akan menjalankan usaha-usaha transportasi udara.
Maka berdasarkan kewajiban ini, para pemimpin Islam yang ahli dalam
bidang pengangkutan udara dan dengan dukungan para professional dan
usahawan di Asia Tenggara, telah bertekad bulat untuk membangun sebuah
armada angkutan udara yang diberi nama dengan AL HIJRAH AIR.

AL HIJRAH AIR adalah usaha bersama antara kaum Muslimin di Asia


Tenggara, terutama Malaysia di bawah ALHIJRAH SAMAA SDN BHD. dengan di
bawah PT. ALHIJRAH SKYLINE NUSANTARA dan Mindanao Filipina di bawah
ALHIJRAH BANGSAMORO AIRLINES serta perusahaan di Saudi Arabia. Tujuan
kerjasama ini adalah untuk menyambung silaturrahmi antara kaum muslimin
dengan pengangkutan udara, sekaligus menjadi sarana yang akan
memudahkan kaum muslimin dalam menjalankan ibadahnya, seperti haji,
umrah, ziarah, perdagangan dan lainnya.
Sebagai salah satu implementasi menerapan syariat Islam, maka
strategi yang harus diambil adalah mencari pusat pendaratan (HUB) yang
paling berpotensi dalam menjalankan operasi dan sesuai dengan tuntunan
syariat Islam. Setelah diadakan penelitian panjang maka diputuskan Provinsi
Aceh di Republik Indonesia adalah di antara wilayah yang telah menerapkan
syariat Islam dan memiliki letak yang sangat strategis berada di paling barat
pulau Sumatera. Wilayah Aceh sangat strategis untuk mengembangkan pusat
pendaratan (ground landing base camp) pesawat komersial terpadu,
mengingat letak Aceh di pusat pertumbuhan dunia, seperti China, India,
Jepang, Arab, Australia dan juga Asia Tenggara. (Lihat peta)

POTENSI ACEH SEBAGAI


PUSAT LANDING PESAWAT ASIA TENGGARA-TIMUR TENGAH
Provinsi Aceh dengan statusnya dalam Undang-Undang Republik
Indonesia sebagai wilayah otonomi khusus. Di antara khususannya adalah
sebagai suatu provinsi di Indonesia yang boleh mengatur sistem
perekonomian tersendiri dan memungkinkan untuk diadakannya investasi
langsung (Direct Investment) dengan pihak-pihak negara luar. Pasca
perdamaian, pemerintah Aceh sedang giat-giatnya mengadakan hubungan
dengan Negara-negara luar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Dan pada saat ini Pemerintah Aceh dengan dana yang berlimpah lebih
dari 28 Trilyun Rupiah sedang giat-giatnya membangun infrastruktur ekonomi,
seperti pelabuhan perikanan bertaraf internasional, kota pemerintahan baru di
Indrapuri dan termasuk mengembangkan Bandar Udara yang bertaraf
Internasional di Banda Aceh.
Dengan menjadikan Aceh sebagai pusat operasi perusahaan
penerbangan cost rendah, maka para penumpang internasional dan produkproduk pulau Sumatera berupa ikan, buah-buahan, sayuran dll hasil bumi
dapat diterbangkan langsung ke Negara-negara di Jepang, Taiwan, China, India,
Arab, Australia, Philipina, Nusantara dan lainnya melalui Banda Aceh yang
memiliki posisi tengah dan sangat strategis. Dan yang paling penting provinsi
Aceh adalah wilayah yang sedang mulai membangun dengan potensi lahan
yang luas untuk pembangunan property dengan harga murah ataupun
memiliki lautan luas sebagai sumber penghasil ikan terbaik di dunia.
Provinsi Aceh saat ini sudah memiliki bandara yang bertaraf
Internasional yaitu Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM)
(IATA: BTJ ICAO: WITT) terletak kira-kira 15 km dari pusat kota Banda Aceh.
Nama terdahulu: Bandara Blang Bintang. Terletak di wilayah Kecamatan Blang
Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Bandara ini dikelola oleh PT.
Angkasa Pura II, untuk melayani rute domestik dan internasional. Bandara SIM
saat ini sudah dapat di landing oleh pesawat-pesawat berbadan lebar dan jenis
boing. Karena landasan pacu serta altarnya sudah sangat luas. Sarana dan
prasarana lain juga sangat mendukung untuk bandara Internasional. Ada
Cafee, mushalla, halaman parkir antar jemput, dll.

PROSPEK
Untuk mendukung perkembangan Bandara SIM menjadi sebuah Bandara
transit internasional sebagai pusat operasi penerbangan cost rendah setingkat
Asia Tenggara adalah sangat memungkinkan. Karena Bandara SIM saat ini
mampu menampung lebih dari 20 pesawat dengan panjang landasan pacu
2500 m yang mendukung pendaratan pesawat besar seperti Air Bus A380 atau
Boing 787 atau seumpamnya. Di samping itu masih banyak tanah yang kosong
disekitar Bandara yang dapat dijadikan sebagai gudang, perkantoran, komplek
mall duty free, hotel ataupun property.
Demikian pula rencana pembangunan Pemerintah Aceh yang agresif
menghubungkan Aceh dengan dunia internasional sebagai amanah MOU
Helsinki pada tahun 2005, yang memberikan status otonomi kepada Aceh,
menjadi bagian strategis untuk mengembangkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat provinsi Aceh yang sekarang sebagai wilayah no 2 termiskin di
Indonesia. Termasuk dalam mengembangkan Bandara Internasional adalah
sangat diutamakan oleh Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Dr. Zaini
Abdullah dan Muzakir Manaf yang diharapkan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan baru yang mendorong kesejahteraan rakyat.
Apalagi secara historis, Aceh juga dikenal oleh kaum muslimin Nusantara
sebagai Serambi Mekkah. Dengan kedudukan ini, diharapkan Aceh akan
menjadi daya tarik para peziarah muslim untuk melakukan ziarah parawisata
relegius, mengingat di Banda Aceh masih terdapat makam-makam para ulama
besar Nusantara.
Dengan menjadikan Bandara Internasional SIM menjadi pusat
pendaratan internasional (ground landed centre) akan menjadikan Bandara
SIM sebagai bandara transit internasional yang secara otomatis meningkatkan
kesejahteraan rakyat Aceh. Demikian pula beberapa program strategis
Pemerintahan ZIKIR akan dapat terlaksana, seperti pemberangkatan haji
murah, pengiriman hasil perikanan dan perkebunan serta menjadikan Aceh
sebagai pusat budaya dan peradaban di Asia Tenggara. Demikian pula dengan
keindahan alam Aceh akan mendatangkan para wisatawan mancanegara
terutama dari Timur Tengah yang sejak dahulu kala memiliki hubungan dengan
Aceh.
Di masa depan, dengan berjalannya proyek ini maka Aceh akan menjadi
wilayah penghubung antara Nusantara, Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand
dan juga Mindanao dengan Negara-negara Muslim di Timur Tengah.

Anda mungkin juga menyukai