Ada hubungan erat antara aktivitas osteoblast dan aktivitas osteoklast, yang
mana setiap osteoklast akan bekerja telah lebih dahulu disiapkan tempatnya oleh
osteoblast dengan menyingkirkan matriks tulang. Estrogen dan kalsitriol dalam batas
normal akan merangsang aktivitas osteoblast dalam formasi tulang. Rendahnya kadar
estrogen akan menurunkan aktivitas osteoblast yang akan merubah keseimbanagn
remodelling tulang, setelah kadar estrogen makin rendah dan menetap akan membuat
keadaan lebih parah dengan meningkatnya aktivitas osteoklast. Rendahnya kadar
kalsitriol hanya menurunkan aktivitas osteoblast, sedangkan aktivitas osteoklast tetap
yang mengakibatkan gangguan pada remodelling tulang.
Wanita usia reproduksi yang kurang mendapat paparan sinar UV B matahari
akan memiliki vitamin D3 kulit yang rendah sehingga menurunkan kalsitriol dan
osteokalsin, dan akan berhadapan dengan masalah penurunan densitas tulnag serta
ostopenia-osteoporosis di hari tuanya. Kekurangan vitamin D3 ini secara tidak
langsung akan menurunkan kalsitriol dan berakibat menurunkan proses mineralisasi
tulang serta penurunan asupan kalsium di usus. Sebaliknya penurunan kadar estrogen
endogen dapat menekan aktivitas osteoblast disamping meningkatkan proses
osteoklast. Kedua masalah di atas saling tumpang tindih dan mempercepat terjadinya
penurunan
densitas
tulang,
sehingga
mempercepat
terjadinya
osteopenia-
osteoporosis.
Penilaian pemberian hormon penganti estrogen dan progesteron pada
osteoporosis pasca menopause meningkatkan densitas tulang antara 0,8-8,4 %.
Pemberian kalsitriol oral dengan dosis antara 0,5 ng 0,8 ng/hari pada wanita