Anda di halaman 1dari 9

Undang-Undang Pelayanan Pubik

Undang-undang pelayanan Pubik (secara resmi bernama Undang-Undang Nomor


25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undang-undang yang mengatur
tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitasi fungsifungsi pemerintahan itu sendiri. Pelayanan public yang dilakukan oleh pemerintah
atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia,
mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi social, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya
alam, memperdalam kepercayaan kepada pemerintahan dan administrasi public.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk
memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan public yang
merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan public yang dilakukan
penyelenggaraan pelayanan public merupakan kegiatan yang harus dilakukan
seiring dengan harapan daan tuntutan seuruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan public, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan
kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab
negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan public. diperlukan norma
hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas dan menjamin penyediaan public sesuai dengan asas-asas umum
pemeritahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap
warga

negara

dan

penduduk

dari

penyalahgunaan

wewenang

didalam

penyelenggaraan pelayan public.


Dalam perundang-undangan pelayanan public ini meliputi pelayanan barang
public dan jasa public serta layanan administrative yaitu pendidikan, pengajaran,
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkunan hidup,
dll. Pelayanan public ini mengatur pengadaan dan penyaluran barang public yang
dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
daerah yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnyabersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan

belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha
yang modal pendiriaanya sebagian atau seluruhnyabersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaanya menjadi
misi negara.
Hakekat Pelayanan Publik
Pelayanan merupakan suatu usaha untuk mempertinggi

kepuasan

pelanggan.
1. Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik yang diberikan oleh pemerintah,
swasta atas nama pemerintah, atau swasta, dengan atau tanpa pembayaran
guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
2. Pelayanan publik oleh swasta dapat bermotif sosial , tetapi lebih banyak bermotif
ekonomi, yakni mencari keuntungan Pelayanan Publik (Public Services) adalah
Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan
publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pelayanan publik oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik yakni untuk
menjalankan visi & misi serta mencari dukungan suara.
Pelayanan publik kepada masyarakat dapat diberikan secara cuma-cuma sebagai
kompensasi dari pembayaran pajak, ataupun ditarik bayaran. Tarif pelayanan publik
oleh pemerintah ditetapkan berdasarkan harga produksi atau tarif yang paling
terjangkau.

Pemberian

pelayanan

publik

secara

seragam

kepada

semua

warganegara sebenarnya justru tidak adil karena kebutuhan & kepentingan


masyarakat berbeda-beda. Pelayanan publik merupakan suatu tugas pokok badanbadan atau pemerintah kepada masyarakat (public service) yang dapat dibiayai dari
sumber-sumber pendapatan publik. .
Kualitas pelayanan Publik
Peningkatan ditandai dengan berubahnya bentuk pelayanan, dari pelayanan yang
sulit menjadi mudah, yang mahal menjadi murah, yang tadinya memakan waktu
yang lama menjadi lebih cepat, dan yang jauh menjadi lebih dekat. Pemberian
otonomi

luas

kepada

daerah

diarahkan

untuk

mempercepat

terwujudnyakesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan

pelayanan,

pemberdayaan dan peran serta masyarakat.


Pembiayaan Pelayanan Publik
Pemberian pelayanan publikd ibiayai melalui dua sumber, yaitu:
1. Pajak
Setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan apakah yang
bersangkutan menikmati secara langsung jasa publik tersebut secara langsung.
2. Pembebanan langsung kepada masyarakat (Charging for service).
Alasan Pembebanan Tarif
Pembebanan tarif pelayanan public kepada konsumen dapat dibenarkan karena
alasan, yaitu adanya barang privat dan barang public. Terdapat tiga jenis barang
yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:
1.
2.
3.

Barang/jasa Privat (Private Goods)


Barang/jasa Umum (Common-Pool Goods)
Barang/jasa Kolektif (Collective Goods)

Barang Public dan Barang Privat


Barang public merupakan barang yang pemakaiannya dapat dikonsumsi oleh
lebih dari satu orang . hal ini berbeda dengan karakteristik barang privat yang
dalam proses pengosumsiannya ada unsure rivalitas karena barang privat dapat
dimiliki secara pribadi. Karena barang public ini dimiliki bersama maka untk
penggandaannya juga membutuhkan consensus untuk pembiayaannya. Jika barang
publik yang dimaksud masih dalam skala kecil. Lalu bagaimana jika barang public
yang

dibutuhkan

berskala

luas.

penyelenggaranegara yang bertugas

Disini

peran

pemerintah

sebagai

untuk menyediakan barang public yang

dibutuhkan oleh orang banyak.


Pemerintah

berkewajiban

untuk

mewujudkan

tersedianya

barang

public.

Pemerintah mendapatkan sumber pembiayaan untuk pengadaan barang public


tersebut melalui beberapa sumber seperti pajak, pendapatan Negara bukan pajak
(PNBP), hibah serta dengan melakukan pinjaman baik dari dalam maupun dalam

negeri. Apalagi pada saat sekarang ini pajak menjadi andalansumber penerimaan
Negara prosentase dari seluruh penerimaan negara hampir 70%.
Karakteristik Barang Publik
Secara umum, suatu barang publik mempunyai sifat-sifat berikut:
1. Konsumsi atas barang publik oleh seseorang tidak mempengaruhi penawaran
barang publik tersebut untuk dikonsumsi oleh orang lain, atau suatu barang
dapat dikonsumsi oleh beberapa orang secara bersama-sama. Sifat barang publik
seperti ini disebut non rival consumption.
2. Walaupun penyedia barang menginginkan, setiap anggota masyarakat tidak
dapat dibatasi/dilarang untuk mengkonsumsi barang publik atau kegiatan
pembatasan tersebut sangat sulit untuk dilakukan. Sifat barang publik seperti ini
disebut non exclusion.
3. Walaupun setiap orang mengkonsumsi jumlah yang sama atas barang publik,
tidak ada persyaratan bahwa konsumsi ini dinilai atau dihargai oleh semua orang.
Karakteristik barang publik seperti diatas tidaklah absolut, tetapi tergantung
pada kondisi pasar dan teknologi. Suatu komoditas dapat saja memenuhi satu
kriteria dari barang publik, tapi mungkin tidak memenuhi criteria yang lain.
Beberapa barang tertentu yang secara konvensional tidak dipandang sebagai
komoditas pribadi dapat saja mempunyai karakteristik sebagai barang public.
Sifat lain dari barang publik yang lain adalah bahwa barang publik tidak
disediakan secara eksklusif oleh pihak swasta. Penyediaan barang publik yang
dilakukan oleh pemerintah tidak berarti bahwa produksinya harus dilakukan oleh
sektor

publik,

tapi

mungkin

disediakan

oleh

swasta

kemudian

pemerintah

melakukan pembelian atas barang tersebut.


Perbedaan antara Barang Publik dan Barang Privat
Barang publik adalah barang-barang yang mempunyai dua sifat pokok yaitu non
rival consumption dan non exclusion. Non rival consumption mengandung maksud
bahwa sejumlah orang dapat mengkonsumsi secara bersama-sama terhadap
barang tersebut atau, pada tingkat tertentu, konsumsi yang dilakukan atas barang
tidak akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain. Contoh barang publik
dengan sifat ini adalah jalan raya, dimana konsumsi terhadap barang tersebut oleh

seseorang

tidak

mengurangi

kesempatan

bagi

orang

lain

untuk

ikut

mengkonsumsinya.
Sedangkan non exclusion mengandung arti bahwa orang tidak dapat membatasi
manfaat atas barang tersebut pada orang-orang yang sanggup membayar saja.
Dengan lain perkataan, apakah seseorang itu mau membayar atau tidak (free rider)
dalam mengkonsumsi barang, orang tersebut tetap dapat memperoleh barang
tersebut. Terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara barang pribadi dan
barang

publik.

Pertukaran

barang

pribadi

dalam

mekanisme

pasar

tidak

menghasilkan eksternalitas, sedangkan pertukaran barang publik selain dapat pihak


lain.
Tarif Tol dan Layanan Publik
Jalan merupakan infrastruktur yang berperan penting dalam menunjang ekonomi
suatu negara, termasuk Indonesia. Penyedian infrastruktur jalan pada dasarnya
merupakan tugas dan tanggung jawab dari pemerintah, akan tetapi hal ini tidak
berlaku pada kasus jalan tol. Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 15 tahun 2005, jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian system
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar
tol (sejumlah uang tertentu yang dibayarkanunuk penggunaan jalan tol). Tujuan dari
pembangunan jalan tol pada dasarnya adalah untuk meninkatkan efesiensi
transportasi (distribusi) guna menunjang pertumbuhan ekonomi wilayah tertentu.
Terdapat beberapa alasan mengapa penyediaan jalan tol tidak dilakukan oleh
pemerintah. Salah satu alasan yang kuat adalah kas pemerintah tidak mencukupi
untuk

mengimbangi

kebutuhan

jalan

dan

perawatan

jalan.

Mengacu

pada

argumentasi tersebut, maka pemerintah menyerahkan untuk membangun jalan


kepada pihak swasta. Hal ini juga berlaku pada kasus Indonesia, dimana
pengusahaan jalan tol dilakukan oleh badan usaha tertentu.
Melihat karakteristik dari industry jalan tol yang memiliki skala ekonomi yang
besar, maka biaya terendah bisa tercapai bila hanya ada satu perusahaan yang
beroperasi dalam industry tersebut. Dapat disimpulkan bahwa industry jalan tol
termasuk dalam industry yang memiliki karakteristik monopoli natural. Pemerintah
dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting untuk mengendalikan persaingan

didalam industry dengan karakteristik monopoli natural agar dapat mengoptimalkan


keseluruhan welfare.
Terdapat

beberapa

solusi

yang

dapat

dilakukan

oleh

pemerintah

untuk

mengeliminasi persaingan didalam industry dengan karakteristik monopoli natural.


Hal pertama yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk perusahaan milik
Negara

untuk

menjadi

monopoli

dalam

industry

tersebut.

Kedua

adalah

menyelenggarakan lelang dari hak untuk menyediakan barang/layanan tersebut.


Konsekuensi yang nyata dari diserahkannya penyediaan infrastrukturjalan kepada
pihak swasta adalah munculnya tarif tol bagi pengguna jalan. Munculnya tariff tol
tentu saja tidak dapat dihindari, karena pihak swsta tentu saja menginginkan
pengembalian investasi an keuntungan atas dana yang telah mereka keluarkan
untuk membangun infrastruktur tersebut.
Mengingat tujuan utama dari pembangunan jalan adalah untuk melancarkan arus
perpindahan

fisik

pengembangan

untuk

ruas

jalan

memajukan
adalah

perekonomian

sebuah

keharusan

suatu

daerah,

untuk

suatu

maka

wilayah.

Kterlibatan pihak swasta kedalam upaya pengembangan ruas jalan merupakan hal
yang dapat mempercepat upaya tersebut, akan tetapi perlu diciptkan mekanisme
yang tepat dalam proses privatisasi infrastrukturjalan agar hal tersebut dapat
menghasilkan hasil yang paling tidak mendekati socially optimum. Tarif tol adalah
aspek yang sangat penting dalam perjanjian hak pengusahaan jalan tol. (Chen dan
Subprason, 2005) mengemukakan tiga tujuan dari tariff tol yang harus dipenuhi
adalah pemasukan perusahaan, surplus konsumen, dan gini coefficient. Intah,Dan
ada tiga pihak yang terlibat yaitu :
1. Pemerintah : mementingkan peningkatan kesejahteraan masyarakat
2. Badan usaha/perusahaan: Fokus memperhatikan pengembalian investasi dan
keuntuangan
3. Pengguna jalan : memperhatikan pemerataan manfaat dan biaya dalam
transportasi
Pada kasus Indonesia, rumusan penentuan tarif tol tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2005, pasal 66, 67, dan 68. Dalam
pasal 66 dijelaskan bahwa penentuan tarif tol akan dipengaruhi oleh kemampuan
membayar pengguna tol, biaya operasional, dan kelayakan investasi.

Fokusnya:
Permasalahan yang harus dihadapi oleh konsumen umumnya disebabkan oleh
kondisi dimana pengusaha dan pemerintah sering mengabaikan hak-hak konsumen,
baik dalam penjualan produk maupun dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat (public services). Konsumen kadang ditempatkan dalam posisi yang
lemah dalam bidang ekonomi, pendidikan dan daya tawar. Konsumen pun
cenderung hanya dianggap sebagai obyek karena konsumen selalu terdesak
kebutuhan sehingga mau tidak mau menerima
apapun barang/jasa yang ditawarkan oleh produsen.
Dalam lingkup pelayanan publik, konsumen sering mengeluhkan persoalan
pelayanan terutama menyangkut penentuan tarif pelayanan publik. Belum lagi
kualitas pelayanan publik yang terkadang diterima oleh konsumen tidak seperti
standar yang telah ditetapkan. Terkait dengan pelayanan jalan tol, operator jalan tol
harus menyadari betul bahwa sumber pendapatan adalah pemakai jalan, sehingga
merupakan kewajibannya untuk memberikan pelayanan terbaik. Pelayanan yang
buruk berakibat pada minat pemakai jalan untuk menggunakan jalan tol. Atas dasar
itu, betapa pentingnya mendengarkan dan memahami kebutuhan pengguna jalan
tol. Operator jalan tol memiliki kewajiban standar pelayanan yang harus mereka
penuhi.
Setiap kali Pemerintah melakukan penyesuaian tarif tol selalu muncul pro dan
kontra. Hal ini disebabkan dalam kebijakan penyesuaian tarif tol terdapat dua
kepentingan yang saling bertentangan. Pada satu sisi, kebijakan penyesuaian tarif
ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin keberlangsungan investasi jalan
tol. Namun disisi lain bagaimana pemerintah wajib menjamin kepentingan
konsumen pengguna jalan tol terpenuhi oleh operator jalan tol. Bagaimana tidak,
dengan terjadinya penyesuaian tarif tol, yang pada umumnya tarif tol naik
menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh konsumen makin naik dan beban
konsumen pun semakin berat.
Sementara pelayanan yang diterima oleh konsumen dapat dikatakan belum
sepenuhnya sesuai standar yang ditetapkan. Bahkan konsumen sama sekali tidak
pernah diberikan kesempatan untuk didengarkan pendapatnya terkait dengan
kebijakan penyesuaian tariff tol. Sehingga wajar bila konsumen pengguna merasa
keberatan. Apabila konsumen dirugikan dalam mengkomsumsi barang dan jasa,

sering kali mereka tidak tahu kemana mereka harus menyampaikan pengaduannya.
Atau

kalaupun

mereka

tahu

dengan

menghubungi

produsen

belum

tentu

memperoleh tanggapan yang memuaskan. Hal ini pun terjadi pada konsumen
pengguna jalan tol terutama dalam kebijakan penyesuaian tarif tol. Sehingga
muncul pertanyaan apabila konsumen merasa keberatan terhadap kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penyesuaian tarif tol, apakah upaya hukum
yang dapat ditempuh oleh konsumen.
Jalan yang bisa merupakan barang public atau sumber daya milik bersama. Jika
jalan raya tersebut tidak padat, maka pemanfaatannya oleh seseorang tidak akan
mempengaruhi orang lain. Pada kasus ini, jalan raya bukan barang rival, dan karena
ada jalan raya dalam keadaan padat, maka akan berubah menjadi barang privat,
mengakibatkan para pengguna jalan raya harus membayar, focus permasalahan
disini adalah tarif tol.
Seperti kita ketahui pada saat sekarang ini, kebutuhan akan jalan sangat tinggi,
yang mengakibatkan macet diberbagai tempat, hal ini menjadi permasahan bagi
para penggsna jalan, oleh karena itu Salah satu cara pemerintah mengatasi
masalah kemacetan lalu lintas adalah memberlakukan tarif tol. Artinya untuk masuk
kejalan itu, setiap pengendara harus bayar. Pada dasarnya, tarif tol ini sama seperti
pajak atas eksternalitas dari kemacetan lalu lintas. Tetapi pada prakteknya,
pengenaan tarif tol bukan merupakan solusi yang praktis, karena biaya untuk
menarik tarif tol sendiri terlalu tinggi.
Biasanya kemacetan hanya terjadi pada jam-jam tertentu setiap hari. Jika suatu
jembatan dipadati kendaraan bermotor hanya pada jam-jam sibuk, misalnya, maka
eksternal negative berupa kemacetan pada jam-jam itu lebih besar daripada jamjam lain. Karena cara efisien untuk mengatasai masalah eksternalitas adalah
membuat harga karcis tol lebih tinggi pada jam-jam sibuk, tarif tol ini akan memberi
insentif bagi para pengendara untuk mengubah jadwalnya, mengurangi kemacetan
dijalan itu pada jam-jam sibuknya.

Saran (Sebaiknya) :
1. Pembatasan dominasi dari satu perusahaan terhadap industry jalan tol. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuat peraturan untuk membuat batas maksimum
penguasaan kontrak konsesi dengan lebih mendetail. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisir kemungkinan pengusaha jalan tol untuk mengekspliotasi kekuatan


monopolinya.
2. Proses pendanaan dari proyek pembangunan infrastruktur jalan harus melalui
proses uji kelayakan proyek yang terstandarisasi untuk mencegah terjadinya
praktek kolusi antar pengusahajalan told an penyedia dana.
3. Penetapan tariff tol harus dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalisasi
kesejahtaraan social dan mengendalikan keuntungan yang bisa didapat oleh
pengusaha jalan tol.
4. Pembangunan jalan umum harus dapat menyeimbangi pembangunan jalan tol.
Hal ini ditujukan terjadi persaingan yang berimbang antara jalan umum dan jalan
tol, sehingga tujuan akhirnya adalah pengusaha jalan tol akan berusaha untuk
menjadi kompetitif dari sisi harga dan layanan yang ditawarkan kepada
pengguna jalan.

Anda mungkin juga menyukai