Anda di halaman 1dari 26

PELUMAS DAN

PELUMASAN
Beberapa kerusakan
yang terjadi pada bidang-bidang
luncur ataupun pada bidang-bidang luncur lingkaran
bantalan disebabkan karena bidang-bidang tersebut tidak
cukup pelumasan. Pada bidang-bidang yang selalu
bergesekan, cepat atau lambat disitu pasti akan timbul
panas dan apabila panas yang timbul tersebut tidak
dikurangi selama dalam pemakaian, maka lama-kelamaan
bidang-bidang tersebut akan memuai. Kalau sudah terjadi
pemuaian seperti ini, gerakan dari kedua bidang luncur
yang bergesekan akan mengalami kesulitan dalam
meluncur dan bergerak, tetapi karena gerakan-gerakan
tersebut didukung oleh tenaga mesin, mau tidak mau
kedua bidang yang sudah memuai tetap bergerak atau
meluncur walaupun gerakan tersebut agak sulit dan
berat. Hal ini bisa dirasakan dengan jalan menggerakkan
bidang-bidang luncur tersebut dengan tangan manusia,
akan lebih jelas lagi perbedaannya bila pada kedua
bidang yang bergesekan tersebut diberi pelumas.

Biasanya keausan ini timbul pada bidang-bidang yang


selalu bergesekan dan yang di atasnya bekerja suatu gaya.
Gaya-gaya yang timbul di sini kecuali dari beratnya
material yang meluncur itu sendiri juga dari gaya-gaya luar.
Sebagai contoh misalnya yang terjadi pada proses
pembubutan.
Keausan yang sering terjadi pada mesin bubut ini adalah
pada bednya, karena bed itu berfungsi sebagai penumpu
sekaligus meluncurkan carriage. Dimana carriage selalu
menumpu dan membawa alat potong (pahat potong), maka
mau tidak mau bed tersebut akan menderita gaya yang
ganda yaitu gaya berat carriage dan gaya potong yang
terjadi pada proses pembubutan. Dengan demikian untuk
mengurangi keausan yang terjadi karena adanya gaya-gaya
tadi, maka diusahakan antara kedua permukaan yang
bergesekan tersebut diberi pelumasan, supaya kedua
permukaan tersebut tidak terjadi kontak langsung.

1 Fungsi Pelumasan
Fungsi utama dari pelumasan adalah untuk
membentuk lapisan film diantara dua buah benda
yang saling bergerak satu dengan yang lain. Ini berarti
bahwa untuk menghindari terjadinya kontak langsung antara
benda yang saling bergerak. Selain fungsi utama di atas,
pelumas juga berfungsi untuk:
1. Peredam hentakan terutama pada pasangan roda gigi
yang saling memutar
2. Membuang panas (sebagai pendingin) yang timbul karena
adanya geraan/gesekan pada komponen-komponen mesin
3. Memberikan perlindungan terhadap timbulnya
korosi/karat
4. Pembawa kotoran (kontaminan) yang terdapat diantara
bidang yang saling bergesekan
5. Sebagai perapat (efek seal).

Suatu bidang/permukaan luncur atau bantalanbantalan kalau dilihat dengan mata telanjang
(visual) kelihatannya sangat halus dan sempurna
pembuatannya. Tetapi sebenarnya permukaanpermukaan tersebut tidaklah demikian. Suatu
ketidak senpurnaan pasti ada, hal ini akan terlihat
apabila kita amati dengan lensa pembesar
(mikroskop), maka permukaan tersebut akan
terlihat seperti lembah-lembah dan bukit-bukit.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut
(gambar 2.1).

Oleh sebab itu apabila tidak ada lapisan pada lembah dan bukit
tersebut, berarti ada singgungan langsung antara bahan dengan
bahan dan ini akan mempercepat keausan. Keping-keping dari
barang-barang yang aus tersebut akan menimbulkan beberapa
gangguan yang macamnya tergantung dari keadaan permukaan
masing-masing. Misalnya didalam suatu pasangan antara lintasan
luncur dengan peluncur, salah satu diantara pasangan tersebut
memiliki kekerasan bahan yang melebihi dari pasangannya, maka
bahan yang lebih keras akan mengorek ke dalam bahan yang lebih
lunak dan menimbulkan alur dan lubang-lubang kerusakan.
Apabila suatu lintasan luncur lingkaran (bantalan), dilumasi
dengan sempurna, maka ruang antara bantalan dengan bagian lain
akan selalu terisi dengan bahan pelumas yang cukup tebal atau
lapisan hidridinamika yang memungkinkan baggian dalam dari
bantalan akan mengembang. Seperti inilah yang disebut bentuk
pelumasan yang sempurna. Tetapi suatu keadaan apabila bahan
pelumas yang merupakan lapisan tipis hanya sedikit tertinggal pada
permukaan meta, biasanya dikenal sebagai pelumas batas
(boundary lubrication) dan hal ini masih lebih baik jika
dibandingkan tidak ada sama sekali, meskipun hal ini jauh dari yang
kita perlukan. Untuk lebih jelasnya, mengenai bagaimana
terbentuknya lapisan tersebut di bawah ini diberikan gambargambar skema.

Keterangan gambar:
a. Menunjukkan bantalan dalam keadaan
berhenti, bagian
dari bantalan (poros) berada pada bagian
bawah bantalan
yang dipisahkan oleh lapisan bahan pelumas
yang tipis
b. Apabila poros berputar, bahan pelumas akan
terdorong
kebawah poros membentuk lapisan yang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi


terbentuknya lapisan ini adalah:
Faktor beban
Faktor kecepatan putar
Kekentalan (viskosity) dari bahan pelumas.
Adapun beban bertambah, maka lapisan pelumasan
tidak akan terbentuk, kecuali tanpa bertambahnya
kecepatan putar dan kekentalan minyak pelumas
bertambah sebanding dengan pertambahan beban. Jadi
ternyata suatu beban yang berat pada suatu bantalan
yang bergerak pelan akan memerlukan bahan pelumas
atau oli yang kental. Itulah sebabnya kekentalan yang
rendah atau pelumas yang encer diusulkan untuk
dipakai pada kecepatan yang tinggi dan beban sedang,
karena oli yang encer akan mengurangi tekanan dan
menghindari kurangnya tenaga.

2. Bentuk Pelumas
a. Bentuk cair
Pelumasan berbentuk cair ini juga disebut oli. Pelumas
seperti ini paling banyak dijumpai dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Minyak pelumas oli ini paling banyak
digunakan pada mesin-mesin perkakas misalnya untuk
melumasi roda gigi, melumasi bagian-bagian yang
berpasangan/bersinggungan, bantalan dan lain sebagainya.
b. Pelumasan berbentuk setengah padat.
Pelumasan berbentuk setengah padat ini sering juga disebut
gemuk (grease). Bahan dasar dari pelumas seperti ini adalah
cair yang kemudian dicampur dengan zat lain sehingga kental.
Pelumas seperti ini umumnya digunakan pada bagian-bagian
mesin dengan tingkat putaran yang rendah sampai sedang.
Fungsi dari gemuk ini adalah sebagai pelumas juga berfungsi
sebagai pembersih karena kebanyakan campuran yang
digunakan adalah sabun (detergen).

c. Pelumasan berbentuk padat


Pelumasan berbentuk padat (serbuk) paling banyak dibuat dari serbuk
graphite. Kelebihan dari pelumas padat ini jika dibandingkan dengan
pelumas cair dan pasta adalah dapat berfungsi sebagai pelumas pada
temperatur 250 300 0 C dan dibawah -60 0 C. Pada temperatur demikian
pelumas oli tau gemuk tidak memungkinkan lagi. Pelumas padat dalam
bentuk bedak, ukuran partikelnya antara 0,5 hingga beberapa m.
Graphite adalah jenis karbon dengan struktur halus. Gaya gesek antara
partikel sangat rendah. Gaya adhesi dengan logam sangat baik dan sushu
operasi antara 350 700 0 C. Bila digunakan sebagai pelumas graphite
halus sangat murni.
Selain graphite juga sering digunakan sebgai pelumas padat adalah
molydenom disulphide (MoS2). Pelumas ini mempunyai struktur yang tipis.
Koefisien geser lebih rendah dari graphite (0,05 0,1). Gaya adhesi dengan
logam juga baik. Temperatur operasi di bawah 400 0 C dan terendah -180 0
C. Pada temperatur 400 0 C, MoS2 akan beroksidasi membentuk MoO3 yang
bukan pelumas.
Selain kedua bentuk pelumas padat di atas, masih ada pelumas padat
yang lain dan baru digunakan yaitu Niobium diselenida fan Boron nitrida.
Hanya saja jenis pelumas ini hargnay sangat mahal.
Pelumas padat berbentuk powder atau sebagai suspensi dalam oli atau
cairan lain yang mudah menguap. Apabila cairan menguap lapisan film
pelumas tetap tertinggal pada logam yang dilumasi.

3. Bahan Dasar Pelumas


Bahan dasar yang dibuat menjadi pelumas dan banyak digunakan adalah
minyak hewan, minyak tumbuhan, pelumas sintetis dan minyak mineral.
Minyak pelumas hewan adalah minyak pelumas yang diibuat dari bahan dasar
lemak hewan seperti sapi, biri-biri. ikan dan babi.
Minyak pelumas tumbuhan adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan
dasar minyak tumbuhan seperti getah jarak,buah kelapa, kelapa sawit dan
lain- lain.
Minyak pelumas sintetis adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan-bahan
kimia sebgai reaksi beberapa unsur, sehingga menghasilkan zat yang
mempunyai sifat seperti pelumas.
Minyak pelumas mineral adalah minyak pelumas yang bahan dasarnya dibuat
dari minyak bumi. Diperoleh dengan cara penambangan yang kemudian disuling
pada tungku destilasi menjadi beberapa produk. Salah satunya produknya adalah
minyak mineral.
Mayoritas minyak bumi terdiri dari hidrogen dan karbon yang merupakan
elemen-elemen organik yang membentuk ikatan. Secara umu ikatan hidrokarbon
dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:
Paraffin ( Cn H2n+2 )
Nafthane (Cn H2n )
Aromatik ( Cn Hn )

4 Sifat-sifat Minyak Pelumas


a.
Warna sebagai pedoman
Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas
menunjukkan mutu atau tingkat kekentalan minyak
pelumas. Sesungguhnya pendapat ini tidaklah benar,
karena warna minyak pelumas hanya merupakan
tanda pengenal saja.
Beberapa pelumas, jika terkena sinar (refleksi sinar)
akan menampilkan warna hijau. Umunnya pelumas
berwarna mulai dari bening (transparan) sampai
gelap. Semakin gelap warnannya, semakin tinggi titik
didih dari minyak pelumas tersebut. Hal ini karena
ikatan fraksi yang seperti asphalt cenderung
berkumpul pada fraksi yang titik didihnya tinggi (lihat
gambar penyulingan minyak bumi). Jadi tidak tertutup
kemungkinan minyak pelumas diberi pewarna oleh
pabrik pembuatnya untuk membedakan pelumas yang
satu dengan yang lainnya.

b. Oksidasi
Semua produk minyak bumi dapat bereaksi secara kimia
dengan udara. Sebenarnya oksidasi pada minyak pelumas
berlangsung sangat lambat pada temperatur ruang,
tetapi akan semakin cepat bereaksi jika temperatur naik.
Semakin lembab udara, semakin besar pula kandungan
oksigennya sehingga akan semakin mempercepat pula
proses oksidasi. Katalisator terjadinya oksidasi dapat
berupa baja, aluminium dan tembaga.
Hasil oksidasi yang tidak larut, berupa lumpur akan
menyumbat lubang-lubang saluran. Sedangkan yang
larut, bersifat asam dan tetap terbawa oleh pelumas dan
mempercepat korosi pada logam sehingga akan merusak
komponen berupa lubang-lubang dan terak yang
menempel dengan kuatt pada permukaan logam.
Oleh karena itu, maka hampir semua pelumas diberi
additif berupa oxidation inhibitor (pemicu korosi).
Additif ini akan mengikat langsung oksigen sebelum
kontak langsung dengan hidrokarbon pada minyak agar
elemen yang dilumasi akan terhindar dari korosi.

c.

Keasaman.
Ada pendapat yang mengatakan
bahwa warna minyak pelumas terjadi
, karena sejumlah kecil asam tetap
tidak dapat ternetralisasi. Sisa asam
yang tidak ternetralisasi ini,
sebenarnya tidak terpengaruh baik
secara fisik maupun kimia.
Tetapi bila bergabung dengan asam
hasil oksidasi akan aktif membentuk
korosi pada logam yang dilumasi.
Karena sifat asam korosif terhadap
logam.

d.
Korosifitas
Ikatan sulfur yaitu seperti hidrogen
sulfida dan polisulfida mempunyai
sifat korosif. Oleh karena itu
pelumas yang baik haruslah tidak
mengandung ikatan sulfur yang
korosif tersebut. Namun demikian,
beberapa, ikatan organik sulfur yang
lain (yang tidak bersifat korosif)
digunakan sebagai bagian dari
bahan additif .

e. Emulsifikasi
Sebenarnya air dan minyak tidak bisa
bersatu. Tetapi dengan adanya kontaminan
(debu dari luar atau partikel logam dari
mesin itu sendiri) akan dapat mengakibatkan
terjadinya emulsi air di dalam pelumas atau
sebaliknya.
Pelumas yang terkontaminasi selanjutnya
akan terkondensasi, dan memisahkan diri
dari pelumas, kemudian membentuk endapan
berupa lumpur. Khusus untuk cutting oil
(oli yang digunakan sebagai pendingin pada
proses pemotongan seperti membubut atau
gerinda), oli dibuat sedemikian rupa supaya
emulsinya kuat agar larut dalam air. Sebagai
contoh oli dromus B.

f. Titik nyala (flash point) dan Titik


api (fire point)
Titik nyala adalah temeperatur
dimana cairan pelumas berubah
menjadi uap dan akan terbakar
dalam sekejab bila dikenai sumber
api.
Dalam hal ini api dapat berasal dari
logam yang sangat panas.
Yang dimaksud dengan sekejab
adalah bila sumber api dilepas, maka
nyala tersebut pada cairan akan
segera padam.

g. Titik kabut (cloud point) dan titik


tuang
(pour point)
Titik kabut adalah temperatur
dimana kristalisasi mulai
terbentuk setelah sebelumnya
timbul kabut.
Apabila temeperaturnya
diturunkan lagi, pelumas akan
membeku.
Sedangkan titik tuang adalah
temperatur terendah dimana
minyak pelumas masih dapat

5 Kekentalan Pelumas Cair

Kekentalan (viskositas) merupakan parameter


yang sangat penting dari sifat fisik pelumas,
karena menjadi besaran utama dalam
mengklasifikasikan minyak pelumas.
Fliuda pelumas mengikuti hukum Newton
sewaktu mengalir (fluida Newton), yaitu
Aliran fluida diandaikan sebagai lapisanlapisan tipis yang bergeser antar satu
terhadap yang lainnya. Dimana hukum
Newton untuk aliran visco adalah: viskositas
dinamik adalah berbanding lurus dengan
tegangan geser dan berbanding terbalik
dengan kecepatan gesernya. Juga dapat
diberikan dalam bentuk persamaan sebgai
berikut:

S

R
Dimana :
= Viskositas dinamik
S = Tegangan geser
R = Kecepatan geser
Satuan dari viskositas dinamik adalah
N.det / m2 atau poise dimana:
1N.det / m2 = 10 poise atau 1 c p = 10-3
N.det / m2.

Dalam prakteknya pada bidang


perminyakan, yang sering digunakan
adalah viskositas kinematika (V)

dimana:

Dimana:
V = Viskositas kenematik (cSt =
centi stroke)
= Viskositas dinamik (poise atau
centi poise)
= massa jenis (kg/m3).

Viskositas dari semua jenis cairan akan menurun


dengan naiknya temperatur, karena kenaikan
temperatur akan mengakibatkan melemahnya
ikatan molekul fluida. Sebaliknya kenaikan tekanan
akan mneguatkan daya kohesi fluida, sehingga
kenaikan viskositas pelumas. Tetapi dalam kalkulasi
pelumas hal-hal seperti ini boleh diabaikan.
Indeks viskositas, merupakan angka empiris yang
menunjukkan tingkat kekentalan minyak pelumas
atau tingkat kepekaan terhadap temperatur. Indeks
viskositas pelumas diukur dengan menggunakan
viskometer kapiler. Prinsip dari viskometer kapiler
adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan yang megalir melalui pipa kapiler
dalam menempuh panjang (jarak) tetentu. Besarnya
indeks viskositas dinyatakan dengan angka mulai
dari 0 smapai 100. Makin besar nilainya berarti
kepekaan terhadap temperatur makin besar.

6. Bahan tambah (Additive)

Bahan tambah adalah bahan lain yang


dicampurkan ke dalam minyak pelumas
dengan tujuan untuk memperbaiki sifat dan
minyak pelumas.
Jenis-jenis sifat dari sifat minyak yang dapat
diperbaiki oleh additive adalah:
Penurun Titik Tuang (pour point deppressant)
Bahan ini adalah bahan yang dapat berfungsi
untuk menurunkan titik tuang minyak
pelumas. Dengan adanya penambahan bahan
ini, minyak pelumas masih dapat mengalir
pada temperatur yang lebih rendah
dibandingkan sebelum ditambahkan additive.

Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)


Bahan ini berfungsi untuk
mencegah terjadinya oksidasi pada
minyak pelumas bahan ini
ditambahkan karena oksidasi dapat
mengakibatkan minyak pelumas
menjadi asam.
Anti Busa (Anti Foam Agent)
Bahan ini berfungsi untuk
mencegah terjadinya busa di dalam
minyak pelumas. Terbentuknya busa
dalam minyak pelumas akan
mengurangi fungsi pelumas karena

Pembersih (Detergent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah
terbentuknya endapan (defosit) atau
kerak pada komponen-komponen yang
dilumasi.
Pengubah Indeks Viskositas (Viskositas
Index Improver)
Bahan ini ditamabahkan untuk mengubah
sesitivitas perubahan kekentalan minyak
pelumas terhadap perubahan waktu.
Anti Karat dan Korosi (Rust & Corrosion
Inhibitor)
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak
pelumas untuk mencegah terjadinya karat
dan korosi pada bagian yang dilumasi.

Extreme Pressure Additive


Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak
pelumas untuk meningkatkan kemampuan
minyak pelumas terhadap beban dan
tekanan yang tinggi.
Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)
Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air
(emulsi) dalam minyak pelumas sehingga
air tidak berkontak langsung dengan
logam yang dilumasi.
Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)
Bahan ini berfungsi untuk mempermudah
pemisahan air dengan minyak pelumas
agar air dapat dikeluarkan/dibuang dari
minyak pelumas.

7. Cara Pelumasan
Pemberian minyak pelumas dan gemuk pada tiaptiap mesin mempunyai prosedur sendiri-sendiri.
Itu dikarenakan adanya sifat maupun cara kerja
yang berbeda-beda. Mesin-mesin besar, mesinmesin kecil, yang presisi maupun yang tidak
presisi secara prinsip mempunyai perbedaan
pemakaian minyak pelumas.
Pemberian minyak pelumas pada mesin-mesin
harus disesuaikan dengan kondisi mesin
tersebut.
Oleh karena itu operator (pekerja) harus
mengetahui dengan baik cara pemberian pelumas
pada setiap bagian yang perlu dilumasi.
Untuk memberi pelumas pada elemen-elemen
mesin dapat digunakan beberapa cara seperti:

Anda mungkin juga menyukai