Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1.Definisi
Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau mask of pregnancy) berasal
dari bahasa Yunani yakni melas yang berarti hitam. Melasma merupakan
kelainan hipermelanosis yang sangat sering dijumpai, bersifat didapat, dengan
distribusi simetris pada daerah yang sering terpapar sinar matahari dan
biasanya dijumpai pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul dalam
bentuk makula berwarna cokelat terang sampai gelap dengan pinggir yang
iregular, biasanya melibatkan daerah dahi, pelipis, pipi, hidung, di atas bibir,
dagu, dan kadang-kadang leher. Meskipun melasma dapat mengenai semua
orang, akan tetapi lebih sering pada wanita Asia dan Hispanik berkulit
gelap.2,3,9
II.2. Epidemiologi
Melasma dapat mengenai semua ras terutama penduduk yang
tinggal di daerah tropis. Melasma terutama dijumpai pada wanita. Wanita
dengan tipe kulit yang lebih gelap (misalnya tipe kulit IV hingga VI),
yaitu Latin, Afrika-Amerika, Afrika-Karibia dan Asia memiliki insidens
terbanyak. Tidak hanya wanita, melasma juga biasa didapatkan pada
pria (10 %). Di Indonesia perbandingan kasus wanita dan pria yaitu
24 :1. Terutama

tampak pada

wanita usia

subur

dengan

riwayat langsung terkena pajanan sinar matahari. Kondisi ini juga


lebih sering terjadi pada area geografis yang terpapar radiasi ultraviolet (sinar

matahari) yang besar, seperti daerah tropis dan subtropis. Insidens terbanyak
pada usia 30-44 tahun. Kelainan ini dapat mengenai wanita hamil, wanita
pemakai pil kontrasepsi, pemakai kosmetik, pemakai obat, dan lain lain.
Penelitian tentang kualitas hidup menunjukkan bahwa melasma menimbulkan
efek emosional dan psikologis yang besar pada pasien yang hidup dengan
kelainan ini.2,3,9,10
II.3. Etiologi
Etiologi melasma masih belum diketahui secara pasti.1 Adapun faktorfaktor yang berperan dalam patogenesis melasma diantaranya adalah:
A. Sinar matahari
Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini
berlaku untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah parah
apabila terpapar sinar matahari. Eksaserbasi melasma hampir pasti dijumpai
setelah terpapar sinar matahari yang berlebihan, mengingat kondisi melasma
akan memudar selama musim dingin. Lipid dan jaringan tubuh (kulit) yang
terpapar dengan sinar, terutama UV dapat menyebabkan terbentuknya singlet
oxygen dan radikal bebas yang merusak lipid dan jaringan tersebut. Radikal
bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin yang
berlebihan. Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling
berisiko dalam pencapaiannya ke bumi adalah UVB 290-320 nm dan UVA
320-400 nm. Semakin kuat UVB maka akan semakin menimbulkan reaksi di
epidermis, dengan perkiraan 10% dapat mencapai dermis, sementara 50%
UVA akan mencapai dermis. Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang
merupakan penghambat tirosinase sehingga dengan adanya sinar UV, enzim
tirosinase bekerja secara maksimal dan memicu proses melanogenesis. Pada
5

mekanisme perlindungan alami terjadi peningkatan melanosit dan perubahan


fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan lambat sebagai
respon terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan reaksi pigmentasi
cepat. Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang telah ada,
dan melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada
reaksi pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami
proliferasi, terjadi sintesis dan redistribusi melanin pada keratinosit
disekitarnya. Melasma merupakan proses adaptasi melanosit terhadap
paparan sinar matahari yang kronis. Terjadinya melasma pada daerah wajah
karena memiliki jumlah melanosit epidermal yang lebih banyak dibanding
bagian tubuh lainnya dan merupakan daerah yang paling sering terpapar sinar
matahari. Interaksi antara faktor sinar matahari dan berbagai hormon terjadi
di perifer, kemudian bersama-sama mempengaruhi metabolisme melanin di
dalam melanoepidermal unit.11,12
B. Endokrin
Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis antara lain
yakni Melanin Stimulating Hormone (MSH), ACTH, lipotropin, estrogen,
dan progesteron. Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang
melanogenesis

melalui

menstimulasi aktivitas

interaksi

dengan

reseptor

membran

untuk

adenyl cyclase (cAMP) dan juga meningkatkan

pembentukan tirosinase, melanin dan penyebaran melanin. Hipermelanosis


yang difus berhubungan dengan insufisiensi korteks adrenal. Peningkatan
MSH dan ACTH yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila
kortisol mengalami defisiensi sebagai akibat dari kegagalan mekanisme
inhibisi umpan balik. Estrogen dan progesteron baik natural maupun sintetis

diduga

sebagai

penyebab

terjadinya

melasma

oleh

karena

sering

berhubungannya dengan kehamilan, penggunaan obat kontrasepsi yang


mengandung estrogen dan progesteron, penggunaan estrogen konjugasi pada
wanita postmenopause dan pengobatan kanker prostat dengan dietilbestrol.
Meskipun peran estrogen dalam menginduksi melasma belum diketahui,
namun dilaporkan bahwa melanosit yang mengandung reseptor estrogen
menstimulasi sel-sel tersebut menjadi hiperaktif.1,11,12 Walaupun estrogen
disangka memegang peranan penting dalam etiologi melasma, namun
terdapat insiden yang rendah

diantara para wanita postmenopause yang

mendapat terapi pengganti.11,12


C. Obat
Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari
keseluruhan kasus hiperpigmentasi yang didapat. Patogenesis pigmentasi
yang diinduksi oleh obat ini bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab
pengobatan dan melibatkan akumulasi melanin, diikuti dengan peradangan
kutaneus yang non spesifik dan sering diperparah dengan paparan sinar
matahari. Biasanya obat-obat ini akan tertimbun pada lapisan atas dermis
bagian atas secara kumulatif, dan juga dapat merangsang melanogenesis.
Beberapa obat yang dapat merangsang aktivitas melanosit dan meningkatkan
pigmentasi kulit terutama pada daerah wajah yang sering terpapar sinar
matahari yaitu, obat-obat psikotropik seperti fenotiazin (klorpromazin),
amiodaron, tetrasiklin, minosiklin, klorokuin, sitostatika, logam berat, arsen
inorganik, dan obat antikonvulsan seperti hidantoin, dilantin, fenitoin dan
barbiturat.11,13
D. Genetik

Ditemukan kasus riwayat keluarga dengan insidens sekitar 20-70%.1,3


E. Ras
Melasma banyak dijumpai pada golongan hispanik dan golongan kulit
berwarna gelap.2,3
Faktor-faktor yang terlibat lainnya adalah kandungan tertentu yang
terdapat dalam kosmetika, defisiensi nutrisi.3,4 Dari sekian banyak faktor
etiologi yang berhubungan dengan melasma, paparan sinar matahari terlihat
sangat berperan penting. Penelitian oleh Sanchez dkk, semua pasien yang
bertempat tinggal di Puerto Rico dan sebagian besar onset melasmanya terjadi
selama musim panas, pasien merasa pada musim dingin melasma mereka
nyata berkurang. Pasien ini juga mengatakan bahwa paparan sinar matahari
akan memperparah melasma mereka.5 Beberapa dari faktor-faktor tersebut
telah diobservasi sedangkan yang lainnya telah dilakukan uji klinis. Kira-kira
sepertiga kasus melasma pada wanita, dan sebagian besar pada pria adalah
idiopatik.11,13 Selain itu kehamilan merupakan faktor yang memperberat pada
51% wanita yang sebelumnya hamil. Resiko melasma berat hampir delapan
kali kali lipat lebih tinggi pada wanita yang mendapat kontrasepsi oral
daripada mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi oral. Resiko melasma
hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita di bawah 30 tahun dalam hal
usia onset. Fotoproteksi penting dalam menurunkan resiko melasma berat
pada pasien dengan paparan sinar matahari yang intensif, terutama bila
terdapat kombinasi faktor yang memperberat seperti kontrasepsi oral, paparan
sinar ultraviolet atau kehamilan.14
II.4. Klasifikasi

Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis,


pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood. Melasma
dapat dibedakan berdasarkan gambaran klinis, peeriksaan histopatologik, dan
pemeriksaan dengan sinar Wood.2,9
Berdasarkan gambaran klinis
a. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian
medial, bawah hidung, serta dagu (63%)
b. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
c. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) 2,9
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood
a. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood
dibandingkan dengan sinar biasa.
b. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras
dibandingkan dengan sinar biasa.
c. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya
tidak jelas.
d. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar
Wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa jelas
terlihat. Perbedaan tipe-tipe ini sangat berarti pada pemberian terapi,
tipe dermal lebih sulit diobati dibanding tipe epidermal.2,9
Berdasarkan pemeriksaan histopatologik
a. Melasma tipe epidermal, umumnya bewarna coklat, melanin
terutama terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang
di seluruh stratum korneum dan stratum spinosum.
b. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan terdapat makrofag
bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan
bawah, pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrat.2,9
II.5. Patogenesis
Patogenesis melasma masih belum dapat dijelaskan secara jelas. Banyak
faktor yang menyangkut dalam patogenesis melasma ini yaitu:
9

a. Peningkatan produksi melanosom karena peranan hormon maupun sinar


matahari. Peranan hormon kewanitaan dapat dilihat dari meningkat
kejadian melasma pada kehamilan dan pada mereka yang mengonsumsi
pil kontrasepsi oral, terapi pengganti estrogen dan terapi esrogen untuk
kanker prostat. Mekanisme induksi terjadinya melasma oleh estrogen
dapat terkait dengan adanya respetor estrogen pada melanosit yang
menstimulasi sel untuk memproduksi lebih banyak melanin. Ada yang
mengatakan bahwa mekanisme kausatif hiperpigmentasi pada kehamilan
atau pemakaian kontrasepsi oral adalah kenaikan estrogen, progestron
ataupun MSH (Melanocyte Stimulating Hormone). Akan tetapi Westerhof
(1982) menyebutkan bahwa pada melasma, MSH normal, sedangkan
kadar estrogen dan progesteron nya lah yang berperan, meskipun tidak
jelas diketahui bagaimana respetor tersebut untuk hormon tersebut ada di
membran melanosit. Salah satu faktor penting dalam peningkatan
melanosom juga adalah paparan ultraviolet dari sinar matahari atau
sumber lainnya. Eksaserbasi melasma secara universal terlihat setelah
melewati periode tertentu dimana subjek dijauhkan dari paparan sinar
matahari. Apapun mekanisme nya, melasma terjadi pada peningkatan
deposisi melanin di epidermis, dermis (pada melanopharge), atau pada
keduanya. Jumlah melanosit pada lesi seringkali dilaporkan normal atau
meningkat. Melanosom di dalam melanosit dan keratinosis dilaporkan
memiliki ukuran yang lebih besar.2,3,9
b. Penghambatan lapisan malphigi, keadaan ini dapat terjadi karena obat
sitostatik.

10

Patogenesis melasma selalu digunakan dalam pelaksanaan proses


diagnosis maupun proses pengobatan. Pengetahuan tentang patogenesis
melasma banyak berkaitan dengan biologi, biokimia, patofisiologi dan
patologi dari proses pigmentasi kulit, baik ditingkat selular, biomolekular dan
jaringan kulit. Juga berhubungan langsung dengan faktor penyebab melalui
beberapa mekanisme yang bersifat spesifik.2,3,9
II.6. Gambaran Klinis
Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap,
dengan pinggir iregular, dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu
dengan pola retikular. Terdapat tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut,
yaitu sentrofasial (63%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan
dagu, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%)
mengenai pipi dan hidung, dan mandibular (16%) mengenai ramus
mandibula. Melasma tidak mengenai membran mukosa. Jumlah makula
hiperpigmentasi berkisar antara satu lesi sampai multipel dengan distribusi
simetris.1,2,4
II.7. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak diindikasikan, hanya saja dapat

dipertimbangkan untuk

pemeriksaan fungsi endokrin, tiroid dan hepatik.


B. Pemeriksaan histopatologis
Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal.
Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal,
dermal, dan campuran. Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat

11

berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan


suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati
seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe
epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe
dermal, yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang
diproduksi oleh melanosit epidermal memasuki papila dermis dan
diambil oleh makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar
pembuluh darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran
ditandai dengan adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.2,9,15
C. Pemeriksaan Lampu Wood
Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe.
Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi
pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk
membantu dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka
pasien harus diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.1
Pada pemeriksaan dibawah lampu Wood, secara klasik melasma dapat
diklasifikasikan menjadi :
C.1. Tipe Epidermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat terang apabila dilihat
dibawa lampu biasa dan penilaian dengan lampu Wood menunjukkan
warna yang kontras antara daerah yang hiperpigmentasi dibanding
kulit normal. Sebagian besar pasien melasma termasuk kedalam
kategori ini. Pasien denga hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki
respon yang lebih baik terhadap bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.2. Tipe Dermal
Hiperpigmentasi biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan
apabila dilihat dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak
memberikan warna kontras pada lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen

12

bergantung pada transport melalui makrofag dan keadaan ini tidak


mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.2,9,15
C.3. Tipe Dermal-Epidermal (Campuran)
Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat
dengan lampu biasa dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa
daerah lesi akan tampak warna yang kontras sedangkan pada daerah
yang lain tidak.2,9,15
C.4. Tipe Indeterminate
Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap
(tipe V danVI) dan tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood.
Lesi berwarna abu-abu gelap namun sulit dikenali oleh karena
sedikitnya kontras warna yang timbul.2,9,15
II.8. Diagnosis
Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan anamnesis yang tepat dan
pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan
sinar Wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada
kasus kasus tertentu.3
Secara histologis, terjadi peningkatan pigmentasi dengan pola epidermal,
epidermal-dermal atau dermal. Epidermal melasma yang sebenarnya
tergolong jarang terjadi.3
a. Anamnesis
Anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis secara
tepat. Anamnesis yang dapat mendukung penegakkan diagnosis melasma:
1. Pasien wanita dengan kisaran umur 30-40 tahun
2. Pasien dengan riwayat kehamilan berulang
3. Pasien dengan penggunaan kontrasepsi oral
4. Pasien yang memiliki aktivitas yang sering berpaparan dengan
sinar matahari langsung
5. Lesi timbul bermingu minggu dan semakin terlihat saat kontak
dengan sinar matahari
13

6. Pasien dengan riwayat penggunaan kosmetik


7. Pasien wanita menopause yang sedang menjalani terapi hormon15
b. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, makula berwarna coklat muda biasanya muncul di daerah
dahi, dagu, hidung dan bibir atas pada wajah. Pasien dapat menampilkan
distribusi malar, sentrofasial atau mandibular.15
II.9. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari melasma meliputi kelainan pada pigmen.
a. Riehls melanosis yakni memiliki gambaran histopatologik infiltrat
peradangan pada bagian epidermis-dermis dan infiltrat perivaskular
limfositik

yang

disertai

dengan

gangguan

peradangan/inflamasi.

Pigmentasi bercak bewarna coklat muda sampai coklat tua terutama di


dahi, malar, belakang telinga dan sisi leher serta tempat-tempat yang
sering terkena sinar matahari.2,16
b. Horis macules, menujukkan pigmen dermal seperti bintik-bintik atau
pigmentasi wajah yang bewarna coklat-kebiruan atau keabu-abuan yang
ditemukan umumnya pada wanita Asia.16,17
c. Postinflammatory hyperpigmentation (PIH), pada umumnya pasien
datang dengan keluhan utama berupa bercak warna hitam, bintik hitam,
perubahanwarna kulit dan noda. PIH ialah hasil dari respon patofisiologi
dari inflamasi kutaneus seperti akne, dermatitis atopik, dan psoriasis.17,20
d. Erythema dyschromicum perstans (ashy dermatosis), dermatosis yang
bewarna abu-abu mulai muncul pada dekade pertama dan kedua serta
terjadi area baik yang terlindungi maupun tidak terlindungi.18
e. Minocycline pigmentation, pigmentasi yang terjadi dalam jangka waktu
yang

lama,

terutama

pada

jaringan

parut.

Pada

pemeriksaan

histopatologik ditemukan granula bewarna coklat kehitaman yang diduga


mengandung besi dan kalsium.2,17
14

f. Ephelid, makula hiperpigmentasi bewarna coklat terang timbul pada kulit


yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya bisa
bertambah lebih besar dan gelap.2,16,18
g. Senile lentigo, bercak coklat berbentuk lingkaran dengan ukuran yang
bervariasi terjadi pada wajah, punggung tangan, dan bagian ekstensor dari
lengan yang terpapar pada sinar matahari.2
II.10. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan melasma meliputi :
1. Perlindungan yang adekuat terhadap sinar UV, termasuk disini
penggunaan rutin tabir surya berspektrum luas
2. Menghindari faktor pencetus
3. Pemutihan kulit dengan depigmentasi yang sesuai, termasuk
disini penggunaan Hidrokuinon tunggal atau dengan kombinasi
yaitu dengan penambahan agen keratolitik, seperti tretinoin, asam
salisilat, atau asam glikolat, asam kojik, asam azeleat, agen
peeling kimiawi dan laser
4. Kerjasama yang baik antara penderita dengan dokter yang
langsung menanganinya.21
A. Pencegahan
1.

Meminimalisir paparan sinar UV


Paparan sinar matahari merupakan salah satu faktor penyebab dari
hiperpigmentasi. Pasien sebaiknya menggunakan spektrum luas.
High SPF sunscreens dan meminimalkan paparan sinar matahari
sehari-harinya. Penderita diharuskan menghindari pakanan langsung
sinar UV terutama antara pukul 09:00-15:00.2,17

2.

Meminimalisir efek hormonal


15

Baik pil oral kontrasepsi dan HRT mempunyai peran dalam


perkembangan melasma. Sebagai tambahannya, riwayat medikasi
diperlukan untuk mengidentifikasi substansi-substansi yang memiliki
hormone-like activity seperti suplemen-suplemen anti penuaan dan
krim yang digunakan untuk mengurangi gejala dari menopause.2,17
B. Pengobatan
B.1. Pengobatan Topikal
a. Hidrokuinon
Hidrokuinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% untuk terapi
melasma. Krim tersebut dipakai pada malam hari disertai dengan
pemakaian tabir surya. Umumnya tampak ada perbaikan dalam 6-8
minggu dan dilanjutkan hingga 6 bulan. Hidrokuinon menghambat
konversi dari dopa terhadap melanin dengan menghambat tirosinase.
Efek sampingnya adalah dermatitis kontak iritan atau alergik.
Setelah penghentian penggunaan, sering terjadi kekambuhan.2,19
b. Asam Retinoat
Asam retinoat 0.1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan
atau terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari,
karena pada siang hari bisa terjadi foto degradasi. Kini asam retinoat
dipakai sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara
bermakna, meskipun berlangsung agak lambat. Efek samping berupa
eritema, deskuamasi, dan fotosensitasi.2,17
c. Asam Azeleat

16

Asam Azeleat merupakan obat yang aman dipakai. Pengobatan


dengan asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang
baik. Efek sampingnya rasa panas, gatal dan eritema ringan.2,19
d. Asam Kojik
Asam Kojik diproduksi oleh jamur Aspergillus oryzae dan berperan
sebagai inhibitor tirosinase.19
e. Asam Glikolik
Asam Glikolik berperan untuk menurunkan pigmen dengan banyak
mekanisme termasuk thinning stratum korneum, meningkatkan
epidermolisis, meningkatkan sintesis kolagen di lapisan basal dari
epidermis dan meningkatkan sintesis kolagen di dermis. Iritasi
ringan merupakan efek umum dari pemakaian obat ini.19
B.2. Pengobatan Sistemik
a. Asam askorbat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi
menjadi melanin bentuk reduksi yang bewarna lebih cerah dan
mencegah pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon
menjadi DOPA.2
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sufhidril yang berpotensi
menghambat pebentukan melanin dengan jalan bergabung dengan
cuprum dari tirosinase.2
B.3. Tindakan Khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi dapat membantu pengobatan kelainan
hiperpigmentasi.

Pengelupasan

kimiawi

dilakukan

dengan

mengoleskan asam glikolat 50-70% selama 4-6 menit dilakukan


setiap 6 minggu selama 6 kali. Sebeum dilakukan pengelupasan
kimiawi diberikan krim asam glikolat 10% selama 14 hari.2,19
17

b. Bedah Laser
Bedah Laser dengan menggunakan laser Q-Switched Ruby dan
Laser Argon, kekambuhan dapat juga terjadi.2

II.11. Prognosis
Biasanya melasma akan menetap selama beberapa tahun. Kemudian melasma
yang berkaitan dengan kehamilan akan menetap selama beberapa bulan
setelah melahirkan dan melasma yangberkaitan dengan pengobatan hormonal
akan menetap dalam periode yang panjang setelah berhenti mengonsumsi
kontrasepsi oral.15

18

Anda mungkin juga menyukai