negara
dan
penduduk
dari
penyalahgunaan
wewenang
didalam
belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha
yang modal pendiriaanya sebagian atau seluruhnyabersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaanya menjadi
misi negara.
Hakekat Pelayanan Publik
Pelayanan merupakan suatu usaha untuk mempertinggi
kepuasan
pelanggan.
1. Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yang diberikan oleh pemerintah,
swasta atas nama pemerintah, atau swasta, dengan atau tanpa pembayaran
guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
2. Pelayanan publik oleh swasta dapat bermotif sosial , tetapi lebih banyak bermotif
ekonomi, yakni mencari keuntungan Pelayanan Publik (Public Services) adalah
Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelayanan publik oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik yakni untuk
menjalankan visi & misi serta mencari dukungan suara.
Pelayanan publik kepada masyarakat dapat diberikan secara cuma-cuma sebagai
kompensasi dari pembayaran pajak, ataupun ditarik bayaran. Tarif pelayanan publik
oleh pemerintah ditetapkan berdasarkan harga produksi atau tarif yang paling
terjangkau.
Pemberian
pelayanan
publik
secara
seragam
kepada
semua
luas
kepada
daerah
diarahkan
untuk
mempercepat
terwujudnyakesejahteraan
masyarakat
melalui
peningkatan
pelayanan,
dibutuhkan
berskala
luas.
Disini
peran
pemerintah
sebagai
berkewajiban
untuk
mewujudkan
tersedianya
barang
public.
negeri. Apalagi pada saat sekarang ini pajak menjadi andalansumber penerimaan
Negara prosentase dari seluruh penerimaan negara hampir 70%.
Karakteristik Barang Publik
Secara umum, suatu barang publik mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak mempengaruhi penawaran
barang publik tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain, atau suatu barang
dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama-sama. Sifat barang publik
seperti ini disebut non rival consumption.
2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat tidak
dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau kegiatan
pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat barang publik seperti ini
disebut non exclusion.
3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang publik,
tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau dihargai oleh semua orang.
Karakteristik barang publik seperti diatas tidaklah absolut, tetapi tergantung
pada kondisi pasar dan teknologi. Suatu komoditas dapat saja memenuhi satu
kriteria dari barang publik, tapi mungkin tidak memenuhi criteria yang lain.
Beberapa barang tertentu yang secara konvensional tidak dipandang sebagai
komoditas pribadi dapat saja mempunyai karakteristik sebagai barang public.
Sifat lain dari barang publik yang lain adalah bahwa barang publik tidak
disediakan secara eksklusif oleh pihak swasta. Penyediaan barang publik yang
dilakukan oleh pemerintah tidak berarti bahwa produksinya harus dilakukan oleh
sektor
publik,
tapi
mungkin
disediakan
oleh
swasta
kemudian
pemerintah
seseorang
tidak
mengurangi
kesempatan
bagi
orang
lain
untuk
ikut
mengkonsumsinya.
Sedangkan non exclusion mengandung arti bahwa orang tidak dapat membatasi
manfaat atas barang tersebut pada orang-orang yang sanggup membayar saja.
Dengan lain perkataan, apakah seseorang itu mau membayar atau tidak (free rider)
dalam mengkonsumsi barang, orang tersebut tetap dapat memperoleh barang
tersebut. Terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara barang pribadi dan
barang
publik.
Pertukaran
barang
pribadi
dalam
mekanisme
pasar
tidak
mengimbangi
kebutuhan
jalan
dan
perawatan
jalan.
Mengacu
pada
beberapa
solusi
yang
dapat
dilakukan
oleh
pemerintah
untuk
untuk
menjadi
monopoli
dalam
industry
tersebut.
Kedua
adalah
fisik
pengembangan
untuk
ruas
jalan
memajukan
adalah
perekonomian
sebuah
keharusan
suatu
daerah,
untuk
suatu
maka
wilayah.
Kterlibatan pihak swasta kedalam upaya pengembangan ruas jalan merupakan hal
yang dapat mempercepat upaya tersebut, akan tetapi perlu diciptkan mekanisme
yang tepat dalam proses privatisasi infrastrukturjalan agar hal tersebut dapat
menghasilkan hasil yang paling tidak mendekati socially optimum. Tarif tol adalah
aspek yang sangat penting dalam perjanjian hak pengusahaan jalan tol. (Chen dan
Subprason, 2005) mengemukakan tiga tujuan dari tariff tol yang harus dipenuhi
adalah pemasukan perusahaan, surplus konsumen, dan gini coefficient. Intah,Dan
ada tiga pihak yang terlibat yaitu :
1. Pemerintah : mementingkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
2. Badan usaha/perusahaan: Fokus memperhatikan pengembalian investasi dan
keuntuangan
3. Pengguna jalan : memperhatikan pemerataan manfaat dan biaya dalam
transportasi
Pada kasus Indonesia, rumusan penentuan tarif tol tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2005, pasal 66, 67, dan 68. Dalam
pasal 66 dijelaskan bahwa penentuan tarif tol akan dipengaruhi oleh kemampuan
membayar pengguna tol, biaya operasional, dan kelayakan investasi.
Fokusnya:
Permasalahan yang harus dihadapi oleh konsumen umumnya disebabkan oleh
kondisi dimana pengusaha dan pemerintah sering mengabaikan hak-hak konsumen,
baik dalam penjualan produk maupun dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat (public services). Konsumen kadang ditempatkan dalam posisi yang
lemah dalam bidang ekonomi, pendidikan dan daya tawar. Konsumen pun
cenderung hanya dianggap sebagai obyek karena konsumen selalu terdesak
kebutuhan sehingga mau tidak mau menerima
apapun barang/jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dalam lingkup pelayanan publik, konsumen sering mengeluhkan persoalan
pelayanan terutama menyangkut penentuan tarif pelayanan publik. Belum lagi
kualitas pelayanan publik yang terkadang diterima oleh konsumen tidak seperti
standar yang telah ditetapkan. Terkait dengan pelayanan jalan tol, operator jalan tol
harus menyadari betul bahwa sumber pendapatan adalah pemakai jalan, sehingga
merupakan kewajibannya untuk memberikan pelayanan terbaik. Pelayanan yang
buruk berakibat pada minat pemakai jalan untuk menggunakan jalan tol. Atas dasar
itu, betapa pentingnya mendengarkan dan memahami kebutuhan pengguna jalan
tol. Operator jalan tol memiliki kewajiban standar pelayanan yang harus mereka
penuhi.
Setiap kali Pemerintah melakukan penyesuaian tarif tol selalu muncul pro dan
kontra. Hal ini disebabkan dalam kebijakan penyesuaian tarif tol terdapat dua
kepentingan yang saling bertentangan. Pada satu sisi, kebijakan penyesuaian tarif
ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin keberlangsungan investasi jalan
tol. Namun disisi lain bagaimana pemerintah wajib menjamin kepentingan
konsumen pengguna jalan tol terpenuhi oleh operator jalan tol. Bagaimana tidak,
dengan terjadinya penyesuaian tarif tol, yang pada umumnya tarif tol naik
menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen makin naik dan beban
konsumen pun semakin berat.
Sementara pelayanan yang diterima oleh konsumen dapat dikatakan belum
sepenuhnya sesuai standar yang ditetapkan. Bahkan konsumen sama sekali tidak
pernah diberikan kesempatan untuk didengarkan pendapatnya terkait dengan
kebijakan penyesuaian tariff tol. Sehingga wajar bila konsumen pengguna merasa
keberatan. Apabila konsumen dirugikan dalam mengkomsumsi barang dan jasa,
sering kali mereka tidak tahu kemana mereka harus menyampaikan pengaduannya.
Atau
kalaupun
mereka
tahu
dengan
menghubungi
produsen
belum
tentu
memperoleh tanggapan yang memuaskan. Hal ini pun terjadi pada konsumen
pengguna jalan tol terutama dalam kebijakan penyesuaian tarif tol. Sehingga
muncul pertanyaan apabila konsumen merasa keberatan terhadap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penyesuaian tarif tol, apakah upaya hukum
yang dapat ditempuh oleh konsumen.
Jalan yang bisa merupakan barang public atau sumber daya milik bersama. Jika
jalan raya tersebut tidak padat, maka pemanfaatannya oleh seseorang tidak akan
mempengaruhi orang lain. Pada kasus ini, jalan raya bukan barang rival, dan karena
ada jalan raya dalam keadaan padat, maka akan berubah menjadi barang privat,
mengakibatkan para pengguna jalan raya harus membayar, focus permasalahan
disini adalah tarif tol.
Seperti kita ketahui pada saat sekarang ini, kebutuhan akan jalan sangat tinggi,
yang mengakibatkan macet diberbagai tempat, hal ini menjadi permasahan bagi
para penggsna jalan, oleh karena itu Salah satu cara pemerintah mengatasi
masalah kemacetan lalu lintas adalah memberlakukan tarif tol. Artinya untuk masuk
kejalan itu, setiap pengendara harus bayar. Pada dasarnya, tarif tol ini sama seperti
pajak atas eksternalitas dari kemacetan lalu lintas. Tetapi pada prakteknya,
pengenaan tarif tol bukan merupakan solusi yang praktis, karena biaya untuk
menarik tarif tol sendiri terlalu tinggi.
Biasanya kemacetan hanya terjadi pada jam-jam tertentu setiap hari. Jika suatu
jembatan dipadati kendaraan bermotor hanya pada jam-jam sibuk, misalnya, maka
eksternal negative berupa kemacetan pada jam-jam itu lebih besar daripada jamjam lain. Karena cara efisien untuk mengatasai masalah eksternalitas adalah
membuat harga karcis tol lebih tinggi pada jam-jam sibuk, tarif tol ini akan memberi
insentif bagi para pengendara untuk mengubah jadwalnya, mengurangi kemacetan
dijalan itu pada jam-jam sibuknya.
Saran (Sebaiknya) :
1. Pembatasan dominasi dari satu perusahaan terhadap industry jalan tol. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat peraturan untuk membuat batas maksimum
penguasaan kontrak konsesi dengan lebih mendetail. Hal ini dilakukan untuk