Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
Oleh:
ATIK CIMI
NIM. I1B109213
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
1. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organ-organ
pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
a. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
1. Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis yang
masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang
menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
2. Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx), dibelakang mulut(oro
larynx), dan dibelakang farinx (farinx laryngeal)
b. Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
1. Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx yang
memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
2. Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan
ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan
trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis
yang penting.Tabung endotracheal terletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus
kanan. Kalau udara salah jalan, makap tidak dapat masuk kedalam paru-paru
akan kolaps (atelektasis). Tapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka
lebih mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam.
Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan
bronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang utma bronchus kanan dan kiri
bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang
dinamakan bronchiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang lebih
bergaris tengah 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan,
tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua
saluran udara dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara
karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran
gas paru-paru. Di luar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus
respiratorius, yang kadang-kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli
yang bersal dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi
oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru4.
paru.
Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central
yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru
mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan
bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan lebih daripada kiri, paru kanan
dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus
tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru dibagi 10
segmen. Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior kiri. Paru kiri
mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus
superior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang-cabang banyak
sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3mm. Letak paru di rongga dada
dibungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura. Pleura dibagi
menjadi dua: 1.) pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru. 2.) pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga
(kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum (hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat
sedikit
cairan
(eksudat)
yang
berguna
untuk
meminyaki
2. Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 ). Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah
infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan
juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006).
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus
bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep. Kes. 1996 :
Halaman 106).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya.
Pada
bronkopneumonia
terjadi
konsolidasi
area
berbercak.
(Smeltzer,2001).
Jadi bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area
dalam bronki dan meluas ke parenkim paru.
3. Klasifikasi Bronkopneumonia
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
kultur
sensifitas
dilakukan
untuk
mengidentifikasikan
organisme perusak.
4. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan
terjadinya
Pneumocystis
carinii
pneumonia
(CPC).
Gizi buruk/kurang
Berat badan lahir rendah (BBLR)
Tidak mendapatkan ASI yang memadai
Imunisasi yang tidak lengkap
Polusi udara
Kepadatan tempat tinggal
7. Pemeriksaan Penunjang
dada.
Panas badan
Ronki basah halus-sedang nyaring (crakles)
Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrate difus
Leukositas (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang
dapat
diberikan
pada
klien
bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Antibiotik Pilihan empiris antibiotic untuk pasien bronkopneumonia yang
tidak memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta
laktam generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau
tanpa Macrolid (Claritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika ada kecurigaan
infeksi H. influenza) atau Fluoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan
membunuh S. pneumoniae). Antibiotic alternative antara lain Cefuraxime
dengan atau tanpa Macrolid atau Azitromicin saja. Pilihan antibiotic dapat
tunggal atau kombinasi. Antibiotic tunggal yang paling cocok diberikan yang
gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh tipe kuman yang sensitive.
Kombinasi antibiotic diberikan dengan maksud untuk mencakup spectrum
kuman-kuma yang dicurigai, untuk meningkatkan aktivitas spectrum dan pada
infeksi jamak. Bila telah didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil
ini dapat dijadikan untuk memberikan antibiotic tunggal (Dahlan, Z. 2007).
b. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
c. Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai bronchodilator
bila disertai bronkospasme
d. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
e. Pemberian cairan
f. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
g. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transpor muskusilier
h. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Mansjoer A,
2000).
10. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
c.
d.
e.
f.
11.
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum
dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap
kejadian bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :30
1. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu
kali (pada usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali
(pada usia 2-11 bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan
Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan)..
2. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika ASI pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
3.
Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi
di luar ruangan.
2.
a.
b.
3.
4.
a.
b.