Fahyuddin1)
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Haluoleo Kendari 93231
ABSTRAK
Telah dilakukan studi penggunaan sekam padi untuk biosorben dalam pemulihan
logam berat Cd dari larutan air melalui proses biosorpsi dan elektrolisis. Ion logam Cd
diadsorpsi pada biomassa sekam padi yang kemudian dielusi kembali. Eluat yang
mengandung ion logam Cd dielektrolisis untuk mendapatkan (pemulihan) bubuk logam
Cd yang terdeposit pada katoda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekam padi dapat
digunakan sebagai adsorben dengan kapasitas adsorpsi terhadap logam Cd adalah 24,8
(mg/g) pada berat kering biomassa. Efisiensi adsorpsi sekitar 84%. Akan tetapi,
pemulihan logam Cd dengan metode biosorpsi dan elektrolisis masih rendah yaitu
sekitar 68%.
Kata kunci : biosorpsi, sekam padi, elektrolisis, logam Cd, pemulihan.
ABSTRACT
A study on using rice husk for biosorbent in the recovery of Cd heavy metals
from aqueous solution through a biosorption and electrolysis process has been
conducted. The Cd metal ions adsorbed on the biomass rice husk were then re-eluted.
Eluate that contains the Cd metal ions was electrolysed to recover Cd metal powder
deposited on the cathode. The results showed that the rice husk can be used as an
adsorbent with the adsorption capacity of Cd metal was 24.8 (mg/g) in dry weight
biomass. Adsorption efficiency was about 84%. However, the recovery of Cd metal by
the biosorption and electrolysis method was still low at around 68%.
Key words: biosorption, rice husk, electrolysis, Cd metals, recovery
Diterima: 1 Agustus 2010
Disetujui untuk dipublikasikan: 20 Oktober 2010
1. Pendahuluan
Sejumlah kasus keracunan logam berat telah menewaskan ribuan manusia. Penyebab
keracunan adalah konsumsi makanan yang terkontaminasi oleh logam berat hasil buangan
industri. Untuk mencegah kasus keracunam logam berat, maka
pembuangan limbah
industri yang mengandung logam toksik (Pb, Cd, dan Hg) ke dalam saluran air atau sistem
pembuangan kotoran harus diatur
termasuk manusia. Buangan industri yang khusus mengandung logam toksik seperti Pb
dan Cd harus dikontrol dengan ketat karena logam-logam berat tersebut terakumulasi
dalam jaringan organisme hidup ([1], [2]). Logam berat toksit dalam limbah cair harus
dipisahkan sebelum limbah cair industri dibuang kepembuangan terakhir.
Banyak metode yang digunakan oleh sejumlah industri untuk mengolah limbah cair
yang mengandung logam berat agar menjadi aman terhadap lingkungan. Metode yang
paling umum digunakan oleh sebagian besar industri untuk menghilangkan logam terlarut
dalam limbah adalah pengendapan kimia. Beberapa metode atau proses pengolahan limbah
alternatif adalah osmosis balik (reverse osmosis), elektrodialisis, dan penukar ion. Metodemetode tersebut tujuan utamanya hanya mentransformasi logam terlarut ke dalam bentuk
yang pekat sebelum ke pembuangan terakhir, yang biasanya dibuang ke daratan. Hasil
pemekatan logam dari limbah tetap akan menjadi ancaman terhadap lingkungan karena
pada akhirnya juga dibuang ke lingkungan. Dengan demikian, teknik pengolahan limbah
dengan pemekatan tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah, karena logam dapat terus
menjadi ancaman bagi lingkungan.
Menurut Butter et al [3], metode yang sangat logis untuk pengolahan limbah cair
yang terkontaminasi logam berat adalah kombinasi antara pemisahan (ekstraksi) dan
pemulihan (recovery). Logam hasil pemulihan dapat digunakan kembali dalam industri,
sehingga tidak menjadi ancaman terhadap lingkungan. Metode tersebut terdiri dari dua
tahap, yaitu logam diadsorpsi ke dalam suatu suspensi sel bebas dari biomassa yang sudah
mati. Biomassa yang mengandung logam kemudian dielusi untuk memisahkan logam yang
disebut desorpsi. Akhirnya logam berat dapat diperoleh kembali (recovery) dari eluat
secara elektrolisis ([3], [4], [5]).
Fenomena biosorpsi terjadi karena interaksi ion logam dengan gugus fungsi dalam
polimer organik pada permukaan sel [6]. Hal ini dapat terjadi karena polimer organik
mempunyai gugus fungsi seperti karboksil, amin, fosfat, dan amida yang dapat mengikat
logam dalam larutan ([7], [8]).
Biomassa yang baik untuk pemisahan logam berat dalam limbah adalah biomassa
yang melimpah [6] dan murah serta memiliki kapasitas adsorpsi yang besar [3]. Ketentuan
tersebut sesuai dengan biomassa sekam padi yang keberadaannya sangat melimpah dan
murah.
Sekam padi merupakan biomassa yang menjadi limbah hasil penggilingan padi,
akan tetapi penggunaanya untuk pemisahan logam berat secara biosorpsi belum banyak
dilaporkan. Sekam padi mengandung polimer organik karbohidrat, protein, dan lemak.
Senyawa polimer organik tersebut mengandung gugus fungsi seperti: karboksil, amin, dan
fosfat yang dapat berinteraksi dengan ion logam. Berdasarkan hal tersebut maka sekam
padi diduga dapat digunakan sebagai biosorben logam berat seperti Cd dalam larutan air.
Kapasitas absorpsi sekam padi dapat ditentukan dari persen logam Cd yang diperoleh
kembali (pemulihan) dari larutan air secara biosorpsi, flotasi dan elektrolisis.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dilakukan pemulihan
logam Cd dalam larutan air secara biosorpsi, flotasi, dan elektrolisis.
2. Metode Penelitian
2.1. Penyiapan Biomassa
Sekam padi dihaluskan sampai membentuk bubuk kemudian ditambahkan sedikit air
dan diblender selama 1 menit agar homogen. Adonan sekam padi dicuci dengan natrium
sulfat 1 M.
biomassa ditambahkan sedikit formalin dan kemudian disimpan pada suhu 4oC agar tidak
terkontaminasi. Sampel biomasa ditentukan berat keringnya.
2.2. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Maksimum
Sebanyak 10 mg biomassa (berat kering) ditambahkan ke dalam larutan logam
dengan konsentrasi bervariasi yaitu 0-50 mg/L. Campuran dikocok dengan shaker sehingga
terjadi kesetimbangan. Kemudian disaring menggunakan membran nylon 0,45 m dan
biomassa tertinggal pada kertas saring.
Percobaan biosorpsi dilakukan dua cara. Pertama, larutan ion logam
Cd
ditambahkan pada suspensi biomassa sampai pada konsentrasi yang diinginkan. Diaduk
dengan menggunakan pengaduk magnet selama 3 jam. Konsentrasi suspensi biomassa
yang digunakan untuk proses biosorpsi logam dalam larutan air adalah 1 g/L biomassa
(berat kering). Biomassa dipisahkan dengan teknik sedimentasi. Filtrat dianalisis untuk
menentukan efisiensi logam yang terekstraksi.
Kedua, biomassa kering ditambahkan ke dalam 25 ml buffer sehingga konsentrasi
biomassa 1 mg/ml (berat kering). Ion logam Cd ditambahkan pada suspensi biomasa.
2.3. Elusi Logam
Padatan kental (biomassa-logam)
vakum diameter 50 mm. Untuk menahan padatan (biomassa) digunakan penyarin nilon
dengan ukuran 45 m yang didukung dengan plastik berpori 65 m Tekanan diberikan
0,03-0,17 bar untuk mengalirkan pelarut, biomassa tertinggal pada filter. Ditambahkan
pelarut sampai volume eluat 800 mL. Hasil elusi dianalisis untuk untuk penentuan efisiensi
elusi.
2.4. Elektrolisis
Eluat dielektrolisis menggunakan sel katoda berputar untuk memperoleh kembali
logam Cd. Elektroda dipasang pada sistem sel elektrolsis kemudian dicelupkan dalam
tabung yang berisi eluat lalu diberikan potensial. Analit terdeposit pada katoda.
2.5. Evaluasi
Efisiensi adsorpsi
merupakan
(1)
Keterangan: Ci adalah konsentrasi ion logam awal, Cf adalah konsentrasi ion logam pada
saat kesetimbangan (mg/L), V adalah volume larutan sampel (L), M adalah berat kering
biomassa yang ditambahkan (g).
Jumlah logam yang terikat secara biosorpsi berhubungan langsung dengan logam
yang diadsorpsi pada permukaan sel. Logam yang teradsorpsi dicocokkan pada model
isoterm adsorpsi Langmuir [6]:
q = (b Cf qmax)/(1 + b Cf)
(2)
Keterangan: q adalah jumlah adsorbat yang teradsorb per satuan massa adsorben (mg/g), b
adalah tetapan Langmuir yang berkaitan dengan laju adsorpsi (1/mg), Cf adalah adalah
konsentrasi adsorbat pada kesetimbangan (mg/L), dan qmax adalah tetapan Langmuir yang
berkaitan dengan kapasitas adsorpsi (mg/g).
3. Hasil dan Pembahasan
Keasaman (pH) larutan dioptimasi untuk menghasilkan kesetimbangan ikatan yang
maksimum. Biosorpsi logam kadmium terjadi pada pH yang cukup sempit yaitu pH 5,5-8
(optimum pada pH 6,0). Proses optimasi pH adsorpsi menggunakan 10 mg sekam padi dan
konsentrasi larutan Cd 1 ppm. Volume larutan adalah 30 mL sehingga jumlah logam Cd
adalah 30 g.
Keasamaan (pH) merupakan hal penting untuk pembentukan kompleks dan efisiensi
ekstraksi logam untuk tujuan pemekatan atau pemisahan. Nilai pH larutan akan
menentukan keberadaan ion logam dalam larutannya. Biomassa mengandung sejumlah
gugus yang dapat membentuk ikatan dengan logam. Gugus aktif tersebut akan terprotonasi
pada pH yang rendah dan pada pH yang tinggi konsentrasi ion hidroksida meningkat.
Keasaman (pH) yang memberikan adsorpsi maksimum digunakan untuk
menentukan kapasitas adsorpsi logam Cd oleh biomassa sekam padi. Grafik hubungan
antara jumlah standar logam Cd yang teradsorpsi ditunjukkan pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, sekam padi mempunyai kapasitas adsorpsi terhadap logam
kadmium( Bmax) adalah = 24,8 mg g-1 pada berat kering biomassa. Pengukuran jumlah
logam yang teradsorpsi dilakukan secara tidak langsung. Biomassa yang telah mengikat
logam dipisahkan dengan teknik flotasi dan penyaringan. Jumlah logam dalam filtat
ditentukan secara spktrofotometri serapan atom (SSA). Jumlah yang teradsorpsi merupakan
selisih antara jumlah logam mula-mula (konsentrasi standar) dengan sisa logam yang tidak
teradsorpsi oleh biomassa dalam filtrat.
Adsorpsi ion logam oleh biomassa secara umum disebut biosorpsi. Ion logam akan
terikat pada gugus-gugus kimia (sisi aktif) yang terdapat pada dinding sel biomassa.
30
25
20
15
10
0
0
10
20
30
40
50
60
Standar Cd (ppm )
Kapasitas adsorpsi
(ug Cd/mg biomasa)
25.3
25.2
25.1
25.0
24.9
24.8
24.7
24.6
24.5
244
246
248
250
252
254
256
ini menunjukkan bahwa dengan teknik flotasi yang dibantu dengan penyaringan dapat
memperoleh 93% padatan. Teknik flotasi dapat menggunakan beberapa zat aditif untuk
meningkatkan pemulihan padatan dan membuat kenyal padatan. Akan tetapi, penggunaan
zat aditif untuk mencapai proses flotasi yang efektif dapat mengurangi gugus aktif dalam
dinding sel biomassa ([9], [10]). Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya kapasitas
adsorpsi biomassa yang digunakan kembali setelah kation logamnya dipisahkan dengan
proses elusi. Biomassa sekam padi dapat digunakan beberapa kali untuk mengadsorpsi ion
logam setelah logam yang teradsorpsi dielusi. Efektifitas penggunaan biomassa hasil
pemulihan atau pada tahap selanjutnya sangat tergantung pada proses pemulihan padatan.
Tabel 1 menunjukkan persen pemulihan biomassa dan kapasitas adsorpsi biomassa sekam
padi setelah digunakan berkali-kali (hasil regenerasi dalam beberapa siklus).
Tabel 1. Efisiensi adsorpsi kadmium serta pemulihan biomassa dari beberapa siklus
adsorpsi dan elusi
Proses Biosorpsi Logam Cd
Siklus
Adsorpsi Cd (%)
Pemulihan Biomasa (%)
1 (Biomassa awal)
84
90
2 (Biomasa regenerasi)
72
88
3 (Biomasa regenerasi)
42
84
4 (Biomasa regenerasi)
26
75
5 (Biomasa regenerasi)
18
71
Tahap elusi atau desorpsi ion logam dari biosorben mempunyai dua tujuan utama
yaitu pertama untuk meregenerasi biomassa sehingga dapat digunakan lagi untuk siklus
selanjutnya. Kedua, untuk memekatkan logam kadmium dalam eluat untuk dipulihkan
secara elektrolisis.
Proses Elektrolisis
Siklus dari biosorpsi/elusi dapat menghasilkan pemekatan logam dalam larutan
menjadi 32 kali. Pemulihan logam kadmium dari larutan elektrolit dengan konsentrasi
rendah memerlukan suatu sel elektrokimia dengan transfer massa tinggi seperti sel katoda
berputar [5]. Sel katoda berputar telah diaplikasikan dalam industri untuk pemulihan logam
kadmium sampai konsentrasi 10 ppm. Untuk dapat menghasilkan bubuk halus kadmium
pada katoda larutan dijaga pada pH yang tinggi. Larutan elektrolit dengan pH tinggi dapat
mencegah bubuk logam yang menempel pada katoda menjadi larut kembali. Larutan
elektrolit natrium sulfat yang mengandung buffer borat dengan pH 10 dapat menghasilkan
bubuk logam Cd pada katoda secara maksimal. Secara teori, pada pH 10, logam Cd dapat
mengendap sebagai kadmium hidroksi, akan tetapi dalam larutan ditambahkan sedikit
reagen etilendiamin sehingga ion logam dalam larutan akan ada dalam bentuk kompleks
dengan etilen diamin.
Dalam penelitian ini diperoleh pemulihan logam kadmium sekitar 68%. Nilai
tersebut masih rendah dari yang diharapkan mendekati 100%. Pemulihan yang rendah
diduga karena kondisi larutan elektrolit seperti pH dan pengganggu lain yang
mempengaruhi reduksi ion logam pada katoda. Selain itu dapat juga disebabkan oleh
kinerja sel katoda berputar yang kurang maksimal. Ion kadmium pada pH 10 sebagian
mengendap dalam bentuk hidroksidanya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Biomassa sekam padi telah diidentafikasi dapat berfungsi sebagai biosorben untuk
mengadsorpsi logam Cd dalam larutan air.
2. Kapasitas adsorpsi biosorben sekam padi untuk logam Cd adalah 24,8 mg/g (berat
kering).
3. Pemulihan logam Cd dari larutan air secara biosorpsi dan elektrolisis masih rendah
yaitu 68%.
Berdasarkan
hasil
Daftar Pustaka
[1] Foulkes, E. C. 2000. Transport of Toxic Heavy Metals Across Cell Membranes,
In Proceedings of the Society for Exper. Bio. and Medic. 223, 234-240.
[2] Lu, F. C. 1995. Basic Toxicology; Fundamental Target Organs And Risk
Assesment. 2nd Ed. A.B. Edi Nugroho (Toksikologi Dasar; Asas Organ dan
10