Anda di halaman 1dari 8

CASE REPORT

Anestesi General Pada Pasien Geriatri


Dengan Operasi TUR-BT

Disusun oleh :
Dwi Suryaning Ayu Aprilizia
1102008086
M. Yovansyah Putra
1102008155

KEPANITERAAN ANESTESI RSUD GUNUNG JATI 2012


1

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien

: Tn. Jani

Pendidikan

: SMP

Umur

: 60 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Susukan, Cirebon

Agama

: Islam

Nomor RM

: 724072

Tanggal masuk RS : 28 Juli 2012


Tanggal operasi

: 30 Juli 2012

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : kencing kemerahan sejak 6 bulan yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kencing berwarna kemerahan sejak 6 bulan yang
lalu. Pasien juga mengaku sering bolak-balik untuk BAK pada siang hari dengan
frekuensi lebih dari 8 kali dan harus mnegedan terlebih dahulu. Riwayat
terbangun dari tidur lebih dari sekali pada malam hari untuk berkemih juga diakui
oleh pasien. Riwayat nyeri pada saat berkemih disangkal. Sebelumnya pasien
telah dioperasi ureterolithotomi dextra pada tanggal 12 maret 2012.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi/anastesi sebelumnya
Riwayat darah tinggi
Riwayat penyakit kencing manis
Riwayat asma/penyakit paru
Riwayat penyakit jantung
Riwayat alergi obat
Riwyat minum alkohol
Riwayat merokok
4.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat darah tinggi
Riwayat penyakit kencing manis
Riwayat asma/alergi
Riwayat penyakit jantung

: diakui
: disangkal
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal.
: disangkal
: disangkal
: disangkal

: disangkal.
: disangkal.
: disangkal
: disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis

Keadaan umum: Baik, GCS 15, ABC : clear


Kesadaran
: compos mentis.
Tanda vital
: TD 140/90 mmHg
Nadi 84 x/ menit
Respirasi 24x/ menit
Suhu 36,50C.
Berat badan
Tinggi badan
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thorak
Abdomen
Ekstremitas

: 50 kg.
: 165 cm
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Nafas cuping hidung (-/-)
: Mallampati I, leher pendek (-), leher kaku (-), sianosis (-)
: Pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
: Bentuk normal, simetris, cor dan pulmo dalam batas normal.
: Peristaltik (+) N, supel, hepar dan lien tidak teraba
: Akral hangat (+), edema (-).

D. HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan tanggal 28 Juli 2012
Pemeriksaan
Hb
Hematokrit
Leukosit
Trombosit

Hasil
9,6
32,3
6,5

Satuan
gr/dl
%
3
10 uL

Nilai normal
11,0 18,8
35- 55
4,0 11,0

255

103 uL

150 400

GDS

137

Mg/dl

SGOT

26

UI

SGPT

10

UI

Ureum

44,2

Mg/dl

Creatinin

1,63

Mg/dl

< 140
0 25
0 29
15 45
0,6 -1,1

Albumin

5,37

g/dL

3,8 4,4

Protein Total

3,39

g/dL

6,4 9,3

E. DIAGNOSA
Diagnosis pre-operasi
Diagnosis post-operasi
Klasifikasi status operasi

: Benign Prostate Hiperplasia


: Tumor Bladder
: ASA II

F. PENATALAKSANAAN
Terapi Operatif : TUR-BT dan biopsi jaringan
G. TINDAKAN ANESTESI

Persiapan anastesi
Pasien sebelumnya sudah puasa selama 7 jam (sejak pukul 02.00)
Jam 09:00 WIB dilakukan kembali pemeriksaan identitas pasien, persetujuan
operasi, lembar konsultasi anastesi, obat-obatan dan alat-alat yang diperlukan.
Jam 09:15 WIB dilakukan pemeriksaan tanda vital
Infus terpasang pada lengan kiri bawah.
Jenis anastesi : general anastesi
Premedikasi
Jam 09:38 WIB pasien berbaring dengan posisi terlentang diruang operasi
Pengukuran tekanan darah terpasang dilengan kiri pasien dan pengukur SpO2
terbasang di ibu jari tangan pasien.
Jam 09.45 diberi obat premedikasi berupa diazepam 5 mg.
Diazepam merupakan golongan benzodiazepine yang merupakan hipnotik
sedatif. Pemberian dosis rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar
hipnotik. Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuscular atau 5-10 mg oral
(0,2-0,5 mg/kgBB) dengan dosis maksimal 15 mg. dosis sedasi pada analgesi
regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB) intravena. Dosis induksi 0,2-1
mg/kgBB intravena.
Induksi
Induksi dimulai jam 09:50 WIB
Induksi dilakukan dengan pemberian Safol (Propofol) 100 mg intravena, dan
Atracurium 25 mg digabung dengan Petidin 25 mg
Propofol dikemas dalam cairan berwarna putih susu bersifat isotonic dengan
kepekatan 1% (1ml = 10 mg). Suntikan intravena dapat menyebabkan nyeri,
sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg
intravena.Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk
anestesi intravena 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif
0,2 mg/kg.
Atracurium merupakan pelumpuh otot sintetik dengan masa kerja sedang.
Obat ini menghambat transmisi neuromuskuler sehingga menimbulkan
kelumpuhan pada otot rangka. Kegunaannya dalam pembedahan adalah
sebagai adjuvant dalam anesthesia untuk mendapatkan relaksasi otot rangka
terutama pada dinding abdomen sehingga manipulasi bedah lebih mudah
dilakukan. Dengan demikian anestesi dapat dilakukan dengan anesthesia yang
4

lebih dangkal. Hal tersebut menguntungkan karena resiko depresi napas dan
kardiovaskuler akibat anesthesia dikurangi. Selain itu pemulihan pasca
anestesi dipersingkat. Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB.
Petidin (meperidin, damerol) adalah zat sintetik yang formulanya sangat
berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang
mendekati sama. Secara kimia petidin adalah etil-metil-fenilpiperidin-4karboksilat. Meperidin (petidin) secara farmakologik bekerja sebagai agonis
reseptor m (mu). Seperti halnya morfin, meperidin (petidin) menimbulkan
efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas, dan efek sentral lainnya. Waktu
paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah dibanding morfin,
tetapi lebih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5
jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif terhadap nyeri
neuropatik. Pada pasien ini di berikan petidin secara intravena, dosis petidin
intravena adalah 0,2 0,5 mg/kgBB.
Setelah pasien sudah tertidur diberikan oksigen melalui sungkup selama 3-5
menit.
Selanjutnya dilakukan pemasangan ETT No. 7 melalui orotrakheal dengan
menggunakan laringoskop dan mandrin.
Masukkan udara agar balon mengembang
Sambungkan selang oksigen dengan ETT dan memasukan guedel.
Menilai apakah apakah posisi ETT benar dengar mendengarkan suara nafas
menggunakan stetoskop, pada daerah apeks (ka/ki), basal (ka/ki) dan
epigastrium.
ETT dan pipa difiksasi dengan plester.

Maintenance
Selama maintenance diberikan O2 3 liter/menit
N2O 2 liter/menit
N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida) diperoleh
dengan memanaskan ammonium nitrat sampai 240oC. N2O dalam ruangan
berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan beratnya
1,5 kali berat udara. Zat ini di kemas dalam bentuk cair dalam silinder warna
biru 9000 liter atau 1800 liter dengan tekanan psi atau 50 atm. Pemberian
anesthesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat
anestetik lemah, tetapi analgesiknya kuat, sehingga sering digunakan untuk
mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anesthesia inhalasi jarang
digunakan sendirian, tetapi dikombinasikan dengan salah satu cairan anestetik
lain seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir anesthesia setelah N2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,sehingga terjadi
pengenceran O2 dan terjadilah hipoksia difusi. Untuk menghindari terjadinya
hipoksia difusi; berikan O2 100% selama 5-10 menit.
Isofluran 2 vol %
Isofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik
atau subanastetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi
meninggikan aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Peninggian aliran
5

darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat dikurangi dengan teknik
anestesia hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah
otak.
Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari
untuk anestesia teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan
gangguan koroner. Isofluran dengan konsentrasi > 1 % terhadap uterus hamil
menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan
oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis
pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan
isofluran.

Resusitasi cairan peri-operatif :


Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) ialah :
4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama
2 ml/kgBB/jam tambahan untuk berat badan 10kg kedua
1 ml/kgBB/jam tambahan untuk sisa berat badan.
Pasien dengan berat badan 50 kg
(4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 30)
= 40 + 20 + 30
= 90 ml/jam
Pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritonium, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pembedahan.
Untuk bedah sedang 4-6 ml/kg
Pasien dengan berat badan 50 kg = 6 x 50 = 300 ml
Perdarahan peri-operatif < 10 %, tidak perlu dilakukan transfusi.
1 labu RL
Operasi berjalan 2 jam2 0menit

Monitoring
Tanda vital dan SpO2 setiap 15 menit, kedalaman anestesi, cairan dan perdarahan.

Tabel Hasil monitoring tanda vital selama operasi


Pukul
(WIB)
09.45
09.50
10.05
10.15
10.30
10.45

Tekanan
Darah
(mmHg)
210/ 110
184/105
140/80
120/80
94/61
135/82

SpO2

Nadi
(x/menit)

Keterangan

100
100
100
100
100
100

96
85
77
70
60
64

Premedikasi : diazepam 5 mg
Pethidin 25 mg + tramus 25 mg
Recofol 100 mg
Mulai operasi

11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15

135/82
110/60
110/58
98/65
105/70
110/75

100
100
100
100
100
100

72
90
90
66
62
68

Ketorolac 30 mg + ondansentron 4 mg
Akhir operasi + akhir anestesi

c. Post-operatif
- Operasi berakhir pukul 12.15 WIB
- Post-operatif pasien diberikan injeksi ketorolac 30 mg dan ondansentron 4 mg intravena.
- Selesai operasi pasien dipindahkan ke ruang recovery, dipantau tekanan darah, nadi serta
skor aldrete.
- Kesadaran : somnolen, TD: 110/80 mmHg, N : 76 x/menit
- Pasien dipindahkan ke bangsal dengan skor aldrete 8.

Anda mungkin juga menyukai